Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA


REMAJA DENGAN PERILAKU PENYALAHGUUNAAN NAPZA

Dosen Pembimbing :
Ns. Mike Asmaria.S.Kep,M.Kep

Oleh kelompok 3
Nuril Qolbi
Nuraini Khairunisa
Nurul Hanifah
Salsabila Firdausia
PRODI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada
kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salawat beriring salam
tercurahkan pada junjungan kita yaitu Nabi besar Muhammad SAW.

Makalah ini berjudul “Pengkajian Keperawatan Keluarga Teoritis Pada Remaja dengan Perilaku
Penyalahgunaan NAPZA “ yang bertujuan untuk memenuhi Tugas Keperawatan Keluarga.Terima
kasih kami ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah “Keperawatan Keluarga”, yang telah membimbing
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, serta pada teman-teman yang telah memberi
dorongan dan partisipasinya kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan,maka untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca yang telah membaca makalah ini
kiranya dapat memberikan kritikan dan saran demi kebaikan makalah ini.
Padang, 19 Oktober 2020

Kelompok 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................

1.3 Tujuan ...................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................

2.1 Definisi NAPZA...................................................................................................................

2.2 Jenis-Jenis dari NAPZA........................................................................................................

2.3 Penyalahgunaan dari NAPZA..............................................................................................

2.4 Efek dan Dampak Pemakaian NAPZA................................................................................

2.5 Faktor Penyebab Penggunaan NAPZA................................................................................

2.6 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan..............................................................................

BAB 3 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA TEORITIS.....................................

BAB 4 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA KASUS...........................................

BAB 5 PENUTUP..........................................................................................................................

5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................

5.2 Saran....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan
di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual manusia
seutuhnya lahir maupun batin. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dewasa ini berkembang pengaruh pemakaian obat-obatan dikalangan masyarakat. Hal ini
sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin lama semakin
berkembang dengan pesat, dan salah satu yang paling marak saat ini adalah “Masalah Narkotika
dan Psikotropika.”
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau
istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat
berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,
multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar
golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi
pengobatan, pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun di sisi lain
dapat pula menimbulkan addication (ketagihan dan ketergantungan) tanpa adanya pembatasan,
pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang, dan juga
jika disalahgunakan atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan akan
berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas khususnya generasi muda.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
b. Apa saja jenis-jenis dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
c. Bagaimana Penyalahgunaan dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif) ?
d. Efek Dan dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemakaian NAPZA (Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif) ?
e. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan
Zat adiktif) ?
f. Bagaimana Penanggulangan dan pencegahan yang dilakukan ?
g. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan penggunaan NAPZA?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang Penyalahgunaan NAPZA dan
mengetahui Asuhan Keperawatan Keluarga Penyalahgunaan NAPZA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Narkotika adalah suatu zat atau obat yg berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yg dpt menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan ( Undang-
undang RI No.22 thn 1997 ttg Narkotika)

Psikotropika adalah suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Zat adiktif lain adalah bahan/zat yg berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan
Psikotropika.

2.2 Jenis-Jenis Narkotika dan Psikotropika

a. Golongan Narkotika

1. Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak
ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan. Contoh narkotika golongan 1 heroin/putauw, kokain, ganja .

2. Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan .Contoh kodein

3. Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein).

b. Golongan Psikotropika
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu :

1. Psikotropika Golongan I :
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD).

2. Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau
tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin).

3. Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

4. Psikotropika Golongan IV :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

c. Zat adiktif lainnya

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut
Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat, dan
sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika
digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh
obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny
Walker, Kamput.)

2. Inhalansia

Yaitu gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik,
yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas
mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Dalam upaya
penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja,
harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

2.3 Penyalahgunaan Narkotika & Psikotropika


 Golongan Narkotika

- Opioid (OPIAD)

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver somniverum,
yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama Opioid juga
digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotik sintetik yang
kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat
yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-
methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
o Efek samping yang ditimbulkan

Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada
malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV
dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam
hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.

o Gejala intoksitasi (keracunan) opioid

Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan satu
( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid,
yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.
Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia
awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan pertimbangaan,
atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang berkembang selama, atau segera setelah
pemakaian opioid.

o Gejala putus obat dari ketergantungan opioid

Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi,
menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk
pipotermia dan hipertermia.Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat
putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti
penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan
kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama
sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala.
Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan,
mual, dan muntah.

 Turunan OPIOID (OPIAD) yang sering disalahgunakan adalah :


a. Candu

Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang

hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah ini dibiarkan

mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan

menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau

candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering

disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan

dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung

elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

b. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida

utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna

putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
c. Heroin ( putaw )

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis

opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang

secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan

perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin

adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker

terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.

d. Codein

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah daripada

heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam

bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.

e. Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan
suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

f. Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan opioid.

Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.

Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol),

methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone

banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah

dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah

nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah

senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut

adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian

telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk

ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.
g. Kokain

Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang

sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar

Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman belukar ini

biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan.

Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan

mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain

diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif

dan efek merugikannya telah dikenali. Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan

crack ( kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang

lebih kuat ).

 Golongan Psikotropika

Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah


psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang
dikenal dengan nama Shabu-shabu.
a. Ecstasy
Rumus kimia XTC adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine (MDMA).
Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu
tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan didalam percobaan
penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh
para dokter ahli jiwa. XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya
berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang
lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan
jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada
awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi
fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita
menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa
kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman
mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan
itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan
merasa sangat lelah dan tertekan.

b. Shabu-Shabu
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara
membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang
lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang
didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada
waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar Sabu dengan
pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan),
menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak
berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut
dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai persoalan / masalah dalam
kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat
dirumuskan sebagai berikut: MASALAH + SABU = SANGAT BERBAHAYA. Selain itu,
pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak
dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang dimilikinya habis. Hal itu juga
merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi
bertambah (The Law Of Diminishing Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak
mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang
jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya
berkurang drastis selama memakai Sabu.

 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya

Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-
zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.
a. Minuman Keras

Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.


o Efek Samping Yang Ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam
waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari jumlah / kadar
alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax,
dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih
dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut :
merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih
emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik -
motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik
dan bisa sampai tidak sadarkan diri.
Kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian
dan daya ingat terganggu, mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung
berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya
timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik
tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita
menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa
kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman
mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan
itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan
merasa sangat lelah dan tertekan.

b. Nikotin
Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk nikotin yang
paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau
juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap).
Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa berbahayanya
merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang
terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.
o Efek Samping Yang Ditimbulkan

Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian,


belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok
meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif.
Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa mengubah
metabolisme oksigen serebtral.

Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral.
Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan otot
skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang
sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena paralisis
( kegagalan ) pernafasan.

c. Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. MEreka membuat
obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa
memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara sengaja membiarkan
para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah beredar dengan
nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket fuel dan lain-lain.

2.4 Efek dan Dampak Pemakaian Zat

 Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA dapat digolongkan
menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak
sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif
(penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan
kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang
termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain.

3. Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga
seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.
Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin.

Namun, secara umum dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun
sosial seseorang.diantaranya :

1. Dampak Fisik:

Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran,
kerusakan syaraf tepi

 Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung,
gangguan peredaran darah

 Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim

 Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran


bernafas, pengerasan jaringan paru-paru

 Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati dan sulit tidur

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan


fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual

 Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode
menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)

 Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat
ini belum ada obatnya

 Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba
melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian

2. Dampak Psikologi:

 Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah

 Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

 Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

 Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan


 Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

 Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

 Merepotkan dan menjadi beban keluarga

 Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram

Dampak fisik dan psikis berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan
dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (biasa disebut sugest).
Gejala fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

2.5 Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba


Faktor penyebab penggunaan narkoba antara lain:

1. Ingin terlihat gaya

Zat terlarang jenis tertentu dapat membuat pamakainya menjadi lebih berani, keren,
percaya diri, kreatif, santai, dan lain sebagainya. Efek keren yang terlihat oleh orang lain
tersebut dapat menjadi trend pada kalangan tertentu sehingga orang yang memakai zat
terlarang itu akan disebut trendy, gaul, modis, dan sebagainya.

2. Solidaritas Kelompok

Suatu kelompok orang yang mempunyai tingkat kekerabatan yang tinggi antar anggota
biasanya memiliki nilai solidaritas yang tinggi. Misalnya, jika ketua atau beberapa anggota
kelompok yang berpengaruh pada kelompok itu menggunakan narkotik, maka biasanya
anggota yang lain baik secara terpaksa atau tidak terpaksa akan ikut menggunakan narkotik
itu agar merasa seperti keluarga senasib sepenanggungan.

3. Menghilangkan rasa sakit


Seseorang yang memiliki suatu penyakit atau kelainan yang dapat menimbulkan rasa sakit
yang tidak tertahankan dapat membuat orang jadi tertarik jalan pintas untuk mengobati sakit
yang dideritanya yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan zat terlarang.

4. Coba-coba / penasaran

Dengan merasa tertarik melihat efek yang ditimbulkan oleh suatu zat yang dilarang,
seseorang dapat memiliki rasa ingin tahu yang kuat untuk mencicipi nikmatnya zat terlarang
tersebut. Jika iman tidak kuat, maka seseorang dapat mencoba ingin mengetahui efek dari zat
terlarang. Tanpa disadari dan diinginkan orang yang sudah terkena zat terlarang itu akan
ketagihan dan akan melakukannya lagi berulang-ulang tanpa bisa berhenti.

5. Menyelesaikan Masalah

Orang yang dirudung banyak masalah dan ingin lari dari masalah dapat terjerumus
dalam pangkuan narkotika, narkoba atau zat adiktif agar dapat tidur nyenyak atau jadi
gembira ria dan kemudian merasa masalahnya terselesaikan sejenak.

6. Mencari Tantangan / Kegiatan Beresiko

Bagi orang-orang yang senang dengan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
menjalankan aksinya ada yang menggunakan obat terlarang agar bisa menjadi yang terhebat,
penuh tenaga dan penuh percaya diri.

2.6 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan melalui


beberapa cara, sebagai berikut ini :

a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan
kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan
penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan
pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan
masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak
keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan
untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur
hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat kemananan yang dibantu oleh
masyarakat. Jika masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan
tidak boleh main hakim sendiri.

c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis maupun dengan
media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitas
pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina
Kasih dll.

d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh
kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara
wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat,
supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.

Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA:

Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan
intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko
tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka
agar tidak menggunakan NAPZA.Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini,
agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan NAPZA.

3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS KELUARGA

a. Data Umum
1. Nama KK
2. Umur KK
3. Pekerjaan KK
4. Pendidikan KK
5. Alamat dan no telepon
6. Komposisi anggota keluarga (Nama,umur, jenis kelamin, hubungan dengan KK,
Pendidikan, Pekerjaan, Keterangan).
7. Genogram,Menyangkut minimal 3 generasi, harus tertera nama,umur,kondisi kesehatan,tiap
keterangan gambar).
8. Tipe keluarga
9. Suku bangsa
a. Asal suku bangsa
b. Bahasa yang digunakan
c. Kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi kesehatan.
10. Agama
a. Agama yang dianut keluarga
b. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
11. Status sosial ekonomi keluarga
a. Rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga
b. Jenis pengeluaran keluarga tiap bulan
c. Tabungan khusus kesehatan
d. Barang (harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot,transportasi)
12. Aktivitas rekreasi keluarga
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti :
a. Riwayat terbentuknya keluarga inti
b. Penyakit yang di derita keluarga orang tua (adanya penyakit menular atau penyakit
menular di keluarga)
4. Riwayat keluarga sebelumnya
a. Riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular di keluarga
b. Riwayat kebiasaan/gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
c. Lingkungan
1. Karakterstik rumah ( ukuran,kondisi dalam dan luar rumah,ventilasi,SPAL,air
bersih,pengelolaan samapah,kepemilikan rumah,kamar mandi,denah rumah).
2. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal(aturan penduduk
setempat,budaya setempat,apa ingin tinggal dengan satu suku saja)
3. Mobilitas geografis keluarga(keluarga sering pindah rumah,dampak pindah rmah
terhadap keluarga)
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
d. Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi keluarga
2. Struktur kekuasaan keluarga
3. Struktur peran (formal dan informal)
4. Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi Keluarga
o Fungsi afektif
o Fungsi sosialisasi
o Fungsi biologis
o Fungsi ekonomi
o Fungsi perawatan
o Fungsi psikologis
o Fungsi pendidikan
f. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka panjang dan Stressor jangka pendek serta kekuatan keluarga.
2. Respon keluarga terhadap stress.
3. Strategi koping yang di gunakan
4. Strategi adaptasi fungsional ( adakah cara keluarga mengatasi masalah secara
maladatif
g. Peeriksaan fisik
1. Tanggal pemeriksaan
2. Pemeriksaan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3. Aspek pemeriksaan mulai dari tanda vital, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher,
abdomen, ekstremitas atas dan bawah, genetalia
h. Harapan Keluarga
i. Analisa Data
j. Perumusan Diagnosis Keperawatan
k. Skoring Diagnosis Keperawatan
l. Format Rencana Asuhan Kepeawatan Keluarga
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELUARGA PADA
REMAJA DENGAN PERILAKU PENYALAHGUUNAAN NAPZA

I. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn.A

2. Umur : 52th

3. Pekerjaan : Wiraswasta

4. Pendidikan : D3

5. Alamat : Komplek Karya Rei Blok G No 6 Kel. Korong


Gadang, Kec Kuranji Kota Padang

6. Nomor Telp : 082284866465

7. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub dg KK Umur Pendidikan
1. Ny.A P Istri 49 Th SMK
2. An. A P Anak 22 Th D3
3. An.I L Anak 17 Th Pelajar

8. Genogram
Keterangan : : Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal Serumah

: Klien

9. Tipe keluarga

Tipe keluarga anak I adalah tipe keluarga nuclear family yaitu dimana yang tinggal
dirumah adalah ayah, ibu, dan anak-anaknya

10. Suku bangsa

Keluarga anak I memiliki suku yang sama yaitu bersuku minang. Keluarga mengatakan
masih memegagang atau menganut kebiasaan dalam adat mereka.

11. Agama

Keluarga anak I menganut agama islam, mereka mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam. Keluarga Tn.A mengajarkan sejak dini pendidikan agama. Keluarga Tn.A
khususnya Ny.A merupakan guru mengaji di salah satu masjid didekat rumah.

12. Status social ekonomi keluarga

Tn.A bekerja sebagai sales harian dan menjual barang-barang bekas seperti meja makan
bekas, tempat tidur bekas, kasur bekas, dan barang-barang lainnnya. Penghasilan Tn.A Rp.
3.000.000/bulan dan Ny.A bekerja sebagai guru ngaji yang berpenghasilan Rp 500.000/bulan.
13. Aktifitas rekreasi keluarga

Keluarga anak I mengatakan untuk aktivitas rekreasi keluarga mereka tidak terjadwal.
Keluarga biasanya berkumpul sambil menonton televisi. Karena keluarga anak I sibuk
bekerja jadi untuk waktu libur digunakan untuk membersihkan rumah dan beristirahat. .
Keluarga anak I mengatakan tidak ada jadwal rekreasi yang terjadwal. Namun sekali-kali ada
pergi rekreasi bersama keluarga pada waktu tertentu seperti libur lebaran. Anak I
mengatakan orang tua terlalu sibuk sehingga waktu untukbercengkrama tidak ada. Anggota
keluarga sibuk dengan urusan masing - masing sehingga waktu untuk menyampaikan
masalah tidak ada.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga anak I berada pada tahap perkembangan kelima yaitu
tahap keluarga dengan anak remaja. Tugas tahap perkembangan ini yaitu memberi kebebasan
seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkatkan otonomi dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak. Pada
saaat ini tahap perkembangan pada keluarga bapak A belum terjalin begitu baik karena orang
tua yang terlalu sibuk membuat anak I tidak merasakan kehangatan dalam keluarga sehingga
ia tidak mau menceritakan masalahnya ia tidak mau menceritakannya pada siapapun,
sehingga ia memilih untuk mengkonsumsi narkoba.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tn.A mengatakan bahwa ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu
memberikan kasih sayang yang penuh pada anak – anaknya. Tn.A menyadari bahwa ia dan
terlalu sibuk untuk bekerja sehingga anak- anak nya tidak terperhatikan khususnya anak I
dengan perilaku NAPZA.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti

Pada saat pengkajian pada Selasa, 27 Oktober 2020. Tn.A mengatakan bahwa saat ini
anak I setahun belakangan mengalami tingkah laku yang berbeda dari pada biasanya. Setelah
ditanya ia mengkonsumsi lem dan ganja. Anak I mengatakan pada saat ini ia merasakan sangat
cemas untuk keluar rumah bertemu orang lain, cemas untuk datang kesekolah bertemu teman-
temannya, cemas jika ada orang datang kerumah, dan mengatakan sangat merasakan cemas
yang luar biasa. Anak I saat dilakukan pengkajian pada tanggal Rabu, 28 Oktober 2020
mengatakan dirinya tidak berguna, dirinya tidak bermanfaat, dirinya bodoh, teman – temannya
tidak mau berteman dengannya karena ia aneh, dan orang tua sibuk bekerja.

4. Riwayat keluarga sebelumnya

Pada saat dilakukan pengkajian Tn.A mengakatakan bahwa 5 tahun yang lalu kedua
anaknya pernah dirawat dirumah sakit dengan demam berdarah. Anak I mengatakan
sebelumnya tidak pernah dirawat dengan penyalahgunaan NAPZA.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. Karakteristik rumah
Rumah yang dimiliki keluarga anak I adalah permanen dan milik sendiri dengan luas
tanah 8 × 12 m² yang terdiri dari satu ruang tamu, ruang keluarga, satu dapur, tiga kamar tidur,
satu kamar mandi. Ventilasi rumah cukup banyak dan memiliki pencahayaan yang cukup baik
karena rumah memiliki banyak jendela. Sedangkan pada malam hari menggunakan lampu
listrik.Sumber air yang digunakan keluarga adalah PAM. Air ini dipakai untuk memasak, dan
mandi, sedangkan air minum menggunakan air isi ulang. Jarak antara septik tank dengan Wc ±
15 meter. Fasilitas yang ada didalam rumah keluarga berupa seperangkat kursi dan meja tamu,
lemari baju dan tempat tidur tiap-tiap kamar, peralatan dapur, mesin cuci, kulkas, televisi dan
peralatan lainnya. Pembuangan limbah rumah tangga keluarga mengalir dengan baik kedalam
got dibelakang rumah yang kondisinya cukup bersih, mengalir dan tertutup.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Tipe lingkungan anak I adalah lingkungan sedikit nyaman dan lumayan tenang karena
rumahnya berada jauh dari jalan raya. Jarak rumah dengan tetangga rapat dan padat, tetangga
dengan mayoritas warganya bersuku minang dan beragama islam. Tipe pekerjaan komunitas
tetangga bermacam-macam, yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, buruh, pedagang serta
wiraswasta. Lingkungan rumah dengan anak remaja yang masih banyak bersekolah, tetapi saat
di lakukan observasi terdapat dilingkungan tersebut banyak anak – anak remaja yang
merokok di warung – warung didekat lingkungan rumah klien.

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga anak I mengatakan mereka menempati rumah ini sudah lama awal mereka
menikah dan sampai sekarang. Keluarga tidak ada pindah ke lingkungan yang baru karena
disini menurutnya sudah cukup nyaman dan tenang.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Keluarga mengatakan sudah menjalin hubungan dengan baik antar sesama tetangga
sejak tinggal di lingkungan tersebut keluarga anak I mengatakan mengikuti semua aturan yang
berlaku dilingkungan seperti jika ada himbauan dari ketua RT untuk gotong royong bersama
keluarga. Keluarga Anak I mengatakan sejak kecil anak I tidak mau untuk mengikuti kegiatan
yang diadakan dilingkungan rumah. Anak I mengatakan dia malu untuk bergabung dengan
orang lain . lebih senang dirumah. Bahasa yang digunakan oleh keluarga dalam
berkomunikasi yaitu bahasa minang dan bahasa indonesia.

5. Sistem pendukung keluarga

Keluarga anak I mengatakan memiliki sistem keluarga yang cukup erat, apabila ada
anggota keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain memberikan dorongan atau
mengingatkan serta mengantar berobat ke pelayanan kesehatan. Keluarga juga mempunyai
kartu jaminan kesehatan yang bisa digunakan sebagai pendukung keluarga dalam berobat.

IV. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi keluarga

Keluarga anak I mempunyai pola komunikasi yang terbuka dimana dilakukan secara
efektif, dan proses komunikasi keluarga berlangsung dua arah, keluarga mengatakan jika ada
masalah yang sangat penting mereka selalu membicarakan dengan anggota keluarga untuk
menyelesaikannya secara bersama-sama. Tetapi sering masalah yang terjadi selalu
diselesaikan dengan emosi, sehingga tidak ada kesepakatan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Seperti masalah yang di alami anak I orang tua selalu bertengkar untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi anak I. Anak I mengatakan orang tua khususnya ibu
selalu tidak sabaran dalam menghapi maslah yang terjadi.

2. Struktur kekuatan keluarga

Pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah oleh keluarga. Keluarga


mengatakan berusaha saling menghargai pendapat setiap anggota keluarga. Namun setiap
keputusan yang diambil diputuskan oleh bapak dari anak I.

3. Struktur peran

Tn.A adalah kepala keluarga, Tn.A berperan sebagai suami, ayah yang bertugas untuk
menjaga keluarga, mendidik anaknya, dan memenuhi kebutuhan keluarga. Ny.A berperan
sebagai istri dan ibu untuk anak-anaknya. Ny.A juga berperan sebagai pengatur dan
pengontrol pemasukan dan pengeluaran keluarga serta mengurus pekerjaan rumah. Anak I
berperan sebagai anak yang harus mematuhi setiap peraturan yang berlaku dirumah dan
menjalankan tugas sebagai anak. Keluarga anak I belum mengetahui peran sebagai orang tua
denggan remaja perilaku NAPZA.

4. Nilai atau norma keluarga

Keluarga anak I menganggap nilai dan norma dalam keluarga sesuai dengan apa yang
ada pada masyarakat seperti sopan santun dengan sesama manusia, saling menghargai dan
menghormati, menjaga perasaan orang lain saat berucap.

V. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif

Keluarga anak I mengatakan mereka saling menghargai satu sama lain dimana mereka
sama-sama merasakan perasaan memiliki dan dimiliki serta mereka saling mendukung dan
menjaga satu sama lain.

2. Fungsi sosialisasi

Keluarga anak I mengatakan hubungan keluarga dengan tetangga berjalan dengan baik
dan lancar jika ada kegiatan dilingkungannya keluarga anak I juga aktif ikut serta dalam
kegiatan tersebut. Anak I mengatakan jarang untuk mengikuti kegiatan tersebut karena
sangat cemas untuk keluar rumah dan megatakan dirinya tidak bermanfaat.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga anak I mengatakan sehat adalah apabila keluarga masih dapat melakukan
aktivitas dengan normal dan tanpa gangguan kesehatan, dan sedangkan sakit adalah dimana
jika anggota keluarga tidak dapat melakukan aktivitas secara normal karena ltekkes
Kemenkes Padang sakit. Keluarga anak I mengatakan tidak mengetahui cara merawat
anggota keluarga dengan remaja perilaku NAPZA.

a. Mengenal masalah kesehatan

Keluarga anak I mengatakan tidak mengetahu remja dengan perilaku NAPZA.


Keluarga anak I mengatakan baru mengetahui anak I mengkonsumsi NAPZA awalnya
diberitahu oleh tetengganya tetapi bapak A dan ibu A tidak mempercayainya. Anak I
megatakan mengkonsumsi lem pada saat kelas 2 SMP berusia 13 tahun, dan
mengkonsumsi ganja pada kelas satu SMK berusia 15 tahun.

b. Mengambil keputusan

Keluarga mengatakan tidak mengetahui akibat lanjut dari penyalahgunaan


NAPZA. Keluarga mengatakan ingin mengetahui tentang cara perawatan remaja
dengan perilaku NAPZA agar dapat merawat anggota keluarga khususnya anak I yang
mengalami penyalahgunaan NAPZA.
c. Merawat anggota keluarga

Keluarga anak I mengatakan masih bingung dengan cara perawatan masalah


remaja dengan perilaku NAPZA.

d. Modifikasi lingkungan

Keluarga mengatakan belum mengetahui cara memodifikasi lingkungan yang


baik untuk anak I dengan perilaku NAPZA.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Keluarga mengatakan selalu menggunakan pelayanan yang ada seperti praktek


bidan, puskesmas maupun langsung ke rumah sakit terdekat.

4. Fungsi reproduksi

Tn.A menikah dengan Ny.A dan dikaruniai 2 orang anak. Ke dua anaknya belum
menikah. Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami masalah
penyalahgunaan NAPZA.

5. Fungsi ekonomi

Keluarga mengatakan mampu memenuhi kehidupan sehari-hari. Tetapi tidak memenuhi


setiap keinginan yang diminta naaknya. Seperti anak I yang meminta motor tidak dipenuhi
oleh Tn.A.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA

1. Stresor jangka pendek

Keluarga anak I mengatakan selalu mencemaskan anak I terjerumus kembali kedalam


masalah penyalahgunaan NAPZA dan mengalami ketergantungan obat – obatan terlarang
tersebut.

2. Stressor jangka panjang

Keluarga anak I mengatakan takut jika anaknya akan mengalami gangguan jiwa atas
efek dari penyalahgunaan NAPZA.

3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Keluarga anak I mengatakan tindakan untuk stressor jangka pendek adalah keluarga
berusahan selalu untuk mengingatkan dan merawat anak I dengan masalah penyalahgunaan
NAPZA, sedangkan untuk stressor jangka panjang keluarga mengatakan akan selalu
memecahkan dengan musyawarah dan mencari solusinya dengan anggota keluarga yang
lain dengan cara mengemukakan pendapat masing - masing.

4. Strategi koping yang digunakan

Keluarga anak I selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada anggota keluarga
yang sedang mengalami masalah khususnya pada anak I dengan riwayat penyalahgunaan
NAPZA, jika ada anggota keluarga yang bermasalah dengan kesehatan keluarga akan
memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti puskesmas, praktek dokter, dan rumah sakit.

5. Strategi adaptasi disfungsional

Keluarga mempunyai adaptasi disfungsional karena keluarga menggunakan kekerasan


dalam menghadapi masalah seperti akan memukul anaknya jika tidak mendengarkan
perkataan orang tua dan marah apabila anak tidak menurut dengan perkataan orang tua.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

NO PEMERI Tn.A Ny.A An.A An.I


KSAAN
FISIK
1. Keadaan TB : 169cm TB : 156cm TB : 157cm TB : 160cm
umum BB : 65kg BB : 54kg BB : 50kg BB : 49kg
TD : TD : TD : TD :
120/80mmHg 130/80mmHg 130/80mmHg 130/80mmHg
N : 78x/m N : 96x/m N : 96x/m N : 96x/m
P : 19x/m P : 20x/m P : 20x/m P : 20x/m
S : 36,5c S : 36,6c S : 36,4c S : 36,6c
2. Kepala Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada
benjolan, kulit benjolan, kulit benjolan, kulit benjolan, kulit
kepala bersih. kepala bersih. kepala bersih. kepala bersih.
3. Rambut Bersih, pendek, Bersih, panjang, Bersih, panjang, Bersih, pendek ,
hitam hitam hitam hitam
4. Mata Konjungtiva, Konjungtiva, Konjungtiva, Konjungtiva,
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
sclera tidak sclera tidak sclera tidak sclera tidak
ikterik, ikterik, ikterik, ikterik,
penglihatan baik penglihatan baik penglihatan baik penglihatan
terganggu
5. Hidung Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,
penciuman baik, penciuman baik, penciuman baik, penciuman baik,
tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret tidak ada sekret
6. Telinga Pendengaran Pendengaran Pendengaran Pendengaran baik,
baik, serumen baik, serumen baik, serumen serumen tidak
tidak ada,simetris tidak ada,simetris tidak ada,simetris ada,simetris kiri
kiri dan kanan kiri dan kanan kiri dan kanan dan kanan
7. Mulut Lidah bersih, Lidah bersih, Lidah bersih, Lidah bersih,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi lembab, gigi
lengkap lengkap lengkap lengkap
8. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan kelenjar tiroid dan
klenjar limfe klenjar limfe klenjar limfe klenjar limfe
9. Dada Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan
kanan, tidak ada kanan, tidak ada kanan, tidak ada kanan, tidak ada
lesi lesi lesi lesi
10. Paru I : Pergerakan I : Pergerakan I : Pergerakan I : Pergerakan
dada simetris kiri dada simetris kiri dada simetris kiri dada simetris kiri
dan kanan dan kanan dan kanan dan kanan
P : Premitus kiri P : Premitus kiri P : Premitus kiri P : Premitus kiri
dan kanan dan kanan dan kanan dan kanan
P : Sonor P : Sonor P : Sonor P : Sonor
A : tidak ada A : tidak ada A : tidak ada A : tidak ada
bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas bunyi nafas
tambahan tambahan tambahan tambahan
11. Jantung I : Iktus kordis I : Iktus kordis I : Iktus kordis I : Iktus kordis
tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat
P : Iktus kordis P : Iktus kordis P : Iktus kordis P : Iktus kordis
teraba teraba teraba teraba
P : Redup P : Redup P : Redup P : Redup
A : Irama jantung A : Irama jantung A : Irama jantung A : Irama jantung
teratur teratur teratur teratur
12. Abdome I : Perut tidak I : Perut tidak I : Perut tidak I : Perut tidak
n buncit buncit buncit buncit
P : Tidak ada P : Tidak ada P : Tidak ada P : Tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
P : Tympani P : Tympani P : Tympani P : Tympani
A : Bising usus A : Bising usus A : Bising usus A : Bising usus
normal normal normal normal
13. Ekstremi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
tas masalah masalah masalah masalah

VIII. HARAPAN KELUARGA


Harapan keluarga anak I semoga anaknya bisa kembali berperilaku normal seperti
biasanya. Semoga anak I tidak terjerumu s lagi dengan penyalahgunaan NAPZA. Anak I
berharap semoga ia tidak kembali lagi mengkonsumsi NAPZA. Anak I ingin sembuh dan
menjalankan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
A. ANALISA DATA

No Data Masalah Penyebab


1. Data Subjektif: Ansietas Penyalahgunaan zat
 An.I mengatakan sangat cemas
untuk keluar rumah bertemu
orang lain
 An.I mengatakan cemas untuk
datang ke sekolah bertemu dengan
teman-teman
 An.I mengatakan cemas jika ada
orang yang datang kerumah
 An.I mengatakan mengalami
kecemasan yang luar biasa
 Keluarga mengatakan kurang
mengetahui remaja dengan
perilaku NAPZA
 Tn.A ayah An.I mengatakan
setahun belakangan An.I
mengalami tingkat laku yang
berbeda dari biasanya, setelah
ditanya An.I mengkonsumsi lem
dan ganja.
Data Objektif:
 An.I terlihat suka menyendiri
dikamar
 An.I terlihat gugup
 An.I sering menunduk
 An.I sering memegang kepala saat
berbicara
 An.I terlihat tegang
 An.I terlihat tremor
 Kontak mata kurang
 TD: 130/80 mmHg
N: 96 x/i
P: 22 x/I
S: 36,6°C
2. Data Subjektif: Harga diri rendah Terpapar situasi
kronis traumatis
 An.I mengatakan dirinya tidak
berguna
 An.I mengatakan dirinya tidak
bermanfaat
 An.I mengatakan teman-temannya
tidak mau berteman dengan
dirinya karena dibilang aneh
 An.I mengatakan orangtuanya
sibuk bekerja
 An.I mengatakan jika diajak
teman untuk bermain ia
menolaknya
 An.I mengatakan dirinya bodoh

Data Objektif:
 An.I terlihat kurang percaya diri
 An.I terlihat malu
 An.I sering menunduk
 An.I saat berbicara kontak mata
kurang
 An.I sering memegang kepala saat
berbicara
3. Data Subjektif: Gangguan proses Krisis perkembangan
keluarga
 Tn.A mengatakan tahap
perkembangan pada keluarga
belum terjalin begitu baik karena
orangtua terlalu sibuk
 An.I mengatakan tidak merasakan
kehangatan dalam keluarga
sehingga ia tidak tau mau
menceritakan masalahnya pada
siapa
 Keluarga Tn.A khususnya Tn.A
dan Ny.A terlalu sibuk bekerja
 Keluarga Tn.A mengatakan
memiliki sifat yang keras dalam
mendidik anak-anaknya
 Keluarga Tn.A mengatakan
bekum mengetahui peran sebagai
orang tua menyikapi perilaku
anak-anaknya
 Keluarga Tn.A mengatakan
sering menyelesaikan masalah
dengan emosi
 Keluarga Tn.A mengatakan
orangtua selalu bertengkar untuk
menyelesaikan masalah yang
dihadapi An.I

Data Objektif:
 Keluarga Tn.A terlihat terlalu
sibuk berkerja
 Keluarga Tn.A terlihat keras
dalam mendidik anak-anaknya
 Keluarga Tn.A terlihat kurang
adanya kehangatan

B. PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Diagnosis keperawatan
1. Ansietas b.d penyalahgunaan zat d.d tampak tegang, tremor,kontak mata buruk,
tekanan darah meningkat
2. Harga diri rendah kronis b.d terpapar situasi traumatis d.d menilai diri negatif,
merasa malu, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang
3. Gangguan proses keluarga b.d krisis perkembangan d.d keluarga tidak mampu
mengungkapkan perasaan secara leluasa, keluarga tidak mampu memenuhi
kebutuhan emosional anggota keluarga
C. PENILAIAN (SKORING) DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosa Kep : Ansietas b.d penyalahgunaan zat d.d tampak tegang,
tremor,kontak mata buruk, tekanan darah meningkat

No Kriteria Skal Bobo Skoring Pembenaran


a t
Sifat
1 masalah 1 3/3 x 1= 1 Masalah ini dikatakan aktual/kurang
- Tidak/ kurang sehat 3 sehat dengan data An.I selalu
mengatakan dirinya sangat cemas
- Ancaman kesehatan 2 untuk keluar rumah dan bertemu orang
- Keadaan sejahtera 1 lain dan Am.I mengatakan merasakan
cemas yang sangat luar biasa
Kemungkinan
2 masalah 2 1/2 x 2= 1 Kemungkinan masalah ini diubah
dapat diubah sebagian jika keluarga An.I
mendapatkan motivasi dan semangat
- Mudah 2 dari keluarga
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
Potensi
3 masalah untuk 1 3/3 x 1= 1 Potensial masalah ini untuk dicegah
dicegah tinggi jika An.I mengikuti dengan
benar cara mengatasi kecemasan
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
Menonjolnya
4 masalah 1 2/2 x 1= 1 Keluarga melihat adanya permasalahan
- Masalah berat harus 2 pada An.I jika tidak segera ditangani
maka dapat menyebabkan gangguan
segera ditangani psikologis pada An.I
- Ada masalah tetapi 1
tidak perlu segera
ditangani
- Masalah tidak 0
Dirasakan
Total 4

2. Diagnosa Kep : Harga diri rendah kronis b.d terpapar situasi traumatis d.d menilai diri negatif,
merasa malu, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang
No Kriteria SkalaBobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah 1 3/3 x 1= 1 Masalah ini bersifat aktual/tidak sehat
- Tidak/ kurang sehat 3 dimana tanda dan gejala harga diri
rendah sudah mulai muncul pada An.I
- Ancaman kesehatan 2
- Keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah 2 ½ x 2 = 1 Kemungkinan masalah ini dapat diubah


dapat diubah sebagian jika Keluarga Tn.A
memberikan perhatian dan semangat
- Mudah 2 kepada An.I
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk 1 3/3 x 1= 1 Potensi masalah untuk dicegah tinggi
dicegah karena An.I menilai diri negatif dan
merasa tidak memiliki kelebihan
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1 2/2 x 1= 1 Masalah berat dan harus segera diatasi
- Masalah berat harus 2 karena An.I menilai diri negatif dan
kurang percaya diri
segera ditangani
- Ada masalah tetapi 1
tidak perlu segera
ditangani
- Masalah tidak 0
dirasakan

Total 4

3. Diagnosa Kep : Gangguan proses keluarga b.d krisis perkembangan d.d


keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa, keluarga tidak
mampu memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga

No Kriteria SkalaBobot Skoring Pembenaran


Sifat
1 masalah 1 3/3 x 1= 1 Masalah ini bersifat aktual/tidak sehat
- Tidak/ kurang sehat 3 karena keluarga terlalu sibuk yang
membuat krisis perkembangan dan
- Ancaman kesehatan 2 menyebabkan gangguan proses
- Keadaan sejahtera 1 keluarga

Kemungkinan
2 masalah 2 ½ x 2= 1 Kemungkinan masalah ini dapat diubah
dapat diubah sebagian jika keluarga Tn.A
memberikan perhatian dan semangat
- Mudah 2 kepada An.I
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
Potensi
3 masalah untuk 1 2/3 x 1= Potensial masalah dicegah cukup
dicegah 0,6 karena informasi yang telah diterima
keluarga mengenai proses keluarga
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1 ½ x 1 = 0,5Masalah ada tetapi tidak perlu segera
- Masalah berat harus 2 ditangani karena harus
memprioritaskan masalah 1 dan 2
segera ditangani terlebih
- Ada masalah tetapi 1
tidak perlu segera
Ditangani
- Masalah tidak 0
Dirasakan

Total 3,1

D. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


1 Ansietas b.d penyalahgunaan zat d.d tampak tegang, tremor,kontak 4
mata buruk, tekanan darah meningkat

2 Harga diri rendah kronis b.d terpapar situasi traumatis d.d menilai diri 4
negatif, merasa malu, postur tubuh menunduk, kontak mata kurang

3 Gangguan proses keluarga b.d krisis perkembangan d.d keluarga 3,1


tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa, keluarga tidak
mampu memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga

E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnose SLKI SIKI


keperawatan
1. Ansietas b.d
Setelah dilakukan intervensi Reduksi Ansietas
penyalahgunaan zat
keperawatan diharapkan
Observasi
d.d tampak tegang,
tremor,kontak mata tingkat ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat
buruk, tekanan dengan kriteria hasil: ansietas berubah
darah meningkat
 Perilaku tegang  Identifikasi kemampuan
menurun skor 5 mengambil keputusan
 Tremor menurun  Monitor tanda-tanda ansietas
skor 5 Terapeutik
 Tekanan darah  Ciptakan suasana terapeutik
menurun skor 5 untuk menumbuhkan
 Kontak mata kepercayaan
membaik skor 5  Temani pasien untuk
 Frekuensi nadi mengurangi kecemasan
menurun skor 5  Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
 Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga tetap
bersama pasien
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi
2. Harga diri rendah Setelah dilakukan intervensi Promosi Harga Diri
kronis b.d terpapar
keperawatan diharapkanObservasi
situasi traumatis d.d
menilai diri negatif, harga diri meningkat dengan  Identifikasi budaya, agama,
merasa malu, postur kriteria hasil: ras, jenis kelamin, dan usia
tubuh menunduk,
kontak mata kurang
 Perasaan malu terhadap harga diri
menurun skor 5  Monitor verbalisasi yang
 Perasaan tidak merendahkan diri sendiri
mampu melakukan  Monitor tingkat harga diri
apapun menurun setiap waktu, sesuai
skor 5 kebutuhan
 Kontak mataTerapeutik
meningkat skor 5  Motivasi terlibat dalam
 Percaya diri verbalisasi positif untuk diri
berbicara meningkat sendiri
skor 5  Motivasi menerima
 Postur tubuh tantangan atau hal baru
menampakkan wajah  Diskusikan pernyataan
meningkat skor 5 tentang harga diri
 Diskusikan kepercayaan
terhadap penilaian diri
 Diskusikan persepsi negatif
diri
 Berikan umpan balik positif
atas peningkatan
pencapaian tujuan
 Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas yang meningkatkan
harga diri
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga
pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep
positif pasien
 Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
 Anjurkanmempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi dengan orang
lain
 Anjurkan membuka diri
terhadap kritik negatif
 Keluarkan mengevaluasi
perilaku
 Latihan peningkatan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
 Latih cara berpikir untuk
berperilaku positif
 Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi
3. Gangguan proses Setelah dilakukan intervensi Terapi keluarga
keluarga b.d krisis
keperawatan diharapkan Observasi
perkembangan d.d
keluarga tidak proses keluarga membaik  Identifikasi riwayat
mampu dengan kriteria hasil: kesehatan keluarga
mengungkapkan
perasaan secara
 Kemampuan  Identifikasi pola komunikasi
leluasa, keluarga keluarga keluarga
tidak mampu berkomunikasi  Identifikasi cara keluarga
memenuhi
kebutuhan
secara terbuka memecahkan masalah
emosional anggota diantara anggota  Identifikasi pembuatan
keluarga keluarga meningkat keputusan dalam keluarga
skor 5  Identifikasi peran setiap
 Kemampuan anggota keluarga dalam
keluarga memenuhi sistem keluarga
kebutuhan  Indikasi penyalahgunaan zat
emosional anggota pada anggota keluarga
keluarga meningkat  Identifikasi kebutuhan dan
skor 5 harapan dalam keluarga
 Sikap respek AntaraTerapeutik
anggota keluarga  Fasilitasi diskusi keluarga
meningkat skor 5  Fasilitasi strategi
 Perhatian pada menurunkan stres
batasan anggota  Diskusikan cara terbaik
keluarga meningkat dalam menangani disfungsi
skor 5 perilaku dalam keluarga
  Diskusikan batasan keluarga
 Diskusikan strategi
penyelesaian masalah yang
konstruktif
 Diskusikan rencana terapi
dalam keluarga
 Diskusikan cara
membudayakan perilaku
baru
Edukasi
 Anjurkan berkomunikasi
lebih efektif
 Anjurkan anggota
memprioritaskan dan
memilih masalah keluarga
 Anjurkan semua anggota
keluarga berpartisipasi
dalam pekerjaan rumah
tangga bersama-sama
 Anjurkan mengubah cara
berhubungan dengan
anggota keluarga lain
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Masalah penyalahguanaan NARKOBA / NAPZA khususnya pada remaja adalah ancaman


yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh
NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang
ditimbulkannya.

Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok


orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang
dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan
tersebut.

5.2 Saran

Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya sadar akan pentingnya bahaya narkoba di
lingkungan sekitar kita. Memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang cukup tentang bahaya
narkoba. Adanya penyuluhan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait mengenai bahaya narkoba dalam
kehidupan sehari-hari kepada masyarakat luas, agar upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba
dapat dilaksanakan dalam tugas bersama. Kesadaran untuk menjahui barang-barang haram narkoba.
Kuatkan tekad untuk berkata, “TIDAK PADA NARKOBA”.
DAFTAR PUSAKA

Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi, Konsep, dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba.

Kusumawaati, Farida, 2010, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika

Keliat, Budi ana, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta

Depkes. (2002). Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan sarana pelayanan
rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes. (2001). Buku pedoman tentang masalah medis yang dapat terjadi di tempat rehabilitasi pada
pasien ketergantungan NAPZA. Jakarta: Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai