Dosen Pembimbing :
Ns. Mike Asmaria.S.Kep,M.Kep
Oleh kelompok 3
Nuril Qolbi
Nuraini Khairunisa
Nurul Hanifah
Salsabila Firdausia
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada
kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salawat beriring salam
tercurahkan pada junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini berjudul “Pengkajian Keperawatan Keluarga Teoritis Pada Remaja dengan Perilaku
Penyalahgunaan NAPZA “ yang bertujuan untuk memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga.Terima
kasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah “Keperawatan Keluarga”, yang telah membimbing
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, serta pada teman-teman yang telah memberi
dorongan dan partisipasinya kepada penulis.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan,maka untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca yang telah membaca makalah ini
kiranya dapat memberikan kritikan dan saran demi kebaikan makalah ini.
Padang, 19 Oktober 2020
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................
BAB 5 PENUTUP..........................................................................................................................
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................
5.2 Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang Penyalahgunaan NAPZA dan
mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga Penyalahgunaan NAPZA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-
undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika)
Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan
Psikotropika.
a. Golongan Narkotika
1. Narkotika Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak
ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw, kokain, ganja .
2. Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan .Contoh kodein
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).
b. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :
1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).
2. Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
4. Psikotropika Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut
Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman berakohol
Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan
sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh
obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny
Walker, Kamput.)
2. Inhalansia
Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik,
yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam upaya
penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
- Opioid (OPIAD)
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum,
yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga
digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang
kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat
yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-
methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
o Efek samping yang ditimbulkan
Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada
malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV
dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam
hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.
Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan satu
( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid,
yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia
awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan,
atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera setelah
pemakaian opioid.
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi,
menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk
pipotermia dan hipertermia.Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat
putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti
penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan
kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama
sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala.
Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan,
mual, dan muntah.
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang
hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan
mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan
menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau
candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering
disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan
dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung
elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
b. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida
utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna
putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
c. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis
opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang
secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan
perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin
adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker
d. Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada
heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam
bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.
e. Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan
suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
f. Methadon
Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.
Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol),
methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone
banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah
dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut
telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk
ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.
g. Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang
sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar
Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan
mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif
dan efek merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan
crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang
lebih kuat ).
Golongan Psikotropika
b. Shabu-Shabu
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara
membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang
lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang
didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada
waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan
pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan),
menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak
berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut
dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah dalam
kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat
dirumuskan sebagai berikut: MASALAH + SABU = SANGAT BERBAHAYA. Selain itu,
pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak
dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga
merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi
bertambah (The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak
mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang
jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya
berkurang drastis selama memakai Sabu.
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-
zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.
a. Minuman Keras
b. Nikotin
Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk nikotin yang
paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau
juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya
merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang
terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.
o Efek Samping Yang Ditimbulkan
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral.
Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan otot
skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang
sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis
( kegagalan ) pernafasan.
c. Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka membuat
obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa
memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara sengaja membiarkan
para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan
nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-lain.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan
menjadi 3 golongan :
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak
sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif
(penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang
termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.
3. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga
seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.
Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun
sosial seseorang.diantaranya :
1. Dampak Fisik:
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran,
kerusakan syaraf tepi
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode
menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
ini belum ada obatnya
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
2. Dampak Psikologi:
Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan
dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest).
Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren,
percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain
tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat
terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.
2. Solidaritas Kelompok
Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar anggota
biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau beberapa anggota
kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya
anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik
itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.
4. Coba-coba / penasaran
Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang,
seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang
tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat
terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan
ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.
5. Menyelesaikan Masalah
Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus
dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau jadi
gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.
Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang terhebat,
penuh tenaga dan penuh percaya diri.
a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan
kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan
penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan
pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan
masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak
keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan
untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur
hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat kemananan yang dibantu oleh
masyarakat. Jika masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan
tidak boleh main hakim sendiri.
c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan
media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitas
pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina
Kasih dll.
d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh
kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara
wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat,
supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan
intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko
tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka
agar tidak menggunakan NAPZA.Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,
agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.
a. Data Umum
1. Nama KK
2. Umur KK
3. Pekerjaan KK
4. Pendidikan KK
5. Alamat dan no telepon
6. Komposisi anggota keluarga (Nama,umur, jenis kelamin, hubungan dengan KK,
Pendidikan, Pekerjaan, Keterangan).
7. Genogram,Menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama,umur,kondisi kesehatan,tiap
keterangan gambar).
8. Tipe keluarga
9. Suku bangsa
a. Asal suku bangsa
b. Bahasa yang digunakan
c. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan.
10. Agama
a. Agama yang dianut keluarga
b. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
11. Status sosial ekonomi keluarga
a. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
b. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
c. Tabungan khusus kesehatan
d. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot,transportasi)
12. Aktivitas rekreasi keluarga
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti :
a. Riwayat terbentuknya keluarga inti
b. Penyakit yang di derita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau penyakit
menular di keluarga)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
a. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
b. Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
c. Lingkungan
1. Karakterstik rumah ( ukuran,kondisi dalam dan luar rumah,ventilasi,SPAL,air
bersih,pengelolaan samapah,kepemilikan rumah,kamar mandi,denah rumah).
2. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal(aturan penduduk
setempat,budaya setempat,apa ingin tinggal dengan satu suku saja)
3. Mobilitas geografis keluarga(keluarga sering pindah rumah,dampak pindah rmah
terhadap keluarga)
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi keluarga
2. Struktur kekuasaan keluarga
3. Struktur peran (formal dan informal)
4. Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi Keluarga
o Fungsi afektif
o Fungsi sosialisasi
o Fungsi biologis
o Fungsi ekonomi
o Fungsi perawatan
o Fungsi psikologis
o Fungsi pendidikan
f. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka panjang dan Stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga.
2. Respon keluarga terhadap stress.
3. Strategi koping yang di gunakan
4. Strategi adaptasi fungsional ( adakah cara keluarga mengatasi masalah secara
maladatif
g. Peeriksaan fisik
1. Tanggal pemeriksaan
2. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3. Aspek pemeriksaan mulai dari tanda vital, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
abdomen, ekstremitas atas dan bawah, genetalia
h. Harapan Keluarga
i. Analisa Data
j. Perumusan Diagnosis Keperawatan
k. Skoring Diagnosis Keperawatan
l. Format Rencana Asuhan Kepeawatan Keluarga
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELUARGA PADA
REMAJA DENGAN PERILAKU PENYALAHGUUNAAN NAPZA
I. DATA UMUM
2. Umur : 52th
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pendidikan : D3
7. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub dg KK Umur Pendidikan
1. Ny.A P Istri 49 Th SMK
2. An. A P Anak 22 Th D3
3. An.I L Anak 17 Th Pelajar
8. Genogram
Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Klien
9. Tipe keluarga
Tipe keluarga anak I adalah tipe keluarga nuclear family yaitu dimana yang tinggal
dirumah adalah ayah, ibu, dan anak-anaknya
Keluarga anak I memiliki suku yang sama yaitu bersuku minang. Keluarga mengatakan
masih memegagang atau menganut kebiasaan dalam adat mereka.
11. Agama
Keluarga anak I menganut agama islam, mereka mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam. Keluarga Tn.A mengajarkan sejak dini pendidikan agama. Keluarga Tn.A
khususnya Ny.A merupakan guru mengaji di salah satu masjid didekat rumah.
Tn.A bekerja sebagai sales harian dan menjual barang-barang bekas seperti meja makan
bekas, tempat tidur bekas, kasur bekas, dan barang-barang lainnnya. Penghasilan Tn.A Rp.
3.000.000/bulan dan Ny.A bekerja sebagai guru ngaji yang berpenghasilan Rp 500.000/bulan.
13. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga anak I mengatakan untuk aktivitas rekreasi keluarga mereka tidak terjadwal.
