Anda di halaman 1dari 3

Latar Belakang

Menurut Hawari, 2007 Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat
masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia.
Meskipun gangguan jiwa bukanlah sebagai gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan
kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan
serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan
bangsa dan negara, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Latif Budi 2019). 

Menurut Depkes, 2013 Jenis-jenis gangguan jiwa antara lain: gangguan mental dan
perilaku, skizofrenia, gangguan neurosis lainnya (gangguan psikosomatik dan ansietas),
gangguan mental organik (demensia/alzheimer, delirium, epilepsi, paska stroke dan lain-
lain). gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental (Latif Budi 2019).

Menurut American Psychology Assosiation, 2007 Kognisi, dari bahasa latin cognoscere
yang berarti "mengetahui", sedangkan fungsi kognitif adalah kemampuan mental yang
terdiri dari atensi, kemampuan berbahasa, daya ingat, kemampuan visuospasial,
kemampuan membuat konsep dan intelegensi.

Menurut Pramanta dkk, 2002 Kemampuan kognitif berubah bersamaan dengan lajunya
proses penuaan. Sekitar 50% dari seluruh populasi lansia menunjukkan penurunan kognitif,
sedangkan sisanya tetap memiliki kemampuan kognitif yang sama seperti usia muda.
Penurunan kognitif tidak hanya terjadi pada individu yang mengalami penyakit yang
berpengaruh terhadap penurunan kognitif tersebut, namun juga terjadi pada individu lansia
yang sehat

Menurut Rusdi, 2011 Gangguan mental organik merupakan gangguan mental yang
berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri.
Termasuk gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat
sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral). Gangguan mental
organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang
lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat
disfungsi otak, disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa
yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan
penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem
tubuh (Latif Budi 2019).

Menurut Mansjoer, 2008 Gangguan mental organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik
yang etiologinya (diduga) jelas sindrom otak organik dikatakan akut atau menahun
berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau
sindrom otak organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala lamanya
penyakit atau yang menyebabkannya. Gejala utama sindrom otak organik akut ialah
kesadaran yang menurun (delirium) dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom Otak
Organik menahun (kronik) ialah demensia. Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan.
Kira-kira lima persen dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia
tipe Alzheimer, dibandingkan dengan 15 sampai 25%o dari semua orang yang berusia 85
atau lebih. Delirium adalah gangguan yang umum. Usia lanjut adalah faktor risiko untuk
perkembangan delirium. Kira-kira 30 sampai 40 persen pasien rawat di rumah sakit yang
berusia lebih dari 65 tahun mempunyai suatu episode delirium (Latif Budi 2019).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas pada makalah ini, kelompok akan memaparkan
respon kognitif dan gangguan mental organik

Daftar Pustaka

Setiawan, Latif Budi (2019) Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Dukungan


Keluarga Pada Pasien Gangguan Mental Organik Di Rsud Banyumas. Diakses dari
http://repository.ump.ac.id/9657/ tanggal 4 Oktober 2020 pada 18.11 WIB

Anda mungkin juga menyukai