PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit hati atau kelainan fungsi hati, saluran empedu dan penyakit darah
Kadar normal bilirubin dalam serum berkisar antara 0,3 sampai 1,0
empedu. Bila kadar bilirubin sudah mencapai 2,5 mg/dl maka sudah telihat
warna kuning pada sklera dan mukosa sedangkan bila sudah mencapai > 5
hari, dengan melihat sklera mata. Ada 3 tipe ikterus yaitu ikterus pre
disebabkan oleh gangguan aliran empedu antara hati dan duodenum yang
1
terjadi akibat adanya sumbatan (obstruksi) pada saluran empedu. Ikterus
obstruksi disebut juga ikterus kolestasis dimana terjadi stasis sebagian atau
yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus akibat adanya
diperkirakan 5 kasus per 1000 orang pertahun di AS. Angka kesakitan dan
kolelitiasis (batu empedu) dan 1 juta kasus baru batu empedu didiagnosa
setiap tahunnya.
female, fourty, fat dan fertile (Anonimous, 2009). Resiko terjadinya batu
empedu meningkat pada usia > 40 tahun keatas. Berdasarkan jenis kelamin
wanita lebih sering terkena kolelitiasis dari pada pria. Hampir 25% wanita
20% pria dengan menderita yang sama batu empedu. (Bonheu, 2009).
kontrasepsi oral dan diabetes mellitus. Faktor genetik juga terlibat dalam
2
yang tersebar luasdi antara berbagai kelompok etnik tertentu. Prevalensi
paling banyak pada suku Indian Prima di Amerika Utara (>75%), Chili
dan Kaukasia di AS. Prevalensi terendah pada orang Asia (4). Ikterus
diagnosa dini mungkin agar tindakan terapi dapat segera dilakukan untuk
menghasilkan prognosa yang tepat, akurat dan sistematis. Oleh karena itu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
4
2. Bagi STIKes Syedza Saintika Padang
3. Bagi Pembaca
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
kuningan akibat deposisi bilirubin yang terjadi bila kadar bilirubin darah
mencapai 2 mg/dL. Ikterus adalah perubahan warna kuning pada skelera mata,
kulit, dan membran mukosa yang disebabkan oleh deposisi bilirubin yang
meningkat kadarnya dalam sirkulasi darah. Kata lain ikterus yaitu Jaundice
yang berasal dari kata Perancis “jaune” yang berarti kuning. Jaundice
merupakan tanda bahwa hati atau system empedu tidak berjalan normal
(Stump, 1993).
sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus
koledokus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis), kecepatan
6
dapat lewat dari darah ke dalam usus. Ikterus obstruktif atau bisa juga disebut
ini berasal dari cabang arteri hepatika, dan pleksus ini mengalir kedalam
bagian kranial lebih besar (pars hepatika) merupakan asal mula hati/hepar,
dan bagian kaudal yang lebih ecil (pars sistika) meluas membentuk kandung
sekresi hati (hepatosit dan sel epitel bilier, termasuk kelenjar peribilier),
7
ekstrahepatik (kanan dan kiri), duktus hepatikus komunis, duktus sistikus,
intrapankreatik.
mengalir secara tangensial melalui lapisan submukosa 1-2 cm, dan memotong
papila mayor pada bagian kedua duodenum. Bagian distal duktus dikelilingi
oleh otot polos yang membentuk sfingter Oddi. Duktus biliaris komunis dapat
pleksus vaskular peribilier. Pembuluh aferen pleksus ini berasal dari cabang
arteri hepatika, dan pleksus ini mengalir kedalam sistem vena porta atau
C. Etiologi
8
Ikterus obstruktif intrahepatic Penyebab tersering ikterus obstruktif
hati akibat hepatitis virus atau berbagai jenis sirosis. Pada penyakit ini,
herediter Dubin Jhonson serta sindrom Rotor (jarang terjadi). Pada kedaan ini
duktus koledokus dari luar; demikian juga dengan karsinoma ampula vateri.
Penyebab yang lebih jarang adalah ikterus pasca peradangan atau setelah
operasi, dan pembesaran kelenjar limfe pada porta hepatis. Lesi intrahepatik
9
Penyebab tersering ikterus obstruktif ekstrahepatik adalah sumbatan
batu empedu. Jumlah wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit
kandung empedu adalah empat kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya
wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun, multípara dan obesitas. Insidens
empedu pada klien dengan penyakit gastrointestinal atau fistula T-tube atau
pada pasien yang pernah menjalani operasi pintasan atau reseksi ileum.
D. Insiden
10
Hepatitis D (HDV) : Terutama menyerang pengguna obat melalui
intravena.
sumbatan batu empedu. Jumlah wanita yang menderita batu kolesterol dan
penyakit kandung empedu adalah empat kali lebih banyak dari pada laki-
laki. Biasanya wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun, multípara dan
gastrointestinal atau fistula T-tube atau pada pasien yang pernah menjalani
11
operasi pintasan atau reseksi ileum. Insidens ini juga meningkat pada para
E. Patofisiologi
tidak terlihat untuk yang mengalami gejala : tingkat kerusakan hati dan
nyeri perut dan mual. Pada kasus yang ekstrim dapat terjadi kerusakan
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun
a. Batu Pigmen
terjadi batu. Batu ini bertanggung jawab atas sepertiga dari klien-
12
infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus
b. Batu kolesterol
empedu.
komponen empedu (yang paling penting bilirubin, garam empedu, dan lipid) di
13
mencapai usus halus. Ketiadaan garam empedu dapat menyebabkan
juga punya andil); level trigliserida sebagian besar tidak terpengaruh. Penyakit
F. Manifestasi Klinis
a. Fase pra-ikterik
14
Periode dimana infektivitas paling besar. Gejala meliputi mual,
mengalami dua jenis gejala yaitu gejala yang disebabkan oleh kandung
empedu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan
empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis
seperti:
nyeri yang samar pada kuadran kanan. Gejala ini dapat terjadi
digoreng.
2) Rasa nyeri dan kolik bilier. Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
15
infeksi. Klien akan menderita panas dan mungkin teraba massa
punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai dengan
mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam
diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan
ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak
abosorpsi vitamin A,D,E dan K yang larut lemak. Karena itu pasien
16
menggangu pembekuan darah yang normal. (Smeltzer & Bare,
2002 ).
G. Pemeriksaan Diagnostik
non virus.
menurun.
perdarahan.
fungsi hati).
17
l. Masa protrombin : Mungkin memanjang (disfungsi hati).
nekrosis seluler).
parenkim.
terjadi.
18
c. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP).
19
obstruksi dan bisa sampai duodenum. Lebih ke arah terapi, karena
flow dan cairan empedu masuk ke dalam “side hole” dari kateter.
h. Pemerisaan Laboratorium.
20
Peningkatan alkalin fosfat dan level kol esterol karena tidak
mensintesisnya.
H. Penanganan Medik
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepetitis virus akut. Tirah baring
selama fase akut penting dilakukan, dan diet rendah lemak dan tinggi
mungkin perlu diberikan selama fase akut bila pasien terus menerus
21
telah terjadi dalam penatalaksanaan bedah dan nonbedah terhadap
1) Penatalaksanaan Nonbedah
ringan.
b. Farmakoterapi
22
adalah menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan
d. Pengangkatan Nonbedah
koledokus.
23
Prosedur litotripsi atau ESWL ini telah berhasil memecah
duktus koledokus.
f. Litotripsi Intrakorporeal
2) Penatalaksanaan Bedah
a. Kolesistektomi
24
pembedahan ini setiap tahunnya. Dalam prosedur ini, kandung
b. Minikolesistektomi
Prosedur ini dilakukan lewat luka insisi yang kecil atau luka
struktur abdomen.
d. Koledokostomi
e. Bedah Kolesistostomi
25
I. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin (wanita lebih beresiko dari pda laki-
laki), usia (bisa terjadi pada bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa
pekerjaan, golongan darah, no. MR, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat kesadaran’
26
Apakah kesadaran klien Compos Mentis, Apatis, Somnolen,
1) Wajah/ Muka
tidak.
2) Mata
4) Sistem Pernapasan
5) Telinga
bantu dengar.
6) Sistem Kardiovaskuler
27
Ditemukan tanda-tanda syok seperti takikardi, berkeringat dan
hipotensi.
7) Sistem Gastrointestinal
8) Eliminasi
9) Sistem Muskuloskeletal
kekakuan otot.
4. Aspek Psikologis
a. Status Emosional
28
b. Konsep Diri
dirinya
6. Aspek Spiritual
Maha Esa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Mual
5. Ansietas
7. Intoleransi Aktivitas
29
C. Rencana Keperawatan
30
2. Mual b.d Penyakit Mual muntah yang 1. Manajemen Mual
Pankreas mengganggu Dorong pasien memantau
Indikator: pengalaman diri terhadap
1. Mengenali onset mual
mual Dorong pasien belajar
2. Menggunakan strategi mengatasi mual
obat antiemetik
3. Menggunakan Observasi tanda non
langkah-langkah verbal
pencegahan Dapatkan riwayat
pengobatan sebelumnya
Identifikasi faktor yang
menjadi penyebab
2. Terapi Intravena
Verifikais untuk perintah
terapi IV
Periksa tipe cairan, jumlah
dan karakteristik cairan
Berikan perngobatan
sesuai yang diresepkan
Monitor kecepatan aliran
Monitor reaksi fisik
3. Manajemen Obat
Tentukan obat apa yang
diperlukan
Monitor tanda dan gejala
toksisotas pengobatan
Monitor efek samping
obat
Ajarkan tentang metode
pemberian obat
Kembangkan strategi
untuk mengelola efek
samping obat
3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi: 1. Manajemen Nutrisi
Nutrisi Kurang Dari Asupan Makanan Tentukan status gizi
Kebutuhan Tubuh b.d Cairan pasien
Kurang Asupan Indikator: Identifikasi adanya alergi
Makanan 1. Asupan makanan atau intoleransi makanan
oral Instruksikan tentang
2. Asupan makanan
31
intravena, tube kebutuhan nutrisi
feeding atau Tentukan jumlah kalori
parenteral dan jenis nutrisi
Atur diet yang diperlukam
2. Manajemen Gangguan
Makan
Kolaborasi dengan ahli
gizi
Monitor intake atau output
Monitor asupan kalori
Diskusikan makanan yang
disukai pasien
Observasi pasien selama
pemberian makanan
3. Monitor Cairan
Tentukan jumlah dan jenis
intake
Monitor berat badan
Monitor asupan dan
pengeluaran
Monitor nilai kadar serum
Monitor parameter
hemodinamik
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 51 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang Kue
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Janda
Suku : Minang
Alamat : Jln. Panyalaian Kampung baru
Ruang Rawat : CW Bedah
Golongan Darah :-
No. MR : 01.06.90.87
b) Penanggung Jawab
Nama : Ny. E
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Panyalaian Kampung baru
Hubungan : Kakak
c) Data Masuk Rumah Sakit
33
Dx Medis Saat Masuk : Ikterus Obstruktif Colestasis Ekstrahepatik
Ruang Rawat : CW Bedah
Dx Medis Saat Pengkajian : Ikterus Obstruktif Colestasis Ekstrahepatik
d) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
jam 11.00 WIB, klien mengatakan nyeri pada perut kanan bagian atas
Pada saat pengkajian kulit klien tampak kuning, BAB tampak putih
seperti dempul dan BAK klien berwarna coklat. Klien terpasang infus
kateter.
34
e) Riwayat Psikososial dan Spiritual
a. Psikologis
35
f) Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Nutrisi
Sehat Sakit
b. Cairan / Minum
1) Sehat
2) Sakit
Intake cairan : klien minum air putih secara oral 6-7 gelas / hari,
c. Pola eliminasi
BAK (Buang Air Kecil)
Sehat Sakit
36
BAB (Buang Air Besar)
Sehat Sakit
Frekuensi 1x dalam sehari 1x dalam sehari
e. Personal Hygiene
Sehat Sakit
37
g) Pemeriksaan Fisik
a) Umum :
Inspeksi : Kulit klien tampak bewarna kuning, sedikit kotor dan tidak
ada lesi dan jaringan parut pada kulit.
Palpasi : Turgor kulit baik, tekstur kulit sedikit kasar
Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Kulit
d) Kuku
38
e) Rambut dan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala dan wajah simetris kiri dan kanan, tidak
tampak adanya benjolan, lesi ataupun massa, rambut bersih, dan tidak
ada ketombe.
Palpasi :Tidak teraba adanya massa, benjolan, tidak terdapat nyeri
tekan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
f) Wajah / Muka
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris kiri dan kanan, sifat
pernapasan dada, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, tidak
ada kelainan pada dada.
Palpasi : taktil fremitus sama kiri dan kanan, anterior normal,
posterior normal.
Perkusi : Perkusi paru sonor
Auskultasi : bunyi napas vesikuler, suara nafas ronkhi -/-,
wheezing -/-.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Jantung
Inspeksi : Tampak ictus cordis di RIC IV, V mid clavikula, JVP
Normal, tidak ada bendungan vena.
39
Palpasi : Jantung tidak membesar, pulsasi ictus cordis normal,
tidak ditemui nyeri tekan.
Auskultasi : bunyi jantung 1 di RIC IV dan RIC V sama, bunyi
jantung 2 di RIC II mid clavikula ki/ka sama. Tidak terdapat bunyi
tambahan, bunyi jantung S1 dan S2 normal.
Masalah K eperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
i) Abdomen
k) Muskuloskeletal
Nilai GCS 15, orientasi orang, tempat, waktu baik, berbicara normal,
mengunyah mampu, menelan mampu, penciuman normal, sensasi
nyeri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
40
h) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
IVFD Tutofusin
Omeperazole 2x1 mg
Paracetamol 3x500 mg
Terapi PRC 1 unit
Metacholoprami
B. ANALISA DATA
1 Ds :
- Klien mengatakan nyeri pada Ikterik obstruktif Nyeri Akut b.d
perut kanan atas dan menjalar Agens Cedera
sampai ke punggung Biologis
Penyumbatan saluran
Do : (Obstruktif saluran
- Klien tampak meringis empedu empedu)
- N : 92 x/i
- P : Obstruksi pada hepar Aliran O2 tidak efektif
- Q : Nyeri seperti ditusuk disekitar area obstruktif
- R : Nyeri dirasakan pada perut
kanan atas kemudian menjalar
ke bagian punggung Nyeri Akut
- S : (5)
- T : Nyeri hilang timbul
2 Ds : Obstruksi saluran Mual b.d obstruksi
41
- Klien mengatakan terus empedu saluran empedu
menerus merasa mual
sehingga tidak bisa makan Aliran balik cairan
- Klien mengeluhkan mual yang empedu
mengganggu
Do : Peradangan sekitar
- Klien tampak lemah hepatobiliar
- Klien tampak tidak nyaman
- Bibir tampak pucat Pengeluaran
- Mukosa bibir tampak kering peningkatan SGOT dan
- TD : 100 / 60 mmHg SGPT
- S : 36,5°C
- Kulit klien tampak kering Iritasi saluran cerna
Penurunan peristaltik,
akumulasi gas usus
pencernaan
Gas lambung
meningkat
Mual
3 Ds : Ikterus Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan badan nutrisi kurang dari
terasa lemah Konsentrasi asam kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan setiap habis b.d
makan selalu merasa mual dan empedu intraluminal ketidakmampuan
muntah mencerna makanan
Do : Penurunan kalsium
- Klien tampak lemah, lesu
- Klien tampak lesu Defisiensi vitamin
- Turgor kulit buruk
- Seluruh tubuh klien tampak
menguning Malnutrisi
- IMT awal : 22,08
- IMT sekarang : 19,67 Ketidakseimbangan
- Lingkar Lengan Atas : 27,9 nutrisi kurang dari
- Nafsu makan terganggu kebutuhan tubuh
- Porsi makanan tidak habis
42
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
D. RENCANA KEPERAWATAN
Gali pengetahuan
dan pengalaman
nyeri
Kendalikan
faktor lingkungan
Pertimbangkan
keinginan
individu untuk
berpartisipasi
Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
43
Dorong pasien
mengambil posisi
yang nyaman
Tunjukkan dan
praktekkan teknik
relaksasi
Dorong untuk
kontrol sendiri
saat relaksasi
dilakukan
2. 3-12-2019 Mual b.d Mual muntah yang 1. Manajemen Dorong pasien
12.00 Penyakit mengganggu Mual belajar strategi
Pankreas Indikator: mengatasi mual
2. Terapi IV
1. Mengenali onset Observasi tanda
mual non verbal
2. Menggunakan
3. Manajemen Dapatkan riwayat
obat antiemetik
Obat pengobatan
3. Menggunakan
langkah-langkah sebelumnya
pencegahan Identifikasi faktor
yang menjadi
penyebab
Verifikais untuk
perintah terapi IV
Periksa tipe
cairan, jumlah
dan karakteristik
cairan
Berikan
perngobatan
sesuai yang
diresepkan
Monitor
kecepatan aliran
Monitor reaksi
fisik
Tentukan obat
apa yang
44
diperlukan
Monitor tanda
dan gejala
toksisotas
pengobatan
Monitor efek
samping obat
Ajarkan tentang
metod
pemberian obat
Kembangkan
strategi untuk
mengelola efek
samping obat
3. 3-12-2019 Ketidakseimb Status Nutrisi: 1. Manajemen Tentukan status
12.00 angan Nutrisi Asupan Makanan Nutrisi gizi pasien
Kurang Dari Cairan Identifikasi
Kebutuhan Indikator: 2. Manajemen adanya alergi
