Anda di halaman 1dari 2

BAB IV

PEMBAHASAN

Proses pembuatan kompos di Workshop Jurusan Kesehatan Lingkungan berlangsung


selama 3 minggu.Proses tersebut sangat membutuhkan peran mikroba.Dimana mikroba itulah
yang memakan sampah dan hasil pencernaannya adalah kompos, semakin banyak mikroba maka
semakin baik proses komposting.

Pada wadah atau keranjang yang digunakan harus diberi lubang udara karena proses
komposting tersebut bersifat aerob (membutuhkan udara) .Aliran udara yang kurang baik dapat
menyebabkan mikroba jenis lain (yang tidak baik untuk komposting) yang lebiu banyak hidup ,
sehingga timbul bau menyengat dan pembentukan kompos tidak terjadi.

Selama proses berlangsung simpanlah wadah kompos pada tempat yang tidak terlalu
lembab karena apabila lembab karena apabila lembab maka udara akan terhambat masuk
kedalam materi organik sehingga mati karena kekurangan udara.Maka simpanlah ditempat yang
cukup kering, namun juga jangan terlalu kering karena mikroba membutuhkan air sebagai media
hidupnya .Maka siram atau percikan air jika terlalu kering.Hal tersebut untuk menjaga
kelembapan kompos karena komposting hanya berlangsung optimal dalam kelembapan antara
50%-70%, dan kisaran suhu yang ideal untuk komposting 45-70°C.

Dari hasil praktikum pembuatan kompos yang kami lakukan terbukti bahwa kulit
rambutan sangat sulit untuk terurai dibandingkan dengan bahan campuran lain yang kami
gunakan yaitu buah sawo, daun singkong dan kulit buah-buahan seperti mangga, nanas, serta
pepaya. Dikarenakan tekstur kulit rambutan yang sangat tebal dan adanya kandungan zat
flavonoid , tannin, dan saponin yang merupakan senyawa antibakteri. Senyawa-senyawa yang
terkandung dalam kulit buah rambutan memiliki aktivitas antibakteri seperti flavonoid yang
membentuk senyawa kompleks yang dapat merusak membrane sel bakteri dan dapat
menghambat metabolisme energi. Senyawa tannin dapat menginaktifkan adhesi sel mikroba serta
enzim dan mengganggu transport protein pada lapisan dalam sel.

Sehingga zat-zat yang terkandung dalam kulit rambutan tersebut menyebabkan kulit
rambutan menjadi sulit untuk terurai dan membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi
menjadi kompos yang memiliki tekstur yang baik. Selain itu, kulit rambutan yang kami gunakan
untuk pembuatan kompos ukurannya masih kurang halus untuk digunakan sebagai bahan baku
kompos yaitu berukuran 2 cm - 3 cm.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Kompos yang kami buat pada praktikum PTPS tidak dapat terdegradasi atau terurai
secara sempurna pada beberapa campurannya. Dari bahan yang kami gunakan dalam proses
pembuatan kompos tersebut terdapat bahan yang sulit untuk diuraikan oleh bakteri karena
mengandung senyawa antibakteri yang cukup tinggi yaitu, kulit rambutan.Senyawa antibakteri
yang terkandung dalam kulit rambutan berupa flavonoid, tannin, dan saponin.

Sehingga pada proses praktik kompos kelompok kami tidak berhasil karena bahan tidak
dapat terurai sempurna dan tidak mendapatkan tekstur kompos yang diinginkan.

Saran

Sebaiknya bahan yang digunaka padan proses pembuatan kompos dicacah dengan halus
(kurang lebih 2-3 cm) sehingga mempercepat proses penguraian kompos .Pilih bahan yang
mudah untuk terurai seperti kulit pisang, tomat , dan semangka serta mempunyai kadar air yang
tinggi.Untuk tempat pembuatan kompos diharapkan memiliki ruang pada dasar wadah sebagai
tempatsirkulasi udara dan endapan cairan dari kompos.Untuk penggunaan M4 sebaiknya
disesuaikan dengan keadaan bahan yang digunakan untuk kompos, misal pada bahan yang
mempunyai C/N ratio tinggi maka berikan kosentrasi M4 yang tinggi pula.

Anda mungkin juga menyukai