Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

PEMBELAJARAN IPA SD

Disusun oleh:

Ananda Novi Nur Rohmawati (1119180005)

Mohammad Soheb (1119180084)

PGSD 2018 B

Dosen Pengampu

Ifa Seftia Rakhma Widiyanti, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN

2020
Daftar isi

BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3. Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1. Pendekatan Pembelajaran IPA...............................................................................................5
2.2. Pendekatan yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD....................................................5
a. Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Teacher Centered Approach dan Student Centered
Approach.......................................................................................................................................5
b. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses...........................................................................6
2.3. Model Pembelajaran..........................................................................................................6
2.4. Model Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD......................................7
a. Model Pembelajaran Langsung..............................................................................................7
b. Model Pembelajaran Children Learning In science (CLIS)...................................................8
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah.................................................................................8
d. Model Pembelajaran Kooperatif..........................................................................................10
e. Model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society).........................11
f. Model Pembelajaran CTL....................................................................................................11
2.5. Strategi Pembelajaran..........................................................................................................12
2.6. Strategi Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD..................................12
a. Strategi Pembelajaran Kooperatif……………………………………………………………12
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri………………………………………………………………...13
c. Strategi Pembelajaran Tematik……………………………………………………………….14
d. Strategi Pembelajaran Konstruktivis…………………………………………………………14
e. Strategi Pembelajaran Salingtemas…………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu pengetahuan alam dalam bahasa Inggris di sebut dengan istilah natural science
yang digunakan sebagai definisi untuk menjelaskan rumpun ilmu yang objeknya adalah
benda-benda alam dengan hukum yang pasti dan umum. Sedangkan orang-orang yang
menemukan bidang ilmu pengetahuan alam tersebut dapat disebut dengan istilah Saintis atau
seorang saintis. Kata Sains (science) diambil dari kata lain scientia yang makna harfiahnya
adalah pengetahuan. Sains juga disebut dengan kumpulan pengetahuan dan proses serta
kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk meraih dan menggunakan pengetahuan tersebut.
Pada tingkat Sekolah Dasar Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran
yang urgent. Karena peran IPA adalah untuk menambah pengetahuan serta pengalaman
peserta didik. Dalam hal ini mata pelajaran IPA merupakan sebuah proses pembelajaran yang
menekankan pada pengalaman seorang peserta didik yang akan berpengaruh terhadap
pengembangan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Untuk memperoleh tujan pendidikan dengan hasil yang memuaskan, perlu diambil
berbagai strategi untuk mengapainya. Strategi untuk mengapai tersebut dengan menggunakan
pendekatan serta metode tertentu, ketepatan terhadap pemilihan pendekatan yang tepat
terhadap bidang studi yang diajarkan merupakan bagian dari komponen dari strategi
pembelajaran

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA SD?
2. Bagaimana Pendekatan yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD?
3. Apa Pengertian Model Pembelajaran?
4. Bagaimana Model Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD?
5. Apa Pengertian Strategi Pembelajaran?
6. Bagaimana Strategi Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pendekatan Pembelajaran IPA SD
2. Untuk mengetahui Pendekatan yang di terapkan dalam Pembelajaran IPA SD
3. Untuk mengetahui Pengertian Model Pembelajaran
4. Untuk mengetahui Model Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD
5. Untuk mengetahui Pengertian Strategi Pembelajaran
6. Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA
SD
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pendekatan Pembelajaran IPA


Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai paradigma kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
umum, di dalamnya terdapat menampung, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan Menurut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”
Pendekatan pembelajaran juga merupakan cara agar dapat memudahkan pelaksanaan
proses pembelajaran. Sedangkan pendekatan pembelajaran IPA sendiri merupakan landasan
filosofi yang melatar belakangi proses pembelajaran IPA, yang dimaksud IPA disini adalah
natural science bukan social science.
Secara harfiah Natural Science adalah ilmu yang mempelajari tentang yang
berhubungan dengan alam. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran peserta didik
hendaknya mampu mempelajari diri sendiri dan fenomena alam. Pencapaian tujuan belajar
IPA tersebut didalam proses pembelajaran yang diawali dengan penentuan pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan.
Raka joni (1993), berpendapat bahwa pendekatan merupakan cara umum untuk melihat
permasalahan atau objek kajian. Pendekatan merupakan bagian pokok dari rencana
pembelajaran. Peran pendekatan pembelajaran ialah menyesuaikan antara tujuan
pembelajaran, siswa, latar belakang, sosial dan budaya, sumber dan daya dukung yang
tercakup dalam unsure input, output, produk dan outcomes. Pendidikan dengan bahan kajian
yang akan disajikan. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan,
menumbuhkan rasa ingin tahu. Tujuan pendekatan sendiri adalah menggiring cara pandang
atau persepsi dan proses pengkajian terhadap materi pembelajaran dengan suatu terminologi
sehingga akan diperoleh suatu pemahaman dan pembentukan perilaku siswa yang diharapkan
2.2. Pendekatan yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD

a. Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Teacher Centered Approach dan Student


Centered Approach.
1. Pendekatan pembelajaran teacher centered approach/pendekatan ekspositor,
pendekatan ini, guru dituntut untuk berperan lebih aktif dibandingkan dengan
peserta didiknya, dikarenakan seorang guru harus mengelola dan mempersiapkan
bahan ajar secara tuntas.
2. Pendekatan Pembelajaran student centered approach/heuristic merupakan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik. Pendekatan ini merupakan pendekatan
pembelajaran aktif diamana guru berperan sebagai fasilitaror, motivator, katalisator,
dan pengontrol konsep. Pada pendekatan ini peserta didik di posisikan sebagai pusat
perhatian utama.

b. Pendekatan Konsep dan Pendekatan Proses.


1. Pendekatan konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pembelajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh (Sagala, 2005)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam merencanakan
pembelajaran dengan pendekatan konsep (Dahar, 2003).
1) Konsep-konsep yang diajarkan harus dinyatakan secara tegas dan lengkap.
2) Prasyarat atau konsep-konsep yang telah diketahui dan diperlakukan dapat
digunakan dalam proses pembelajaran
3) Urutan memadai sesuai dengan konsep yang akan dipelajari maupun konsep
yang telah ada.

IPA merupakan ilmu yang tumbuh dan berkembang dikarenakan uji coba atau
eksperimen yang dilakukan oleh para ahli atau ilmuwan. IPA mengandung baik ilmu
pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya pengetahuan
deklaratif, IPA disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi. Untuk
mengikuti perkembangan IPA yang sangat pesat, belajar konsep IPA merupakan
kegiatan yang paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan pada diri peserta didik
(Dahar, 1989).
2.3. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi pembelajaran dan
dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan teknik.
Sedangkan istilah “strategi“ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait
dengan perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada
pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.

Model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang berisi cara dan langkah-langkah
seorang guru dalam menyampaikan suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai disertai pengembangan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.

Jadi, Model Pembelajaran adalah sebagai suatu disain yang menggambakan proses
rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga
terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa

2.4. Model Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD

a. Model Pembelajaran Langsung


Pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
pembelajaran siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklarasi yang
terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.

Langkah –langkah merencanakan pembelajaran langsung diantaranya


(Trianto, 2012):

1) Merumuskan tujuan. (tujuan yang dirumuskan disesuaikan dengan kompetesi


yang akan dicapai)
2) Memilih isi (Isi dalam hal ini adalah materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik)
3) Melakukan analisis tugas
4) Merencanakan waktu dan ruang
Sintaks model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan Guru menjelaskan tujuan, informasi latar belakang
dan mempersiapkan pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa
siswa untuk belajar
2. Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan keterampilan atau
pengetahuan atau menyajikan informasi setahap demi setahap
keterampilan
3. Membimbing pelatihan Guru memberikan pelatihan awal
4. Mengecek pemahaman Guru Mengecek apakah siswa telah berhasil
dan pemberian umpan melakukan tugas dengan baik, memberiumpan balik
balik
5. Memberi kesempatan Guru mempersiapkan kesempatan untuk melakukan
untuk pelatihan lanjutan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
dan penerapan penerapan untuk situasi lebih kompleks dalam
kehidupan sehari-hari

b. Model Pembelajaran Children Learning In science (CLIS)


Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan
lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang
melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan menggunakan
LKS. Model pembelajaran CLIS ini bertujuan membentuk pengetahuan (konsep) ke
dalam memori siswa agar konsep tersebut dapat bertahan lama, karena model
pembelajaran CLIS memuat sederetan tahap-tahap kegiatan siswa dalam mempelajari
konsep yang diajarkan.

Adapun tahapan-tahapan dalam model pembelajaran CLIS sebagai berikut:

1) Orientasi, pada tahap ini guru memusatkan perhatian siswa dengan menanyakan
tentang fenomena alam yang sering dijumpai siswa pada kehidupan sehari-hari
yang ada kaitanya dengan meteri yang akan diajarkan.
2) Pemunculan gagasan awal, pada tahap ini guru mengungkap konsepsi awal siswa
dengan menghadapkan siswa pada suatu permasalahan yang mengadung teka-teki.
3) Penyusunan gagasan, tahap ini terdiri dari pengungkapan dan pertukaran
gagasan,perubahan situasi konflik,kontruksi gagasan baru,dan evaluasi. Siswa
diberikan LKS dan melakukan kegiatan belajar dalam kelompok secara berdiskusi
dan bertukar gagasan untuk menjawab pertanyaan dan masalah dalam LKS
4) Penerapan gagasan, pada tahap ini siswa menjawab pertanyaan yang disusun
dalam LKS untuk menerapkan kosep ilmiah mengenai permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Kaji ulang perubahan gagasan, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
melakukan refleksi terhadap hasil pembelajaran yang telah diperoleh.
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berusaha
menghadirkan permasalahan- permasalahan yang autentik (nyata), sehingga siswa
mampu memberikan solusi dan penanganan yang terbaik pada permasalahan tertentu.
Pembelajaran berbasis masalah bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir,
kepekaan sosial dan mampu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa serta siswa menjadi individu yang
mandiri. Pembelajaran berbasis masalah, lebih mengarahkan pada teori
konstruktivisme yang mana pembelajaran adalah hasil dari siswa membangun
pengetahuannya sendiri.
Sintaks model pembelajaran berbasis Masalah
Tahap Tingkah laku guru
Tahap 1- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
Orientasi pada yang dibutuhkan, mengaukan fenomena atau demonstrasi
masalah atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa
untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2- Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
Mengorganisasi mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
siswa untuk masalah tersebut
belajar
Tahap 3- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
membimbing yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penyelidikan penjelasan dan pemecahan masalah
individual
maupun
kelompok
Tahap 4-: Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
mengembangkan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
dan menyajikan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
hasil karya temannya
Tahap 5-: Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atua
menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
mengevaluasi yang mereka gunakan
proses pemecahan
masalah

Salah satu contoh model pembelajaran berbasis masalah adalah model inkuiri.
Inkuiri berarti pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses
umum yang dilakukan manusia untuk mencari dan memahami informasi (Trianto,
2012).
Adapun tahapan pembelajaran inkuiri Enggen dan Kuachak (1996):
1) Menyajikan pertanyaan atau masalah, Guru membimbing siswa mengidentifikasi
masalah dengan siswa membuat suatu pertanyaan ataupun dengan siswa
mendapatkan masalah dari guru. Guru membagi siswa dalam kelompok
2) Membuat hipotesis, Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah
pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas.
3) Merancang percobaan, Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.
Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4) Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, Guru membimbing siswa
mendapatkan infromasi melalui percobaan
5) Mengumpulkan dan menganalisis data/ menguji hipotesis, Guru memberikan
kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul
6) Membuat kesimpulan, Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan

d. Model Pembelajaran Kooperatif


Dapat didefinisikan pembelajaran Kooperatif merupakan sebuah kelompok
strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama (Enggen dan Kauchak dalam Trianto, 2012). Pembelajaran
kooperatif memiliki tujuan untuk meningkatkan partiisipasi siswa, memfasilitasi
siswa untuk melatih kepemimpinan dan keputusan dalam kelompok serta memberikan
kesempatan berinteraksi dengan perbedaan latar belakang siswa.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dan memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebt dan memotivasi siswa
belajar
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
siswa ke dalam membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok kooperatif kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien
Membimbing Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
kelompok belajar mereka mengerjakan tugas mereka
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Memberikan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
perhargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok

Unsur terpenting dalam pembelajaran kooperatif:


1) Saling ketergantungan yang positif (semua siswa harus bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang sama, sehingga semua siswa memiliki perannya masing –
masing dalam tugas tersebut).
2) Interaksi antara siswa yang semakin meningkat (Belajar kooperatif akan
meningkatkan interaksi antara siswa, karena didalam kelompok tersebut setiap
siswa akan saling mendukung dan membantu)
3) Tanggung jawab individual (saling membantu siswa yang membutuhkan, bukan
untuk melepaskan tanggung jawab dan menggantungkan pada anggota kelompok
yang lain).
4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Belajar dalam kelompok akan
menumbuhkan sikap seperti mampu menyampaikan ide, menghargai teman,
toleran dll)
5) Proses kelompok (pembelajaran kooperatif dapat terjadi jika ada proses dalam
kelompok tersebut).

e. Model Pembelajaran SETS (Science, Environment, Technology, Society)


Model pembelajaran ini merupakan konsep belajar bermakna untuk peserta
didik, karena peserta didik diajak langsung mempelajari materi IPA dari dampak
teknologi yang ada di lingkungan sekitar. (Binadja dalam Wisudawati, 2015) model
pembelajaran SETS merupakan suatu model yang menghubungkan sains dengan
unsur lain, yaitu teknologi, lingkungan maupun masyarakat.
Pembelajaran SETS ini dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,
psikomotor dan agama siswa. Menurut Wisudawati (2015) Sistem sosial yang
dikembangkan dalam model pembelajaran ini adalah sikap peduli lingkungan
kerjasama, toleransi dalam hidup bermasyarakat.

f. Model Pembelajaran CTL


Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari (Jonshon, 2008).
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Konsep yang dihadirkan kepada siswa dapat berupa situasi dunia nyata
dibawa kedalam kelas atau sebaliknya. Melalui konsep ini diharapkan hasil
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengenal materi pembelajaran
yang dipelajari. Tujuan dari pembelajaran kontektual ini adalah kemampuan dan
keterampilan siswa dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari – hari
siswa.

2.5. Strategi Pembelajaran


Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan
tujuan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat mencapai tujuannya secara
efektif dan efisien. Strategi juga dapat dikatakan sebagai cara untuk mencapai tujuan yang
berupa rencana. Dengan kata lain strategi merupakan “a plan for achieving goals”. Menurut
Margono (1995), strategi belajar mengajar adalah kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik agar dapat
mencapai tujuan pengejaran yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran berawal dari suatu
proses belajar mengajar yang bertujuan untuk membuat peserta didik belajar dan berubah
tingkah lakunya.

Dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat


konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau penyusunan suatu strategi
baru sampai pada proses penyusunan rencanma kerja belum sampai pada tinmdakan.

2.6. Strategi Pembelajaran yang diterapkan dalam Pembelajaran IPA SD

a. Strategi Pembelajaran Kooperatif


Seringkali kita mengidentikkan kerja kelompok dengan pembelajaran kooperatif.
Walaupun pembelajaran kooperatif dilakukan dalam bentuk kelompok, namun kerja
kelompok tidak selalu bersifat kooperatif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
kerja kelompok bisa menjadi pembelajaran yang kooperatif. Model pembelajaran
kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada
empat unsur penting dalam Strategi pembelajaran koopratif, yaitu :
 adanya peserta dalam kelompok;
 adanya aturan kelompok;
 adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan
 adanya tujuan yang harus dicapai.
Strategi Pembelajaran Kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu
komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif
kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal
yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok;
sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan
motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif
dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur
insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan
memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan
kelompok.
Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang bisa dipilih guru dalam
pembelajaran IPA di sekolah. Misalnya model think-pair-square (berpikir-
berpasangan-berempat), model to stay to stray (dua tinggal dua pergi), jigsaw, dan
beberapa model belajar kooperatif yang lain. Sebagai contoh disini disajikan contoh
pelaksanaan model think-pair-square (berpikir-berpasangan-berempat).
a) Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing kelompok jumlah
anggotanya 4 orang.
b) Setiap siswa mendapatkan tugas yang harus dipikirkan dan dikerjakan secara sendiri-
sendiri.
c) Siswa berpasangan dan berdiskusi dengan pasangannya dalam kelompok. Kedua
pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat dan kembali berdiskusi tentang
hasil pekerjaannya.

 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif


Keunggulan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di
antaranya:
 Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menguntungkan pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
 Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-
ide orang lain.
 Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
 Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
 Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang
lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
 Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karna keputusan
yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
 Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan
jangka panjang.

 Kelemahan Strategi Pembelajaran Kooperatif


Disamping keunggulan, strategi pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan diantaranya :
 Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran kooperatif memang
butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa
dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang
dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat
mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
 Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling belajar.
Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, strategi
pembelajaran kooperatif tanpa dibarengin peer teaching yang efektif maka siswa tidak
akan mencapai apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami oleh siswa.
 Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap siswa.
 Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan
kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini
tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan
strategi ini.
 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting
untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan
kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui strategi
pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar
bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam
strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri


Pengertian Inkuiri
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi
kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-
evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan
penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan
percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data,
menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya. (Depdikbud, 1997).
Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri:
 Orientasi
Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam Strategi Pembelajaran Inkuiri, guru
merangsang dan mengajak siswa berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi
tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak akan mungkin proses
pembelajran akan beralan dengan lancar.
 Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Proses pencarian jawaban
itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri,
 Mengajukan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara,
 Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring infirmasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajuakan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengmbangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
mencari informasi yang dibutuhkan.
 Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
 Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai
kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.
 Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri
 Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
 Strategi Pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
 Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan
di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

 Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri


 Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
 Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
 Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran, maka Strategi Pembelajaran Inkuiri akan sulit diimplementasikan
oleh setiap guru.

c. Strategi Pembelajaran Tematik


Orang dewasa mengenal bermacam-macam ilmu, misalnya ilmu sosial, ilmu
alam, ilmu bahasa dan ilmu agama. Ilmu pada dasarnya hanyalah satu, namun
ketidakmampuan manusia untuk menguasai ilmu menyebabkan manusia berusaha
memisah-misahkan ilmu agar bisa dikuasai. Disekolah dasar dan sekolah menengah
pertama dikenal pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains. Disekolah
menengah atas tidak ada lagi pembelajaran IPA, yang ada ialah pelajaran biologi,
fisika, dan kimia, apabila kita kuliah dijurusan biologi, pelajaran biologi tidak ada
sebab yang ada ialah eklogi, embriologi, fisiologi, genetika. morfologi, taksonomi,
dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kita mendalami suatu ilmu
maka akan muncul cabang-cabang ilmu baru.
Topik-topik pelajaran IPA dikelas awal sesungguhnya sangat memungkinkan
untuk disajikan secara tematik karena topik-topik yang harus dikaji sangat berkaitan
erat dengan keseharian siswa, misalnya tubuh siswa, benda-benda disekeliling siswa,
fenomena alam disekitar kita. Pelajaran tentang tubuh, misalnya dapat didasarkan
pada pelajaran bahasaIndonesia yang bacaannya tentang tubuh manusia. Hal ini tentu
saja dapat dikaitkan dengan pelajaran matematika tentang menghitung jumlah anggota
tubuh, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik (selanjutnya
disebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak kurikulum 1994,
akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang disebabkan oleh proses
pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan tentang pembelajaran
tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik tidak
dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari, bahwa penerapan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan ini memerlukan persiapan yang tinggi dari guru,
dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta perangkat pendukung lainnya. Oleh karena
itu penelitian tentang implementasi model pembelajaran tematik di kelas rendah
Sekolah Dasar beserta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, terutama
untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan
berhitung, sangat diperlukan.
Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa
prinsip dasar  yang perlu diperhatikan yaitu 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan,
2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Agar
diperoleh gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diurakan ketiga prinsip tersebut, 
berikut ini. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran
yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya
pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika
siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang  dibahas. Bentuk belajar
harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema
pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan
pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang
benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa. Efisiensi.
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban
materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai
ketuntasan kompetensi secara tepat.

 Keunggulan dan kekurangan Pembelajaran Tematik


 Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa
 Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa.
 Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
 Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
 Melengkapi pendapat tersebut di atas, menurut Kunandar (2007) pembelajaran
tematik memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut.
 Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
 Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang
dihadapi.
 Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
 Memiliki sikap toleransi komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
 Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi
dalam lingkungan peserta didik

Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana


dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan
yang ditimbulkannya yaitu:
 Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi 
 Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep
yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

d. Strategi Pembelajaran Konstruktivis


Pendekatan konstruktivisme sesuai diterapkan dalam pembelajaran IPA sebab
dalam pembelajaranini, siswa akan berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran, siswa dapat mengembangkan kemampuan belajar mandiri, siswa
mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri, serta guru sebagai fasilitator,
mediator dan manajer dalam proses pembelajaran.
 Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA
Pada hakikatnya IPA dapat dipandang dari tiga dimensi yaitu IPA sebagai
proses, IPA sebagai produk dan pengembangan sikap ilmih. Ketiga dimensi tersebut
saling terkait, pembelajaran IPA diharapkan dapat mengembangkan ketiga aspek IPA
tersebut (Sri Sulistyorini, 2007). Dalam pembelajaran IPA lebih menekankan pada
proses dengan alasan bahwa IPA berkembang dari hasil observasi manusia tentang
fenomena alam atau gejala alam baik gejala kebendaan maupun gejala peristiwa alam.
Dengan demikian dalam pembelajaran IPA perlu diterapkan kegiatan-kegiatan agar
siswa mampu menemukan pengetahuan atau konsep sendiri melalui pengalamannya
sendiri dengan cara melakuka pengamatan, percobaan dan diskusi tentang gejala
alam. Alternatif yang dapat ditempuh adalah dalam pembelajaran menerapkan
pendekatan konstruktivisme.
Konstruktivisme mengajarkan tentang sifat dasar bagaimana siswa belajar.
Menurut konstruktivisme belajar adalah Constructing understanding atau knowledge
dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki atau dipelajari. Kata kunci konstruktivisme adalah to
construct. Dalam pembelajaran konstruktivisme peran guru membantu siswa agar
informasi yang dipelajari menjadi bermakna bagi siswa yaitu dengan cara memberi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri atau menerapkan sendiri ide-ide
dan dengan mengajak siswa agar sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk
belajar. Guru memberi tangga untuk membantu siswa sehingga dapat mencapai
tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun demikian diupayakan agar siswa sendiri
yang memanjat tangga tersebut.
Karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Nur ( 2001) :
 Pembelajaran ditekankan pada pembelajaran sosial, meliputi pembelajaran kooperatif
atau pembelajaran berbasis penemuan.
 Pembelajaran memperhatikan pemagangan kognitif
 Pembelajaran menekankan scaffolding.
 Pembelajaran menekankan Top-down.
 Pembelajaran memperhatikan generative learning.
 Pembelajaran dengan pengturan diri atau self regulated.
 Pembelajaran terbalik (Resiprokal),

Penjelasan masing-masing dari karakteristik pembelajaran konstruktivisme


diimplementasikan dalam pembelajaran IPA sebagai berikut. Pembelajaran
kooperatif, dasar pemikiran pembelajaran kooperatif adalah siswa akan lebih mudah
belajar atau memahami konsep yang sulit, jika masalah tersebut dipecahkan atau
didiskusikan bersama teman sebaya. Gambaran dalam pembelajaran ini adalah siswa
belajar dalam kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan permasalahan
IPA. Anggota dalam kelompok adalah hiterogen dalam hal kemampuan, ras, jenis
kelamin, atau status sosial. Jumlah anggota kelompok kurang lebih 4 orang.
Pembelajaran kooperatif ada 4 model yaitu model STAD ( Student Team
Achievement Devision), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Struktural
( Structural Approach).

e. Strategi Pembelajaran Salingtemas


Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat atau salingtemas merupakan
variasi dari “Science, technology, and society atau STS. Penambahan kata
“lingkungan” dimaksudkan agar aspek lingkungan lebih diperhatikan dalam
penerapan pendekatan STM. Pembelajaran dengan strategi  salingtemas merupakan
perpaduan dari strategi pembelajaran STS (Science,Technology, Society) dan EE
(Environmental Education). Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui
pendekatan salingtemas, diharapkan peserta didik memiliki kemampuan memandang
sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas,
sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang
dimilkinya. Sebagai konsekuensinya, diharapkan agar pengetahuan yang dipahaminya
secara mendalam itu akan memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang
dimilki dalam kehidupan. Maksudnya ialah bahwa pendidikan salingtemas
ditunjukkan untuk membentuk peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan
bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan
masyarakat secara timbal balik
Melalui pembelajaran salingtemas siswa belajar tentang sains, teknologi, serta
dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan secara utuh sebagai satu kesatuan.
Melalui pembelajaran salingtemas, siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam pengumpulan data, dan menguji gagasan yang dimunculkan.
Sebenarnya dalam opembelajaran salingtemas, tercakup juga adanya pemecahan
masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari-
hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah-langkah ilmiah.
model Salingtemas  dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu
menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta
didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektif untuk menyikapi berbagai
isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3)
peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki
tanggungjawab sosial.

 Kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran STM

        Pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan yaitu:

a. Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir


logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari;
b. Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya
peranannya dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat;
c. Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains dan teknologi yang
diperkirakan akan dijumpainya dalam kehidupan kelak;
d. Siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran berlangsung.

            Kekurangan pembelajaran STM, antara lain :

a. Dilihat pada guru yang belum menguasai sains teknologi sehingga guru susah untuk
mentransfer materi pembelajaran dengan sains teknologi masyarakat;
b. Selain itu peserta didik khusunya siswa yang berada di kelas rendah, belum mampu
mengoperasikan sains teknologi yang sudah ada;
c. Fasililitas pendukung pada beberapa sekolah kurang atau hampir tidak ada itu yang
menjadi kendala STM.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Mata pelajaran IPA merupakan sebuah proses pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman seorang peserta didik yang akan berpengaruh terhadap pengembangan
kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara alamiah. Secara harfiah
Natural Science adalah ilmu yang mempelajari tentang yang berhubungan dengan alam.
Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran peserta didik hendaknya mampu mempelajari
diri sendiri dan fenomena alam. Pencapaian tujuan belajar IPA tersebut didalam proses
pembelajaran yang diawali dengan penentuan pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan.
Model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang berisi cara dan langkah-langkah
seorang guru dalam menyampaikan suatu pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang
akan dicapai disertai pengembangan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. Pencapaian
tersebut memerlukan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru dengan tujuan proses pembelajaran yang berlangsung di
kelas dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pemilihan strategi penyampaian
materi IPA tersebut berdasarkan objek proses pembelajaran IPA
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta : Bumi Aksara

Rustaman, Nuryati dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas
Terbuka

Sanjaya,Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta


: Kencana

Zuliani, Rizki. 2014. Pembelajaran IPA

http://Sumsel. Kemenag. go. Id/file/file/TULISAN/umvt1331613361.pdf


http://bidadariq-bidadariq.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-salingtemas-bab-i.html
http://ahyanstkip88.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai