Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh : Fatwa Maulida Wulansari J520110016
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 PERBANDINGAN STATUS KESEHATAN GINGIVA PADA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK DI KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG Fatwa Maulida Wulansari1 , Dwi Kurniawati2 , Fitria Nur Malita Sari2 1 Mahasiswa Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Dosen Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
INTISARI
Latar Belakang: Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang
sering digunakan untuk menunda dan mengatur kehamilan. Kontrasepsi hormonal terdiri dari kontrasepsi oral dan suntik. Kontrasepsi oral mengandung hormon estrogen dan progesteron sedangkan pada kontrasepsi suntik mengandung hormon progesteron, sehingga pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal akan meningkatkan hormon steroid didalam tubuh yang akan mengakibatkan terjadinya inflamasi gingiva. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi oral dan suntik terhadap status gingiva di Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan jenis observasional klinis dengan pendekatan cross sectional. Responden yang digunakan yaitu wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan suntik secara aktif selama lebih dari satu tahun di Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang yang berusia 19 – 35 tahun berjumlah 82 orang. Status gingiva diukur menggunakan Gingival Index Loe and Silness (1963). Data kemudian di analisis menggunakan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil :penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan status kesehatan gingiva pada kontrasepsi oral dan suntik, gingiva antara kedua kelompok penelitian dengan signifikansi yaitu p=0,000 (P<0,05) Kesimpulan : pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral memiliki status gingiva yang lebih parah dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi suntik.
Kata Kunci : Kontrasepsi, status gingiva, kontrasepsi oral, kontrasepsi suntik
THE COMPARISON OF GINGIVAL HEALTH STATUS ON ORAL AND INJECTION CONTRACEPTION USERS AT SUBSTRICT BELIK PEMALANG
Fatwa Maulida Wulansari1 , Dwi Kurniawati2, Fitria Nur Malita Sari2
1 Student of Dentistry Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta 2 Lecture of Dentistry, Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT
Background : Hormonal contraception was kind of birth control method. It
consists of oral and injection methods. Oral contraception contain progesterone. Thus women who use hormonal contraception will increace steroid hormones (estrogen, progesteron, endogenous) on their body which will cause gingival inflammation. Aim : Their study was aimed to understand the effect of oral and injection contraception usage toward gingivalis status at subdistrict Belik, Pemalang. Methode: It was clinical observational study with cross sectional approach. Respondent consisted of 82 women between 19-35 year old at Belik Pemalang, who already used oral and injection contraception for more than one year. Gingival Status were measured using Gingival Index Loe and Silness (1963). The data were then analyzed using Mann Whitney test with 95% significant level. Result : The result showed that there was an the comparison of gingival health status on oral and injection contraception users between two study groups proved with p value p=0,000(P<0,05). Conclusion: women with oral contraception has worse Gingival Status than the ones using injection method.
contraception PENDAHULUAN implan 7,29 % , dan tubektomi 6,27 %2.Beberapa jenis kontrasepsi Pemerintah menerapkan pro- hormonal yang banyak diguankan gram Keluarga Berencana (KB) sejak adalah jenis suntik dan pil. Ini tahun 1970, sebagai upaya untuk disebabkan karena akseptor KB pil mengendalian jumlah penduduk dan suntik tidak perlu dilakukan dengan menurunkan angka kematian prosedur bedah minor, resiko ibu, bayi, anak, dan menanggulangi terhadap kesehatan kecil sedangkan masalah kesehatan reproduksi dalam pada penggunaan implan lebih rangka membangun keluarga beren- mahal, pemasangan dan pengeluaran 1 cana di Indonesia . implan merupakan prosedur bedah Alat kontrasepsi merupakan alat minor sehingga perlu sterilisasi yang yang digunakan oleh pasangan suami ketat serta petugas yang melakukan istri yang ingin menunda atau me- pemasangan dan pelepasan harus ngatur kehamilan. Alat kontrasepsi tenaga terlatih1. ada dua jenis yaitu kontrasepsi Kontrasepsi oral yaitu hormonal dan kontrasepsi non hor- kontrasepsi yang mengandung monal. Kontrasepsi hormonal meru- hormon estrogen dan progesteron, pakan kontrasepsi yang mengguna- kontrasepsi oral diindikasikan untuk kan hormon, kontrasepsi non hormo- wanita yang telah atau memiliki nal yaitu kontrasepsi yang tidak anak, usia reproduksi, memiliki melibatkan hormon contohnya siklus haid yang tidak teratur, anemia kondom, alat kontrasepsi dalam kerana haid yang berlebihan, rahim atau IUD (Intra uterine menginginkan metode kontrasepsi device) dan tubektomi. Kontrasepsi dengan efektivitas tinggi12. Pada hormonal contohnya pil KB, suntik pemakaian kontrasepsi oral KB, implan9 . Pada laporan hasil digunakan setiap saat selagi haid, pemantauan KB aktif tahun 2009 di hari pertama sampai ketujuh siklus Jawa Tengah, pemakaian kontrasepsi haid, setelah melahirkan, setelah suntik sebesar 62,36 % , pil 13,5 % , enam bulan pemberian ASI ekslusif, intra uterine devices ( IUD ) 7,39 % , setelah tiga bulan dan pasca keguguran. Jenis kontrasepsi ini menggunakan kontrasepsi oral1. memiliki efektivitas lebih dari 99% Pemakain kongtrasepsi ini memiliki jika digunakan dengan benar dan efek samping yaitu gangguan pola konsisten karena akan dimetabolisir menstruasi, nyeri kepala dan mual13. dalam 24 jam. Apabila lupa minum Penggunaan kontrasepsi hormo- 1-2 pil maka dapat terjadi nal telah dianggap mempengaruhi peningkatan hormon ilmiah yang perkembangan penyakit periodontal. dapat mengakibatkan pelepasan Pengguna kontrasepsi hormonal ovum. Kontrasepsi ini apabila tidak mengalami inflamasi gingiva yang memakai dalam waktu tiga bulan lebih tinggi khususnya pada wanita dapat langsung hamil1 . yang memakai kontrasepsi oral3. Kontrasepsi suntik yaitu Adanya estrogen dan kontrasepsi yang mengandung progesteron ini dapat merusak respon hormon progesteron suatu cara jaringan gingiva terhadap iritasi kontrasepsi melalui penyuntikan lokal, karena adanya kerusakan sel sebagai usaha pencegahan kehamilan mastosit gingiva, Derajat keparahan pada waktu usia subur, metode inflamasi dipengaruhi oleh kadar progesteron diperkenalkan untuk hormon estrogen dan progesteron menghindari efek samping dari dalam plasma darah4 . Pada kondisi hormon estrogen untuk menurunkan inflamasi gingiva tidak terjadi pejanan total ke steroid13. kehilangan perlekatan, terdapat Kontrasepsi suntik diindikasikan gambaran kemerahan di margin wanita yang menginginkan gingiva pada pemeriksaan klinis, menggunakan kontrasepsi hormon, pembengkakan dengan tingkat yang tetapi estrogen dikontraindikasikan, bervariasi, perdarahan saat probing wanita Diabetes Melitus, wanita dengan tekanan ringan dan hipertensi ringan13. Pemakaian perubahan bentuk gingiva kontrasepsi ini dengan cara melalui (fisiologik)5 . injeksi intramuskular (IM) tiga bulan Faktor utama penyebab sekali, metode ini diindikasikan inflamasi gingiva yaitu plak yang untuk wanita yang sering lupa dapat menyebabkan gingivitis, faktor lokal penyebab inflamasi gingiva METODOLOGI PENELITIAN yaitu bentuk restorasi yang tidak Jenis penelitian yang baik, bentuk restorasi yang dilakukan adalah observasional klinis permukaannya tidak mulus dengan pendekatan cross sectional . menyediakan tempat untuk Penelitian ini menggunakan 82 pembentukan dan perlekatan plak, responden wanita yang hal ini dapat menyebabkan menggunakan kontrasepsi oral dan pembersihan plak sulit dilakukan suntik aktif selama lebih dari satu sehingga menjadi tempat tahun yang berusia 19 – 35 tahun, berkembang biaknya mikroor- tidak sedang mengkonsumsi obat – ganisme5. Faktor sistemik terjadinya obatan dalam jangka panjang, di inflamasi gingiva yaitu Diabetes Kecamatan Belik Kabupaten melitus kelainan metabolisme Pemalang. Pengukuran prevelensi glukosa yang ditandai dengan penyakit, keparahan dan hubunganya berkurangnya metabolisme atau terhadap kebersihan mulut, dapat produksi insulin, Kehamilan yaitu digunakan berbagai macam index tingginya konsentrasi estrogen dan khusus untuk memberikan ukuran progesteron pada jaringan gingiava, yang objektif atau skor. Indeks pemakaian obat-obatan dan kondisi gingiva ditentukan penggunaan kontrasepsi hormonal berdasarkan warna, perubahan yaitu adanya ketidakseimbangan kontur, perdarahan segera pada saat hormon yang dapat menimbulkan probing, waktu perdarahan. Index efek merugikan pada gingiva, adanya inflamasi gingiva yang paling sering kandungan estrogen dan progesteron digunakan adalah Index loe and yang terdapat pada kontrasepsi oral sillnes (1963) . Index gingiva Loe dapat meningkatkan jumlah bakteri and silnes adanya sedikit perubahan dan permeabilitas kapiler yang warna dan diukur menggunakan menyebabkan terjadinya inflamasi probe periodontal untuk mengetahui gingiva3 . ada tidaknya perdarahan pada saat dilakukan probing. Kriteria index gingiva sudah dapat dipisahkan menjadi index inflamasi dan index sehingga dilanjutkan menggunakan perdarahan tanpa merusak hubungan uji Mann whitney untuk mengetahui sistem skor 10. perbedaan penggunaan kontrasepsi Responden diukur status gingiva oral dan suntik terhadap status menggunakan gingival indek Loe gingiva yang ditunjukan pada tabel 2 and Silness 1963. Data hasil Tabel.2 Hasil Uji Mann whitney penelitian dianalisis menggunakan N Median(Mi Rata- P n-max) rata±sb uji Mann Whitney dengan tingkat Oral 41 4,00(3,00- 3,90±0, 0,00 4,00) 30 kepercayaan 95 %. Suntik 41 3,00(2,00- 2,61±0, 4,00) 59 Hasil uji Mann whitney HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukan nilai signifikansi adalah Hasil pengukuran status 0,000 (P<0,05) yang berarti terdapat gingiva pada pengguna kontrasepsi perbedaan yang bermakna antara oral dan suntik di Kecamatan Belik pengguna kontrasepsi oral dan Kabupaten Pemalang ditampilkan kontrasepsi suntik terhadap status pada tabel 1 gingiva di Kecamatan Belik, status Tabel.1 Nilai rerata dan simpangan gingiva pada pengguna kontrasepsi baku hasil pengukuran status gingiva oral lebih parah dibanding dengan pengguna kontrasepsi oral dan suntik status gingiva pengguna kontrasepsi di Kecamatan Belik Kabupaten suntik. Pemalang. Faktor utama penyebab
Status Gingiva N Rata Simpangan inflamasi gingiva yaitu plak yang
– rata Baku dapat menyebabkan gingivitis, tetapi Kontrasepsi 41 3,90 0,30 Oral ada faktor penunjang adanya Kontrasepsi 41 2,61 0,59 suntik inflamasi gingiva yaitu faktor hormonal yang dapat dipengaruhi Data dilanjutkan dengan dari penggunaan kontrasepsi oral dan perhitun menggunakan Kolmogorov kontrasepsi suntik. Adanya smirnov karena data berjumlah lebih kandungan estrogen dan progesteron dari 50 dan semua data tidak yang terdapat pada kontrasepsi oral berdistribusi normal (P<0,05) dapat meningkatkan jumlah bakteri adanya inflamasi gingiva ini dan permeabilitas kapiler yang dipengaruhi oleh lamanya pemakaian menyebabkan terjadinya inflamasi mengingat adanya peningkatan gingiva sedangkan kontrasepsi suntik sitokin dan prostaglandin yang hanya mengandung hormon dihasilkan dari peningkatan hormon progesteron saja, adanya hormon ini, pada penelitian wanita yang progesteron yang merangsang menggunakan kontrasepsi oral lebih 3 produksi mediator inflamasi . dari 1,5 tahun dapat mempengaruhi Hormon steroid terdiri atas kondisi periodontal dengan hormon estrogen, progesteron dan menunjukan kehilangan perlekatan endogen yang diproduksi oleh dibandingkan dengan wanita yang ovarium, korteks adrenal, plasenta tidak menggunakan kontrasepsi 8 pada masa kehamilan. Jenis hormon hormonal . ini mempunyai peranan penting pada Status gingiva pada wanita antara lain dalam kontrasepsi hormonal dapat perkembangan tubuh, proses ovulasi, dipengaruhi dengan faktor usia dan berperan penting pada karena pada gingiva terjadi pertumbuhan tulang6 . Peningkatan perubahan seiring proses penuaan hormon steroid dapat mempengaruhi antara lain hilangnya keratinisasi, vaskularisasi gingiva yaitu dapat berkurangnya stippling, meningka- meningkatkan kerentanan terjadinya tnya lebar attached gingiva, karena gingivitis dan peningkatan menurunnya pertahanan hospes kedalaman saku periodontal, akibat proses penuaan kepadatan penurunan kemotaksis neutrofil dan tulang berkurang dan terjadi penekanan produksi antibodi, penurunan kemampuan penyem- meningkatnya sejumlah patogen buhan karena proses metabolik periodontal, meningkatnya sintesis melambat secara fisiologis5 . progtaglandin7 . Penyebab inflamasi gingiva, selain hormon yang terkandung di dalam kontrasepsi oral dan suntik, KESIMPULAN combinated oral contraceptives Berdasarkan hasil penelitian on the periodontal condition. J tentang pengaruh penggunaan Appl Oral Sci : Vol 20 (2) : 253 kontrasepsi oral dan suntik terhadap – 259 status gingiva di Kecamatan Belik 4. Preshaw PM, Knutsen MA, Kabupaten Pemalang, maka dapat Mariotti . Experimental gingivitis disimpulkan bahwa terdapat in women using oral perbedaan status gingiva pada contraceptives. J Dent Res 2001; penggunaan kontrasepsi oral dan 80(11) kontrasepsi suntik di Kecamatan 5. Fedi, P. Vernino, A. Gray, J. Belik, pengguna kontrasepsi oral 2004. Silabus Periodonti. Jakarta lebih banyak memiliki status gingiva : EGC dengan inflamasi parah dibanding 6. Gunawan, Sulistia Gun. 2011. pengguna kontrasepsi suntik, Famakologi dan Terapi. Jakarta : pengguna kontrasepsi suntik paling FKUI banyak memiliki status gingiva 7. Markou, Elani, B. Eleana, T. dengan inflamasi sedang di Lazaros dan K. Antonios. The Kecamatan Belik. Influence of sex steroid hormons on gingiva of hormon. Open Dent DAFTAR PUSTAKA J. 2009 1. Yuhedi, T dan Kurniawati, T. 8. Knight,GM. Wade, AB. 1974. 2014. Buku Ajar Kependudukan The effect of hormonal dan Pelayanan KB. Jakarta: contraceptive on the EGC. periodontium. J periodontal res. 2. BKKBN. Laporan Peserta Kb 9. Siswosuharjo, dr, S. Chakrawati, Aktif Melalui Mini Survei Tingkat F. 2010. Panduan Super Lengkap Provinsi Jawa Tengah. Semarang Hamil Sehat. Jakarta : Penebar : BKKBN: 2009 Plus+ 3. Domingues, R. Ferraz, B. Greghi, 10. Suproyo, Hartati. 2009. S. Rezense, M. 2012. Passanezi, Penatalaksanaan penyakit E. SantꞌANA, A. Influence of jaringan periodontal. Yogyakarta: Kanwa Publisher 11. Handajani, J. Puspita, R. Amelia. 2010. Pemakaian kontrasepsi pil dan suntik menaikkan pH dan volume saliva. Dentika DentalJournal Vol.15 (1) :1-5. 12. Sulistyawati, A. 2011 . Pelayanan keluarga beren-cana. Jakarta : Salemba Medika. 13. Glasier, A. Gebbie, A. 2005. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakarta : EGC