Keluarga biasanya berkumpul sambil menonton televisi. Karena keluarga anak I sibuk
bekerja jadi untuk waktu libur digunakan untuk membersihkan rumah dan beristirahat. .
Keluarga anak I mengatakan tidak ada jadwal rekreasi yang terjadwal. Namun sekali-kali ada
pergi rekreasi bersama keluarga pada waktu tertentu seperti libur lebaran. Anak I
mengatakan orang tua terlalu sibuk sehingga waktu untukbercengkrama tidak ada. Anggota
keluarga sibuk dengan urusan masing - masing sehingga waktu untuk menyampaikan
masalah tidak ada.
Tahap perkembangan keluarga anak I berada pada tahap perkembangan kelima yaitu
tahap keluarga dengan anak remaja. Tugas tahap perkembangan ini yaitu memberi kebebasan
seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkatkan otonomi dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak. Pada
saaat ini tahap perkembangan pada keluarga bapak A belum terjalin begitu baik karena orang
tua yang terlalu sibuk membuat anak I tidak merasakan kehangatan dalam keluarga sehingga
ia tidak mau menceritakan masalahnya ia tidak mau menceritakannya pada siapapun,
sehingga ia memilih untuk mengkonsumsi narkoba.
Tn.A mengatakan bahwa ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu
memberikan kasih sayang yang penuh pada anak – anaknya. Tn.A menyadari bahwa ia dan
terlalu sibuk untuk bekerja sehingga anak- anak nya tidak terperhatikan khususnya anak I
dengan perilaku NAPZA.
Pada saat pengkajian pada Selasa, 27 Oktober 2020. Tn.A mengatakan bahwa saat ini
anak I setahun belakangan mengalami tingkah laku yang berbeda dari pada biasanya. Setelah
ditanya ia mengkonsumsi lem dan ganja. Anak I mengatakan pada saat ini ia merasakan sangat
cemas untuk keluar rumah bertemu orang lain, cemas untuk datang kesekolah bertemu teman-
temannya, cemas jika ada orang datang kerumah, dan mengatakan sangat merasakan cemas
yang luar biasa. Anak I saat dilakukan pengkajian pada tanggal Rabu, 28 Oktober 2020
mengatakan dirinya tidak berguna, dirinya tidak bermanfaat, dirinya bodoh, teman – temannya
tidak mau berteman dengannya karena ia aneh, dan orang tua sibuk bekerja.
Pada saat dilakukan pengkajian Tn.A mengakatakan bahwa 5 tahun yang lalu kedua
anaknya pernah dirawat dirumah sakit dengan demam berdarah. Anak I mengatakan
sebelumnya tidak pernah dirawat dengan penyalahgunaan NAPZA.
Tipe lingkungan anak I adalah lingkungan sedikit nyaman dan lumayan tenang karena
rumahnya berada jauh dari jalan raya. Jarak rumah dengan tetangga rapat dan padat, tetangga
dengan mayoritas warganya bersuku minang dan beragama islam. Tipe pekerjaan komunitas
tetangga bermacam-macam, yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, buruh, pedagang serta
wiraswasta. Lingkungan rumah dengan anak remaja yang masih banyak bersekolah, tetapi saat
di lakukan observasi terdapat dilingkungan tersebut banyak anak – anak remaja yang
merokok di warung – warung didekat lingkungan rumah klien.
Keluarga anak I mengatakan mereka menempati rumah ini sudah lama awal mereka
menikah dan sampai sekarang. Keluarga tidak ada pindah ke lingkungan yang baru karena
disini menurutnya sudah cukup nyaman dan tenang.
Keluarga mengatakan sudah menjalin hubungan dengan baik antar sesama tetangga
sejak tinggal di lingkungan tersebut keluarga anak I mengatakan mengikuti semua aturan yang
berlaku dilingkungan seperti jika ada himbauan dari ketua RT untuk gotong royong bersama
keluarga. Keluarga Anak I mengatakan sejak kecil anak I tidak mau untuk mengikuti kegiatan
yang diadakan dilingkungan rumah. Anak I mengatakan dia malu untuk bergabung dengan
orang lain . lebih senang dirumah. Bahasa yang digunakan oleh keluarga dalam
berkomunikasi yaitu bahasa minang dan bahasa indonesia.
