Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

PEMODELAN FUNGSI TRANSFER PADA KASUS PENYAKIT JANTUNG


KORONER (PJK) YANG DIPENGARUHI OLEH HIPERTENSI ESENSIAL

MODELING OF TRANSFER FUNCTION IN CASE CORONARY HEART DISEASE (CHD)


AFFECTED BY ESSENTIAL HYPERTENSION

Yusrina Dirayati Hermanto1 , Mahmudah2


Departemen Biostatistika dan Kependudukan
akultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat korespondensi: Yusrina Dirayati Hermanto
E-mail: yusrinadh@gmail.com

ABSTRACT

Modeling of the transfer function is now widely used in research in economics and agriculture,
but the use of the health sector it is still a little bit. Therefore in this study applied modeling the
transfer function of CHD cases in the province of East Java. Modeling of the transfer function
is a model that illustrates that the predictive value of a time series (output atauY_t) based on
past values of the time series itself and based on a time series data related to input or output
X_t the series. This study uses secondary data obtained from the Health Department of East
Java Province from January 2010 until August 2015 with quantitative research methods are
modeling the transfer function of single input in order to get transfer function model which is
applied to the cases of CHD by seeing how much influence a case essential hypertension to
CHD by a certain time. The results show that there is a significant positive effect on the
occurrence of CHD is equal to 0.54631. Activities for regular blood checks are needed to
reduce the increasing cases of CHD due to essential hypertension.
Keywords: time series model, the transfer function single-input, CHD, hypertension

59
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

ABSTRAK

Pemodelan fungsi transfer saat ini banyak digunakan dalam penelitian di bidang ekonomi dan
pertanian tetapi penggunaan dalam bidang kesehatan dirasa masih sedikit. Oleh karena itu
dalam penelitian ini diterapkan pemodelan fungsi transfer pada kasus PJK di Provinsi
JawaTimur. Pemodelan fungsi transfer merupakan suatu model yang menggambarkan bahwa
nilai prediksi dari suatu time series (output atau ) berdasarkan pada nilai masa lalu dari time
series itu sendiri dan berdasarkan pada suatu data time series yang berhubungan dengan input
atau dengan output series. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mulai bulan Januari tahun 2010 sampai bulan Agustus
tahun 2015 dengan metode penelitian kuantitatif yaitu pemodelan fungsi transfer single input
dengan tujuan mendapatkan model fungsi transfer yang diterapkan pada kasus PJK dengan
melihat seberapa besar pengaruh kasus hipertensi esensial terhadap PJK berdasarkan kurun
waktu tertentu. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan
terhadap terjadinya PJK yaitu sebesar 0,54631. Kegiatan cek darah secara rutin sangat
diperlukan untuk mengurangi bertambahnya kasus PJK akibat hipertensi esensial.
Kata Kunci: model time series, fungsi transfer single input, PJK, Hipertensi

PENDAHULUAN 2011). Sebagianbesar pemodelan fungsi


Data merupakan deskripsi dasar dari transfer digunakan dalam penelitian di
bidang ekonomi, pertanian, dan arkeologi
benda, peristiwa, aktivitas dan transaksi
yang direkam, dikelompokkan, dan sedangkan dalam bidang kesehatan masih
jarang digunakan.
disimpan tetapi belum terorganisir untuk
menyampaikan arti tertentu (Turban, 2010). Umumnya data time series ini
digunakan dalam peramalan, akan tetapi
Waktu pengumpulan data dapat dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu data cross dalam penelitian ini digunakan untuk
sectional, data time series dan data panel mengetahui seberapa besar pengaruh suatu
(gabungan cross sectional dan data time kejadian yang dikaitkan dengan waktu.Pada
series). Data time series merupakan data penelitian ini metode pemodelan fungsi
yang dikumpulkan dari waktu ke waktu transfer digunakan untuk memodelkan
untuk menggambarkan perkembangan kasus penyakit jantung koroner (PJK) di
suatu kegiatan atau kondisi tertentu Provinsi Jawa Timur dengan variabel deret
(Supranto, 2008). input hipertensi esensial.
Akhir-akhir ini perkembangan
Pemodelan statistik merupakan salah
kondisi kesehatan masyarakat Indonesia
satu motode statistik yang berkembang
semakin menurun dilihat dari meningginya
pesat seiring dengan perkembangan
prevalensi angka penyakit tidak menular
komputasi. Teknik pemodelan pun sangat
salah satunya adalah hipertensi yang
beragam, dikembangkan dari disiplin ilmu
nantinya akan berpeluang besar terhadap
untuk menjawab berbagai macam tujuan.
terjadinya penyakit jantung. Hasil laporan
Banyak metode dalam statistika yang dapat
pusat data dan informasi kementrian
digunakan dalam melakukan pemodelan,
kesehatan RI meyatakan bahwa secara
salah satunya adalah fungsi transfer. Model
global penyakit tidak menular (PTM)
fungsi transfer merupakan salah satu cara
merupakan penyebab kematian nomor
untuk menyelesaikan masalah apabila
satusetiap tahunnya adalah penyakit
terdapat deret waktu dan terdapat hubungan
kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular
sebab akibat (Makridakis, 1999).
adalah penyakit yang disebabkan gangguan
Pemodelan fungsi transfer merupakan
fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti:
suatu model yang menggambarkan bahwa
penyakit jantung koroner, penyakit gagal
nilai masa depan dari suatu deret output
jantung, hipertensi dan stroke (Kementrian
berdasarkan pada nilai masa lalu dari data
Kesehatan RI, 2014).
time series itu sendiri dan berdasarkan pula
pada satu atau lebih input series (Aprialis,

60
Pemodelan Fungsi Transfer Pada Kasus Penyakit Jantung Koroner.. | YUSRINA DIRAYATI HERMANTO

Tahun 2008 dapat diperkirakan merupakan penelitian untuk data sekunder.


sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan Penelitian ini bisa diartikan dimana
oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 sejumlah individu yang diteliti tidak sadar
juta kematian tersebut terjadi sebelum usia bahwa mereka merupakan bagian dari
60 tahun dan seharusnya dapat dicegah. peilitian tetapi meninggalkan bukti dari
Kematian “dini” yang disebabkan oleh perilaku sosial secara ilmiah.
penyakit jantung. Kejadian ini berkisar Data yang digunakan dalam
sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi penelitian ini adalah data bulanan jumlah
sampai dengan 42% terjadi di negara kasus PJK, hipertensi esensial (primer)
berpenghasilan rendah. Prevalensi penyakit mulai Januari 2010 sampai Agustus 2015
jantung koroner di Indonesia tahun 2013 (sebanyak 68 plot). Pengumpulan data
sebesar 0,5% atau diperkiraakan sebanyak dilakukan dengan mencatat data bulanan
883.447 jiwa. Hasil dari diagnosis dokter jumlah kasus di Dinas Kesehatan Provinsi
bahwa estimasi jumlah penderita penyakit Jawa Timur.
jantung koroner terbanyak adalah di Jawa Hasil dari pegolahan data kemudian
Barat sebanyak 160.812 jiwa dan yang dianalisis dengan menggunakan software
paling sedikit adalah di Maluku Utara SAS. Tujuan dari analisis data adalah
sebanyak 1.436 jiwa. Jumlah kasus membuat pemodelan pada kasus PJK
penyakit jantung koroner atau PJK menggunakan model fungsi transfer single
terdiagnosa/gejala di Jawa Timur dapat input supaya hasil yang diperoleh dapat
diestimasikan sebanyak 375.127 jiwa dimengerti serta ditarik kesimpulan untuk
(Riskesdas, 2013). diberikan saran dan rekomendasi. Langkah
Komplikasi hipertensi yang analisis yang dilakukan yaitu Pertama,
menyebabkan sekitar 9,4% kematian di membagi data kasus PJK dan hipertensi
seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi eesensial menjadi dua yaitu data in sample
menyebabkan setidaknya 45% kematian dan out sample. Kedua yaitu pembentukan
karena penyakit jantung dan 51% kematian model fungsi transfer single input dengan
karena penyakit stroke. Kematian yang mempersiapkan deret input yang stasioner,
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, pemodelan ARIMA pada deret input,
terutama penyakit jantung koroner dan penaksiran parameter serta pngujian
stroke diperkirakan akan terus meningkat kesesuaian model ARIMA, prewhitening
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun deret input dan deret output, menghitung
2030 (Litbangkes RI). cross correlation function serta penetapan
Hasil utama riskesdas 2007 orde b, r, s untuk menduga model fungsi
menggambarkan hubungan penyakit transfer, seleksi dan engujian parameter
degeneratif seperti sindroma metabolik, model fungsi transfer, penggunaan model
stroke, hipertensi, diabetes militus, obesitas fungsi transfer pada kasus PJK.
dan penyakit jantung koroner. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor resiko HASIL PENELITIAN DAN
terkendali terhadap kejadian penyakit PEMBAHASAN
jantung koronerdiantaranya adalah penyakit Penyakit jantung koroner merupakan
hipertensi, diabetes militus, obesitas, dan suatu penyakit yang timbul akibat
sindroma metabolik. Jadi melalui data hipertensi atau meningkatnya tekanan darah
jumlah penderita penyakit tersebut dapat melebihi batas normalnya yaitu lebih dari
dilakukan seberapa besar pengaruh 140 mmHg untuk sistoliknya dan lebih dari
penaksiran jumlah untuk tahun berikutnya 90 mmHg untuk diastoliknya (Widyastuti,
berdasarkan data-data penyakit yang 2006). Banyaknya kasus hipertensi yang
mempengaruhi di beberapa tahun tercacat di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
sebelumnya. Timur ini menjadi salah satu penyumbang
METODE terbesar terjadinya PJK di Provinsi Jawa
Jenis penelitian yang digunakan Timur. Oleh karena itu untuk melihat
adalah penilitian non-reaktif yang seberapa besar pengaruh kasus hipertensi

61
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

(esensial dan sekunder) terhadap terjadinya


PJK maka dilakukan analisis menggunakan
pemodelan fungsi transfer.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder yang berasal dari
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
mengenai jumlah bulanan kasus penyakit
jantung koroner (PJK) sebagai variabel
deret output , hipertensi esensial Gambar 3. Plot time series kasus PJK
sebagai variabel deret input dari bulan Hasil time series plot pada kasus PJK
Januari tahun 2010 sampai bulan Agustus
menunjukkan bahwa data belum stasioner
tahun 2015 di Provinsi Jawa Timur. Berikut
dalam varians dan means, sehingga perlu
merupakan jumlah kasus PJK dan
dilakukan transformasi seperti pada tabel
hipertensi di Provinsi Jawa Timur.
dibawah ini:
Tabel 1. Hasil uji Box-Cox Data Jumlah Kasus
Hipertensi esensial

Gambar 1. Jumlah kasus PJK di Provinsi


Jawa Timur.

Selanjutnya dilakukan uji stasioneritas data


pada deret input . Berikut merupakan
plot time series pada kasus hipertensi
esensial:

Gambar 2. Jumlah Kasus Hipertensi


Esensial di Provinsi Jawa
Timur.
Langkah pertama yang harus
dilakukan pada fungsi transfer adalah Gambar 4. Plot time series kasus
stasioneritas data, baik dalam varians dan hipertensi esensial
means. Berikut merupakan plot time series
jumlah kasus PJK di Provinsi Jawa Timur: Hasil time series plot pada kasus Hipertensi
esensial menunjukkan bahwa data belum
stasioner dalam varians dan means,
sehingga perlu dilakukan transformasi
seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Hasil uji Box-Cox Data Jumlah
Kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK

62
Pemodelan Fungsi Transfer Pada Kasus Penyakit Jantung Koroner.. | YUSRINA DIRAYATI HERMANTO

Hasil uji Box-Cox tersebut digunakan untuk


mendapatkan transformasi piihan dengan
menggunakan nilai best lambda (+)1 atau
nilai confidence interval (<) sebagai nilai
yang bisa dipilih dengan tingkat
kepercayaan 95%. Berhubung transformasi Gambar 5. Hasil Transformasi dan
yang digunakan harus sama supaya Differencing Plot ACF dan
pemetaan deret input ke deret output dapay PACF pada Kasus
dilakukan maka diharapkan modelyang Hipertensi Esensial.
terbentuk mempunyai varian error yang Hasil differencing 1 plot ACF terpotong
kecil, maka dari itu dipilih lambda 0 setelah lag-1 kemudian muncul pada lag-12,
sehingga trasformasi yang dterapkan adlah begitu juga pada plot PACF juga
transformasi log, yaitu: mengalami penurunan secara cepat setelah
log lag-1 kemudian muncul pada lag-6, lag-11
log dan lag-12. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil dari differencing 1 sudah stasioner
dalam mean dan seasonal 12.

Selanjutnya dilakukan transformasi dan


differencing data

63
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

Gambar 6. Hasil Transformasi dan Tabel 4. Hasil Noise Model


Differencing Plot ACF dan PACF pada
Kasus PJK.
Hasil differencing 1 plot ACF muncul
pada lag-5 dan lag-12, kemudian plot PACF
muncul pada lag-2, lag-5, lag-8 dan lag-11.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari
differencing 1 sudah stasioner dalam mean Tahap pembentukan model awal tersebut
dan seasonal 12. Setelah deret input dimulai dengan menghitung Cross
dan output sudah stasioner Corelation Function (CCF) atau disebut
kemudian dilakukan prewhiteningdengan dengan perhitungan korelasi silang. Hasil
melihat plot ACF dan PACF yang dari perhitungan korelasi silang antara
menunjukkn bahwa hasil indikasi pada data hipertensi esensial dengan penyakit jantung
) mengikuti proses ARIMA yaitu: koroner sebagai berikut:
ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12,
ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12,
ARIMA([8],1,1)(1,0,0)12,
ARIMA([6][8],1,1)(1,0,0)12,
ARIMA(0,1,1)(0,0,1)12,
ARIMA([6],1,1)(0,0,1)12,
ARIMA([8],1,1)(0,0,1)12atau
ARIMA([6][8],1,1)(0,0,1)12.
Namun pada hasil estimasi parameter hanya
model yang mempunyai parameter yang
signifikan saja yang ditampilkan yaitu
model ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12dan
ARIMA(0,1,1)(0,0,1)12.
Langkah selanjutnya adalah seleksi model
ARIMA yang diperoleh dari proses
prewhitening.

Tabel 3. Seleksi Model Prewhitening


Gambar 7. Fungsi Korelasi Silang
HipertensiEsensial Terhadap PJK
Dilihat dari hasil output cross correlation
antara hipertensi esensial dengan PJK
diperoleh gambaran nilai CCF pertama kali
muncul pada lag-0 sehingga nilai b = 0,
kemudian nilai CCF memiliki pola
menurun pada lag-0 sehingga nilai s = 0 dan
plot CCF terpotong pada beberapa lag
sehingga r = 0. Selanjutnya adalah
Tabel 3 menunjukkan bahwa model penaksiran parameter model fungsi transfer.
fungsi transfer antara hipertensi Penaksiran parameter model fungsi transfer
sekunder dan PJK memiliki singleinput dengan model ARIMA
model prewhiteningterbaik yaitu model diperoleh hasil parameter model bersama
ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12yang mana dapat dengan pengujian Goodness of fit. Berikut
dirumuskan dari bentuk umum seasonal merupakan hasil seleksi pemodelan
multiplicative model yaitu ARIMA(p, d, hipertensi esensial terhadap PJK yaitu:
q)(P, D, Q)S dengan p = 0, d = 1, q = 1, P =
1, D = 0, Q = 0, dan S = 12 sehingga
diperoleh noise model
ARIMA(0,1,1)(1,0,0) .12

64
Pemodelan Fungsi Transfer Pada Kasus Penyakit Jantung Koroner.. | YUSRINA DIRAYATI HERMANTO

Tabel 5. Penaksiran Parameter Model Indonesia sebesar 95% sedangkan pada


hipertensi sekunder hanya 5%. Hipertensi
esensial (primer) merupakan hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya, berbeda
dengan hipertensi sekunder yang dapat
secara jelas diketahui penyebabnya.
Hipertensi yang paling banyak terjadi
adalah hipertensi yang tidak menimbulkan
Pada output estimasi parameter ini, gejala, sementara tekanan darah terus
model fungsi transfer antara dan menerus meningkat dalam jangka waktu
memiliki noise model terbaik yaitu model yang cukup lama sehingga dapat
ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12 dengan orde bobot menimbulkan komplikasi.
impuls yaitu b = 0, r = 0, dan s = 0 yang Hal ini bisa dikatakan bahwa
mana dapat dirumuskan dari bentuk umum hipertensi esensial menjadi salah satu
seasonal multiplicative model yaitu penyebab atas meningkatnya jumlah PJK
ARIMA(p, d, q)(P, D, Q)S dengan p = 0, d (Sidabutar, 2009). Hasil Riset Kesehatan
= 1, q = 1, P = 1, D = 0, Q = 0, dan S = 12. Dasar tahun 2010 menyebutkan bahwa
Sehingga diperoleh model fungsi transfer Jawa Timur merupakan provinsi yang
single input dengan noise model menempati peringkat pertama penyandang
ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12. Berikut prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia
merupakan noise model yang diperoleh: yang kemudian disusul dengan provinsi
Tahap akhir dari pemodelan fungsi Bangka dan Jawa Tengah.
transfer adalah memilih model terbaik.
Model yang didapat adalah sebagai berikut: SIMPULAN DAN SARAN
, +
Data PJK dan hipertensi esensial tidak
1 − 0,81782
0,54631 , + stasioner dalam varians dan means, oleh
1 − 0,31026 karena itu dilakukan transformasi dan
− ! 0,54631 , − , ! differencing sehingga diperoleh model
1 − 0,81782 ARIMA(0,1,1)(1,0,0)12 atau dapat
+
1 − 0,31026 dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
PEMBAHASAN − ! 0,54631 , − , !
Berdasarkan hasil analisis dengan 1 − 0,81782
+
menggunakan pemodelan fungsi transfer 1 − 0,31026
maka diperoleh hasil pemodelan yakni Artinya terdapat pengaruh positif
pemodelan menggunakan single input pada yang signifikan dari hipertensi esensial
kasus hipertensi esensial terhadap PJK. terhadap PJK sebesar 0,54631pada bulan
Model fungsi transfer single input ini (periode) yang sama. Dari hasil penelitian
menjelaskan bahwa jika perubahan tersebut saran yang dapat disampaikan yaitu
hipertensi sekunder pada bulan ini dengan apabila menggunakan pemodelan fungsi
bulan sebelumnya mengalami peningkatan, transfer atau pemodelan lainnya maka
maka perubahan PJK pada bulan ini dengan asumsi yang disyaratkan harus diperhatikan
bulan sebelumnya akan mengalami dengan betul karena akan berpengaruh pada
peningkatan sebesar 0,546321, sebaliknya hasil pemodelan yang diperoleh. Selain itu
jika perubahan hipertensi sekunder pada kegiatan cek tekanan darah rutin supaya
bulan ini dengan bulan sebelumnya bisa mengkontrol status tekanan darah
mengalami penurunan, maka perubahan sehingga bisa mengurangi atau mencegah
PJK pada bulan ini dengan bulan bertambahnya kasus PJK karena hipertensi.
sebelumnya juga akan mengalami
penurunan sebesar 0,546321.
Schrier (2000) juga menyebutkan
bahwa persentase hipertensi esensial di

65
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 01/MARET 2017

DAFTAR PUSTAKA
Aprialis. 2011. Perbandingan Model
Fungsi Transferdan ARIMA Studi
Kasus Modelantara Curah Hujan
denganKelembaban Udara. Skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
Dasar [pdf]. Diakses dari
www.dinkes.bantenprov.go.id pada
18 Maret 2016 15.52 WIB.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur tahun 2012. Diakses dari
depkes.go.id pada 22 Maret 2016
10.44 WIB.
Dirpan, Andi. 2007. Metode peramalan
kuantitatif dengan software. [pdf]
diakses dari repository.unhas.ac.id
pada 16 April 2016 13:51 WIB.
Makridakis, S., Wheelwright, S.C., dan
McGee, V.E. 1999. Metode dan
Aplikasi Peramalan 2nd eds. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Supranto, J. 2008. Statistik: Teori dan
Aplikasi. 7nd eds. Jakarta: Erlangga.

Turban, E., Shandra, R.E., dan Delen, D.


2010.Decision Support and Business
Intelligence Systems. Jakarta:
Amazon WD.
Wei, W.W.S. 2006. Time Series Univariate
and Multivariate Methods. 2nd ed.
United States of America: Pearson
Education.
WHO. 2011. Deaths from Coronary Heart
Disease. Diakses dari
http://www.searo.who.int/topics/cardiovasc
ular_diseases/en/ pada tanggal 24 Mei
2016. 10:39.

66

Anda mungkin juga menyukai