Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PENYAKIT ASMA

OLEH KELOMPOK VI :

VALENTINA MULYATI
MARIA HELENA NEI
ALEXANDER GUNTUR

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dan dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
ASMA“.

Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah satu tugas dalam kulia “
KEPERAWATAN KRITIS “. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat menbangun dari
pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.Untuk ini kami sampaikan terima kasih apabila ada kurang lebihnya penulis minta maaf.

Ruteng, oktober 2020

PENULIS

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................1

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………............3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………...5

A. Anatomi dan fisiologi ..................................................................................5


B. Pengertian ...................................................................................................11
C. Manifestasi klinik .......................................................................................13
D. Patofisiologi dan gambar pathway .............................................................13
E. Komplikasi .................................................................................................15

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRITSI ……………………...........16

A. Pengkajian …………………………………………………………........16
B. Analisa Data……………………………………………………………..19
C. Intervensi ………………………………………………………………..20
D. Evalusi …………………………………………………………………..26

BAB III PENUTUP ……………………………………………………….…27

A.kesimpulan …………………………………………………………....…...27

B. Saran ……………………………………………………………………....27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang melibatkan
banyak sel dan elemenya yang menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di
berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat menyebabkan penurunan produktivitas,
serta menurunkan hidup bagi penderitanya.
Asma menjadi salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun di
negara berkembang. Menurut data dari laporan Global Intitativ for Asthma (GINA )
tahun 2017 di nyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai negara adalah 1-18%
dan di perkirakan 300 juta penduduk di dunia penderita asma. Prifalensi asma menurut
Worl Health Organization atau ( WHO ) tahun 2016 memperkirakan 235 juta penduduk
dunia saat ini menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian
lebih dari 80% di negara berkembang. Di Amerika Serikat menurut National Center
Health Statistic atau ( NCHS ) tahun 2016 prefalensi asma berdasarkan umur, jenis
kelamin, dam ras berturut-turut adalah 7,4 % pada dewasa, 8% pada anak-anak, 6,3 %
laki-laki, 9% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan 9,9% ras kulit hitam.
Angka kejadian asma di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(RisKesDa) tahun 2013 mencapai 4,5% . Survey kesehatan rumah tangga tahun 2015
mencatat 2025 ribu orang meninggal karena asma dan menurut kementrian kesehatan RI
tahun 2011 penyakit asma yang masuk dalam 10 besar penyebab kesakitan kematian di
Indonesia dengan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan akan
meningkat sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik.
B. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui Konsep Medis dari Penyakit Asma
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Kritis Dari Penyakit Asma

4
A. KONSEP MEDIS
1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Organ pernapasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke
bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang
tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.

5
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm
dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri
dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang
kanan, terdiridari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah(paru-paru kiri dan kanan) Paru-paru dibagi dua
yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobusinferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo
sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, dan 5 buahsegmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu
5buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis,dan 3 buah segmen
pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masihterbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh
darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,
bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut ductus alveolus. Tiap

6
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-paru
di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada
bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2
yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-
paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernapas.

Proses terjadi pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan
udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2
dikeluarkan melalui traktus respiratorius(jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra)
menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), di sini terjadi
oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui
peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik
kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru.
Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini
adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, di dalam

7
hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring
terdapat epiglottis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika
makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk
mencoba
mengeluarkan makanan tersebt dari laring. Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik
napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi
dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.
Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks
bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau
mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks
serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan
kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan
dari nervus frenikus lalu mengerut datar. Muskulus interkostalis yang letaknya miring,
setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar.
Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar.
Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan
udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar. Ekspirasi, pada suatu saat otot-
otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi)
dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga
pleura dan paru-paru. Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang
lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan. Pernapasan perut, jika pada waktu
bernapas diafragma turun naik,maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada
orang tua,Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan
oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki

Fisiologi sistem pernapasan


Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutukan okigen
dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan bisa menimbulkan kematian. Kalau

8
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis.
a. Pernapaan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-
paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui
mulut dan hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan okigen
dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung
dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida
merupakan hasil buangan yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah
dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Empat proses
yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
1. Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat, yang
bisa dicapai untuk semua bagian.
4. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah
berdifusi dari pada oksigen. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi
ketika konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan
terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan, sehingga
terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah
(hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam
jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru
terjadi pernapasan eksterna.
b. Pernapasan sel
Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan bahwa kunci dari
pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui darah,
sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah.Akan tetapi
jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak
cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein membawa O2
(hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia
reversibel (rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya

9
haemoglobin menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan
reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali.
Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru dan sistem kardiovaskuler.
Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru,
pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas
pengangkutan O2 dalam darah.Aliran darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam
jaringan dan curah jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang
larut, hemoglobin, dan afinitas (daya tarik) hemoglobin.

Transpor oksigen melalui beberapa tahap yaitu :


1) Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Padawaktu kita menarik
napas tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli komposisi
udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer tekanan parsial O2 dalam alveoli
105 mmHg.
2) Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk mengambil
oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat oksigen dengan
tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu apabila tiba
pada pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli maka oksigen
yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler.
Setelah terjadi proses difusi tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100
mmHg.
3) Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan keseluruh
tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut
dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil oksigen
yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan hemoglobin dengan
O2 bergantung pada tekanan parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke
jaringan bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah.
4) Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan,oksigen dibawa melalui
cairan interstisial lebih dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial 20
mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri (100 mmHg)
dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial (20 mmHg) menyebabkan

10
terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh kapiler ke dalam cairan
interstisial.
5) Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0- 20 mmHg. Oksigen
dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel oksigen ini
digunakan untuk reaksi metabolism yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari
makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H2O,CO2 dan energi.

Reaksi hemoglobin dan oksigen


Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. Hemoglobin
adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida, dibentuk porfirin dan satu atom
besi ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible (perubahan
arah) dengan satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya
adalah oksigenasi bukan oksidasi. Transpor karbondioksida Kelarutan CO2 dalam
darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada
O2 dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat
mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya sekresi
kerigat) karbonat berdifusi ke dalam plasma.
Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila darah melalui kapiler-kapiler
jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah beraksi dengan gugus amino dari
protein, hemoglobin membentuk senyawa karbamino (senyawa karbondioksida).
Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih antara
garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2 di antara 49 ml CO2 dalam darah
arterial 2,6 ml dalah senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2.
2. PENGERTIAN ASMA
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronki
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma di manifestasikan dengan
penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. Tingkat
penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asma berbeda
dari penyakit paru obstruktif dalam hal bawah asma adalah proses reversible. Eksaserbasi
akut dapat saja terjadi, yang berlangsung beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode
bebas gejala. Jika asma dan bronchitis terjadi bersamaan, obstruksi yang diakibatkan menjadi
gabungan dan disebut brankitus asmatik kronik.

11
Asma dapat terjadi pada sembarangan golongan usia ; sekitar setengah dari kasus terjadi
pada anak-anak dan terrjadi sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Hampir 17% dari
semua rakyat Amerika mengalami asma dalam suatu kurun waktu tertentu dalam kehidupan
mereka. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi, asma sangat menggangu,
mempengaruhi kehadiran disekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek
kehidupan lainnya.
Asma adalah penyakit pernapasan obstruksi yang di tandai inflamasi saluran napas dan
spame akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mucus yang berlebihan
dan menumpuk, menyumbatkan aliran udara, dan penurunan fentilasi alveolus.
Asma adalah gangguan pada bronkus yang di tandai adanya bronkus pasme periodic yang
refersibel ( kontraksi berkepanjangan saluran bronkus) (Black dan Hawks, 2004).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkila dengan ciri bronkus pasme periodik
( kontraksi spasme pada saluaran napas ) ( Somantri, 2007 )
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif interminten, refersibel karena trakea dan
bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu ( Bruner dan Sutddarth, 1997 ).
Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap berbagai jenis
iritan di jalan nafas. Factor resiko untuk salah satu jenis gangguan hiper- reponsif ini adalah
riwayat asma atau alergi dalam keluarga, yang mengisyaratkan adanya kecendrugan genetic.
Panjangan yang berulang atau terus-menerus terhadap beberapa rangsangan iritan.,
kemungkinan pada masa penting perkembangan, juga dapat meningkatkan resiko penyakit
ini. Meskipun kebanyakan kasus asma di diagnosis pada masa kanak-kanak,pada saat dewasa
dapat menderita asma tanpa riwayat penyakit sebelumnya. Stimulasi pada asma awetan
dewasa seringkali terjadi di kaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk. Infeksi
pernapasan atas yang berulang juga dapat memicu asma awitan dewasa, seperti yang dapat
terjaddi akibat panjanan okupasional terdapat debu di lingkungan kerja.
Jenis jenis asma :
Asma sering dicirikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.
a. Asma alergik disebabkan allergen atau allergen-alergen yang dikenal (mis; serbuk sari,
binatang, amarah, makanan, dan jamur). Kebanyakan allergen terdapat di udara dan
musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang
alergik dan riwayat medis masa lalu eksema atau rhinitis alergik. Pemanjaan terdapat
alergi mancetuskan serangan asma. Anak-anak dengan asma alergik sering dapat
mengatasi kondisi sampai masa remaja.

12
b. Asma idiopatik atau nonalergik tidak berhubungan dengan allergen spesifik. Factor-
factor seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens farmakalogi, seperti aspirin dan
agen anti inflamasi non-steroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan
agen sulfit ( pengawet makanan ), juga mungkin menjadi factor. Seragan asma idiopatik
atau nonalergik menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisma. Beberapa pasien mengalami asma
gabungan.
c. Asma gabungan adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.

3. Manifestasi kinik
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Whezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum


b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2 2. Stadium lanjut/kronik
e. Batuk, ronchi
f. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan
g. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
h. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
i. Thorak seperti barel chest
j. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
k. Sianosis
4. Patofisiologi

13
Asma, yaitu penyakit kronik yang paling sering muncul pada masa kanak-kanak,
dapat di alami oleh berbagai kelompok factor resiko untuk asam mencakup riwayat
kesehatan keluarga, alergi ( factor paling kuat ), dan terpapar zat iritan atau allergen
dalam waktu yang lama ( misal; rumput, serbuk sari, jamur, debu, atau binatang ).
Pecetus yang paling sering di munculkan gejala asma dan eksasarbasi mencakup iritatan
jalan napas ( missal; polutan, suhu dingin, panas, bau menyengat, asap, parfum ), latian
fisik, stress atau perasaan marah.
Ketika seseorang yang memiliki penyakit asma terpapar oleh factor allergen maka
saluran pernapasan akan meradang dan menyebabkan edema mukosa dan sekresi mucus
sehingga klien akan sulit bernapas, dada terasa sesak dan menimbulkan suara nafas
mengi. Allergen yang masuk akan merangsang linfosit B untuk memproduksi
immunoglobulin E ( IgE ). IgE akan melepaskan mediator peradang kimia seperti
histamine. Zat tersebut akan menyebabkan edema dan kontruksi saluran nafas.

Pathway

14
5. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
pengobatan Asma diarahkan terhadap gejala. gejala yang timbul saat serangan,
mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan pemeliharaan kesehatan optimal yang
umum. Tujuan
utama dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi bronkus.
Terapi awal, yaitu:
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10
mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1
jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena
dengan dosis salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%

15
c. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau
dalam serangan sangat berat
e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
golongan beta adrenergik dan anti kolinergik.
2. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis
penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu:
a) Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan sputum
dengan baik
b) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
c) Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d) Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
e) Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
f) Hindarkan pasien dari faktor pencetus
6. Komplikasi
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila
terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang
lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai emfisema
mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. kondisi ini dapat
disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-
paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat
oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi
pada berbagai organ lainnya,misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai
untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas

16
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-paru
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain
bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa
perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau
merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
7. Fraktur iga

A. Konsep Asuhan Keperawatan Kritis


1. Pengkajian
A. Data Demografi
Yang dimaksud data demografi adalah nama, jenis kelamin, agama, umur, alamat,
status,suku dan ras, pendidikan,pekerjaan, tanggal masuk RS, nomor RM.
B. Primary Survey
A : adanya secret sehingga mengahalangi jalan nafas pasien
B : peningkatan secresi mucus
C : peningkatan tekanan darah dan nadi cepat.
C. SECONDARY SURVEY
 Keluhan utama : keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma dispnea (sampai
berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk,dan mengi.
 Riwayat penyakit sekarang : Klien dengan serangan asma datang mencari
pertolongan terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak,
kemudian diikuti dengan gejala – gejala lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu
pernapasan, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.
Serangan asma mendadak secara klinis dapat di bagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama ditandai dengan batuk – batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi dan
pembengkakan bronkhus. Stadium kedua di tandai dengan batuk disertai mukus
yang jernih dan berbusah.
Klien merasa sesak nafas untuk bernafas dalam, ekspresi memanjang diikuti
mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan pada pinggir

17
tempat tidur, tampak pucat, dan warna kulit mulai membiru. Stadium ketiga
ditandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil,
tidak ada batuk, pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan
meningkat karena asfiksia. Perawat perlu mengkaji obat – obatan yang biasa
diminum klien dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan untuk
digunakan kembali.
 Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit yang pernah diderita pada masa – masa
dahulu seperti adanya infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel,
sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu dan alergen –
alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang
dilakukan untuk meringankan asma.
 Riwayat Penyakit Keluarga : Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji
tentang riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota
keluarganya karena hipersensivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh
faktor genetik dan lingkungan.

Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum
Perawat juga mengkaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara,
denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunanan otot-otot bantu pernapasan,
sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.

Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan, serta penggunaan
otot bantu pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan,
adanya peningkatan diameter anteroposterior, reaksi otot-otot interkostalin, sifat dan irama
pernapasan, dan frekuensi pernapasan.
Palpasi
Pada perkusi didapatkan biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil frenmitus normal.

Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.

18
Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi nafas tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.
B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskuler meliputi keadaan
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan CRT.
B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping itu, di perlukan pemeriksaan
GCS, untuk menemukan tingkat kesadaran klien apakah compos mentis, somnolen, atau koma.
B4 ( Bladder )
Pengukuran volume output urine perlu di lakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor ada tidaknya ollguria, karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syok.
B5 ( Bowel )
Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi, mengingat hal-hal
tersebut juga dapat merangsang serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi
jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien sesak
nafas, sangat potensi terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi
dipnea saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang dialami oleh klien.
B6 (Bone )
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda- tanda infeksi pada ekstremitas karena
dapat merangsang serangan asma. Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar,
kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,
pruitus, eksim, dan adanya bekas atau tanda urtikaria atau dematitis, pada rambut, dikaji warna
rambut, kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagimana tidur dan istirahat yang
meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang di alami
klien. Adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istrahat klien.
Perlu dikaji pula tentang aktivitas seharian klien seperti olahraga, bekerja dan aktivitas lainnya.
Aktivitas fisik juga dapat menjadi faktor pencetus asma yang disebut dengan exereise induced
asma.

19
2. Analisa data

No DATA FOKUS Etiologic Problem


1. DS : sesak nafas Factor lingkungan Ketidakefektifan
DO : Ronchi dan wheezzing bersihan jalan nafas
dilapang paru kanan dan kiri, Alergan
retraksi dada dangkal, otot bantu
pernafasan . Melepaskan histamin

Kontraksi otot polos di saluran


Pernapasan

Bronkospasme
2. DS : : dispnea, pusing, Gangguan pertukaran
penglihatan kabur Alergi gas

DO : PCO2 meningkat /menurun,


Antibody igE
PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi
Melepaskan histamine
napas tambahan,
sianosis,diaforesis, gelisah,
Kontaraksi otot polos
napas cuping hidung, pola napas di saluran pernafasan
abnormal,warna kulit abnormal
obstruksi saluran nafas

sesak nafas

3. DS : kram/nyeri abdomen, nafsu Ketidakseimbangan


makan menurun Factor lingkungan nutrisi : kurang dari
DO : bising usus hiperaktif ,otot kebutuhan tubuh.
pengunyah lemah,otot menelan Infeksi
lemah,membrane mukosa pucat,
saraiawan, serum albumin Peradangan
turun,rambut rontok berlebihan,

20
diare. Peningkatan selaput lendir

Penurunan nafsu makan

3. Intervensi

Diangnosa Hasil yang dicapai Intervensi


keperawatan ( NOC) (NIC)
NANNDA
Ketidakefektifan Status pernapasan : Manajemen jalan napas:
kebersihan jalan patensi jalan napas Indenpenden
napas  Mempertahanka  Auskultasisuara napas. Catat suara
Yang berhubungan n kepatenan napas tambahan seperti mengi,
dengan: jalan napas crackles, atau ronki.
 Merokok/pero bersih atau  Kaji dan pantau frekuensi pernapasan.
kok pasif dibersihkan. Catat rasio inspirasi ke ekspresi.
 Mucus  Menunjukan  Catat keberadaan dan derajat dispnea.
berlebihan, perilaku yang  Periksa kecepatan aliran ekspirasi
sekresi bertujuan untuk puncak sebelum dan setelah terapi

21
tertahan, meningkatkan dengan menggunakan meter aliran
eksudat bersihan jalan puncak.
didalam napas  Bantu klien mempertahankan posisi
alveoli nyaman untuk
 Penyakit paru memfasilitaspernapasan dengan
obstruksi meninggikan kepala tempat tidur, atau
kronik duduk di tepi tempat tidur.
 Spasme jalan  Dorong dan bantu latihan pernapasan
napas, jalan abdomen atau pernapasan dengan
napas alergi. mendorong bibir.
Definisi :  Observasi batuk yang persisten,batuk
Ketidakmampuan kering, batuk basah. Bantu tindakan
membersihkan sekresi untuk meningkatkan efektivitas upaya
atau obstruksi dari batuk.
saluran napas untuk  Tingkatkan asupan cairan menjadi
mempertahankan 3000 mL/ hari dalam toleransi
bersihan jalan napas. jantung. Berikan air hangat atau
hangat kuku. Rekomendasikan asupan
cairan antara waktu makan, bukan
selama makan.
 Hindari cairan es, terutama pada anak-
anak.
 Batasi pajanan pada polutan
lingkungan seperti debu, asap, dan
bantala bulu sesuai dengan situasi
individual
 Gunakan sebuah spacer ketika
memberikan inhaler dosis terukur dan
spacer dengn masker sesuai indikasi.
Kolaboratif
 Berikan medikasi, sesuai indikasi.

22
 Beri humidifikasi tambahan.
 Bantu dengan terapi pernapasan
 Pantau dan buat grafik seri GDA
oksimetri nadi, dan foto ronsen dada.
Gangguan pertukaran Status pernapasan: Manajemen asam-basa:
gas pertukaran gas Indenpenden:
Yang berhubungan  Mendemonstrasi  Kaji frekuensi dan kedalaman
dengan: kan peningkatan pernapasan. Catat penggunaan otot
 Ketidakseimba ventilasi dan aksesoris, bernapas dengan
ngan ventilasi oksigenasi mendorong bibir, dan
perfusi jaringan yang ketidakmampuan untuk berbicara atau
 Perubahan adekuat dengan bercakap-cakap.
membrane GDA berada  Tinggikan kepala tempat tidur dan
kapiler dalam kisaran bantu klien mengambil posisi yang
alveolar normal klien memmudahkan kerja pernapasan.
Definisi: dan terbebas Berikan periode waktu ketika berada
Kelebihan atau deficit dari gejala dalam posisi tengkurap sesuai
oksigenasi dan atau distress toleransi. Dorong pernapasan dalam,
eliminasi karbon pernapasan. lambat, atau pernapasan dengan
dioksida pada  Berpartisipasi mendorong bibir jika di perlukan dan
membrane alveolar- dalam regimen ditoleransi secara individual.
kapiler terapi sesuai  Kaji dan pantau warna kulit dan
tingkat membrane mukosa secara rutin.
kemampuan  Dorong pengeluaran sputum, hisap
individu dan jika diindikasikan.
situasi yang di  Auskultasi bunyi napas, perhatikan
alami. area penurunan aliran udara dan suara
tambahan.
 Palpasi dada untuk mendeteksi
fremitus
 Pantau tingkat kesadaran dan status

23
mental.
 Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
 Evaluasi pola tidur
 Pantau tanda vital dan irama jntung.
Kolaboratif:
 Pantau dan buat grafik seri GDA dan
oksimetri nadi.
 Beri oksigen tambahan secara
bijaksana via kanula nasal, masker
atau ventilator mekanisme, dan ukur
sesuai indikasi.
 Berikan anti asietas, sedative atau
agens opioid, seperti morfin, dengan
hati-hati.
 Bantu ventilasi tekanan positif
intermiten nonivasif atau intubasi dan
laksanakan serta pertahankan ventilasi
mekanis, pindahkan keunit perawat
kritis bergantung pada arahan klien.
 Persiapkan rujukan dan intervensi
tambahan, seperti ke spesialis paru, ke
program rehabilitasi pulmonal, atau
untuk intervensi bedah, jika tepat.
Ketidakseimbangan Status nutrisi : Terapi nutrisi :
nutrisi : kurang dari  Menunjukan Indenpenden
kebutuhan tubuh. pertambahan  Kaji kebiasaan diet, asupan makanan
Yang berhubungan berat badan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
dengan : factor progresif kea Evaluasi berat badan dan ukuran
biologis-dispnea;efek rah tujuan tubuh atau massa tubuh.
samping medikasi ; dengan tepat.  Auskultasi bising usus.
anoreksia, mual atau  Mendemonstrasi  Berikan perawatan mulut dengan

24
muntah; keletihan . kan perubahan sering, keluarkan sekresi yang di
Definisi : perilaku dan keluarkan dengan cepat dan tepat, dan
Asupan nutrisi tidak gaya hidup berikan wadah khusus untuk
cukup untuk untuk pembuangan sekresi dan tissue.
memenuhi kebutuhan mendapatkan  Dorong periode istirahat 1 jam
metabolic. kembali dan sebelum dan setelah makan. Berikan
mempertahanka makanan dengan porsi sedikit tapi
n berat badan sering.
yang tepat.  Hindari makanan penghasil gas dan
minuman berkarbonasi.
 Hindari makanan yang sangat panas
atau sangat dingin.
 Timbang berat badan sesuai indikasi.
Kolaboratif:
 Konsultasikan dengan ahli gizi atau
tim pendukung nutrisi untuk
memberikan makanan bernutrisi
seimbang yang mudah dicerna melalui
mulut, makanan suplemen atau
makanan yang diberikan melalui
selang makanan, dan nutrisi
parenteral.
 Tinjau albumin serum atau
prealbumin serum, tranferin, profil
asam amino, zat besi, studi
keseimbangan nitrogen, glukosa, studi
fungsi hati, dan nilai laboratorium
elektrolit sesuai program.
 Beri suplemen oksigen selama makan
sesuai indikasi.

25
4. Evaluasi
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas tidak efektif
 Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas bersih, tidak ada
sumbatan, frekuensi,irama,dan kedalaman napas norml,serta tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia.
2. Gangguan pertukaran gas
 Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dyspnea, frekuensi
napas dalam bentuk normal,serta saturasi oksigen dan PCO2 dalam batas
normal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Mempertahankan berat badan dalam kondisi ideal yang ditandai dengan
napsu makan membaik, kebutuhan nutrisi terpenuhi secara optimal.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran nafas yang
melibatkan banyak sel dan elemenya yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat menyebabkan
penurunan produktivitas, serta menurunkan hidup bagi penderitanya. Asma
menjadi salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun di negara
berkembang. Menurut data dari laporan Global Intitativ for Asthma (GINA)

26
tahun 2017 di nyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai negara adalah
1-18% dan di perkirakan 300 juta penduduk di dunia penderita asma
B. Saran
Semoga makala ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan bahan
untuk menambah ilmu pengetahuan

DAFTAR PUSTAKA

Smeltser & Bare.Brunner & suddarth Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.Edisi 8.vol.1.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2015. Jakarta

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical Bedah. Edisi 12. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2002. Jakarta

Lemone. Bunke & Bauldoff.Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah.Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2014. Jakarta

27
28

Anda mungkin juga menyukai