Keluarga anak I mengatakan memiliki sistem keluarga yang cukup erat, apabila ada
anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain memberikan dorongan atau
mengingatkan serta mengantar berobat ke pelayanan kesehatan. Keluarga juga mempunyai
kartu jaminan kesehatan yang bisa digunakan sebagai pendukung keluarga dalam berobat.
Keluarga anak I mempunyai pola komunikasi yang terbuka dimana dilakukan secara
efektif, dan proses komunikasi keluarga berlangsung dua arah, keluarga mengatakan jika ada
masalah yang sangat penting mereka selalu membicarakan dengan anggota keluarga untuk
menyelesaikannya secara bersama-sama. Tetapi sering masalah yang terjadi selalu
diselesaikan dengan emosi, sehingga tidak ada kesepakatan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Seperti masalah yang di alami anak I orang tua selalu bertengkar untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi anak I. Anak I mengatakan orang tua khususnya ibu
selalu tidak sabaran dalam menghapi maslah yang terjadi.
3. Struktur peran
Tn.A adalah kepala keluarga, Tn.A berperan sebagai suami, ayah yang bertugas untuk
menjaga keluarga, mendidik anaknya, dan memenuhi kebutuhan keluarga. Ny.A berperan
sebagai istri dan ibu untuk anak-anaknya. Ny.A juga berperan sebagai pengatur dan
pengontrol pemasukan dan pengeluaran keluarga serta mengurus pekerjaan rumah. Anak I
berperan sebagai anak yang harus mematuhi setiap peraturan yang berlaku dirumah dan
menjalankan tugas sebagai anak. Keluarga anak I belum mengetahui peran sebagai orang tua
denggan remaja perilaku NAPZA.
Keluarga anak I menganggap nilai dan norma dalam keluarga sesuai dengan apa yang
ada pada masyarakat seperti sopan santun dengan sesama manusia, saling menghargai dan
menghormati, menjaga perasaan orang lain saat berucap.
V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Keluarga anak I mengatakan mereka saling menghargai satu sama lain dimana mereka
sama-sama merasakan perasaan memiliki dan dimiliki serta mereka saling mendukung dan
menjaga satu sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga anak I mengatakan hubungan keluarga dengan tetangga berjalan dengan baik
dan lancar jika ada kegiatan dilingkungannya keluarga anak I juga aktif ikut serta dalam
kegiatan tersebut. Anak I mengatakan jarang untuk mengikuti kegiatan tersebut karena
sangat cemas untuk keluar rumah dan megatakan dirinya tidak bermanfaat.
Keluarga anak I mengatakan sehat adalah apabila keluarga masih dapat melakukan
aktivitas dengan normal dan tanpa gangguan kesehatan, dan sedangkan sakit adalah dimana
jika anggota keluarga tidak dapat melakukan aktivitas secara normal karena ltekkes
Kemenkes Padang sakit. Keluarga anak I mengatakan tidak mengetahui cara merawat
anggota keluarga dengan remaja perilaku NAPZA.
b. Mengambil keputusan
d. Modifikasi lingkungan
4. Fungsi reproduksi
Tn.A menikah dengan Ny.A dan dikaruniai 2 orang anak. Ke dua anaknya belum
menikah. Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami masalah
penyalahgunaan NAPZA.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga anak I mengatakan takut jika anaknya akan mengalami gangguan jiwa atas
efek dari penyalahgunaan NAPZA.
Keluarga anak I mengatakan tindakan untuk stressor jangka pendek adalah keluarga
berusahan selalu untuk mengingatkan dan merawat anak I dengan masalah penyalahgunaan
NAPZA, sedangkan untuk stressor jangka panjang keluarga mengatakan akan selalu
memecahkan dengan musyawarah dan mencari solusinya dengan anggota keluarga yang
lain dengan cara mengemukakan pendapat masing - masing.
