PERCOBAAN II
NAMA : MARDINA
NIM : H41112251
KELOMPOK : II (DUA) B
PENDAHULUAN
sendidri dapat dilihat pada selang waktu tertentu. Dimana setiap pertumbuhan
tanaman akan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk
suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju
tumbuh digambarkan dalam suatu grafik, dengan laju tumbuh pada ordinat dan
waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk s atau kurva
Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui tentang laju pertumbuhan dan
daun sejak dari embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada
Percobaan ini dilaksanakan pada Hari Jumat, tanggal 21 Maret 2014 pukul
Pengamatan dilakukan selama beberapa hari, yaitu pada hari ke-3, ke-5, ke-7, ke-
ISI
dibalikkan dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti
itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya
fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan volume sel dan
pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa dan
karbon organik. Zat-zat hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam
Pertumbuhan merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses total yang
Ketika buah dan biji masak, buah dan biji terlepas dari tumbuhan tempat
buah dan biji ini telah tumbuh dan berkembang. Pada tumbuh-tumbuhan dengan
buah-buahan merekah, biji-bijianlah yang terpencar jauh dan luas sewaktu buah-
buahan ini tumpah atau merekah terbuka. Jika buah-buahan ini tidak merekah,
buahan dan biji-bijian. Buah dan biji ini dapat juga tersebar oleh angin, air, hewan
dan oleh manusia. Jika keadaan memungkinkan, biji-biji ini akan berkecambah
peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan
berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari
biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).
Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross,
1995).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam dan luar dan adalah
penyesuaian diri antara genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan juga penting
dan nutrisi mempunyai efek yang lebih halus, tetapi juga mempengaruhi
dari pada di defenisikan. Pertumbuhan berarti pembelahan sel dan pembesaran sel.
Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan merupakan proses yang tidak
dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih
kompleks dari organisme itu seperti protein, harus melebih laju perombakannya.
Ini berarti bahwa harus ada tambahan molekul organik (yaitu asam amino, asam
lemak, gliserol dan glukosa) yang diambil oleh organisme itu dari lingkungannya.
Beberapa dari bahan ini merupakan bahan baku dalam reaksi anabolisme, dan
lainnya akan menyediakan energi untuk anabolisme dan molekul-molekul
karbon organik. Zat-zat hara mineral diambil dari akar, sebagian besar dalam
Pertumbuhan merupakan kenaikan dalam bahan tanaman, adalah proses total yang
tumbuh tidak terbatas karena tumbuhan memiliki jaringan embrionik yang selalu
ini tetap berada pada daerah meristematik untuk menghasilkan lebih banyak lagi
jaringan dan organ tumbuhan yang sedang tumbuh. Sel-sel yang tetap berfungsi
untuk menghasilkan sel-sel baru di dalam meristem disebut inisial (initial) atau
permulaan. Sel-sel baru yang digantikan dari meristem, terus membelah selama
beberapa saat, sampai sel-sel yang mereka hasilkan mulai mengalami spesialisasi
apikal, berada pada ujung akar dan pada pucuk tunas, menghasilkan sel-sel bagi
karbon dioksida. Pada herba (bukan tumbuhan berkayu) yang terjadi hanya
secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk sebelumnya oleh
sepanjang akar dan tunas. Meristem lateral ini menggantikan epidermis dengan
jaringan dermis sekunder, seperti kulit yang lebih tebal dan keras dan meristem
bentuk grafik maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S) dan umumnya laju
waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier
dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat
pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase
oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan
suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktunya mungkin
bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun , tergantung pada
organisme tetapi pola kumpulan sigmoid tetap merupakan cirri semua organisme,
organ, jaringan, bahkan penyusun sel. Apabila massa tumbuhan, volume, luas
daun, tinggi atau penimbunan bahan kimia digambarkan dalam kurva berbernuk S
lambat dinamakan fase eksponensial, fase ini relative pendek dalam tajuk
budidaya. Selanjutnya fase linear yaitu massa yang berlangsung cukup lama dan
adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan senderung singkat,
mengikuti nilai logaritmik dari volume tumbuhan. Pada fase linier, pertambahan
konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu penggaris, nampan dan
alat tulis.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu kacang merah Phaseolus
4. Ditanam 15 biji dalam polybag, 5 biji tiap polybag, kemudian disiram dengan
b. Diukur daun pada umur 3 dan 5 hari yang dilakukan dengan menggali
sebagai absisa
BAB IV
IV.1 Hasil
Panjang (Cm)
0.6
0.5
0.4
Panjang (Cm)
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5
IV.1.2 Panjang Daun
1 - - - - -
2 - - - - -
A 3 - - - - -
4 - - - -
5 - - - - -
Rata-rata - - - - -
1 - - - - -
2 - - - - -
3 0.5 3.5 - - -
Rata-rata 0.1 0.7 - - -
1 - - - - -
2 - - - - -
C
3 - - - - -
Rata-rata - - - - -
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5
c. Grafik Panjang Daun Kacang Merah Phaseolus Vulgaris polybag B
3.5
2.5
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5
IV.2 Pembahasan
vulgaris yang direndam dalam air. Setelah direndam, 5 biji kacang merah lalu di
ambil dan dikupas bagian kulit luarnya. Sedangkan 15 biji laiinya ditanam dalam
polybag. Pembelahan ini dilakukan agar panjang embrio dapat dilihat dan diukur.
Adapun hasil yang diperoleh yaitu panjang embrio biji pertama 0,5 cm, biji kedua
0,5 cm, biji ketiga 0,5 cm, biji keempat 0,5 cm dan biji kelima 0,4 cm. Adapun
Pada 20 biji lain yang ditanam di polybag, tumbuh dengan ukuran panjang
yang berbeda. Pada hari ke-3 untuk hanya polybag B pada biji ketiga yang
tumbuh, yaitu 0,5 cm sedangkan biji pada polybag yang lain tidak tumbuh sama
sekali. Rata-rata pertabahan panjang pada hari ketiga di polybag B adalah 0,1 cm.
Pada hari ke 5 yang tumbuh juga hanya pada polybag B biji ketiga yaitu 3,5 cm
sedangkan biji yang lain pada setiap polybag tidak ada yang tumbuh. Rata-rata
pertambahan panjang pada polybag biji ketiga yaitu o,7 cm. pada hari ke 7, 10 an
ini.
keadaan dari biji itu sendiri yang memiliki biji keras sehingga dapat menghambat
pertumbuhan embrionya. Dapat juga disebabkan oleh faktor lingkungan dan suhu
Ketersediaan air juga merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat
pertumbuhan embrio di mana bila kekurangan air akan menghambat embrio untuk
tumbuh sedangkan bila memiliki cukup air, maka embrio dapat lebih cepat
tumbuh karena dapat membantu kulit biji mengelupas sehingga embrio dapat
pada biji disebabkan karena perendaman biji di dalam air yang berfungsi
mematahkan dormansi pada biji. Biji mengalami imbibisi pada waktu perendaman
walaupun memiliki kulit biji yang keras. Namun banyak biji yang tidak
kulit biji. Sedangkan beberapa tanaman yang sudah berkecambah tidak tumbuh
lagi atau mati karena faktor eksternal yang menggangu proses perkecambahan.
Faktor eksternalnya bisa saja berupa gangguan dari hewan herbivor serta
V.1. Kesimpulan
perkecambahan sebagai tanda mulainya laju tumbuh pada tanaman kacang merah.
V.2. Saran
Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Marliah, A., Jumini, dan Jamilah. 2-1-. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan
Pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis Dengan
Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil. Agrista (1). 38-
39. Di akses pada tanggal 23 Maret 2-14 WITA. Makassar.