Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yulia K R K

Nim : 20180311061

1. Apakah yang dimaksud dengan multi drug resisten (MDR) dan extended drug
resisten (XDR) TB ?

Jawaban :

· Multi Drug Resistant- tuberculosis (MDR-TB) adalah TB yang disebabkan oleh


kuman TB yang telah resisten terhadap 2 jenis OAT lini pertama, yaitu INH dan
Rifampisin.

· Extended Drug Resistant Tuberculosis (XDR-TB), dimana resisten kuinolon dan


atau salah satu obat injeksi Kanamisin, Amikasin. Pengobatan XDR-TB semakin sulit,
bahkan bisa berakibat Total Drug Resistant –tuberculosis (TDR-TB).

2. Bagaimanakah terapi untuk pasien dengan MDR TB dan XDR TB

Jawaban :

Pada tatalaksana MDR TB dapat menggunakan minimal 5 jenis obat yang


digunakan selama 18 sampai 24 bulan. Cara rasional yang dapat dilakukan untuk
memilih obat Anti-TB yang tepat yaitu menggunakan obat dari yang paling kuat
efek bakterisidnya dengan toksisitas yang paling rendah hingga yang paling lemah
dengan toksisitas paling tinggi. Pemilihan obat untuk kasus MDR TB antara lain
menggunakan obat lini 1 jika masih efektif, satu obat injeksi, mempergunakan obat
golongan flurokuinolon, menggunakan obat untuk golongan 4 (lini II oral) sampai
diperoleh 4 jenis obat yang efektif dan obat ke 5 untuk memperkuat regimen atau
saat sebelum diperoleh 4 jenis obat yang efektif dari kelompok sebelumnya.

Pada XDR TB, yang dapat dilakukan :

· Memperpanjang durasi pengobatan dengan penggunaan obat anti-TBC lini


kedua, dimana obat-obat ini tidak resisten hingga pemakaian 12 bulan, biasanya
dapat berupa obat injeksi.

· Menggunakan obat golongan fluoroquinolone generasi ketiga seperti


moxiflaxacin.
· Menggunakan obat TBC golongan keempat yang khusus mengatasi TBC
resistan obat, seperti ethionamide atau prothonamide.

· Memadukan 2-3 jenis obat TBC yang berasal dari golongan 5 seperti
menggunakan obat jenis bedaquiline, linezolid, dan clofazimine.

3. Jelaskan farmakologi obat-obat anti TBC yang digunakan sebagai lini


pertama dan lini kedua dalam pengobatan TBC

Jawaban :

Obat-obat anti TBC yang digunakan sebagai lini pertama:

· Isoniazid (INH), bersifat sebagai antibakteri (tuberkulostatik dan tuberkulosid)


efeknya hanya terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Jika kontak
dengan obat berhenti mikroorganisme yang sedang istirahat akan aktif membelah.
Pada mikobakteria hanya M. knasasii yang peka terhadap INH. Mekanisme
kerjanya yaitu menghambat biosintesis asam mikolat yang merupakan unsur
penting pada dinding sel mikrobakterium, pada kadar yang rendah dapat
mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang (bantuk awal
asam mikolat), menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak
yang terekstraksi oleh metanol dari mikrobakterium.

· Rifampisin, bersifat sebagai antibakteri dengan menghambat pertumbuhan


bakteri gram + dan - , gram + kerjannya tidak sekuat penisilin, terhadap gram –
kerjanya lebih lemah dari tetrasiklin, kloramfenikol, kanamisin, dan kolistin, dan
sangat aktif terhadap N meningitis. Mekanisme kerjanya yaitu aktif pada sel yang
tumbuh dan bekerja dengan menghambat DNA-dependent RNA polymerase dari
mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya rantai
dalam sintesis RNA.

· Etambutol, bersifat sebagai antibakteri yang paling sensitif untuk galur


M. Tuberculosis dan M. Kansasii tetapi tidak efektif dengan kuman lain mampu
menekan pertumbuhan kuman TBC yang telah resisten terhadap INH dan
streptomisin. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis metabolit sel sehingga
metabolit sel terhambat (bakteriostatik pada sel yang sedang tumbuh).

· Streptomisin, bukan obat yang ideal sebagai obat tunggal memiliki sifat
bakteriostatik dan bakterisid. Mekanisme kerjanya yaitu supresi, mikroorganisme
yang hidup dalam abses atau kelenjar limfe dan hilangnya pengaruh obat
setelah beberapa bulan pengobatan.
· Pirazinamid, obat ini dihidrolisis oleh enzim pirazinamisade menghasiljan asam
pirazinoat yang aktif sebagai obat TBC pada media yang bersifat asam.
Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti.

Obat-obat anti TBC yang digunakan sebagai lini kedua :

· Antibiotika golongan fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin,


lefofloksasin),bersifat sebagai antibakteri tetapi obat ini resisten untuk bakteri
anaerob, fluorokuinolon aktif terutama terhadap gram – dan terbatas terhadap
gram +. Nurfloksasin merupakan fluorokuinolon yang paling efektif terhadap gram
+.

· Sikloserin, menghambat bakteri M. tuberculosis pada kadar 5-20


mikrogram/ml. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis dinding sel.

· Etionamid, merupakan anti TBC sekunder yang harus dikombinasikan dengan


anti TBC lain jika obat primer tidak efektif atau dikontraindikasikan dengan obat
lain.

· Amikasin, untuk mikrobakteria yang multi drug resisten, efektif terhadap


mikrobakteria atipik, M. fortiutum, dan M. chelonei.

· Kanamisin, obat anti TBC lini kedua, digunakan sebagai obat TBC pada
pasien yang sudah resisten dengan streptomisin.

· Kapreomisin, aktivitasnya mirip dengan rifampisin dan terjadi resistensi silang


dengan rifampisin, diindikasikan untuk pengobatan TBC pada pasien HIV yang juga
menggunakan antiretroviral golongan protease inhibitor atau NNRTI,misal :
efafirenz.

· PAS (Asam Paraaminosalisilat), bersifat bakteriostatik dengan aktivitas spesifik


terhadap M. Tuberculosis saja, efektivitasnya berkurang jika dibandingkan dengan
streptomisisn, INH, dan rifampisin. Mekanisme kerjanya yaitu mirip dengan
sulfonamid dimana rumus molekul mirip PABA.

Anda mungkin juga menyukai