Keluarga anak I selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada anggota keluarga
yang sedang mengalami masalah khususnya pada anak I dengan riwayat penyalahgunaan
NAPZA, jika ada anggota keluarga yang bermasalah dengan kesehatan keluarga akan
memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, praktek dokter, dan rumah sakit.
Data Objektif:
An.I terlihat kurang percaya diri
An.I terlihat malu
An.I sering menunduk
An.I saat berbicara kontak mata
kurang
An.I sering memegang kepala saat
berbicara
3. Data Subjektif: Gangguan proses Krisis perkembangan
keluarga
Tn.A mengatakan tahap
perkembangan pada keluarga
belum terjalin begitu baik karena
orangtua terlalu sibuk
An.I mengatakan tidak merasakan
kehangatan dalam keluarga
sehingga ia tidak tau mau
menceritakan masalahnya pada
siapa
Keluarga Tn.A khususnya Tn.A
dan Ny.A terlalu sibuk bekerja
Keluarga Tn.A mengatakan
memiliki sifat yang keras dalam
mendidik anak-anaknya
Keluarga Tn.A mengatakan
bekum mengetahui peran sebagai
orang tua menyikapi perilaku
anak-anaknya
Keluarga Tn.A mengatakan
sering menyelesaikan masalah
dengan emosi
Keluarga Tn.A mengatakan
orangtua selalu bertengkar untuk
menyelesaikan masalah yang
dihadapi An.I
Data Objektif:
Keluarga Tn.A terlihat terlalu
sibuk berkerja
Keluarga Tn.A terlihat keras
dalam mendidik anak-anaknya
Keluarga Tn.A terlihat kurang
adanya kehangatan
No Diagnosis keperawatan
1. Ansietas b.d penyalahgunaan zat d.d tampak tegang, tremor,kontak mata buruk,
tekanan darah meningkat
2. Harga diri rendah kronis b.d terpapar situasi traumatis d.d menilai diri negatif,
merasa malu, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang
3. Gangguan proses keluarga b.d krisis perkembangan d.d keluarga tidak mampu
mengungkapkan perasaan secara leluasa, keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan emosional anggota keluarga
C. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosa Kep : Ansietas b.d penyalahgunaan zat d.d tampak tegang,
tremor,kontak mata buruk, tekanan darah meningkat
2. Diagnosa Kep : Harga diri rendah kronis b.d terpapar situasi traumatis d.d menilai diri negatif,
merasa malu, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang
No Kriteria SkalaBobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/3 x 1= 1 Masalah ini bersifat aktual/tidak sehat
- Tidak/ kurang sehat 3 dimana tanda dan gejala harga diri
rendah sudah mulai muncul pada An.I
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera 1
Total 4
Kemungkinan
2 masalah 2 ½ x 2= 1 Kemungkinan masalah ini dapat diubah
dapat diubah sebagian jika keluarga Tn.A
memberikan perhatian dan semangat
- Mudah 2 kepada An.I
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
Potensi
3 masalah untuk 1 2/3 x 1= Potensial masalah dicegah cukup
dicegah 0,6 karena informasi yang telah diterima
keluarga mengenai proses keluarga
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1 ½ x 1 = 0,5Masalah ada tetapi tidak perlu segera
- Masalah berat harus 2 ditangani karena harus
memprioritaskan masalah 1 dan 2
segera ditangani terlebih
- Ada masalah tetapi 1
tidak perlu segera
Ditangani
- Masalah tidak 0
Dirasakan
Total 3,1
2 Harga diri rendah kronis b.d terpapar situasi traumatis d.d menilai diri 4
negatif, merasa malu, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya bahaya narkoba di
lingkungan sekitar kita. Memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang cukup tentang bahaya
narkoba. Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait mengenai bahaya narkoba dalam
kehidupan sehari-hari kepada masyarakat luas, agar upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba
dapat dilaksanakan dalam tugas bersama. Kesadaran untuk menjahui barang-barang haram narkoba.
Kuatkan tekad untuk berkata, “TIDAK PADA NARKOBA”.
DAFTAR PUSAKA
Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep, dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta
Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan
rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada
pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat