Anda di halaman 1dari 15

ayu suwarna

Senin, 05 Desember 2016

pencegahan anemia, cacingan, dan kkp

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia, cacingan, dan KKP adalah penyakit yang sering di derita oleh masyarakat. Penyebabnya sangat
beragam. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu kurangnya kesadaran untuk
melakukan pola hidup sehat.

Cacingan yang dianggap sepele dapat mengakibatkan infeksi ringan yang sangat mengganggu terutama
pada anak-anak yang dalam masa pertumbuhan. Infeksi ringan dapat mnegakibatkan anemia dengan
berbagai manifestasi klinis, baik yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat. Sedangkan dalam
kasus infeksi yang sedang sampai dengan berat dapat mengganggu proses penyerapan makanan
sehingga zat-zat gizi tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh.

Upaya-upaya untuk menangani penyakit tersebut merupakan tindakan-tindakan preventif. Perbaikan


harus ditujukan pada faktor-faktor penyebab lapis terdalam maupun terluar. Seperti perbaikan ekonomi
Negara, peningkatan pendidikan umum dan pendidikan gizi, penerangan serta penyuluhan gizi,
peningkatan produksi bahan makanan. Selain itu juga adanya perbaikan kondisi keluarga dan para
anggota keluarga.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anemia?

2. Apa penyebab umum anemia?

3. Apa saja faktor terkena anemia?


4. Bagaimana pencegahan anemia?

5. Apa yang dimaksud dengan cacingan?

6. Bagaiman cara pencegahan penyakit cacingan?

7. Apa yang dimaksud dengan KKP?

8. Apa saja penyebab KKP?

9. Bagaimana cara penanggulangan KKP?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian anemia.

2. Untuk mengetahui penyebab umum anemia.

3. Untuk mngetahui faktor-faktor apabila terkena anemia.

4. Untuk mengetahui pencegahan anemia.

5. Untuk mengetahui pengertian cacingan.

6. Untuk mengetahui cara pengobatan cacingan.

7. Untuk mengetahui pengertian KKP.

8. Untuk mengetahui penyebab KKP.

9. Untuk mengetahui penanggulangan KKP.

1.4 Manfaat

Agar mahasiswa dapat memahami penyakit cacingan, anemia, dan KKP. Faktor-faktor penyebabnya, dan
cara penanggulangannya.
BAB II

PEMBAHASAN

2. CACINGAN

A. Definisi Cacingan

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi yang di sebabkan
oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan
diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya. Pada kasus cacingan,
maka cacing tersebut bahkan dapat melemahkan tubuh inangnya dan menyebabkan gangguan
kesehatan.

Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam tubuh.Cacing merupakan
hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong & panjang yang berawal dari telur/larva hingga berubah
menjadi bentuk cacing dewasa. Cacing dapat menginfeksi bagian tubuh manapun yang ditinggalinya
seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan. Penyakit cacingan, khususnya
pada anak sering dianggap sebagai penyakit yang sepele oleh sebagian besar kalangan masyarakat.
Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan anemia, IQ
menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan rendah.cacing pada
manusia pun banyak jenisnya, ada cacing gelang, cacing pita dan cacing pipih.

a. Berikut jenis-jenis cacing :

1. Cacing Gelang: (Ascaris lumbricoides)

2. Cacing Cambuk: (Tricuris Trichiura)

3. Cacing Tambang: (Ancylostomiasis)


4. Cacing Kremi: (Enterobius Vermicularis)

Anak-anak biasanya lebih mudah terinfeksi cacing bila dibandingkan dengan orang dewasa karena untuk
selalu mencuci tangan sebelum makan, Mereka belum biasa membedakan makanan yang bersih dan
layak dimakan dengan makanan yang tidak diolahdengan bersih dan dimasak dengan benar, sehingga
tidak layak untuk dimakan.

Cara Penularan

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur cacing.
Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang
tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan
tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan
air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik
ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada
debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan
lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan
menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing cambuk
menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari.
Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing
gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja,
dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur.

B. Pencegahan

Cara terbaik dalam mencegah agar anak anda tidak sampai mengalami cacingan, adalah:

a. Ajari anak-anak untuk selalu menggunakan alas kaki ketika bermain diluar rumah.
b. Ajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan

c. Minum obat cacing dosis sekali minum setiap 6 bulan sekali, khususnya di masa libur sekolah
dimana anak-anak cenderung lebih sering bermain di luar rumah

d. Jagalah selalu jari kuku untuk selalu bersih & terawat.

e. Hindari kebiasaan menggigit kuku/menggaruk bagian anus (terutama untuk infeksi cacing
kremi).

f. Biasakan untuk selalu mandi di pagi hari (terlebih apabila mengalami infeksi cacing kremi).

g. Biasakan untuk membuka jendela kamar sepanjang hari, karena telur cacing sensitif terhadap
sinar matahari (terutama untuk cacing kremi).

h. Jagalah selalu kebersihan makanan yang dikonsumsi

i. Biasakan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak dengan sempurna

3. KKP (KEKURANGAN KALORI PROTEIN)

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan
makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama
(Ngastiyah, 1997).

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi
kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediaoetama,
1999).

a. Klasifikasi KKP

Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:

1. KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan
pertumbuhan.

2. KKP berat, meliputi:

a) Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil umur
1 dan 3 tahun) adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan
protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan,
1994). Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan
perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama
(Ngastiyah, 1997).
b) Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan kebutuhan
protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997). Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi
yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).

c) Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara
marasmus dan kwashiorkor (Markum, 1996). Marasmik-kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien
yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein
serta kemunduran fungsi fisiologi (Graham L. Hill, 2000). Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi
terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang
hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi.

b. Tanda-tanda KKP

1. KKP Ringan

a) Pertumbuhan linear terganggu.

b) Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun.

c) Ukuran lingkar lengan atas menurun.

d) Maturasi tulang terlambat.

e) Ratio berat terhadap tinggi

f) normal atau cenderung menurun.

g) Anemia ringan atau pucat.

h) Aktifitas berkurang.

i) Kelainan kulit (kering, kusam).

j) Rambut kemerahan.

2. KKP Berat

a) Gangguan pertumbuhan.
b) Mudah sakit.

c) Kurang cerdas.

d) Jika berkelanjutan menimbulkan kematian.

c. Cara Penyembuhan

1. Pengobatan

a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori,
cukup cairan, vitamin dan mineral.

b. Makanan harus dihidangkan dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap.

c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat rendah. Protein
yang diperlukan 3-4 gr/kg/hari, dan kalori 160-175 kalori.

d. Antibiotik diberikan jika anak terdapat penyakit penyerta.

e. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap keluarga.

d. Penyebab KKP

Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai tekanan sehingga
terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor,
marasmus, marasmus-kwashiorkor).

Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut juga sebagai penyakit
dengan causa multifaktorial. Berbagai faktor pengertian KKP dan antarhubungannya sudah banyak
dianjurkan berbagai bentuk sistem holistik, yang menggambarkan interelasi antar faktor dan menuju ke
titik pusat KKP tersebut. Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifaktorial menuju ke arah
terjadinya KKP:

1. Ekonomi negara yang kurang

2. Pendidikan umum kurang

3. Produksi bahan pangan yang rendah

4. Kondisi hygine yang kurang baik

5. Jumlah anak yang telalu banyak

6. Pekerjaan yang rendah

7. Penghasilan yang kurang pasca panen


8. Sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak merata.

9. Daya beli rendah

10. Persediaan pangan kurang

11. Penyakit infeksi dan Inventasi cacing

Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP adalah konsumsi kurang dan sebab tak
langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi berbagai hal, misalnya karena
penyakit. KKP sebab primer (langsung) disebut KKP primer dan yang disebabkan faktor tak langsung
disebut KKP sekunder. Penyakit infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan
hambatan utilisasi zat gizi yang menjadi dasar timbulnya KKP.

e. Cara Menanggulangi KKP

KKP merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita dapat berusaha agar KKP
dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :

1. Tingkat keluarga

a) Ibu membawa balita ke posyandu untuk ditimbang

Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS,
dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini
dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut membentuk grafik
pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita
pertumbuhan sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).

a) Balita naik berat badannya bila :

(1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau

(2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.


Gambar 2.1. Indikator KMS bila balita naik berat badannya

b) Balita tidak naik berat badannya bila :

Garis pertumbuhannya turun, atau

Garis pertumbuhannya mendatar, atau

Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.

Gambar 2.2. Indikator KMS bila balita tidak naik berat badannya

c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan
pertumbuhan dan perlu perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.

Gambar 2.3. Indikator KMS bila berat badan balita dibawah garis merah

d) Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
Gambar 2.4. Indikator KMS bila berat badan balita tidak stabil

e) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.

Gambar 2.5. Indikator KMS bila berat badan balita naik setiap bulan

f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah
ke pita warna diatasnya.

Gambar 2.6. Indikator KMS bila pertumbuhan balita sehat

b) Memberi ASI Eksklusif pada usia sampai enam bulan

c) Memberi makanan pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin, mineral) setelah
berusia 6 bulan

d) Memberitahukan petugas kesehatan bila balita mengalami sakit

e) Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI sepanjang ibu
masih mampu menghasilkan ASI

f) Melindungi anak dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara memelihara
kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat susu dan makanan bayi serta
penyediaan oralit

g) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral
dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi
yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun,
biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.

Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut Rani et al (1998) dapat dilaksanakan dengan baik
bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik
untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun
merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. Ditambah dengan pemberian makanan
tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan
kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan, pemberian imunisasi, dan mengikuti program
keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang
pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang. Pemantauan
(surveillance) yang teratur pada anak di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.

g) Mengatur jarak kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur makanan yang
bergizi untuk buah hati mereka

2. Tingkat posyandu

a) Kader melakukan penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu

b) Kader memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)

c) Kader memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh : KMS

d) Pemberian imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan ada pula
beberapa imunisasi dasar, antara lain :

1) BCG

2) DPT

3) Polio

4) Hepatitis B3

5) Campak

Tambahan :

1) HiB (meningitis)
2) PCV / IPD (pnemokokus)

3) MMR

4) Influenza
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Anemia, cacingan, dan KKP merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat. Penyebabnya
sangat beragam. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan laboratorium.
Pengaruh cacingan bisa sangat mengganggu terutama pada anak-anak. Cacingan masih menjadi masalah
kesehatan yang mendasar di negeri ini. Selain itu asupan gizi yang kurang dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan.

1.2 Saran

Pemerintah harus lebih aktif untuk menanggulangi dan memperhatikan masalah-masalah gizi khususnya
di daerah pedalaman. Masyarakat pun harus ikut serta terlibat dalam penanggulangan masalah ini,
supaya ingat bahwa pentingnya gizi untuk tubuh kita.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman,MB.2010.Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Atikah P, Erna K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Muha Medika.

Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur: Dunia cerdas

Widyastuti,Agustin,Hardiyanto.(Peneterjemah).2008.GiziKesehatan Masyarakat.Jakarta:

Dewi, Pujiastuti N, Ibnu Fajar. 2013. Ilmu Gizi untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Ruko
Jambusari No.7 A

http://id.wikihow.com/Mencegah-Anemia

http://www.smallcrab.com/kesehatan/1301-tujuh-faktor-yang-mempengaruhi-absorbsi-zat-besi

http://meongnoque.blogspot.co.id/2011/02/kekurangan-kalori-protein-kkp.html?m=1

Ayusuwarnaptr.blogspot.com di 15.32

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Ayusuwarnaptr.blogspot.com

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai