Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“DEMENSIA”

Oleh :

Dini Islami,S.Kep
1904131

Preseptor Akademik
Helena Patricia, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Demensia
Sasaran : Pasien Dengan Demensia
Tempat : Wisma A dan B
Hari/tanggal : Jumat/12 Juni 2020
Waktu : 10.00 Wib -10.30Wib

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, namun dimulai sejak
permulaan kehidupan. Proses menua adalah proses alamiah yang secara
fisik dan mental mengalami perubahan yang perlahan, dan dialami oleh
semua orang.
Peningkatan jumlah lansia menuntut perhatian dari semua pihak,
baik pemerintah, pihak swasta, masyarakat, serta keluarga yang memiliki
lansia di rumah. Sejalan dengan bertambahnya usia, maka perubahan yang
terjadi di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan,
terutama ingatan jangka pendek. Salah satu yang terjadi pada lansia adalah
kemunduran fungsi kognitif, yaitu demensia.
Demensia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan daya ingat dan daya pikir dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu, lansia maupun keluarga yang memiliki lansia dan bahkan setiap orang
hendaknya harus mengetahui bagaimana perawatan dengan lansia yang
mengalami demensia serta mengetahui cara pencegahan demensia.
Mengingat pentingnya hal tersebut maka perlu diadakan kegiatan
penyuluhan terkait demensia dan cara pencegahan demensia
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan
audiens dapat memahami masalah demensia.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan diharapkan
1. Klien dapat mengetahui defenisi demensia
2. Klien dapat mengetahui etiolgi demensia
3. Klien dapat mengetahui patofisiologi demensia
4. Klien dapat mengetahui tanda dan gejala demensia
5. Klien dapat mengetahui penatalaksanaan demensia.
C. MANFAAT
a. Bagi PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
Dapat membantu PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin dalam peberian
penyuluhan kesehatan tentang demensia
b. Bagi lansia
Dapat menambah ilmu pengeahuan lansia tentang demensia
c. Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengaplikasikan ilmu pengetahuan di
lapangan tentang demensia.
D. Strategi pelaksanaan
I. Materi
 Pengertian demensia
 Faktor penyebab demensia
 Patofisiologi demensia
 Tanda dan gejala demensia
 Penatalaksanaan demensia

II. Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya Jawab
III. Media dan alat
 Leaflet
 Lembar balik
IV. Waktu : 10.00 WIB – 10.30WIB

E. SETTING TEMPAT

Keterangan :

:Pembimbing

:Moderator

:Penyanji

;Infokus

:Audiens

:Fasilitator
:Observer

:Dokumentasi

F. PENGORGANISASIAN
a. Penanggung jawab : Kelompok II
Fungsi : mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.
b. Moderator : Dini Islami
c. Fungsi : mengarahkan jalannya kegiatan.
d. Penyaji : Dini Islami
Fungsi : menyampaikan materi penyuluhan
e. Observer : Dini Islami
Fungsi : mencatat dan mengamati jalannya penyuluhan.
f. Fasilitator : Dini Islami
Fungsi : memotivasi audien untuk ikut dalam penyuluhan.
g. Dokumentator : Dini Islami
Fungsi : untuk mendokumentasikan penyuluhan

G. Kegiatan penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Metode Waktu


Pre a. Moderator memberi Mendengarkan dan Ceramah 5 menit
interaksi salam menjawab salam
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Evaluasi dan validasi
reinformens
d. Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
umum dan tujuan menyetujui
khusus
d. Kontrak waktu dan Mendengarkan,menjawa
bahasa b dan menyepakati
Interaksi a. Menggali pengetahuan 1. Peserta, menjawab Tanya 20
audien tentang 2. Mendengarkan jawab menit
demensia 3. Memperhatikan dan Ceramah
b. Memberi mendengarkan
reinforcement positif
c. Menjelaskan
pengertian demensia

d. Menggali pengetahuan 1. Peserta menjawab Tanya


audien tentang etiologi 2. Mendengarkan jawab
demensia 3. Memperhatikan dan Ceramah
e. Memberi mendengarkan
reinforcement positif
f. Menyebutkan etilogi
demensia.
g. Menggali pengetahuan 1. Peserta menjawab Tanya
audiens tentang 2. Mendengarkan jawab
patofisiologi demensia 3. Memperhatikan dan Ceramah
h. Memberi mendengarkan
reinforcement positif
i. Menyebutkan
patofisiologi demensia
j. Menggali 1. Peserta menjawab Tanya
pengetahuan audien 2. Mendengarkan jawab
tentang tanda dan 3. Memperhatikan dan Ceramah
gejala demensia mendengarkan
k. Memberi
reinforcement positif
l. Menjelaskan tanda
dan gejala demensia

m. Menggali 1. Peserta menjawab Tanya


pengetahuan audien 2. Mendengarkan jawab
tentang 3. Memperhatikan dan Ceramah
Penatalaksanaan mendengarkan
demensia
n. Memberi
reinforcement positif
o. Menjelaskan tentang
penatalaksanaan
demensia.

a. memberikan 1.Menjawab pertanyaan Tanya


kesempatan peserta 2.mendengarkan dan jawab
penyuluhan untuk menjawab
mengajukan 3.mendengarkan
pertanyaan
b. Mengevaluasi hasil
penyuluhan
c. Menyimpulkan
d. Mengucapkan salam Menjawab salam penutup ceramah
penutup
terminasi

H.      Evaluasi :
1. Evaluasi struktur
a. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Audiens berperan aktif dalam penyuluhan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan selama kegiatan berlangsung
b. Audiens yang hadir mengikuti acara penyuluhan sampai selesai
c. Fasilitator menfasilitasi pasien untuk bertanya atau memberi
pendapat.
3. Evaluasi Hasil
a. Audiens 70% dapat menyebutkan pengertian demensia
b. Audiens 70% Menyebutkan etiologi demensia
c. Audiens 70% dapat menyebutkan patofisilogi demensia
d. Audiens 70% dapat menyebutkan tanda dan gejala demensia.
e. Audiens 70% dapat menyebutkan penatalaksanaan demensia.
f. Audiens diharapkan 85 % mengerti dan memahami tentang
penatalaksanaan demensia.
Materi Penyuluhan

“Penatalaksanaan Demensia”

A. Pengertian

Demensia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami


penurunan daya ingat dan daya pikir dan penurunan kemampuan tersebut
menimbulkan gangguan terhadap fungsi kehidupan sehari-hari. Kumpulan
gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan perasaan dan
tingkah laku seperti mudah tersinggung, curiga, menarik diri dari aktivitas
sosial, tidak peduli dan berulang kali menanyakan hal yang sama sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari pada penderita demensia
(Nugroho, 2009).

B. Etiologi

a) Penyebab Usia
Semakin bertambahnya usia, maka semakin besar juga kemungkinan
seseorang untuk menderita demensia. Hal ini terjadi karena adanya
penurunan fungsi kerja tubuh seiring dengan bertambahnya usia
(Wreksoatmodjo,B, 2014). Demensia umumnya terjadi pada orang yang
berusia diatas 65 tahun.
b) Pekerjaan
Pekerjaan menjadi faktor risiko pada demensia. Lansia yang masih bekerja
kemampuan kognitifnya akan lebih sering terasah sehingga dapat
mempengaruhi terjadinya demensia (Nisa & Lisiswati, 2016).
c) Gaya hidup
Gaya hidup lansia seperti merokok,konsumsi minuman beralkohol, kurang
aktivitas fisik, dan stress akan mempengaruhi penyakit kardiovaskuler
seperti penyakit jantung yang akan menjadi penyebab demensia (Nisa &
Lisiswati, 2016).
d) Diabetes mellitus
Lansia yang menderita diabetes mellitus yang mengkonsumsi obat anti-
diabetes kemungkinan besa memiliki risiko untuk mengalami demensia.
Pada diabetes tipe 1 terjadinya penurunan mental pada lansia dan diabetes
tipe 2 mempengaruhi perubahan kognitif terutama pada pembelajaran dan
memori (Wreksoatmodjo,B, 2014).
e) Hipertensi
Peningkatan tekanan darah dihubungkan dengan penurunan kognitif.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembentukan plak di pembuluh
darah, yang nantinya dapat dihantarkan menuju ke otak, sehingga otak
mengalami gangguan. Lansia dengan hipertensi yang tidak mengkonsumsi
obat antihipertensi dan tidak kontrol secara rutin akan berisiko mengalami
demensia (Wreksoatmodjo,B, 2014).

C. Patofisiologi

Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya


demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi da
biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak
10 % pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Faktor-faktor seperti
usia, pekerjaan, gaya hidup dan penyakit seperti diabetes dan hipertensi
merupakan kondisi yang dapat mempengaruhi sel-sel korteks serebri.
Penyakit degeneratif pada otak, gangguan vaskuler dan penyakit lainnya,
serta gangguan nutrisi, metabolik, dan toksisitas secara langsung maupun
tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui
iskemia, infark,inflamasi, deposisi protein abnormal sehingga jumlah
neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal dan
subkortikal. Disamping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan
untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan
menimbulakan gangguan fungsi kognitif (daya ingat, dayapkir, dan daya
belajar), gangguan sstem sensorium (perhatian, kesadaran), persepsi, isi
pikir, emosi dan mood. Fungsi yang mengalami gangguan tergantung
lokasi area yang terkena (kortikal dan subkortikal) atau penyebabnya,
karena tanda dan gejala dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut
akan memicu keadaan konfusio akut demensia (Boedhi-Darmojo, 2009).

D. Tanda dan Gejala

Nugroho (2009) menyebutkan tanda dan gejala dari demensia yaitu:


- Kehilangan ingatan jangka pendek dan sering melupakan percakapan,
yang dapat mempengaruhi aktivitas atau kemampuan kerja sehari-hari.
- Kesulitan dalam mengerjakan tugas sehari-hari.
- Terjadi masalah bahasa, sehingga kesulitan berkomunikasi dengan orang
lain.
- Adanya penilaian yang buruk.
- Gangguan orientasi waktu dan tempat, bingung tentang waktu, tanggal,
atau tempat.
- Masalah dengan pemikiran dan perhitungan.
- Perubahan suasana hati dan perilaku.
- Kehilangan inisiatif
- Lupa tempat menaruh barng-barang.

E. Penatalaksanaan

1) Pertahankan pola makan yang sehat


Pola makan yang seimbang dapat menjaga kesehatan, mengurangi
tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol yang tinggi, sehingga nantinya
dapat menurunkan risiko demensia. Pola makan dengan mengkonsumsi
daging, ikan, sayuran, dan minyak zaitun bisa mengurangi risiko
demensia. Selain itu, cukupi asupan vitamin B12, C, dan E seperti ikan,
daging, telur, atau susu, serta sayuran dan buah-buahan untuk mencegah
demensia.

2) Hindari rokok dan penyalahgunaan alkohol


Keluar dari kebiasaan buruk ini dapat mencegah kerusakan pembuluh
darah dan organ tubuh lainnya salah satunya mencegah demensia.
3) Olahraga secara teratur
Olahraga secara teratur dan dikombinasikan dengan stimulasi mental
dapat membantu memperbaiki kesehatan otak pada lansia (Rahe et al,
2015). Salah satu olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia adalah senam
otak. Senam otak merupakan serangkaian aktivitas sederhana yang dibuat
untuk mengkoordinasikan fungsi otak melalui keterampilan gerak
(Dennison & Gail, 2004). Gerakan-gerakan ringan dengan permainan
melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus
pada otak.
Adapun tahapan-tahapan senam otak yaitu:
a) Gerakan silang
Gerakan secara bergantian pasangan kaki dan tangan yang
berlawanan, seperti pada gerak jalan ditempat. Gerakkan tangan
kanan bersamaan dengan kaki kiri atau tangan kiri bersamaan
dengan kaki kanan, sementaru tangan yang tidak aktif tetap
berada disamping kaki. Gerakan ini dilakukan dengan hitungan
sebanyak 8 kali setiap bentuk gerakan.

b) Gerakan delapan tidur


Luruskan tubuh menghadap satu titik yang terletak setinggi
posisi mata lalu menggambarkan angka 8 dalam posisi tidur
dengan titi tengah yang jelas, yang memisahkan wilayah
lingkaran kiri dan lingkaran kanan, dan dihubungkan dengan
garis tersambung. Pandangan mata mengikuti gerakan 8 tidur
kepala bergerak sedikit dan leher tetap relaks. Gerakan
dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap tangan dan juga 3 kali
untuk kedua tangan bersama-sama.

c) Burung hantu
Memijat bahu kiri dengan tangan kanan atau sebaliknya memijat
bahu kanan dengan tangan kiri secara bergantian. Bersamaan
dengan memijat menarik nafas saat kepala berada diposisi
tengah, kemudia dengan tinggi posisi dagu tegap menggerakkan
kepala perlahan ke arah bahu yang dipijat lalu menghembuskan
nafas ke sisi bahu yang tegang sambil relaks. Gerakan ini
dilakukan sebanyak 3 kali atau lebih dengan 1 kali pernafasan
ke setiap arah.
d) Sakelar otak
Pegang pusar dengan satu tangan sementara tangan yang lain
memijat sakelar otak (jaringan lunak dibawah tulang selangka di
kiri dan kanan tulang dada), sambil mata melirik dari kanan ke
kiri dan sebaliknya.gerakan dilakukan selama 30 detik-1 menit.
Setelah itu lakukan dengan mengganti posisi tangan.

e) Coretan ganda
Latihan dimulai dengan menggerakkan lengan secara leluasa,
tengkuk dan mata relaksa. Menggambar dilakukan dengan
kedua tangan pada saat yang sama. Gerakan dilakukan sebanyak
8 kali pada setiap bentuk gerakan dan menggunakan 3 bentuk
gerakan yang berbeda.
DAFTAR PUSAKA

Darmojo,. 2009.GERIATRI (ilmu kesehatanlanjut usia). Jakarta : Nalai penerbit


FK UI.
Dennison, P.E., & Gail, E.D. (2004). Brain Gym Senam Otak. Grasindo:Jakarta.
Nisa, K., & Lisiswati,R. (2016). Faktor Risiko Demensia Alzheimer. Majority.
5(4):1-5.
Nugroho, W. (2009). Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Rahe,J., Petrelli,A., Kaesberg,S., Fink, GR., Kessler,J., & Kalbe,E. (2015). Effect
of cognititive training with additional physical activity compared to
pure cognitive training in healthy older adults. Clin Interv Aging.
19(10):297-310.
Stanley, M. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC

Wreksoatmodjo,B. (2014). Beberapa Kondisi Fisik Dan Penyakit Yang


Merupakan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. CDK. 41(1):25-
33.

Anda mungkin juga menyukai