“DEMENSIA”
Oleh :
Dini Islami,S.Kep
1904131
Preseptor Akademik
Helena Patricia, M.Kep
A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, namun dimulai sejak
permulaan kehidupan. Proses menua adalah proses alamiah yang secara
fisik dan mental mengalami perubahan yang perlahan, dan dialami oleh
semua orang.
Peningkatan jumlah lansia menuntut perhatian dari semua pihak,
baik pemerintah, pihak swasta, masyarakat, serta keluarga yang memiliki
lansia di rumah. Sejalan dengan bertambahnya usia, maka perubahan yang
terjadi di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan,
terutama ingatan jangka pendek. Salah satu yang terjadi pada lansia adalah
kemunduran fungsi kognitif, yaitu demensia.
Demensia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan daya ingat dan daya pikir dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu, lansia maupun keluarga yang memiliki lansia dan bahkan setiap orang
hendaknya harus mengetahui bagaimana perawatan dengan lansia yang
mengalami demensia serta mengetahui cara pencegahan demensia.
Mengingat pentingnya hal tersebut maka perlu diadakan kegiatan
penyuluhan terkait demensia dan cara pencegahan demensia
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan
audiens dapat memahami masalah demensia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan
1. Klien dapat mengetahui defenisi demensia
2. Klien dapat mengetahui etiolgi demensia
3. Klien dapat mengetahui patofisiologi demensia
4. Klien dapat mengetahui tanda dan gejala demensia
5. Klien dapat mengetahui penatalaksanaan demensia.
C. MANFAAT
a. Bagi PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Dapat membantu PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dalam peberian
penyuluhan kesehatan tentang demensia
b. Bagi lansia
Dapat menambah ilmu pengeahuan lansia tentang demensia
c. Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengaplikasikan ilmu pengetahuan di
lapangan tentang demensia.
D. Strategi pelaksanaan
I. Materi
Pengertian demensia
Faktor penyebab demensia
Patofisiologi demensia
Tanda dan gejala demensia
Penatalaksanaan demensia
II. Metode
Ceramah
Diskusi
Tanya Jawab
III. Media dan alat
Leaflet
Lembar balik
IV. Waktu : 10.00 WIB – 10.30WIB
E. SETTING TEMPAT
Keterangan :
:Pembimbing
:Moderator
:Penyanji
;Infokus
:Audiens
:Fasilitator
:Observer
:Dokumentasi
F. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung jawab : Kelompok II
Fungsi : mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
b. Moderator : Dini Islami
c. Fungsi : mengarahkan jalannya kegiatan.
d. Penyaji : Dini Islami
Fungsi : menyampaikan materi penyuluhan
e. Observer : Dini Islami
Fungsi : mencatat dan mengamati jalannya penyuluhan.
f. Fasilitator : Dini Islami
Fungsi : memotivasi audien untuk ikut dalam penyuluhan.
g. Dokumentator : Dini Islami
Fungsi : untuk mendokumentasikan penyuluhan
G. Kegiatan penyuluhan
H. Evaluasi :
1. Evaluasi struktur
a. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Audiens berperan aktif dalam penyuluhan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan selama kegiatan berlangsung
b. Audiens yang hadir mengikuti acara penyuluhan sampai selesai
c. Fasilitator menfasilitasi pasien untuk bertanya atau memberi
pendapat.
3. Evaluasi Hasil
a. Audiens 70% dapat menyebutkan pengertian demensia
b. Audiens 70% Menyebutkan etiologi demensia
c. Audiens 70% dapat menyebutkan patofisilogi demensia
d. Audiens 70% dapat menyebutkan tanda dan gejala demensia.
e. Audiens 70% dapat menyebutkan penatalaksanaan demensia.
f. Audiens diharapkan 85 % mengerti dan memahami tentang
penatalaksanaan demensia.
Materi Penyuluhan
“Penatalaksanaan Demensia”
A. Pengertian
B. Etiologi
a) Penyebab Usia
Semakin bertambahnya usia, maka semakin besar juga kemungkinan
seseorang untuk menderita demensia. Hal ini terjadi karena adanya
penurunan fungsi kerja tubuh seiring dengan bertambahnya usia
(Wreksoatmodjo,B, 2014). Demensia umumnya terjadi pada orang yang
berusia diatas 65 tahun.
b) Pekerjaan
Pekerjaan menjadi faktor risiko pada demensia. Lansia yang masih bekerja
kemampuan kognitifnya akan lebih sering terasah sehingga dapat
mempengaruhi terjadinya demensia (Nisa & Lisiswati, 2016).
c) Gaya hidup
Gaya hidup lansia seperti merokok,konsumsi minuman beralkohol, kurang
aktivitas fisik, dan stress akan mempengaruhi penyakit kardiovaskuler
seperti penyakit jantung yang akan menjadi penyebab demensia (Nisa &
Lisiswati, 2016).
d) Diabetes mellitus
Lansia yang menderita diabetes mellitus yang mengkonsumsi obat anti-
diabetes kemungkinan besa memiliki risiko untuk mengalami demensia.
Pada diabetes tipe 1 terjadinya penurunan mental pada lansia dan diabetes
tipe 2 mempengaruhi perubahan kognitif terutama pada pembelajaran dan
memori (Wreksoatmodjo,B, 2014).
e) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah dihubungkan dengan penurunan kognitif.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembentukan plak di pembuluh
darah, yang nantinya dapat dihantarkan menuju ke otak, sehingga otak
mengalami gangguan. Lansia dengan hipertensi yang tidak mengkonsumsi
obat antihipertensi dan tidak kontrol secara rutin akan berisiko mengalami
demensia (Wreksoatmodjo,B, 2014).
C. Patofisiologi
E. Penatalaksanaan
c) Burung hantu
Memijat bahu kiri dengan tangan kanan atau sebaliknya memijat
bahu kanan dengan tangan kiri secara bergantian. Bersamaan
dengan memijat menarik nafas saat kepala berada diposisi
tengah, kemudia dengan tinggi posisi dagu tegap menggerakkan
kepala perlahan ke arah bahu yang dipijat lalu menghembuskan
nafas ke sisi bahu yang tegang sambil relaks. Gerakan ini
dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dengan 1 kali pernafasan
ke setiap arah.
d) Sakelar otak
Pegang pusar dengan satu tangan sementara tangan yang lain
memijat sakelar otak (jaringan lunak dibawah tulang selangka di
kiri dan kanan tulang dada), sambil mata melirik dari kanan ke
kiri dan sebaliknya.gerakan dilakukan selama 30 detik-1 menit.
Setelah itu lakukan dengan mengganti posisi tangan.
e) Coretan ganda
Latihan dimulai dengan menggerakkan lengan secara leluasa,
tengkuk dan mata relaksa. Menggambar dilakukan dengan
kedua tangan pada saat yang sama. Gerakan dilakukan sebanyak
8 kali pada setiap bentuk gerakan dan menggunakan 3 bentuk
gerakan yang berbeda.
DAFTAR PUSAKA
Rahe,J., Petrelli,A., Kaesberg,S., Fink, GR., Kessler,J., & Kalbe,E. (2015). Effect
of cognititive training with additional physical activity compared to
pure cognitive training in healthy older adults. Clin Interv Aging.
19(10):297-310.
Stanley, M. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC