Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan

perawat dan memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki

dan memberikan pelayanan kesehatan secara holistik dan

profesional untuk individu sehat maupun sakit, perawat

berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio

dan spiritual. Profesi perawat bekerja di tempat pelayanan-

kesehatan, di instansi pemerintah maupun di instansi swasta

(Martyastuti. N.E et al, 2019).

Menurut hasil penelitian World Health Organization (WHO)

menyatakan bahwa perawat-perawat yang bekerja di rumah sakit di

Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki beban kerja berlebih

akibat dibebani tugas-tugas non keperawatan. Perawat yang diberi

beban kerja berlebih dapat berdampak kepada penurunan tingkat

kesehatan, motivasi kerja, kualitas pelayanan keperawatan, dan

kegagalan melakukan tindakan pertolongan terhadap pasien.

Apabila waktu bekerja yang harus ditanggung oleh perawat

melebihi dari kapasitasnya, seperti banyaknya waktu lembur, akan

berdampak buruk bagi produktivitas perawat tersebut (Martyastuti.

N.E et al, 2019).


Stres kerja menjadi perhatian penting salah satunya pada

pekerja sektor kesehatan (Amelia, A.R, et al, 2019). Hasil penelitian

Health and Safety Executive (2015) menunjukkan bahwa tenaga

profesional kesehatan, guru dan perawat memiliki tingkat stres

tertinggi dengan angka prevalensi sebesar 2500, 2190 dan 3000

kasus per 100.000 orang pekerja periode 2011/12, 2013/14 dan

2014/15. Perawat memiliki banyak tugas yang harus dilakukan

dibandingkan profesi lain. Profesi bidang kesehatan dan pekerja

sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami

stres, yaitu sekitar 43%.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mengungkapkan

sebanyak 50,9% perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres

kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang istirahat

akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak

memadai. Jika hal ini dibiarkan tentunya akan menimbulkan

dampak yang lebih buruk (Amelia, A.R, et al, 2019).

Penyebab stres yang sering terjadi pada petugas kesehatan

meliputi kerja shift, jam kerja yang panjang, peran yang ambigu dan

konflik peran, dan terpaparnya petugas kesehatan terhadap infeksi

dan substansi bahaya lainnya yang ada di rumah sakit, Beberapa

penelitian tentang stres kerja terhadap perawat juga telah dilakukan

berhubungan dengan beban kerja berlebih (work overload),

tuntutan waktu pengerjaan tugas yang cepat, tidak adanya


dukungan sosial dalam bekerja (khususnya dari supervisor, kepala

perawat dan manajerial keperawatan yang lebih tinggi), terpapar

penyakit infeksi, tertusuk jarum, dan berhubungan dengan pasien

sulit atau kondisi sulit pasien yang serius (Martyastuti. N.E et al,

2019).

Stres yang dialami karyawan akibat lingkungan yang

dihadapinya akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerjanya.

Apabila kinerja karyawan tidak sesuai yang diharapkan, tingkat

absensi serta ketidakhadiran karyawan tinggi, dapat dipastikan

terdapat suatu masalah yang bersangkutan dengan karyawan dan

akan berdampak pada penurunan kinerja perusahaan. Kinerja yang

menurun salah satunya dapat disebabkan oleh stres yang dialami

karyawan (Nurcahyani .E, et al, 2016).

Salah satu tenaga kesehatan yang jumlahnya banyak adalah

perawat. Sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit,

profesi keperawatan memegang peranan penting di dalam rumah

sakit dengan memberikan layanan kesehatan dalam bentuk asuhan

keperawatan secara bio-sosial-kulturalspiritual secara

komperhensif kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan

manusia (Lumintang .P, et al, 2015).

Perawat IGD juga wajib membekali diri mereka dengan ilmu

pengetahuan, keterampilan, dan bahkan mengikuti pelatihan-


pelatihan yang menunjang kemampuan perawat dalam menangani

pasien secara cepat dan tepat sesuai kasus yang masuk ke IGD.

Perawat juga dituntut untuk mampu bekerja sama dengan tim

kesehatan lain serta dapat berkomunikasi dengan pasien dan

keluarga pasien yang berkaitan dengan kondisi kegawatan kasus di

ruang tersebut. Tuntutan-tuntutan dalam lingkungan

kegawatdaruratan membuat perawat IGD berisiko terhadap

terjadinya stres (Lumintang .P, et al, 2015).

Berdasarkan data rekam medik di RSUD Batara Guru Belopa

selama 3 tahun terakhir tercatat jumlah pasien yang ditindaki di

RSUD Batara Guru Belopa tahun 2018 sebanyak 1.951 pasien,

tahun 2019 sebanyak 2.898 pasien, tahun 2020 di bulan Januari-

Mei sebanyak 384 pasien, rata-rata pasien masuk per hari di tahun

2020 adalah 15 pasien. Sedangkan jumlah perawat IGD adalah 24

orang.

Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh beberapa perawat di

RSUD Batara Guru Belopa mengatakan bahwa stres terjadi pada

perawat di RSUD Batara Guru Belopa yang disebabkan oleh beban

kerja, lingkungan kerja, ketidakpastian pekerjaan, dan penilaian

terhadap diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai