Anda di halaman 1dari 4

Ketentuan Memberikan Komentar di GI-Onli

gaulislam
bacaan pas remaja cerdas Bergaul dengan Islam? Edisi Cetak Co

Media Network Buletin gaulislam Galau? Ngaji Aja!


 

« Muharram dan Kebangkitan Islam Radikal Bukan Kriminal »

Cat
Galau? Ngaji Aja!
Select Cate
31 Aug 2020   | Buletin gaulislam · Tahun XIII/2019-2020
Tags: bete · buletin · dakwah · dakwah Islam · edukasi · galau ·
gaulislam · islam · muslim · muslimah · ngaji · pendidikan · remaja Arc
· remaja islam
Select Mon
gaulislam edisi 671/tahun ke-13 (12 Muharram 1442 H/ 31 Agustus 2020)

Bro en Sis rahimakumullah, kamu mestinya tahu ya bedanya orang yang berilmu dengan
orang yang bodoh. Ya, kalo orang yang berilmu mestinya dia tahu benar dan salah. Tahu Rec
juga baik dan buruk. Bisa memilah mana yang terpuji dan mana yang tercela. Termasuk
tahu betul mana yang halal dan mana yang haram. Berbeda tentunya dengan orang yang ›  Ina Listia
bodoh. Ya, kebodohan itu karena nggak punya ilmu. Akibatnya, menjalani kehidupan ini
tanpa pegangan. Masih mending mau tanya-tanya kepada yang berilmu, gimana kalo ›  ABDUL W
nggak menyadari kalo dia bodoh alias nggak berilmu? Bahaya!
›  dmazaji8
Namun, ada yang lebih bahaya lagi, yakni orang yang tak mau tahu. Orang jenis ini sudah
belajar dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang ›  Acim on
salah, mana yang halal dan mana yang haram. Sudah tahu, tetapi karena hawa nafsunya
lebih dominan, maka ia jadi bersikap masa bodoh. Level tertentu dari “tak mau tahu”. ›  selvia on
Artinya, ia lebih condong kepada hawa nafsunya. Kalo hawa nafsunya yang dituruti, maka
akibatnya jadi pengikut setan. Jauh dari ketaatan, tetapi dekat dengan kemaksiatan yang ›  anastasy
berakibat kepada kesesatan. Semoga kita dijauhkan dari sifat sedemikian. Lupa, Tuh

Nah, kalo ngajinya bener insya Allah nggak bakalan ngeyel bin ngawur. Eh, emang ada ›  enter aja
ngaji yang nggak bener? Ada. Yakni, kalo kamu cuma ikut-ikutan doang. Niatnya sekadar
biar dianggap alim. Namun ilmunya yang didapat nggak menjadikan dia tambah taat. Kalo ›  afif on Ak
model gini sih, kudu diluruskan niatnya. Sebab, kalo dibiarkan ngajinya cuma ikut-ikutan
doang, nggak akan bener hasilnya. Kasihan. ›  willyaaziz

Nah, ngomongin soal ngaji, kamu sebagai remaja juga tetap wajib belajar. Nyari ilmu. ›  AL on Ba
Ngaji itu bagian dari cara meraih ilmu. Khususnya ilmu agama. Selain itu, ketika ngaji kita
bakalan tahu makna hidup. Beneran!

Mengajarkan makna hidup Fol

Sobat gaulislam, sebelum bicara tentang makna hidup, kita kenalan dulu, apa sih yang My Tweets
disebut hidup itu? Hmm… hidup dapat didefinisikan dari dua aspek, lho. Pertama, aspek
biologis dan kedua,aspek sosiologis. Dari aspek biologis, hidup (al-hayah) seperti
diungkapkan oleh Ghanim Abduh dalam Naqdhul Isytirakiyah al-Marksiyah (Kritik terhadap Fol
Sosialis-Marxis) adalah sesuatu yang maujud (ada) dalam makhluk hidup (asy-syai‘u al-
qaa‘im fi al- ka‘ini al-hayyi).
Dalam pengertian ini, hidup dipahami sebagai esensi alias intisari yang membuat sesuatu
menjadi hidup, yang membedakannya dengan benda-benda mati, baik benda itu benda
mati secara asli;  kayak batu, pasir, es, air, maupun benda mati dalam arti benda yang
sebelumnya berasal dari benda hidup, seperti kayu. Nah lho, moga kamu nggak bingung.
Ehm…

