Anda di halaman 1dari 1

Hereditary spastic paraparesis (HSP) adalah sekelompok kelainan genetik langka yang

mempengaruhi sistem saraf pusat. HSP murni terbatas pada kelenturan ekstremitas bawah
dan disfungsi saluran kemih. HSP kompleks melibatkan fitur neurologis tambahan. Di luar
gejala inti yang dijelaskan, pengetahuan tentang beban penyakit untuk orang dewasa dengan
HSP terbatas, terutama mengenai fungsi pencernaan, inkontinensia fekal, dan gejala
kencing(Kanavin & Fjermestad, 2018).

Paraplegia adalah kondisi hilangnya kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian
bawah yang meliputi kedua tungkai dan organ panggul. Paraplegia dapat terjadi hanya
sementara atau bahkan menjadi permanen tergantung dari penyebabnya. Berbeda dengan
paraparesis yang masih dapat menggerakan kedua tungkai walaupun kekuatannya berkurang,
paraplegia sama sekali tidak dapat menggerakan kedua tungkai.
Jika dilihat berdasarkan efek dan gejalanya pada otot, paraplegia terbagi menjadi:

 Paraplegia spastik. Otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan dalam


kondisi kaku dan tegang.
 Paraplegia flaksid. Otot-otot tubuh pada bagian yang mengalami kelumpuhan dalam
kondisi lemas dan terkulai. Kondisi otot ini cenderung bisa mengkerut.

Paraparese adalah terjadinya gangguan antara kedua anggota gerak tubuh bagian bawah . Hal
ini terjadi karena adanya defek antara sendi facet superior dan inferior (pars interartikularis).
paraparese adalah adanya defek pada pars interartikularis tanpa subluksasi korpus vertebrata.
paraparese terjadi pada 5% dari populasi. Kebanyakan penderita tidak menunjukkan gejala
atau gejalanya hanya minimal, dan sebagian besar kasus dengan tindakan konservatif
memberikan hasil yang baik. paraparese dapat terjadi pada semua level vertebrata, tapi yang
paling sering terjadi pada vertebrata lumbal bagian bawah
Paraparese, keadaan terjadi degenerasi diskus intervertebra yang kemudian mengarah
terjadinya pembengkokan satu tulang vertebra dengan tulang lain yang berada di bawahnya
yang di akibatkan kompresi pada tulang belakang . Kira-kira 10 – 15% pasien dengan
paraparese setelah dilakukan operasi menggambarkan adanya nyeri. Nyeri berat yang bersifat
radikuler, tidak memperingan dengan pemberian terapi konservatif

Kanavin, Ø. J., & Fjermestad, K. W. (2018). Gastrointestinal and urinary complaints in adults
with hereditary spastic paraparesis. Orphanet Journal of Rare Diseases, 13(1), 1–6.
https://doi.org/10.1186/s13023-018-0804-8

Anda mungkin juga menyukai