atau intoleransi
Tubuh b.d 1. Asupan makanan Gangguan
makanan
Kurang oral Makan
2. Asupan makanan Instruksikan
Asupan tentang
intravena, tube 3. Monitor
Makanan kebutuhan nutrisi
feeding atau
parenteral
Cairan Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi
Atur diet yang
diperlukam
Kolaborasi
dengan ahli gizi
Monitor asupan
kalori
Diskusikan
makanan yang
disukai pasien
Tentukan jumlah
dan jenis intake
Monitor berat
badan
Monitor asupan
dan pengeluaran
45
Monitor nilai
kadar serum
Monitor
parameter
hemodinamik
E. CATATAN PERKEMBANGAN
46
4-12-2019 08.30 3 -Mengevaluasi asupan makanan dan cairan
08.30 2 - Mengganti cairan IV yang dibutuhkan
08.40 3 -Memantau pengeluaran Output
F. EVALUASI
TANGGAL JAM NO. SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ANALISA, PARAF
DX PLANNING (SOAP)
2-12-2019 12.30 1 S:-Klien masih mengeluhkan nyeri pada perut kanan
atas dan menjalar sampai ke punggung
O: -Klien masih tampak meringis
-N : 89 x/i
-P : Obstruksi pada hepar
-Q : Nyeri seperti ditusuk
-R : Nyeri dirasakan pada perut kanan atas
kemudian menjalar ke bagian punggung
-S : (5)
-T : Nyeri hilang timbul setiap 5 menit
A:Nyeri pada perut kanan atas belum teratasai yang
ditandai dengan masih terasa dan skala nyeri
masih (5)
P: -Lanjutkan intervensi pemberian analgetik, dan
diskusikan dengan tim medis lain pemberian
terapi farmakologi dan non farmakologi
47
kering,
-TD : 110 / 75 mmHg
-S : 36,8°C
A: Mual muntah yang mengganggu belum teratasi
yang ditandai dengan klien masih mengeluhkan
adanya mual
P: Intervensi dilanjutkan untuk terapi farmakologi
dan terapi non farmakologi
3
S: -Klien mengatakan badan terasa lemah
-Klien mengatakan setiap habis makan selalu
merasa mual dan muntah
-porsi makan tidak habis
O:-Klien masih tampak lemah,lesu
-BB : 49 Kg
48
- IMT awal : 22,08
-IMT sekarang : 19,67
-Lingkar Lengan Atas : 27,9
A: Pemenuhan nutrisi klien masih belum terpenuhi
yang ditandai dengan keadaan klien masih tampak
lemah, nafsu makan masih kurang dan porsi
makan masih tersisa
P: Intervensi dilanjutkan dan dimonitor asupan
makanan dan cairan
49
yang ditandai dengan keadaan klien masih tampak
lemah, nafsu makan masih kurang dan porsi
makan masih tersisa
P: Intervensi dilanjutkan dan dimonitor asupan
makanan dan cairan
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai uraian kasus yang diangkat
oleh kelompok serta kesenjangan yang ada antara konsep teori dengan kondisi
dilahan praktik yang terjadi dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Dalam hal
A. Pengkajian
pendekatan pola fungsional gordon, pola ini dapat mencakup seluruh aspek
Ekstrahepatik.
Desember 2019 didapatkan data subjektif : klien mengatakan nyeri pada perut
kanan atas dengan Provoking (P) :Obstruksi pada Hepar , Quality (Q) : Klien
perut kanan atas dan menjalar sampai ke punggung, Severity (S) : Skala nyeri
5 (sedang) dari 0-10 skala nyeri, Time (T) : nyeri dirasakan hilang timbul saat
klien melakukan pergerakan, klien juga mengatakan belum bisa dan takut
menggerakkan perut kanan karena terasa nyeri saat bergerak. Data objektif :
klien tampak meringis, klien berbaring di tempat tidur, aktifitas dibantu oleh
51
keluarga, Tekanan Darah 100/60 mmHg, Nadi 92 x/menit, Suhu 36,5 °C,
dengan apa yang ada di teori. Secara teori dijelaskan bahwa keluhan utama
pada pasien Ikterik yakni Klien mengeluhkan nyeri perut bagian atas, disertai
dengan mual dan muntah setiap kali klien makan. dari data trsebut di
B. Diagnosa Keperawatan
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh, ke tiga diagnosa yang ditegakkan ini sesuai
dengan penjelasan secara teori dimana terdapat beberapa diagnosa yang tepat
Gangguan Fungsi Hati, Gangguan Pola Tidur, dan Defisit Perawatan Diri.
mungkin muncul dan dalam teori sudah sesuai dengan beberapa diagnosa di
mengeluhkan hal tersebut lebih sering dan juga didukung oleh beberapa data
52
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Tujuan dari diagnosa ini adalah kontrol nyeri klien diharapkan mengalami
penurunan skala nyeri dari nyeri sedang (5) menjadi nyeri ringan (4) dalam
menggunakan (4). Adapun intervensi yang dilakukan pada masalah Nyeri Akut
2. Mual
Tujuan dari diagnosa ini adalah mual muntah yang mengganggu dapat
intervensi yang dilakukan pada masalah Mual Muntah yang mengganggu yakni
Obat-obatan (Antiemetik)
53
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan dari diagnosa ini adalah Status Nutrisi: Asupan Makanan Cairan
yang tidak adekuat (1) ditingkatkan menjadi cukup adekuat (3) dalam waktu 3
x 24 jam dengan indikator asupan makanan oral tidak adekuat (1) ditingkatkan
menjadi cukup adekuat (3), asupan makanan intravena, tube feeding dan
D. Implementasi Keperawatan
1. Nyeri Akut
relaksasi nyeri dengan nafas dalam, mengatur posisi yang nyaman bagi klien,
melakukan teknik relaksasi serta mau di injeksi obat analgesik atau diberikan
dahulu.
54
2. Mual
nyaman serta anjurkan untuk istirahat. Kekuatan dari implementasi ini adalah
implementasi ini adalah klien masih takut mual-mual dan kadang mengeluh
perut sebah dan mulut terasa kering. Solusi untuk mengatasi kelemahan
perubahan berat badan terakhir, lakukan atau bantu pasien perawatan mulut
sebelum makan, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering, memberikan
nutrisi untuk tubuhnya tetapi kondisi lingkungan klien dan rasa mual yang
dirasakan masih ada atau belum hilang sehingga mengganggu klien ketika akan
memulai makan.
55
G. Evaluasi
tindakan keperawatan belum sesuai dengan kriteria hasil. Hasil pertama saat
pengkajian dari rentang skala nyeri 0-10 klien merasakan nyeri pada skala
Kesimpulannya Nyeri Akut yang dirasakan klien sudah mulai teratasi tetapi
Nyeri selesai.
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama 3 hari dimana pada hari pertama
selama 3 hari mual muntah yang mengganggu masih belum teratasi. Akan
tetapi intervensi pada masalah mual muntah terus dilanjutkan baik untuk
Asupan Makanan
Evaluasi yang dilakukan kelompok selama 3 hari dimana pada hari pertama
klien mengeluhkan badan terasa lemas karena efek mual dan muntah sehingga
asupan makanan menjadi berkurang dan tidak nafsu makan. Setelah dilakukan
56
terpenuhi karena efek mual muntah yang mengganggu masih ada. Akan tetapi
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
diperkirakan 5 kasus per 1000 orang pertahun di AS. Angka kesakitan dan
kolelitiasis (batu empedu) dan 1 juta kasus baru batu empedu didiagnosa
setiap tahunnya.
kontrasepsi oral dan diabetes mellitus. Faktor genetik juga terlibat dalam
paling banyak pada suku Indian Prima di Amerika Utara (>75%), Chili
dan Kaukasia di AS. Prevalensi terendah pada orang Asia (4). Ikterus
58
Adapun beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada kasus Ikterus Obstruksi yakni Nyeri Akut, Mual dan Muntah,
B. Saran
dan selalu bekerja sama dengan tim medis lainnya agar masalah yang
dialami pasien dapat segera di beri tindakan dan ditangani dengan baik.
keperawatan atau pihak Rumah Sakit untuk dapat melakukan dan mencari
pasien.
59
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, R. (2006). Fisiologi dan Biokimiawi Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Sherly, dkk. (2008). Peran Biopsi Hepar Dalam Menegakkan Diagnosis Ikterus.
Jakarta: Gramedia.
Sulaiman, A. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I. Jakarta: Jayabadi.
60