Hidup, dengan demikian, nampak dan eksis dengan berbagai tanda-tandanya, seperti
kebutuhan akan nutrisi, gerak, peka terhadap rangsangan, pertumbuhan, dan
perkembangbiakan. Nah, coba rasakan sekarang, apakah kamu memiliki ciri-ciri tadi?
Pastinya kalo masih hidup punya ciri-ciri itu. Kalo nggak? Berarti siap-siap disolatkan aja
deh hehehe…

Lawan dari hidup dalam pengertian biologis ini, adalah mati. Yakni tiadanya atau
Tag
hilangnya tanda-tanda kehidupan pada sesuatu. Maka, batu adalah benda mati karena tak
ada satu pun tanda-tanda kehidupan padanya. Demikian pula seseorang yang telah
membujur kaku di kamar jenazah disebut telah mati, karena telah hilang darinya tanda- akhlak a
tanda kehidupan yang semula dimilikinya. Nah, kamu yang lagi baca ini, masih hidup kan?
Gubrakzz..! bulet
Oya, kalo tadi secara biologis, sekarang berdasarkan sosiologis, yakni hidup berkaitan erat
dengan segala perbuatan manusia yang terwujud dalam seluruh interaksi yang dakw
dilakukannya. Dengan pandangan yang demikian, hidup berarti menyangkut seluruh
aktivitas manusia dalam berbagai macam interaksinya satu sama lain. Ketika manusia
melakukan aktivitasnya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan gauli
lain-lain, berarti dia telah melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya, dia telah
menjalani atau “mengisi” hidupnya.
ibadah
Pertanyaannya, bagaimana cara mengisi hidup ini? Sebelum ke sana, kita perlu jawab
pertanyaan: untuk apa sih kita hidup? Nah, ini baru deh nyampe ke persoalan yang ada jahiliyah
hubungannya dengan manfaat ngaji sebagai solusi antibete.
kapitalism
Begini Bro en Sis, kalo kita ngaji tentang Islam, nanti bakalan diajarkan tuh tentang
keberadaan kita di dunia ini. Dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup dunia (sekaligus khilafah isla
dengan cara apa ngisinya), dan akan kemana kita setelah kehidupan dunia ini. Kalo
ditanya begini, kamu jangan ngeles dengan ngasih jawaban kayak lagu lawas ini: “Jangan medsos
ditanya, kemana aku pergi..” Hehehe (maksain banget nggak seh? Eh, kamu tahu nggak
lagu tersebut? Duh, jangan-jangan emang yang nulis udah tua banget!)
muslim
Sobat gaulislam, kayaknya kita kudu mulai serius mikirin soal hidup ini. Tapi juga nggak
perlu tegang banget. Soal hidup ini, Allah Ta’ala berfirman, “Hai manusia sembahlah pacaran
Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian
bertakwa.” (QS al-Baqarah [2] : 21)
puasa ra
Nah, kalo kita nggak ngaji atau ogah belajar, nggak bakalan tahu tentang makna hidup ini.
Itu sebabnya, kalo kita udah tahu bahwa kita adalah makhluk Allah dan diminta untuk sekolah
menyembah-Nya sekaligus bertakwa, maka dijamin kita nggak bakalan bete dalam hidup
syariat
ini. Sesulit apapun kehidupan yang kita jalani, kita bakalan menikmatinya dengan penuh
kesabaran dan tawakal kepada Allah. Insya Allah tidak akan pernah merasa bete lagi.

Itu semua karena kita udah punya pegangan berupa peta jalan hidup yang benar dan jelas.
Kita udah bisa mengetahui bahwa kita berasal dari Allah Ta’ala. Kita diciptakan oleh Allah
Ta’ala. Terus, karena kita udah ngeh bahwa misi kita di planet bumi ini adalah untuk
Enter your
beribadah kepada Allah Ta’ala, maka tentunya kita nggak bakalan gamang lagi dalam
website an
hidup ini. Selain untuk menyambung hidup, tugas utama kita adalah beribadah kepada
posts by em
Allah.
Join 3,701
Oya, saya ingin jelasin dikit tentang ibadah. Dalam kamus al-Muhiith karya Fairuz Abaadiy
disebutkan bahwa ibadah (al ‘ibaadah) secara bahasa adalah (ath-thaa’ah) alias taat. Email Addr
Sedangkan menurut istilah (hukum syara’), al ‘ibaadah memiliki dua makna, yaitu secara
umum dan secara khusus. Makna al ‘ibaadah secara umum yaitu ketaatan kepada Subscribe
perintah-perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Dalil dalam masalah ini
adalah, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
(QS adz-Dzaariyaat [51]: 56)

Adapun makna khusus dari al ‘ibaadah adalah segala  bentuk perintah dan larangan
hukum syara’ yang mengatur hubungan seorang muslim dengan Rabbnya, yaitu apa-apa
yang disebutkan oleh fuqaha alias para ahli fikih sebagai ibadah seperti shalat, zakat, haji, Me
puasa, dan jihad.

Nah, karena misi kita di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, maka jelas ›  Log in
amalan itu akan dibawa kelak, yakni di akhirat nanti. Karena akhirat adalah tempat kembali
kita (semoga surga yang kita dapat), maka jelas kita akan kembali kepada Allah Ta’ala. Itu ›  Commen
sebabnya, di kain penutup keranda jenazah (biasanya warna ijo) kadang tertulis lafadz:
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Yup, arti kalimat itu adalah “Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepadaNya-lah kami kembali.” Kalimat ini oleh para mufasir (ahli
tafsir) dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Bahkan kita
disunahkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil (termasuk
kematian).

Sobat gaulislam, dengan ikut ngaji kita jadi ngeh tentang makna hidup ini. Melalui ngaji
pula kita jadi paham apa yang kudu dilakukan di dunia ini, dan kita pun jadi sangat ngerti
apa yang akan dibawa kelak ke akhirat pas bertemu dengan Allah Ta’ala. Itu artinya pula
bahwa keberadaan di dunia bukan untuk disesali, tapi disyukuri karena kita diberikan
kesempatan untuk beramal baik sebanyak-banyaknya yang akan dipamerkan di hadapan
Allah Ta’ala kelak. Hidup jadi lebih bermakna kalo kita tahu peta jalan hidup yang kudu kita
lalui. Inilah salah satu keuntungan kita ikut ngaji.

Jadi, yuk kita ngaji biar tambah cerdas, en tentunya nggak bakalan bete lagi dalam
menjalani hidup ini. Nggak usah ditunda-tunda lho, takut keburu meninggal dan nggak
sempet lagi beramal baik. Nyesel deh nantinya. Itu sebabnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda (yang artinya): “Bersegeralah menunaikan amal-amal kebajikan.
Karena, saatnya nanti akan datang banyak fitnah, bagaikan penggalan malam yang gelap
gulita. Betapa bakal terjadi seseorang yang di pagi hari dalam keadaan beriman, di sore
harinya ia menjadi kafir. Dan seseorang yang di waktu sore masih beriman, keesokan harinya
menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan komoditas dunia.” (HR Imam Bukhari dan
Muslim)

Oya, jangan lupa, yang perlu dicermati juga adalah biar ngaji tetep enjoy dan nggak malah
bikin bete (baik bagi yang udah ngaji maupun buat yang belum ngaji), kita bisa mengemas
pengajian itu dengan asyik dan menarik. Bukan apa-apa, karena kita ingin agar aktivitas
ngaji terasa enjoy dan akhirnya merupakan kebiasaan kita. Ujungnya, kita akan dibentuk
oleh kebiasaan kita.

Nah, kalo ngaji udah jadi kebiasaan kita, maka kita akan terbentuk dengan pola yang
diajarkan di pengajian. Lihat deh temen-temen di pesantren, meski awalnya harus
beradaptasi dengan lingkungan barunya, tapi lama kelamaan ia malah akan terbentuk
dengan kebiasaan akibat bersentuhan dengan lingkungan barunya itu. Kebiasaan baik
tentunya. Inilah yang ingin saya tanamkan bahwa ngaji itu asyik, bahwa belajar itu
menyenangkan, dan mencari ilmu nggak serasa dibebani berton-ton doktrin. Plus,
tentunya nggak bete dong ya.

Bro en Sis rahimakumullah, mulai sekarang kita bisa ciptakan suasana menyenangkan
dalam aktivitas pengajian. Kita bisa bangun bersama aktivitas mencari ilmu ini dalam
kerangka yang enak dilakoni. Kita bakalan punya sahabat yang peduli, guru yang
melindungi, dan kajian yang enak ‘dikunyah’. Itu semua bisa kita dapatkan dengan terus
mengembangkan inovasi baru dan menanamkan bahwa ngaji itu nggak berat dan nggak
bikin bete, tapi justru malah mengasyikan dan menyenangkan. Jadi, kalo kamu lagi galau,
ngaji aja! Ditunggu lho! [O. Solihin | IG @osolihin]

Share this:
    

Like this:

Like

Be the first to like this.

Leave a Reply

Enter your comment here...

« Muharram dan Kebangkitan Islam Radikal Bukan Kriminal »

© 2020 gaulislam — All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai