Anda di halaman 1dari 14

RESUME PENGAUDITAN 2

Dosen Pengampu: Hari Kusuma Satria Negara, SE, MAcc, AK

Disusun Oleh:

Ilham Marda Zulfikar (142180001)

Rama Bagaskara (142180040)

Danar Mahriza Zam Zami (142180174)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2020
PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI SIKLUS
PENDAPATAN

Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji  materil dalam suatu asersi laporan
keuangan.
Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
1. Bagaimana pengendalian diterapkan?
2. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?
3. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?
Tipe Pengujian Pengendalian
Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
1. Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor
seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI klien.
2. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang
dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien


2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya
3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan
4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor.

Lingkup Pengujian Pengendalian


Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian
yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Sebelum
menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus
memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan operasi berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:

1. Selama pekerjaan interim


2. Pada saat mendekati akhir tahun

Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian  mendekati akhir tahun.


Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan periode tahun pembukuan yang
diaudit.
Penentuan Risiko Pengendalian
Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu:
1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.
2. Mengidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.
3. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi
pengendalian relevan adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang diperoleh
5. Menentukan risiko pengendalian.
Pengujian Substantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai
kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancangan pengujian substantif
meliputi penentuan:
1. Sifat pengujian
2. Waktu pengujian
3. Luas pengujian substantif
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing atau pengusutan
8. Vouching atau penelusuran
Sifat Atau Jenis Pengujian Substantif
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe
pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:
1. Pengujian rinci atau detail saldo
2. Pengujian rinci atau detail transaksi
3. Prosedur analitis
Pengujian Detail Saldo, metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan,
yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
2. Menetapkan risiko pengendalian
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
memuaskan.

Untuk melihat hubungan antara risiko deteksi dengan pengujian detail saldo, berikut ini disajikan
tabel.

Tabel. Hubungan Risiko Deteksi dengan Pengujian Detail Saldo

Tingkat Risiko
Deteksi Langkah Pengujian Detail Saldo
Scan rekonsiliasi bank yang dibuat klien
dan verivikasi ketepatan perhitungan
Tinggi matematisnya
Review rekonsiliasi bank yang dibuat
klien dan verivikasi pada sebagain besar
Moderat item-itemnya.
Buatlah rekonsiliasi bank dan verivikasi
Rendah item-item yang direkonsiliasi tersebut

Pengujian Detail Transaksi, pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:


1. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
2. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
3. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan  buku
pembantu.
Pengujian detail transaksi dilakukan dengan vouching dan tracing. Auditor mengarahkan
pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat
moneter.
Prosedur Analitis, prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat dengan harapan yang
dikembangkan auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh auditor.
Ada empat kegunaan prosedur analitis yaitu:
1. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien.
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya.
3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan klien.
4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.

Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif


Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan waktu pelaksanaan
pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik
dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal neraca.
Luas Pengujian Substantif
Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, semakin banyak bukti yang
harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah bukti yang harus dihimpun dengan cara
mengubah luas pengujian subtantif yang dilakukan.
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam
kertas kerja dalam bentuk program audit
Deskripsi Siklus Pendapatan & Sistem Informasi Akuntansi yang membentuk Siklus
Pendapatan
Siklus Pendapatan terdiri dari :
 Transaksi Penjualanatau Jasa (Kredit/Tunai)
Penjualan adalah suatu kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna
mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
 ReturPenjualan.
Retur penjualan adalah pengembalian barang dari customer karena hal tertentu, mungkin
karena rusak dalam perjalanan atau pengiriman barang yang tidak memenuhi spesifikasi
yang diinginkan customer dll.
 Pencadangan Kerugian Piutang.
Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan ditandingkan
dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama dengan periode terjadinya
penjualan.
 Penghapusan Piutang.
Penghapusan piutang adalah suatu kerugian yang timbul karena adanya piutang yang tak
tertagih oleh perusahaan. Piutang kurang terjamin pelunasannya, karena tidak dibuat
dalam suatu perjanjian khusus seperti yang diatur oleh peraturan hukum.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Piutang Usaha Di Neraca


1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih
dari debitur pada tanggal neraca.piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus dicantumkan
pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutanng usaha tersebut adalah jumlah bersih.
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di
neraca.
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada yanggal neraca harus disajikan dalam kelompok
utang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang nonusaha disajikan terpisah dari piutang usaha.
Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
piutang usaha. Auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang dicantumkan di
neraca dengan akun piutang dalam buku besar dan selanjutnya ke jurnal penjualan, jurnal
penerimaan kas, dan jurnal umum.
2. Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Auditor melakukan pengujian substantif
berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan
dengan piutang usaha, pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang
usaha, konfirmasi piutang usaha.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo piutang usaha yang disajikan dalam neraca. Auditor melakukan
berbagai pengujian substantif berikut ini: pengujian analitik, pemeriksaan bukti
pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, pemeriksaan pisah batas
transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha.
4. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini: pemeriksaan bukti pendukung
transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi piutang usaha.
5. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Auditor
melakukan pengujian substantif berikut ini: prosedur audit awal, pengujian analitik,
pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha, konfirmasi
piutang usaha, penilaian terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang, dan
pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima
umum. 
6. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca. Satu-
satunya pengujian substantif untuk membuktikannya adalah dengan membandingkan
penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca adalah dengan membandingkan
penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca yang diaudit dengan prinsip
berterima umum.
PROGRAM PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG USAHA
Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai
ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalamlima tahap
berikut ini:
1. Prosedur Audit Awal
Auditor menempuh prosedur audit awal dengan melakukan rekonsiliasi antara
informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansiyang
mendukungnya. Rekonsiliasi ini penting untuk dilakukan agar auditor memperoleh
keyakinan bahwa informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca didukung oleh
catatan akuntansi yang andal. Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedurberikut ini:
a) Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar.
b) Hitung kembali saldo akun piutang usaha di dalam buku besar, dengan cara
menambah saldo awal dengan jumlah pendebitan dan menguranginnya dengan
jumlah kreditan akun tersebut.
c) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam
akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha. Dengan melakukan
hal ini bisa mengetahui kecurangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi
yang mengurangi piutang usaha (retur penjualan dan penghapusan piutang).
d) Usut saldo awal akun Piutang Usaha dan akun Cadangan Kerugian Piutang ke kertas
kerja tahun lalu. Kerta kerja tahun lalu dapat menyediakan informasi tentang berbagai
koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang lalu, sehingga auditor
dapat mengevaluasi tindak lanjut yang telah ditempuh oleh klien dalam menanggapi
koreksi yang diajukan oleh auditor tersebut.
e) Usut posting pendebitan aun Piutang Usaha ke dalam jurnal yng bersangkutan.
f) Lakukan rekonsiliasi akun kontrol piutang usaha dalam buku besar ke buku pembantu
piutang usaha.
 
2. Prosedur Analitik
Auditor melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini;
1) tingkat perputaran piutang usaha,
2) ratio piutang usaha dengan aktiva lancar,
3) rate of return on net sales
4) ratio kerugian piutang usaha dengan pendapatan penjualan bersih, dan
5) ratio kerugian piutang usaha dengan piutang usaha yang sesungguhnya tidak
tertagih. Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan
harapan auditor. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan:
a. peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
b. perubahan akuntansi,
c. perubahan usaha,
d. fluktuasi acak, atau
e. salah saji.

3. Prosedur Audit terhadap Transaksi Rinci


Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut ini
yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun Piutang Usaha:
a) Transaksi penjualan kredit,
b) Transaksi retur penjualan,
c) Transaksi penghapusan piutang usaha, dan
d) Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha
Usaha dan pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
berkaitan dengan akun tersebut adalah:
1) Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun Piutang Usaha ke dokkumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut.
2) Periksa pendebitan akun Piutang ke doumen pendukung: Faktur Penjualan,
Laporan Pengiriman Barang, dan Order Penjualan.
3) Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung: Bukti Kas Masuk,
Memo Kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
4) Lakukan verifikasi pisah batas (Cutoff) transaksi.
5) Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
6) Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
7) Lakukan verifikasi pisah batas (Cutoff) transaksi Penerimaan Kas.

4. Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci


Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan ke saldo
piutang usaha dan akun penilaiannya (akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha). Tujuan
pengujian saldo akun Piutang Usaha rinci adalah untuk memverifikasi:
 1 Keberadaan atau keterjadian
 l Kelengkapan
 l Hak kepemilikan
 l Penilaian
Sampling Audit
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel yang
representatif. sampel yang representatif adalah sampel yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan karakteristik populasi. sebagai contoh auditor menemukan 2% kesalahan atas faktur
penjualan seandainya ia melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. misalkan, auditor ada
100 buah jumlah faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi. sampel tersebut dapat
dikatakan sebagai sampel representatif apabila auditor menemukan dua buah faktur yang
mengandung kesalahan.
Sampel harus mengandung stabilitas. yang dimaksudkan disini adalah apabila jumlah
sampel yang ditambah , maka hasilnya harus sama, dan tidak berubah. pada kenyataannya,
auditor tidak akan dapat mengetahui apakah sampel yang diambil merupakan sampel yang
representatif, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian. auditor maksimal hanya
dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi mendekati kualitas sampel yang
representatif. hal tersebut dapat dilaksanakan auditor dengan cara merancang dan melakukan
seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti sebagai sampel.
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAI melalui Standar
Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling sebagai:
Penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang
kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut.
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa seluruh transaksi
yang ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor harus mempertimbangkan manfaat dan biaya karena
pertimbangan ini kemudian dalam profesi dikenal secara luas bahwa sebagian besar bukti
diperoleh melalui sampel.
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa seluruh transaksi yang
ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor harus mempertimbangkan manfaat dan biaya karena
pertimbangan ini kemudian dalam profesi dikenal secara luas bahwa sebagian besar bukti
diperoleh melalui sampel.
Dalam Menentukan Ukuran Sampel untuk Setiap Atribut atau Pengendalian yang
Diuji, Auditor Harus Menspesifikasi Pengurutan Nilai Setiap Faktor-Faktor berikut :
 Risiko atas perkiraan risiko pengendalian yang terlalu rendah.
 Tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi.
 Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan.

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
Sampel Representatif
Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang karakteristiknya hampir
sama dengan yang dimiliki oleh populasi, yang berarti item item yang dijadikan sampel populasi
serupa dengan item item yang tidak dijadikan sampel. Jika tidak ada atau ditemukan banyak item
yang hilang, sampel tersebut dianggap nonrepresentatif.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah
dengan melakukn audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor dapat
meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif  dengan menggunakannya secara
cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan evaluasi sampel. Hasil sampel
dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling.
Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko nonsampling 
danrisiko sampling.
Risiko nonsampling
Nonsampling risk adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang
ada dalam sampel. Kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang
tidak sesuai atau tidak efektif adalah penyebab risiko nonsampling.  
Prosedur audit yang tidak efektif  untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah
dengan memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah
dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk
menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Cara untuk mengendalikan risiko
nonsampling bisa dilakukam dengan merancang prosedur audit dengan cermat, instruksi yang
tepat, pengawasan dan melakukan review.

Risiko Sampling
Risiko Sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karna
sampel populasi yang tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat
akibat pengujian lebih sedikit dari populasi secara keseluruhan.
Auditor memiliki dua carauntuk mengendalikan risiko sampling:
1. Menyesuaikan ukuran sampel.
2.  Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK  DAN PEMILIHAN


SAMPEL PROBABILISTIK DAN NONPROBABILISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu sampling statistik dan
sampling nonstatistik. Kategori tersebut srerupa karena keduanya melibatkan tiga tahap
 Perencanaan sampel.
 Pemilihan sampel dan melakukan pengujian.
 Pengevaluasian hasil.
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana
sampel dipilih dari populasi.
Sampling statistik (statistical sampling)  menerapkan aturan matematika, auditor dapat
mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling dalam merencanakan sampel dan dalam
mengevaluasi hasil.
Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor memilih item sampel yang
diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi tertentu, dan
mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut
penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan
(jidgemental sapling)
Dalam pemilihan sampel probabilistik (probabiistic sampel selection) auditor memlih secara
acak item-item sehingga setiap item populasi memiliki item probabilitas yang sama untuk
dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang sangat tinggi dan menggunaan
salah satu dari beberapa metode yang telah dibahas secara singkat. Sedangkan dalam pemilihan
sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection), auditor memilih item sampel
dengan menggunakan pertimbangan yang profesional dan bukan metode probabilistik. Auditor
dapat menggunakan salah  satu dari beberapa metode pemilihan sampel nonprobabilistik.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) antara lain :
1. Pemilihan sampel terarah.
2. Pemilihan sampel blok.
3. Pemilihan sampe sembarangan.
Metode pemilihan sampel probabilistik antara lain :
1. Pemilihan sampelacak sederhana.
2. Pemilihan sampel sistematis.
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran.
4. Pemilihan sampel yang bertahap.

METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK


Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi
persyaratan teknis bagi pemilihan sampel nonprobabilistik. Karena metode tersebut tidak
didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin sulit ditentukan.
Dalam pemilihan sampel terarah (directed sample selection) auditor dengan sengaja
menilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbangannya sendiri ketimbang
menggunakan pemilihan acak. Pendekatan yang umum digunakan termasuk :
1. Pos yang paling mungkin mengandung salah saji. Auditor sering kali mampu
mengidentifikasi pos populasi mana yang mungkin mengandung salah saji.
2.  Pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih. Dengan memilih satu atau lebih
pos yang memiliki karakterisitik populasi yang berbeda, auditor mungkin bisa merancang
sampel agar representatif.
3. Cakupan nilai uang yang besar. Auditor kadang kadang dapat memilih sampel yang
meliputi bagian total nilai uang bagian populasi yang besar sehingga mengurangi risiko
penarikan kesimpulan yang tidak tepat dengan tidak memeriksa pos pos yang kecil.
Dalam pemilihan sampel blok (block sample selection), auditor memilih pos pertama dalam
satu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat
diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan
probabilitas memperoleh sampel nonpresentatif  sangatlah besar, dengan menggunakan
kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi dan sifat musiman dari sejumlah
jenis.
Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah pemilihan sampel item
atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor.
Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah sulitnya menjaga agar
tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. Karena pelatihan auditor dan bias yang tidak
disengaja, item populasi tertentu akan lebih besar kemungkinannya untuk dimasukkan dalam
sempel ketimbang yang lainnya.
METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK
Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko sampling. Untuk
sampel probabilistik, auditortidakmenggunakan pertimbangan mengenai item atau po sampel
mana yang akan dipilih, keculi dalam memilih mana dari epat metode pemilihan yang akan
digunakan.Dalam sampel acak (random sample) sederhana, setiap kombinasi dari item populasi
yang mungkin memiliki kesempatan untuk dimasukkan dalam sampel auditor menggunakan
sampling random atau acak sederhana untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan satu atau lebih item populasi.
Tabel angka acak
Angka acak adalah serangkaian dari digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk
muncul selama jangka panjang dan tidak memiliki pola yang dapat diidentifikasi. Sebuah tabel
angka acak (random number table) memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan
kolom yang telah diberikan nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk
korespondensi antara nomer dokumen klien yang akan dipilih dan digit pada tabel angka acak.
Angka acak yang dihasilkan komputer
Program komputer menawarkan beberapa keunggulan : penghematan waktu,
berkurangnya kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih angka, dan dokumentasi otomatis.
Karena sebagian besar auditor memiliki akses ke computer dan ke spreadsheet elektronik atau 
program generator angka acak, mereka biasanya lebih suka menggunakan angka acak yang
dihasilkan komputer ketimbang metode pemilihan probabilistik lainnya.
Pemilihan sampel sistematis
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item item yang akan dijadikan
sampel berdasarkan ukuran interval tersebut. Interval ditentukan dengan membagi ukuran
populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah
lebih mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan
cepat dan pendekatannya secara otomatis akan menempatkan nomor lain dalam urutan, yang
membuatnya lebih mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang sesuai.
Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang menekankan item
item populasi dengan julah tercatat yang lebih besar. Ada dua cara untuk memperoleh sampel
semacam itu :
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual bersifat
proporsional dengan jumlah tercatatnya.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan mengambil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar.

SAMPLING UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi yang
memiliki karakteristik atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian
(accurence rate) atau tingkat pengecualian(exception rate).
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi :
1. Menyimpan atau deviasi daripengendalian yang diterapkan klien.
2. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi.
3. Salah saji moneter dalam rincian transaksi saldo akun
Tingkat pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi tingkat
pengecualian dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat
pengecualian populasi. Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada
deviasi dari prosedur pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal
itudisebabkan oleh kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya.
Istilah deviasi (deviation) terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang
telah digariskan.
Karena tingkat pengecualian didasarkan pada sampel, kemungkinan besar tingkat
pengecualian akan berbeda dari tingkat pengecualian populasi aktual. Perbedaan ini disebut
sebagai kesalahan sampling (sampling error).
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian, auditor ingin
mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval keyakinannya.
Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat pengecualian atas
yang dihitung(computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi dalam melakukan
pengujian pengendalian dan pengujian supstantif atas transaksi.
APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK
Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan sampling audit
pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Auditor harus mengikuti
langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan audit
maupun sampling dengan benar.
1. Merencanakan sampel
2. Menyatakan tujuan pengujian audit.
3. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan.
4. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian.
5. Mendefinisikan populasi.
6. Mendefinisikan unit sampling.
7. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi.
8. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas penentuan risiko penilaian yang terlalu
rendah.
9. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi.
10. Menentukan ukuran sampel awal.
11. Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
12. Memilih sampel.
13. Melaksanakan proseur audit.
14. Mengevaluasi hasil
 Menggenaralisasi dari sampel ke populasi.
 Menganalisis pengecualian.
 Memutuskan aksebtabilitas populasi.

SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (atribute sampling). Sampling
nonstatistik juga memiliki atribut, yang merupakan karakteristik yang sedang diuji dalam
populasi, tetapi sampling atribut merupakan metode statistik.
DISTRIBUSI SAMPLING
Distribusi sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus
yang dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik  tertentu. Distribusi
sampling memungkinkan auditor untuk membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan
terwakilnya stiap sampel dalam distribusi.sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal,
imana setipsampel dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi
pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai

  • LK5 Pam
    LK5 Pam
    Dokumen11 halaman
    LK5 Pam
    Mutiara Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • LK4 Pam
    LK4 Pam
    Dokumen8 halaman
    LK4 Pam
    Mutiara Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • LK7 Pam
    LK7 Pam
    Dokumen5 halaman
    LK7 Pam
    Mutiara Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • LK1 Pam
    LK1 Pam
    Dokumen3 halaman
    LK1 Pam
    Mutiara Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • KLIPING (Tari Tradisional)
    KLIPING (Tari Tradisional)
    Dokumen12 halaman
    KLIPING (Tari Tradisional)
    Mutiara Ramadhani
    Belum ada peringkat
  • Cover Makalah Gayut
    Cover Makalah Gayut
    Dokumen1 halaman
    Cover Makalah Gayut
    Mutiara Ramadhani
    Belum ada peringkat