Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH DUKUNGAN IBU DAN PERILAKU KOPING REMAJA

TERHADAP RASA CEMAS MENGHADAPI MENSTRUASI PADA


REMAJA DI SMP PGRI SURYAKENCANA CILEUNGSI
TAHUN 2018
Ike Yunita
1
Yayasan Annisa Jaya ,
2
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
e-mail: 1fikrike@yahoo.com, 2sobar2000@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan ibu dalam hal menstruasi dan perilaku
koping remaja terhadap rasa cemas menghadapi menstruasi pada remaja di SMP PGRI Suryakencana
Cileungsi Tahun 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross
sectional, sampel yang digunakan 30 orang remaja, Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
melalui (instrument) berupa kuisioner. Tehnik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan
pendekatan statistik menggunakan aplikasi SPSS.18.0 dan smartPLS 2.0.Hasil pengukuran disajikan
dalam tabel dan tekstular.Hasil analisis sebagai berikut; rasa cemas menghadapi menstruasi pada remaja
ditentukan oleh variabel dukungan ibu dan perilaku koping secara langsung sebesar 67,637 % dan tidak
langsung sebesar 8,093%. Dukungan ibu dalam hal menstruasi dan perilaku koping langsung dapat
mempengaruhi rasa cemas menghadapi menstruasi .Dengan demikian, penelitian ini dapat menjelaskan
bahwa fenomena yang terjadi mampu dikaji dalam penelitian ini sebesar 75,730% sedangkan 24,270%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
Kata kunci : Dukungan ibu, Perilaku Koping , Rasa Cemas, Menstruasi dan Remaja

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of maternal support in terms of menstruation
andadolescentcoping behaviors to anxiety in the face of menstruation in adolescents SMP PGRI Surya
kencana Cileungsi Year 2018.The method used in this study is a cross-sectional study design , which
used 30 samples of adolescents , the primary data used in this study through the ( instrument ) in the
form of a questionnaire . Processing techniques and data analysis performed by using SPSS statistical
approach . SmartPLS 18.0 and 2.0 . The measurement results are presented in tables and tekstular.The
results of the analysis as follows ; menstrual anxiety in adolescents face is determined by variable
maternal support and coping behaviors of 67,637 % directly and indirectly by 8,093% . Support mothers
in terms of menstruation and coping behavior can directly affect menstrual anxiety face . Besides the
analysis model can explain 75,730 % And is able to assess the diversity of the data used in the study
phenomenon , while 24,270% is a variable that does not exist in this study.

Keywords : Mother Support , Coping Behaviors , Anxiety , Teen

Pendahuluan

1
Pendahuluan beberapa remaja putri yang kurang
mempersiapkan dirinya terlebih dahulu.
Masa remaja diartikan sebagai masa Kebanyakan remaja putri yang mengalami rasa
dimana seseorang menunjukan tanda-tanda sakit saat menstruasi walaupun tidak semua
pubertas dan berlanjut hingga dicapainya remaja putri mengalaminya. Selain rasa sakit
kematangan seksual.1 Remaja adalah individu yang mereka alami, banyak di antara mereka
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum merasa direpotkan karena harus memakai
menikah.2 Masa remaja adalah suatu tahapan pembalut dan menggantinya disaat - saat
antara masa kanak- kanak dengan masa tertentu.Reaksi emosi terhadap menstruasi pada
dewasa.3 Laju pertumbuhan anak perempuan 475 remaja putri adalah merasa biasa saja,
mengalami percepatan lebih dahulu karena sebagian merasa cemas, dan beberapa
tubuhnya memerlukan persiapan menjelang diantaranya merasa takut. Hanya 10 % dari
usia reproduksi, puncak pertumbuhan berat dan mereka yang menerima menstruasi dengan
tinggi badan perempuan tercapai usia masing- perasaan antusias, penasaran dan bangga. Hasil
masing 12,9 tahun dan 12,1 tahun. 4 Masa penelitian ini menunjukkan hampir sebagian
remaja merupakan periode kehidupan yang remaja putri memberikan respon negatif
menjembatani antara anak dan dewasa yang terhadap menstruasi.8 respon remaja putri
berawal dari usia 9- 10 tahun dan berakhir pada terhadap menstruasi antara lain terkejut, takut
usia 18 tahun kriteria yang paling sering bahkan menangis ketika mengalaminya. Rasa
digunakan untuk menentukan masa pubertas tidak menyenangkan yang menyertai proses
adalah munculnya menstruasi pertama menstruasi dapat menimbulkan perilaku untuk
(menstruasi) pada wanita dan mimpi basah pada menolak.9
laki-laki.5 Usia saat seorang anak perempuan Sebelum mengalami menstruasi, remaja
mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. putri yang belum mendapatkan persiapan
Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak sebelumnya akan mengalami perasaan negatif
mendapat menstruasi yang pertama kali pada seperti takut, panik, kaget, sedih, marah,
usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 bingung dan merasa direpotkan lebih banyak
tahun saat ia mendapat menstruasi pertama kali, ditampilkan dibandingkan dengan perasaan
tapi ada juga yang berusia 8 tahun sudah positif saat memasuki menstruasi.10 Remaja
memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru putri juga mengalami rasa cemas setelah
mendapat menstruasipun dapat terjadi. .6 pengalaman menstruasi nya terhadap tingkat
Menstruasi salah satu tanda bahwa remaja pemerkosaan, perilaku teman - teman dan lawan
tersebut telah mengalami perubahan didalam jenisnya saat menstruasi, perilaku keluarga
dirinya dan juga disertai dengan berbagai terhadap mereka, dan ketidaknormalan saat
masalah dan perubahan - perubahan baik fisik, mengalami menstruasi. Menurut penelitian dari
biologi, psikologik maupun sosial, harus 23 negara, sepertiga responden mengatakan
dihadapi oleh remaja karena ini merupakan mereka tidak diberi tahu mengenai menstruasi
masa yang sangat penting karena merupakan sebelumnya, sehingga tidak tahu dan tidak siap
masa peralihan ke masa dewasa.7 Perasaan dan apa yang harus dilakukannya, dari survey
berbagai respon yang muncul dari remaja putri tersebut, mereka mengatakan hal ini merupakan
saat menstruasi kadang memunculkan persepsi pengalaman yang sangat buruk dan haid
yang berbeda - beda pada setiap individu yang pertama membuat traumatis, malu dan takut.11
akan menghadapi menstruasi. Menstruasi Salah satu contoh gambaran dari hasil
muncul sebagai suatu hal yang dipersepsikan observasi dan wawancara yang telah dilakukan
berbeda oleh setiap individu, menstruasi akan oleh peneliti pada bulan Januari 2014 dengan
dianggap sebagai hal yang positif jika melibatkan lima belas remaja putri di sekolah
dihubungkan dengan gambaran yang menengah pertama di kabupaten Bogor .
menyenangkan tentang kedewasaan, sebaliknya Kelimabelas remaja putri tersebut terdiri dari
menstruasi dipersepsikan sebagai hal yang lima remaja putri, berusia 11 dan 12 tahun yang
negatif jika dihubungkan dengan rasa tidak sudah mengalami menstruasi tetapi tidak
nyaman, kepercayaan akan mitos seputar merasakan cemas dan sepuluh remaja putri
menstruasi dan ketidakbebasan beraktivitas.6 masing - masing berusia 11, 12 dan 13 tahun
Awal terjadinya menstruasi mungkin akan yang sudah mengalami menstruasi . Dari dua
menjadi peristiwa yang menakutkan bagi remaja yang sudah mengalami menstruasi dan

2
merasakan cemas dapat diketahui bahwa pada kebersihan pada saat menstruasi, dukungan
saat pertama kali mendapatkan menstruasi, emosional dan dukungan psikologis.
mereka merasa belum mempunyai kesiapan Dukungan seorang ibu tersebut akan
sebelumnya, hal ini terlihat dari perasaan takut mempunyai pengaruh terhadap perilaku
dan binggung yang dirasakan mereka setelah remaja.
mendapatkan menstruasi, rasa panik karena
Perilaku menurut Notoatmodjo , adalah
harus melihat begitu banyak darah yang keluar
suatu kegiatan atau aktifitas organisme atau
dari alat vital mereka, kemudian rasa malu
makhluk hidup yang bersangkutan .Dalam
karena harus mengalami menstruasi di sekolah
kehidupan sehari-hari, individu menghadapi
dan reaksi dari teman – teman sekelas yang
pengalaman yang mengganggu equilibirium
kurang menyenangkan seperti mengejek dan
kognitif dan afektifnya. Individu dapat
mendapat perlakuan yang berbeda pada saat
mengalami perubahan hubungan dengan orang
bermain di jam istirahat sekolah. Selanjutnya,
lain dalam harapannya terhadap diri sendiri cara
reaksi dari sepuluh remaja putri yang
negatif. Munculnya ketegangan dalam
mengalami menstruasi dengan rasa cemas pada
kehidupan mengakibatkan perilaku pemecahan
saat dilakukan observasi dan wawancara oleh
masalah (mekanisme koping) yang bertujuan
peneliti dapat digambarkan sebagai berikut
meredakan ketegangan tersebut.
mereka merasa bahwa menstruasi merupakan
Pada tingkat keluarga koping yang
suatu hal yang membuat mereka takut dan
dilakukan dalam menghadapi masalah adalah
binggung, hal ini terlihat dari respon mereka
mencari dukungan sosial seperti minta bantuan
yang kurang menyenangkan dalam menanggapi
keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh,
pertanyaan tentang menstruasi yang diajukan
reframing yaitu mengkaji ulang kejadian masa
peneliti. Reaksi wajah mereka yang tiba - tiba
lalu agar lebih dapat menanganinya dan
pucat dan ada salah satu respon dari mereka
menerima, menggunakan pengalaman masa lalu
dengan menghindar dan mengalihkan topik
untuk mengurangi stres/kecemasa, mencari
pembicaraan yang lain di luar masalah
dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka
menstruasi, kebanyakan dari ketiga remaja putri
agama atau aktif pada pertemuan ibadah,
menunjukkan rasa khawatir jika pada saat
menggerakkan keluarga untuk mencari dan
mendapatkan menstruasi di sekolah, tidak bisa
menerima bantuan, penilaian secara pasive
bebas melakukan aktivitas sehari - hari, merasa
terhadap peristiwa yang di alami dengan cara
kurang nyaman dan direpotkan karena harus
menonton tv, atau diam saja.
memakai dan mengganti pembalut disaat - saat
Studi pendahuluan pada remaja di SMP
tertentu, belum lagi harus mengalami rasa sakit
PGRI suryakencana dari 60 siswa yang sudah
saat menstruasi.
mengalami menstruasi sebanyak 80 %
Seorang ibu memegang peran dan posisi
mengalami rasa cemas, hal ini dikarenakan
yang penting untuk pertumbuhan dan
kurangnya informasi terutama kurangnya
pekembangan anak-anaknya. Peran ibu dalam
dukungan ibu dalam hal menstruasi. Hasil studi
hal ini sangat penting terutama mendukung
yang dilakukan peneliti terkait dengan
terhadap remaja dalam menghadapi menstruasi
dukungan ibu dilakukan juga wawancara
dimana sering terjadinya kekhawatiran dikala
langsung dengan orang tua (ibu) siswa yang
ibu tidak memberikan penjelasan secara
berjumlah 40 orang , sebanyak 29 orang (72,5
proporsional.
%) mengatakan bahwa dirinya tidak pernah
Ibu mempunyai peran yang lebih besar memberikan dukungan pada anak remaja
dalam memberikan dukungan informasi mereka yang terkait dengan menstruasi mereka
tentang menstruasi kepada remaja beranggapan bahwa tanpa diberitahu informasi
dibandingkan ayah.Oleh karena itu, ibu tentang menstruasi anak remaja mereka akan
diharapkan dapat memberikan dukungan tahu dengan sendirinya dan ibu tersebut
emosi sehingga remaja merasa nyaman dan mengatakan bahwa menstruasi adalah hal yang
tidak takut ketika mengalami menstruasi biasa dan tidak perlu ditakutkan atau di
pertama. Pengetahuan yang dapat diberikan khawatirkan mereka pun mengatakan bahwa
kepada remaja tentang menstruasi dapat dirinya pada saat mengalami menstruasi tidak
berupa pengetahuan tentang proses pernah diberitahu oleh ibu nya juga.Hasil studi
mengenai perilaku koping dalam menghadapi
terjadinya menstruasi secara biologis,
menstruasi di SMP PGRI Suryakencana
3
Cileungsi masih didapatkan 40 0rang (66,6 %) cemas dalam menghadapi menstruasi. Bentuk
mempunyai perilaku koping yang negatif atau pertanyaan atau pernyataan dengan kuesioner
tidak menerima datangnya menstruasi terhadap tertutup, dimana daftar pertanyaan yang akan
dengan reaksi seperti berdiam diri, malu dan ditanyakan langsung kepada responden (obyek
marah sedangkan 20 orang (33,3 %) remaja penelitian) terdiri dari baris-baris dan kolom-
mengalami reaksi yang positif seperti sangat kolom pertanyaan untuk diisi dengan jawaban-
senang dengan datangnya menstruasi. jawaban yang dipertanyakan. Selain itu juga
Metode untuk memperoleh informasi yang lebih
Penelitian ini menggunakan desain mendalam tentang rasa cemas dalam
obsevasional dengan metode survey dan menghadapi menstruasi kuesioner ditambahkan
pendekatan cross sectional (potong lintang). dengan pertanyaan yang sifatnya terbuka.
Tempat penelitian di lakukan di SMP PGRI Prosedur penelitian termasuk dalam
Suryakencana Cileungsi tahun 2018 . Populasi etika penelitian Dalam melakukan suatu
dalam penelitian ini adalah semua remaja putri penelitian sebelumnya diperlukan surat
yang sudah mengalami menstruasi di SMP persetujuan penelitian. Surat persetujuan
PGRI Suryakencana Cileungsi sebanyak 124 penelitian tersebut ditujukan kepada kepala
orang. Sesuai dengan alat analisis yang sekolah SMP PGRI Suryakencana Cileungsi
digunakan yaitu Structural Equation Modelling Setelah mendapatkan ijin peneliti langsung
(SEM), maka penentuan jumlah sampel yang melakukan penelitian ke remaja putri yang
representatif menurut Yamin & Kurniawan termasuk dalam kriteria inklusi penelitian.
adalah jumlah indikator dikalikan 5-10 karena Responden yang menjadi subjek
jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian sebelumnya diberikan informasi
penelitian ini adalah 3. Pada penelitian ini mengenai semua keterangan yang diberikan
peneliti mengambil range 10 jadi sampel yang kepada subyek penelitian dan hasil pengisian
dibutuhkan adalah 30 orang, dengan kriteria kuisioner sifatnya tidak diketahui oleh orang
dapat menjawab sendiri kuesioner dan lain atau dirahasiakan. Hak penuh diberikan
memenuhi kriteria bahwa responden tersebut kepada setiap responden untuk dapat
mampu berkomunikasi dengan baik dalam menyetujui apakah bersedia menjadi responden
memberikan informasi yang dibutuhkan.11 atau menolak menjadi responden. Dan untuk
Kriteria inklusi adalah karakteristik mereka yang sudah menyetujui akan diberikan
umum dari subjek penelitian yang layak untuk lembar persetujuan yang sudah disiapkan oleh
dilakukan penelitian atau dijadikan peneliti.
responden.Kriteria inklusi pada penelitian ini Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
adalah remaja putri yang berusia 11-14 tahun untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan
dan mengalami rasa cemas menghadapi kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam
menstruasi.Kriteria ekslusi adalah remaja yang melakukan fungsi ukurnya dan sejauh mana
sudah mengalami menstruasi tetapi tidak data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan
mengalami rasa cemas saat mengahapi tujuan diadakannya pengukuran
menstruasi.Metode pengukuran baik untuk tersebut.Terlebih dahulu sebelum uji validitas
variabel eksogen maupun endogen, yang dan reliabilitas indikator dari variabel dilakukan
dipakai dalam penelitian ini menggunakan skala uji validitas dan reliabilitas pada butir kuisioner
interval. Sedangkan teknik pengukurannya dengan menggunakan SPSS. Uji validitas dan
menggunakan Semantic differential, yang reliabilitas indikator dari variabel endogen dan
mempunyai skala 5 point. Pada skala ini sifat eksogen dengan menggunakan Partial Least
positif diberi nilai paling besar dan negatif Square (PLS), dinyatakan valid jika
diberi nilai paling kecil tetap dipertahankan, mempunyai loading factor 0,5-0,6 (masih dapat
demikian juga prinsip menggabungkan positif- ditolelir sepanjang model masih dalam tahap
negatif dan negatif-positif.Cara pengumpulan pengembangan namun loading factor yang
data yang primer yang digunakan dalam direkomendasikan di atas 0,7.
penelitian ini diperoleh melalui penyebaran Hasil
kuesioner, yang dilakukan oleh peneliti kepada Model analisis jalur semua variabel laten
responden yang telah sesuai dengan kriteria dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan inner
yang ditetapkan, yaitu tentang dukungan ibu model yang spesifikasinya hubungan antar
dalam hal mentruasi , perilaku remaja dan rasa variabel laten (structural model), diukur dengan

4
menggunakan Q-Square predictive Relevance 0,5 dan juga dengan melihat (3) weight relation
dengan rumus Q² = 1 - (1-Rı²) (1-Rp²). Outer dimana nilai kasus dari variabel laten tetap
model yang menspesifikasikan hubungan antar diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi,
variabel laten dengan indikatornya atau variabel dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan
manifestasinya (measurement model), diukur indicator atau manifest variabel diskala zero
dengan melihat convergent validity loading 0,5 means dan unit variance sehingga parameter
sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan
indicator dari variabel laten berkisar 3 sampai 7, dalam model.
sedangkan discriminant validity
direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari

Gambar 1 Nilai loading factor

Suatu indikator reflektif dinyatakan lain. Begitu juga dengan variabel dukungan ibu
valid jika mempunyai loading factor diatas 0,5 dan perilaku koping
terhadap konstruk yang dituju berdasarkan Setelah diuji validitas dan dinyatakan
pada substantive content-nya dengan melihat variabel dan indikator telah valid maka
signifikansi dari weight (t = 1,96). Output dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
smartPLS untuk loading factor memberikan dilakukan dengan melihat nilai composite
hasil semua konstruk memiliki nilai loading reliability dari blok indikator yang mengukur
lebih besar dari 0,50 sehingga kriteria uji konstruk hasil composite reliability akan
terhadap indikator ukur dinyatakan valid.Cara menujukkan nilai yang memuaskan jika diatas
lain untuk melihat discriminant validity dengan 0.70. Hasil evaluasi reliabilitas outer model
melihat nilai square root fd average variance dapat dilihat dalam tabel dengan mengevaluasi
extracted (AVE). Nilai yang diharapkan diatas nilai Cronbach’s Alpha dan composite
0,50. Berikut adalah semua variabel reliability.Berikut adalah nilai composite
dinyatakan valid karena memberikan nilai reliability.Semua variabel dinyatakan Reliabel
AVE diatas 0,50. Sehingga dapat disimpulkan karena memberikan nilai composite reliability
bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diatas 0,70. Uji Reliabilitas juga diperkuat
discriminant validity yang baik.Kemudian dengan Cronbach’s Alpha dimana
indikator reflektif juga perlu diuji discriminant outputSmartPLS memberikan hasil Nilai yang
validitynya dengan melihat cross loading. disarankan adalah diatas 0,70 dan pada tabel
Suatu indikator dinyatakan valid jika diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
mempunyai loading factor tertingi kepada Alpha sudah diatas 0,70 pada semua variabel.
konstruk yang dituju dibandingkan loading Pengukuran validitasuntuk indikator reflektif
factor kepada konstruk lain. Tabel diatas menggunakan korelasi antara skor item dengan
menujukkan bahwa loading factor untuk skor konstruknya dapat dilihat pada tabel result
indikator Dukungan ibu – Rasa cemas for outer loading. Model struktural dalam
mempunyai loading factor dari pada konstruk penelitian ini ditampilkan adalah pada
5
variabelDukungan ibu terhadap perilaku dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
remaja bernilai 1.000000, Perilaku koping dilakukan dengan melihat nilai composite
remaja terhadap rasa cemas menghadapi reliability dari blok indikator yang mengukur
menstruasi bernilai 1.000000. konstruk hasil composite reliability akan
Data penelitian dikumpulkan dari 30 menujukkan nilai yang memuaskan jika diatas
responden berkaitan dengan dukungan, 0.70. Hasil evaluasi reliabilitas outer model
perilaku koping , dan rasa cemas. Penilaian dapat dilihat dalam tabel dengan mengevaluasi
diisi oleh responden untuk menilai pengaruh nilai Cronbach’s Alpha dan composite
dukungan ibu dan perilaku koping terhadap reliability.Berikut adalah nilai composite
rasa cemas menghadapi menstruasi. Penelitian reliability.Semua variabel dinyatakan Reliabel
ini dilaksanakan di SMP PGRI Suryakencana karena memberikan nilai composite reliability
Cileungsi meliputi remaja yang sudah diatas 0,70. Uji Reliabilitas juga diperkuat
mengalami menstruasi dan mengalami rasa dengan Cronbach’s Alpha dimana
cemas menghadapi menstruasi .Berdasarkan outputSmartPLS memberikan hasil Nilai yang
tabel di atas, berdasarkan pada usia responden disarankan adalah diatas 0,70 dan pada tabel
yang tertinggi pada usia 13-14 tahun berjumlah diatas menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s
26 orang (86,7%), sedangkan berdasarkan pada Alpha sudah diatas 0,70 pada semua variabel.
pendidikan responden terbanyak adalah Pengukuran validitas untuk indikator reflektif
responden yang berpendidikan Rendah menggunakan korelasi antara skor item dengan
sebanyak 20 orang (66,7%). Dari tabel diatas skor konstruknya dapat dilihat pada tabel result
respoden berdasarkan pekerjaannya yang for outer loading. Model struktural dalam
terbanyak adalah responden yang bekerja penelitian ini ditampilkan adalah pada variabel
sebanyak 28 orang (93,3%). dukungan ibu terhadap remaja, dengan
Deskripsi data yang akan disajikan dari indikator emosional(4,700), informatif (2,151),
hasil penelitian ini adalah untuk memberikan instrumental (7,491).),
gambaran secara umum mengenai penyebaran Model struktural dalam penelitian ini
data yang diperoleh di lapangan. Data yang ditampilkan adalah Dukungan ibu terhadap
disajikan berupa data mentah yang diolah perilaku koping remaja bernilai
menggunakan teknik statistik deskripsi. Ada 4,872.Dukungan ibu terhadap rasa cemas
pun dalam deskripsi data ini yang disajikan bernilai 2,222 dan perilaku koping remaja
dengan bentuk distribusi frekuensi, harga skor terhadap rasa cemas bernilai
rata-rata, simpangan baku, skor maksimum 4,871.Berdasarkan hasil penelitian, loading
dan skor minimum yang disertai histogram. factor untuk indikator masing-masing pada
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap konstrak secara statistik dikatakan valid
variabel dukungan ibu, variabel perilaku dalam mengukur konstrak, karena semua nilai
koping, variabel rasa cemas tidak dipengaruhi faktor loading > 0,55 dan nilai t-statistik >
oleh karakteristik responden karena hasil uji 1,96. Setelah dilakukan uji terhadap outer
Chi Square dengan taraf signifikansi 5% model dan model yang diestimasikan
semuanya lebih besar dari 0,05. Ini memenuhi criteria outer model maka
menunjukkan jawaban variabel Perilaku tidak dilanjutkan uji inner model.Dari tabel diatas
ada hubungan dengan variasi penggolongan dapat dilihat bahwa dukungan ibu dan perilaku
karakteristik responden.Selanjutnya Hasil dari koping mampu menjelaskan terhadap variabel
uji Chi Square Test variabel Kebutuhan Perilaku sebesar 63,94% dan sisanya sebesar
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 36,06% dijelaskan oleh variabel lain diluar dari
Setelah diuji validitas dan dinyatakan yang diteliti. Untuk melakukan uji hipotesis
variabel dan indikator telah valid maka dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 6.15
Nilai Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Ke Variabel

6
Original
Hubungan antara
Sample T Statistik Ho Kesimpulan
Variabel
(Effect)
Dukungan ibu -> Perilaku Ada pengaruh yang signifikan
0,423346 4,872289 ditolak
Koping Remaja dan bernilai positif
Dukungan ibu -> Rasa Ada pengaruh yang signifikan
0,363983 2,221989 ditolak
cemas dan bernilai positif
Perilaku Koping Remaja -> Ada pengaruh yang signifikan
0,599323 4,871372 ditolak
Rasa cemas dan bernilai positif
Sumber :Output yang diolah Program SmartPLS 20, 2018

Berdasarkan pada tabel tersebut antara dua variabel ini berkorelasi,


diatas, menunjukan bahwa dukungan sedangkan perilaku terhadap rasa cemas
terhadap perilaku dengan nilai t sebesar mengalami signifikan dengan hasil
4,872289(4,872289> 1,96), dukungan perhitungan 4,871372sehingga nilai ini
terhadap rasa cemas dikarenakan nilai t jauh lebih besar dari t hitung (4,871372 >
hitung lebih besar dari nilai t tabel 1,96).
(2,221989 > 1,96) sehingga hubungan

Tabel 6.16
Presentase Besaran Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Variabel
LV Direct Direct InDirect
Variabel InDirect Total Total
Correlation Rho % %
Dukungan 0,617704 0,363983 0,225 0,589 22,483 8,093 30,576

perilaku 0,753414 0,599323 0,000 0,599 45,154 0,000 45,154

67,637 8,093 75,730


Total
Uji Q-Square (Q²) bertujuan Galat Model = 100% -
untuk menilai besaran keragaman 73,44%
data atau variasi data penelitian = 26,56%
terhadap fenomena yang sedang Ϛ =26,56%
diteliti. Formula yang digunakan Hal tersebut menunjukan model hasil
untuk mengukur Q-Square (Q²) analisis dapat menjelaskan 73,44%
adalah sebagai berikut : keragaman data dan mampu mengkaji
Melalui Rumus: fenomena yang dipakai dalam penelitian,
Q² = 1 - (1-R1²) (1 - R2²) sedangkan 26,56% dijelaskan komponen
lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
=1–(1-(0,441009)²)(1-
Hal tersebut menunjukan model hasil
(0,055535)²) analisis dapat menjelaskan 73,44%
= 1- (0,179222* 0,676372) keragaman data dan mampu mengkaji
= 0,73437326atau 73,44% fenomena yang dipakai dalam penelitian,
Galat Model = 100% - sedangkan 26,56% dijelaskan komponen
73,44% lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
= 26,56% Diskusi
Nilai Predictive Relevance Pengaruh Langsung Antara
(Nilai Q-Square) adalah Dukungan Ibu Terhadap Rasa Cemas
73,44%. Dengan demikian Menghadapi Menstruasi
dapat dianalisa dan dibuat Rasa Cemas merupakan gangguan
jiwa yang cukup mempengaruhi sikap
persamaan matematik yaitu:
seseorang, terutama seorang remaja yang
ή = 73,44+ 26,56 +ϛ masih mempunyai emosional tidak stabil,

7
Sedangkan dukungan adalah bantuan orang tua dengan anak pada masa remaja
dapat diartikan sebagai bantuan yang akan menimbulkan kedekatan.15 Seorang
dapat diberikan seseorang kepada orang ibu biasanya memiliki sikap yang lebih
lain dalam bentuk dorongan ataupun menerima, lebih kooperatif terhadap
dalam bentuk psikologis lainnya anak remaja dibandingkan dengan ayah.
sehingga manfaatnya dapat dirasakan Oleh karena itu sangat diperlukan kan
oleh penerima bantuan, dalam hal ini dukungan orang- orang sekitarnya dalam
dukungan tersebut berasal dari ibu menghadapi menstruasi pada remaja
sehingga bantuan yang diterima oleh putri. 14
remaja adalah bantuan yang diberikan Pengaruh Langsung Antara Perilaku
oleh seorang ibu. Oleh karena itu Koping Terhadap Rasa Cemas
pentingnya bantuan ibu terhadap perilaku Menghadapi Menstruasi
koping yang dilalami remaja saat Perilaku dikatakan sehat atau
terjadinya menstruasi. wajar bila perilaku tersebut merupakan
Mengatasi rasa cemas dan untuk respons yang sesuai/adaptif serata
mengantisipasinya baik rasa cemas yang membuat individu menjadi lebih
sedang akan maupun yang sedang berkembang dan matang.Sedangkan
dialami oleh remaja sebagai masalah perilaku dianggap bergangguan atau
psikologis untuk terbentuk ras. tidak sehat bila perilaku tersebut sudah
Berdasarkan cemas dapat diatasi dengan tidak lagi sesuai atau adaptif dengan
dukungan spiritual bukan dalam bentuk situasi yang sedang dihadapi bahkan
dukungan materi.13 membuat individu menjadi semakin
Dukungan ibu mempengaruhi rasa mengkerut dan terhambat.16 Dari
cemas remaja dibuktikan dengan hasil pengalaman dan penelitian terbukti
pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh
bahwa dukungan ibu Berdasarkan pengetahuan akan lebih bertahan lama
pengujian hipotesis untuk membuktikan daripada perilaku yang tidak didasari
bahwa dukungan ibu berpengaruh oleh pengetahuan. Sebelum seseorang
langsung terhadap rasa cemas, diperoleh mengadopsi perilaku yang baru
koeefisien jalur/ para meter sebesar (berperilaku yang baru), di dalam diri
0,363983 dan t-statistik sebesar orang tersebut terjadi proses berurutan,
2,973572. Dari temuan ini dapat yakni sebagai berikut.
ditafsirkan bahwa dukungan ibu 1) Awarness (Timbul kesadaran), Yakni
berpengaruh langsung dan signifikan orang tersebut menyadari (mengetahui)
terhadap rasa cemas menghadapi stimulus terlebih dahulu
menstruasi, artinya makin tinggi 2) Interest (Ketertarikan), Yakni orang
dukungan ibu (dukungan emosional, tersebut mulai tertarik dengan stimulus.
dukungan informatif dan dukungan 3) Evaluasi (penilaian),
instrumental) yang diberikan maka rasa Mempertimbangkan baik tidaknya
cemas menghadapi menstruasi akan stimulus. Yakni sikap orang sudah lebih
semakin berkurang. baik lagi.tersebut.
Berdasarkan survey di Semarang 4) Trial (Mulai mencoba), Yakni orang
terhadap 14 siswa SD Al Azhar yang tersebut memutuskan untuk mulai
mengalami menstruasi mengalami rasa mencoba perilaku baru.
cemas yang sangat tinggi disebabkan 5) Adopsi (mengadopsi), Dimana subyek
kurangnya dukungan ibu dalam telah berperilaku baru sesuai dengan
menghadapi menstruasi.14 Kualitas pengetahuan kesadaran dan sikapnya
hubungan antara orang tua dengan anak terhadap stimulus. Pada tahapan ini
memegang penting adanya dukungan perilaku deteksi dini kanker payudara
dan interaksi yang kooperatif antara
8
sudah menjadi bagian dari perilaku menghadapi menstruasi pada remaja,
responden.17 pengaruh langsung dukungan ibu
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap rasa cemas menghadapi
untuk membuktikan bahwa dukungan ibu menstruasi sebesar 2,973572% yang
berpengaruh langsung terhadap rasa artinya ada pengaruh dan signifikan
cemas, diperoleh koeefisien jalur/ para antara perilaku remaja terhadap rasa
meter sebesar 0,599323 dan t-statistik cemas menghadapi menstruasi pada
sebesar 6,429762. Dari temuan ini dapat remaja.
ditafsirkan bahwa perilaku remaja Dengan demikian, penelitian ini
berpengaruh langsung dan signifikan dapat menjelaskan bahwa fenomena yang
terhadap rasa cemas menghadapi terjadi mampu dikaji dalam penelitian ini
menstruasi, artinya semakin tinggi sebesar 75,730% sedangkan 24,270%
perilaku koping remaja maka semakin dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
rendah rasa cemas menghadapi ada dalam penelitian ini.
18
menstruasi Berdasarkan hasil penelitian di
Perilaku remaja tentang atas, dimana pengaruh dukungan ibu dan
menstruasi dengan tingkat kecemasan perilaku koping remaja terhadap cemas
dalam menghadapi menstruasi menghadapi menstruasi di SMP PGRI
menunjukan bahwa adanya hubungan Suryakencana, perilaku koping remaja
antara perilaku remaja tentang menstruasi terhadap rasa cemas remaja memiliki
dengan tingkat kecemasan angka korelasi tertinggi pada variabel
dalam menghadapi menstruasi dari 5 dukungan ibu dengan indikator dukungan
2responden berdasarkan perilaku informatif dan Variabel perilaku koping
remaja remaja sehingga saran peneliti adalah:
diperoleh respondendengan perilaku ba Diperlukan dukungan dari berbagai
ik sebanyak 15 siswi, perilaku cukup pihak baik itu dukungan di lingkungan
sebanyak sekolah (guru dan teman) maupun di
siswi, pengetahuan cukup sebanyak 14 lingkungan rumah terutama ibu yang
siswi dan perilaku kurang sebanyak 23 mempunyai kaitan yang sangat besar
siswi. dengan terjadinya menstruasi.
Kesimpulan Memberikan informasi kepada siswa
Berdasarkan uraian BAB I- BAB remaja dengan cara memberikan
VII dapat ditarik kesimpulan sebagai penyuluhan mengenai kesehatan
berikut, rasa cemas menghadapi reproduksi. Memberikan pelajaran
menstruasi pada remaja ditentukan oleh tambahan pendidikan kesehatan yang
variabel dukungan ibu dan perilaku terkait dengan remaja.Memberikan
remaja secara langsung sebesar 67,637 % waktu tambahan belajar untuk siswa
dan tidak langsung sebesar 8,093% . Pada yang mengalami rasa cemas menghadapi
penelitian ini diperoleh bahwa pengaruh menstruasi.Penelitian dapat
langsung dukungan ibu terhadap perilaku dikembangkan dengan menambah
remaja menghadapi menstruasi sebesar variabel atau mengembangkan metode
17,886633% yang artinya ada pengaruh penelitian baik dengan menambah alat
dan signifikan antara dukungan ibu dan ukur atau menambah referensi sebagai
perilaku remaja menghadapi menstruasi, bahan bacaan.
pengaruh langsung dukungan ibu
terhadap rasa cemas menghadapi
menstruasi sebesar 6,391244 % yang
artinya ada pengaruh dan signifikan
antara dukungan ibu terhadap rasa cemas
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Albery, P dan Munafo M. 2011. 11.Notoatmodjo, Soekidjo. 2015.
Psikologi Kesehatan. Yogyakarta: Metodologi penelitian Kesehatan.
Palmall. Jakarta: Rineka Cipta
2. Proverawati, A dan Maisaroh, 2010. 12.Azwar, Saifudin. 2013. Sikap
MenarcheMenstruasi Pertama Penuh Manusia Teori dan Pengukurannya.
Makna, Yogyakarta: Nuha Medika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
3. Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan 13.Nursalam. 2013.Manajemen
Remaja Problem dan Solusinya., Keperawatan. Jakarta: Salemba
Jakarta: Salemba . Medika
4. Sarwono ,W.S. 2011. Teori- teori 14.Hidayat Rahmat.2014.Pengantar
Psikologi Sosial, Jakarta|: Raja Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan
Grafindo Persada. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta:
5. Sobur, A. 2012. Psikologi umum, Trans Info Media.
Bandung: Pustaka Setia. 15.Hidayat. Dede R. 2014. Ilmu Perilaku
6. Yamin, S, Kurniawan. 2014. H. Manusia. Jakarta: TIM
Partial Least Square Path Modeling. 16.Wiknjosastro, Hanifa.2010. Ilmu
Jakarta: Salemba. Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
7. Saifudin, Azwar. 2013. Realibilitas Pustaka.
dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka 17.Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi
Belajar penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
8. Benson, Ralph C, dkk. 2014. Buku Jakarta: Rhineka Cipta.
Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. 18.Wiyono, G. 2016. Merancang
Jakarta: EGC. Penelitian Bisnis Dengan alat
9. Estiwidani, Dwana, 2013. Konsep Analisis SPSS dan SmartPLS.
kebidanan. Jakarta: Fitramaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
10.Saifudin Azwar. 2010. Pengantar
Psikologi Intelegensi. Jogyakarta :
Pustaka Pelajar.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN


PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN
10
BALITA DI POSYANDU RIMBARAYA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KLAPANUNGGAL
TAHUN 2018

Sartika, S.SiT,. M.Kes


Akademi Kebidanan Annisa Jaya
Jl. Karanggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup-Bogor

ABSTRAK
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita, yaitu umur 3 tahun, dimana
pada umur ini pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung, dan
menjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabangnya, sehingga terbentuk jaringan
saraf dan otak yang kompleks, dimasa inilah pentingnya seorang keluarga memberikan
stimulasi sedini mungkin agar perkembangan anak bisa tumbuh secara normal
(Kusumaningtyas, 2016). Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan,
bahwa 5-25% anak-anak usia prasekolah di dunia menderita disfungsi otak minor,
termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia melaporkan, bahwa 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan
perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran,
kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara (Rizki dkk, 2016).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang perkembangan balita di Posyandu Rimbaraya Wilayah Kerja
Puskesmas Klapanunggal tahun 2018. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitik
melalui pendekatan cross sectional. Sampel penelitiansebanyak 56 responden dengan
menggunakan teknik purposive samplingdari populasi sebanyak 123 responden. Analisa
data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat dengan analisis uji Chi Square.
Hasil penelitian univariat didapatkan, bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan tinggi sebanyak 36 orang (64,29%) dan memiliki pengetahuan baik sebanyak
30 orang (53,57%). Hasil analisis uji Chi Square didapatkan, bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perkembangan
balita di Posyandu Rimbaraya Wilayah Kerja Puskesmas Klapanunggal tahun 2018 dengan
nilai p value 0,000.
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan, yaitu walaupun sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan tingkat pendidikan tinggi,
namun masih ada juga responden yang memiliki pengetahuan kurang, sehingga tetap
diperlukan upayapeningkatan pengetahuan terutama tentang perkembangan anak balita,
baik melalui media massa, maupun mengikuti penyuluhan/konseling yang dilakukan oleh
pihak/tenaga kesehatan, serta diharapkan bagi ibu membawa balitanya secara rutin untuk
dilakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang dilakukan
oleh Puskesmas/Posyandu sehingga tidak terjadi permasalahan lanjut yangdapat
menghambat proses perkembangan pada anak .

Kata Kunci : Pendidikan, Pengetahuan, Perkembangan Balita.

ABSTRACT

11
The important period in growth is the toddler age, which is 3 years old, where at this
age growth and development of brain cells are still ongoing, and become the growth of
nerve fibers and branches, so that formed complex nerve and brain network, this is the
importance a family provides stimulation as early as possible so that the child's
development can grow normally (Kusumaningtyas, 2016). According to the World Health
Organization (WHO) states, that 5-25% of preschool children in the world suffer from
minor brain dysfunction, including disorders of fine motor development. The Ministry of
Health of the Republic of Indonesia reported that 0.4 million (16%) of under-fives in
Indonesia are having developmental disorders, both fine and coarse motor development,
hearing impairment, lack of intelligence and speech delay (Rizki et al, 2016).
The purpose of this study to determine the relationship between of education level with
mother’s knowledge about the toddler’s development in Posyandu Rimbaraya
Klapanunggal Public Health Center in 2018. This research method is analytical
descriptive through cross sectional approach. The research sample consisted of 56
respondents using purposive sampling technique from a population of 123 respondents.
Data analysis used is univariate and bivariate analysis with Chi Square test analysis.
The results of the univariate study found that most respondents had a higher education
of 36 people (64.29%) and had good knowledge of 30 people (53.57%). The results of the
Chi Square test analysis showed that there was a significant relationship between the level
of education with the mother's knowledge of toddler’s development in Posyandu Rimbaraya
Klapanunggal Public Health Center in 2018 with a p value of 0,000.
Based on the results of the study it can be concluded, that although most respondents
have a good level of knowledge with a level of higher education, there are also respondents
who have less knowledge, so that efforts are still needed to increase knowledge, especially
about the development of children under five, both through the mass media, and participate
in counseling and counseling carried out by parties/health personnel, and it is expected
that mothers carry their babies regularly to carry out Early Growth Intervention Detection
Stimulation (SDIDTK) conducted by the Puskesmas/Posyandu so that no further problems
can occur which can hinder the children’s development process.

Keywords : Level of Education, Mother’s Knowledge, Toddler’s Development

PENDAHULUAN siap dalam menjalani kehidupan


(Kusumaningtyas, 2016).
Periode penting dalam tumbuh Menurut World Health Organization
kembang adalah masa balita, yaitu umur (WHO) menyatakan bahwa 5-25% anak-
3 tahun, dimana pada umur ini anak usia prasekolah di dunia menderita
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel disfungsi otak minor, termasuk gangguan
otak masih berlangsung, dan menjadi perkembangan motorik halus.
pertumbuhan serabut-serabut saraf dan Departemen Kesehatan Republik
cabangnya, sehingga terbentuk jaringan Indonesia melaporkan, bahwa 0,4 juta
saraf dan otak yang kompleks, dimasa (16%) balita Indonesia mengalami
inilah pentingnya seorang keluarga gangguan perkembangan, baik
memberikan stimulasi sedini mungkin perkembangan motorik halus dan kasar,
agar perkembangan anak bisa tumbuh gangguan pendengaran, kecerdasan
secara normal. Jika perkembangan anak kurang dan keterlambatan bicara (Rizki
tumbuh secara normal, maka akan bisa dkk, 2016).
menjadi generasi penerus yang baik dan
12
Angka kejadian perkembangan pada pengetahuan baik sebanyak 16,7%,
anak sekitar 10-17%. Berdasarkan pengetahuan cukup sebanyak 65,4%
berbagai penelitian, penyimpangan dan pengetahuan kurang sebanyak
perkembangan yang sering ditemukan 27,9%. Hasil penelitian ini
adalah retardasi mental 3%, palsi serebral menunjukkan ibu yang
1 di antara 200, kesulitan belajar dan
berpengetahuan kurang sebanyak
sindrom yang menyangkut konsentrasi
dan perhatian anak sekitar 5-7% 27,9%. Hal tersebut dipengaruhi oleh
(Soetjiningsih, 2013). faktor pendidikan, informasi, budaya,
Menurut Ikatan Dokter Anak pengalaman, pekerjaan, dan umur.
Indonesia (IDAI) tahun 2013, seorang Menurut penelitian yang dilakukan
anak dapat mengalami keterlambatan oleh Khairayeni (2015), bahwa dari 33
perkembangan di hanya satu ranah responden yang diteliti, terdapat ibu yang
perkembangan saja, atau dapat pula di berpengetahuan baik tentang
lebih dari satu ranah perkembangan. perkembangan balita sebanyak 81,8%
Secara garis besar, ranah perkembangan dan 18,2% yang masih memiliki
anak terdiri atas motorik kasar, motorik pengetahuan kurang. Hasil ini
halus, bahasa atau bicara, dan personal menunjukkan, bahwa walaupun sebagian
sosial atau kemandirian. Sekitar 5%-10% besar responden telah memiliki
anak diperkirakan mengalami pengetahuan baik, namun tetap
keterlambatan perkembangan. Data diperlukan upaya peningkatan
angka kejadian keterlambatan pengetahuan ibu mengenai
perkembangan umum belum diketahui perkembangan anak usia balita.
dengan pasti, namun diperkirakan sekitar Berdasarkan studi pendahuluan yang
1%-3% anak di bawah usia 5 tahun dilakukan pada beberapa ibu yang
mengalami keterlambatan perkembangan mempunyai anak dengan usia balita yang
umum. Berdasarkan dari hasil ada di Posyandu Rimbaraya Wilayah
pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari Kerja Puskesmas Klapanunggal pada
usia 0-72 bulan, ditemukan sebanyak tanggal 03 Mei 2018, diketahui bahwa
53% tidak normal, yaitu meragukan dari hasil wawancara untuk mengetahui
sebanyak 23%, penyimpangan pengetahuan ibu tentang perkembangan
perkembangan sebanyak 30%. Dari balita. Pada 10 ibu yang memiliki balita,
penyimpangan perkembangan, 10% didapat hasil 4 orang (40%) ibu
terkena motorik kasar (seperti berjalan, mengetahui tentang perkembangan
duduk), 20% motorik halus (seperti balita, sedangkan 6 orang (60%) ibu
menulis, memegang) 44% bicara bahasa hanya sebagian mengetahui tentang
dan 16% sosialisasi kemandirian. perkembangan balita.
(Khairayeni, 2015).
Menurut Dinkes Jawa Barat pada METODE PENELITIAN
tahun 2010 sebesar 2.321.542 anak
(63,48%) yang sesuai pertumbuhan dan Penelitian ini menggunakan metode
perkembangannya, hal ini cenderung deskriptif analitik dengan rancangan
menurun dibandingkan pada tahun 2009 penelitian cross sectional.
sebesar 64,03% dan masih di bawah Penelitian dilakukan di Posyandu
target 80% (Dinkes Provinsi Jabar, 2011 Rimbaraya Wilayah Kerja Puskesmas
dalam Susanti dan Rusmawati, 2016). Klapanunggal.
Menurut penelitian yang dilakukan Populasi dalam penelitian ini adalah
Wangi (2012), bahwa tingkat semua Ibu yang memiliki anak balita,
pengetahuan ibu tentang tumbuh yaitu sebanyak 123responden.
kembang balita dapat dikategorikan
13
Pengambilan sampel dengan teknik Puskesmas Klapanunggal Tahun
purposive sampling. 2018
Teknik pengumpulan data Pengetahuan N %
menggunakan data primer.Data primer
penelitian ini adalah data yang diperoleh Tidak 55 63,9
dari ibu memiliki balita yang masuk pada Ya 31 36,1
sampel penelitian melalui kuesioner. 86 100
Total
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel 2 bahwa sebagian
besar responden tidak pernah mengikuti
Tabel 1Distribusi Frekuensi Tingkat kelas ibu hamil, yaitu sebanyak 55 orang
Pendidikan Ibu di Posyandu (63,9%).Sedangkan yang pernah
Rimbaraya Wilayah Kerja Puskesmas mengikuti kelas ibu hamil sebanyak 31
Klapanunggal Tahun 2018 orang (36,1%).
Pendidikan f %
Rendah (SD, SMP) 20 35,71

TINGGI (sma, pt) 36 64,29

Total 56 100
Pada tabel 1 bahwa sebagian
besar responden memiliki pendidikan
tinggi (SMA, PT) yaitu sebanyak 36
orang (64,29%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Pengetahuan Ibu Tentang
Perkembangan Balita di Posyandu
Rimbaraya Wilayah Kerja

Tabel 3Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan


Ibu Tentang Perkembangan Balita di Posyandu Rimbaraya Wilayah Kerja
Puskesmas Klapanunggal Tahun 2018

14
Pengetahuan Total Pvalue
Kurang Baik
Pendidikan
f % f % f %
Tidak 17 30,36 3 5,36 21 35,72 0.000
Ya 9 16,07 27 48,21 35 64,28
Total 26 46,43 30 53,57 56 100

15
Pendidikan Ibu dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
Menurut Ariani (2014), pendidikan yang lebih tinggi. Namun, masih ada
merupakan seluruh proses kehidupan yang responden yang memiliki pendidikan
dimiliki oleh setiap individu berupa rendah, hal tersebut disebabkan karena
interaksi individu dengan lingkunganya, tingkat perekonomian yang rendah,
baik secara formal maupun informal yang sehingga tidak dapat melanjutkan
melibatkan perilaku individu maupun pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
kelompok. Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan oleh seseorang kepada Tingkat Pengetahuan Ibu T etang
perkembangan orang lain untuk menuju Perkembangan Balita
arah cita-cita tertentu untuk mengisi
kehidupan sehingga dapat mencapai Menurut Notoatmodjo (2012),
kebahagian. pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dari manusia, yang sekedar menjawab
dilakukan menunjukan,bahwadari 56 pertanyaan “why” “how”, misalnya
responden yangditeliti, sebagian besar mengapa manusia bernafas, dan
responden memiliki tingkat pendidikan sebagainya. Menurut Ariani (2014),
tinggi (SMA, PT) yaitu sebanyak 36 orang pengetahuan baik yang dimiliki seseorang
(64,29%). Rata-rata tingkat pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
responden di Posyandu Rimbaraya diantaranya faktor internal (umur,
Wilayah Kerja Puskesmas Klapanunggal pendidikan, pekerjaan) dan faktor eksternal
adalah pendidikan tinggi (SMA, PT). (lingkungan, sosial budaya, status
Hasil penelitian ini didukung oleh ekonomi, sumber informasi).
penelitian yang dilakukan Adini dan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Waqidil (2014) tentanghubungan antara dilakukan menunjukan,bahwadari 56
tingkat pendidikan ibu dengan responden yangditeliti, sebagian besar
perkembangan balita usia 3-5 tahun di responden memiliki pengetahuan baik
Kelurahan Kadipaten, Kecamatan yaitu sebanyak 30 orang (53,57%). Rata-
Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro, rata pengetahuan responden di Posyandu
bahwa dari 42 responden yang diteliti, Rimbaraya Wilayah Kerja Puskesmas
terdapat sebagian besar responden Klapanunggal adalah pengetahuan baik.
memiliki pendidikan tinggi dan Hasil penelitian ini didukung oleh
perkembangan balita normal sebanyak 21 penelitian yang dilakukan Khairayeni
orang (50%). Hasil ini menunjukkan, (2015) tentang gambaran tingkat
bahwa tingkat pendidikan ibu yang tinggi pengetahuan ibu tentang perkembangan
akan menjamin diberikan stimuli yang anak usia balita di Puskesmas Pengambiran
mendukung bagi perkembangan anak- Kota Padang, bahwa dari 33 responden
anaknya dibandingkan ibu dengan yang diteliti, terdapat ibu yang memiliki
pendidikan rendah. pengetahuan baik sebanyak 27 orang
Hal ini menunjukan, bahwa sebagian (81,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak
besar responden di Posyandu Rimbaraya 6 orang (18,2%). Hasil ini menunjukkan,
Wilayah Kerja Puskesmas Klapanunggal walaupun sebagian besar responden telah
memiliki pendidikan tinggi, karena memiliki pengetahuan baik, namun tetap
mudahnya sarana dan prasana sekolah, diperlukan upaya peningkatan
serta biaya operasional pendidikan yang pengetahuan ibu mengenai perkembangan
dikeluarkan terbilang cukup sehingga anak usia balita. Sementararesponden yang
16
memiliki pengetahuan kurang dapat dilihat Hubungan Antara Tingkat
dari berbagai faktor salah satunya Pendidikan dengan Tingkat
pendidikan. Pengetahuan ibu memegang Pengetahuan Ibu Tentang
peranan penting untuk membantu Perkembangan Balita
perkembangan anak yang optimal. Dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pengetahuan, ibu akan memperoleh dilakukan menunjukan,terdapat hubungan
informasi, meliputi bagaimana cara yang signifikan antara tingkat pendidikan
pengasuhan anak yang baik, menjaga dengan pengetahuan ibu tentang
kesehatan anak, dan menstimulasi perkembangan balita dengan nilai p-value
perkembangan anak. Pengetahuan dan diperoleh sebesar 0,000.Hal ini
pemahaman yang baik diperoleh dari suatu menunjukan, bahwa adanya hubungan
pendidikan yang baik melalui proses dan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
metode-metode tertentu, sehingga orang pengetahuan ibu tentang perkembangan
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan balita.
cara bertingkah laku yang sesuai dengan Hasil penelitian ini didukung oleh
kebutuhan. penelitian yang dilakukan Herlina (2011),
Hal ini menunjukan, bahwa sebagian tentanghubungan tingkat pendidikan
besar responden memiliki pengetahuan dengan pengetahuan ibu tentang
baik tentang perkembangan balita di perkembangan motorik kasar anak
Posyandu Rimbaraya Wilayah Kerja prasekolah (usia 4-6 tahun) di TK Al Akbar
Puskesmas Klapanunggal, karena sebagian Kabupaten Mojokerto, bahwahubungan
besar responden memiliki pendidikan yang tingkat pendidikan dengan pengetahuan
tinggi, sehingga responden lebih mudah ibu tentang perkembangan motorik kasar
menerima segala informasi, terutama anak prasekolah dapat dikategorikan
tentang perkembangan balita. Namun, sebagian besar responden berpendidikan
masih ada responden yang memiliki Sekolah Dasar (SD) sebanyak 33
pengetahuan kurang tentang responden (55,9%) dan sebagian kecil
perkembangan balita, disebabkan karena berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak
kurangnya informasi yang didapat. 4 responden (6,8%), serta sebagian besar
Responden hanya mendapatkan informasi responden berpengetahuan kurang
dari bidan dan kader saja saat datang ke sebanyak 33 responden (55,9%) dan
posyandu, dimana informasi tersebut sebagian kecil berpengetahuan baik
disampaikan secara lisan. Seyogyanya sebanyak 6 responden (10,2%). Hasil
wawasan seseorang dapat diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa nilai p
berbagai sumber, yaitu bisa melalui media value yaitu 0,000 yang berarti adanya
cetak, media elektronik. Informasi yang hubungan antara pendidikan dengan
didapat akan lebih mudah dipahami bukan pengetahuan ibu tentang perkembangan
hanya informasi yang disampaikan secara motorik kasar anak prasekolah, karna
lisan saja, melainkan bisa melalui leaflet, responden yang berpendidikan tinggi akan
banner, dan sebagainya terutama tentang mudah dalam menyerap informasi tentang
perkembangan balita. Hal ini perkembangan motorik kasar pada anak
menunjukkan, bahwa seseorang yang usia pra sekolah, sehingga pengetahuan
memiliki banyak sumber informasi, maka tentang perkembangan motorik kasar pada
akan memiliki pengetahuan yang lebih luas anak usia pra sekolah lebih baik. Namun
pula. sebaliknya, responden yang berpendidikan
rendah akan mengalami hambatan dalam
17
penyerapan informasi tentang tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
perkembangan motorik kasar pada anak tentang perkembangan balita di Posyandu
usia pra sekolah sehingga pengetahuan Rimbaraya Wilayah Kerja Puskesmas
tentang perkembangan motorik kasar pada Klapanunggal Tahun 2018 didapat
anak usia pra sekolah juga lebih rendah. disimpulkansebagai berikut:
Perkembangan seorang 1. Sebagian besar responden berada pada
anakdipengaruhi oleh banyak faktor. tingkat pendidikan tinggi (SMA, PT)
Faktor tersebut merupakan suaturangkaian yaitu sebanyak 36 orang (64,29%).
yang tidak dapat dipisahkan, dimana saling 2. Sebagian besar responden memiliki
terkait antara satudengan yang lainnya. pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak
Menurut Soetjiningsih, (2015), secara 30 orang (53,57%)..
umum faktor utama yang berpengaruh 3. Terdapat hubungan yang signifikan
terhadap perkembangan anak, salah antara tingkat pendidikan dengan
satunya adalah faktor keluarga (pendidikan pengetahuan ibu tentang
ayah/ibu), pendidikan orang tua perkembangan balita di Posyandu
merupakan salah satu faktor yang penting Rimbaraya Wilayah Kerja Puskesmas
untuk tumbuh kembang anak. Karena Klapanunggal Tahun 2018 dengan
dengan pendidikan yang baik, orang tua nilai p value 0,000.
dapat menerima segala informasi dari luar,
terutama tentang cara pengasuhan anak Saran dalam penelitian ini adalah
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan pusat pelayanan kesehatan diharapkan
anak, mendidiknya dan sebagainya. dapat meningkatkan kualitas pelayanan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan, kesehatan, khususnya dalam pemberian
bahwa walaupun sebagian besar responden Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
telahmemiliki tingkat pengetahuan yang ataupun penyuluhan kepada ibu-ibu yang
baik, namun tetap diperlukan memiliki balita tentang perkembangan
upayapeningkatan pengetahuan ibu, balita, sehingga para ibu mengikuti
terutama tentang perkembangan anak usia penyuluhan dan konseling yang dilakukan
balita, baik melalui media massa, maupun oleh pihak/tenaga kesehatan, serta
mengikuti penyuluhan dan konseling yang membawa balitanya secara rutin untuk
dilakukan oleh pihak/tenaga kesehatan, dilakukan Stimulasi Deteksi Intervensi
serta membawa balitanya secara rutin Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang
untuk dilakukan Stimulasi Deteksi dilakukan oleh Puskesmas/Posyandu guna
Intervensi Dini Tumbuh Kembang mengetahui apakah anak berkembang
(SDIDTK) yang dilakukan oleh sesuai tahapan perkembangannya.
Puskesmas/Posyandu guna mengetahui
apakah anak berkembang sesuai tahapan
perkembangannya, sehingga tidak terjadi
permasalahan lanjut yangdapat
menghambat proses perkembangan pada
anak untuk tahap selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasantentang hubungan antara

18
DAFTAR PUSTAKA http://download.portalgaruda.org
/article.php?article=275529&val
Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi =7164&title diakses pada tanggal
Metodologi Penelitian Kebidanan 9 April 2018
Dan Kesehatan Reproduksi. Herlina. 2011. Hubungan Tingkat
Yogyakarta : Nuha Medika
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Pendidikan dengan Pengetahuan
Suatu Pendekatan Praktik. Ibu Tentang Perkembangan
Jakarta: PT Rineka Cipta Motorik kasar Anak Prasekolah
Maharani, Dwi Yupita. 2017. Buku (Usia 4-6 Tahun) di TK Al Akbar
Pintar Kebidanan dan Kabupaten Mojokerto. Program
Keperawatan. Jakarta: Brilliant Studi Kebidanan STIKES Dian
Books
Husada
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
Mojokerto.http://jurnalonline.lpp
Metodologi Penelitian Kesehatan.
mdianhusada.ac.id diakses pada
Jakarta: Rineka Cipta
tanggal 02 Mei 2018
Purwandari, dkk. 2014. Perkembangan
Jurana. 2017. Perkembangan Motorik
Balita Deteksi Dini dan Stimulasi
Kasar dan Halus pada Anak Usia
Tumbuh Kembang Balita. 1-3 Tahun (toddler) di Kelurahan
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mamboro Barat Wilayah Kerja
Soetjiningsih. 2013. Tumbuh Kebang Puskesmas Mamboro. Medika
Anak. Jakarta: EGC Tadulako, Jurnal Ilmiah
Susila dan Suyanto. 2014. Metode Kedokteran, Vol. 4 No. 3.
Penelitian Epidemiologi. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in
dex.php/medikatadulako/article/d
Yogyakarta: Bursa Ilmu ownload/9293.pdf diakses pada
Adini dan Waqidil. 2014. Hubungan tanggal 9 April 2018
Antara Tingkat Pendidikan Ibu Khairayeni, Kuntum. 2015. Gambaran
dengan Perkembangan Balita Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Perkembangan Anak Usia Balita
Kadipaten, Kecamatan di Puskesmas Pengambiran Kota
Bojonegoro, Kabupaten Padang Tahun 2015. Politeknik
Bojonegoro. Program Studi Kesehatan Padang Program Studi
Diploma III Kebidanan D III Keperawatan
Bojonegoro. http://pustaka.poltekkespdg.ac.id/
http//:media.neliti.com/media/pub repository/KTI.KuntumKhairayen
lications/56704-ID-hubungan- i.pdf diakses pada tanggal 18
antara-tingkat-pendidikan-ibu- Maret 2018
d.pdf diakses pada tanggal 02 Mei Kharisma danEfni. 2017. Hubungan
2018. Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh
Ambarwati, dkk. 2014. Tingkat Kembang dengan Perkembangan
Pengetahuan Ibu Tentang Anak Usia 3-4 Tahun di Kelompok
Stimulasi Tumbuh Kembang di Bermain Golden Kids di
Kedung Bule Sradakan Bantul Kecamatan Telanai Pura Kota
Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Jambi. Jurnal Akademika
Samodra Ilmu Vol. 05 No. 02. Baiturrahim Vol.6 No.1 Maret

19
2017.http://stikba.ac.id/journal/ar Kec. Cikarang Utara, Kab. Bekasi
ticle/13&sa.pdf diakses pada Tahun 2016. Akademi
tanggal 9 April 2018 Keperawatan STIKES Medika
Kusumaningtyas. 2016. Faktor Cikarang.
Pendapatan dan Pendidikan http//ww.slideshare.net/mobile/Na
Keluarga terhadap Perkembangan ndalnew/faktor-faktor-yang-
Motorik Halus Anak Usia 3-4 berhubungan-dengan-tingkat-
Tahun. Volume VII Nomor 1. pengetahuan-ibu-tentang-tumbuh-
http://forikes- e- kembang-anak
journal.com/index.php/SF/article/ Rizki, dkk. 2016. Analysis of
view.pdfdiakses pada tanggal 9 Performance Implementing
April 2018 Officers of Stimulation of Early
Lestari, D. P, dkk. 2014.Gambaran Detection and Early Growth and
Pengetahuan Ibu Tentang Tahap Development (SDIDTK) in
Perkembangan Anak Usia 3–5 Keramasan Public Health Centre.
Tahun di Desa Mayangrejo Jurnal Ilmu Kesehatan
Kecamatan Kalitidu Kabupaten Masyarakat, Vol. 7, No. 03.
Bojonegoro Tahun 2014. Akademi https://www.neliti.com/publicatio
Keperawatan Akes Rajekwesi ns/58025.pdf diakses pada tanggal
Bojonegoro. 20 Maret 2018
http://www.neliti.com/id/publicati Susanti dan Rusmawati. 2014.Faktor-
ons/56852/gambaran- Faktor yang Mempengaruhi
pengetahuan-ibu-tentang-tahap- Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap
Perkembangan Motorik Kasar dan
perkembangan-anak-usia35-
Motorik Halus pada Balita Usia 3-
tahun-di-desa-m.pdf diakses pada 5 Tahun di PAUD Al-Adawiyah
tanggal 02 Mei 2018 Sukatani Bekasi Tahun 2014.
Putra. 2016. Faktor-faktor yang Akademi Kebidanan Bhakti
Berhubungan dengan Tingkat Husada Cikarang Bekasi.http://e-
Pengetahuan Ibu Tentang Tumbuh journal.akperakbid-
Kembang Anak di TK Al bhaktihusada.ac.id diakses pada
tanggal 9 April 2018
Mukarromah Desa Karang Baru

20
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL BEKERJA TENTANG
MANAJEMEN ASI PERAH (ASIP) DALAM
RANGKA ASI EKSKLUSIF DI
BPM Bd “E” TAHUN 2018

Istiqomatunnisa,. S.ST,. M.Kes


Akademi Kebidanan Annisa Jaya
Jl. Karanggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup-Bogor

ABSTRAK
Pada tahun 2004 melalui Kemekes RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 dengan menetapkan
target pemberian ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Menurut Profil Kesehatan Provinsi
Jawa Barat tahun 2016, cakupan ASI eksklusif sebanyak 46,4%, sedangkan cakupan ASI
Eksklusif di Kabupaten Bogor sebanyak 52,6%. Hal ini masih dibawah target nasional
sebesar 80%. Dari hasil studi pendahuluan yang mewawancarai 12 orang ibu hamil
berstatus bekerja. Diantaranya 7 orang (58,3%) tidak mengetahui tentang manajemen
ASIP.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
dengan pengetahuan ibu hamil bekerja tentang manajemen ASIPdalam rangka ASI
eksklusif di BPM Bd “E”.Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian yaitu ibu hamil bekerja yang memeriksakan
kehamilannya di BPM Bd E pada Bulan Maret-April 2018. Teknik pengambilan sampel
menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara pembagian kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat
dan bivariat dengan uji chi square.Hasil penelitian diketahui bahwa, responden yang
berpengetahuan kurang dengantingkat pendidikan rendah sebanyak 19 responden (31,7%).
Responden yang berpengetahuan cukup dengantingkat pendidikan tinggi sebanyak 18
responden (30,0%). Namun responden yang berpengatahuan baik dengantingkat
pendidikan tinggi hanya 4 responden (6,7%).Hasil uji chi square diperoleh nilai P=0,018
yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu hamil bekerja tentang manajemen ASIP.Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu
tentang managemen ASIP.Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan agar memberikan penyuluhan tentang ASI perah kepada ibu hamil bekerja
sehingga ibu termotivasi untuk menyusui setelah melahirkan, serta diharapkan kepada
responden untuk lebih aktif mencari informasi yang dapat menambah pengetahuan dalam
memenuhi kebutuhan ASI Eksklusif meskipun ibu bekerja.

Kata Kunci :Pendidikan, Pengetahuan, Management ASIP.

21
ABSTRACT
In the year 2004 through Kemekes RI No. 450 /Menkes /SK /IV/2004 by setting the target
of exclusive breastfeeding of 6 months by 80%. According to the Health Profile of West
Java Province in 2016, exclusive breastfeeding coverage was 46,4%, while Exclusive
Breastfeeding coverage in Bogor Regency was 52,6%. It is still below the national target
of 80%. From the preliminary study that interviewed 12 pregnant women with work status.
Among them 7 people (58,3%) did not know about ASIP management.
The purpose of this research is to know the correlation between education level and
pregnant mother knowledge about ASIP management for exclusive breastfeeding at BPM
Bd "E". The type of this research is descriptive analytic with cross sectional approach.
Population in research that is pregnant mother work that checks her pregnancy at BPM
Bd E in March-April 2018. The sampling technique using total sampling with the amount
of sampel counted 60 respondents. Data collection is done by dividing questionnaire. The
data were analyzed by univariate and bivariate with chi square test. The result of the
research is known that the respondents who are knowledgeable less with the low level of
education are 19 respondents (31,7%). Respondents who are knowledgeable enough with
the level of higher education as much as 18 respondents (30,0%). However, respondents
who are well educated with high education level are only 4 respondents (6,7%). Chi square
test results obtained value P = 0,018 which means there is a significant relationship
between the level of education with knowledge of pregnant women working on ASIP
management.From the research results can be concluded that the level of education can
affect the mother's knowledge about ASIP management. It is expected that health workers
who provide services to provide counseling about breast milk to pregnant women work so
that mothers are motivated to breastfeed after childbirth, and is expected to respondents to
more actively seek information that can increase knowledge in meeting the needs of
Exclusive breastfeeding despite working mother.

Keywords : Education, Knowledge of ASIP Management

PENDAHULUAN Dalam World Breasfeeding Week


disampaikan bahwa tahun 2016 masih
Dalam World Health Assembly yang menunjukzn rata-rata angka pemberian
berlangsung 18 Mei 2001, World Health ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38
Organization (WHO) menyampaikan persen.Pemberian ASI ekslusif di
rekomendasi pemberian ASI eksklusif 6 Indonesia masih sangat memprihatinkan.
bulan dam MPASI setelahnya dengan Berdasarkan data profil kesehatan
tetap memberikan ASI hingga 2 tahun. Indonesia, didapatkan cakupan
Keputusan tersebut telah diadopsi oleh pemberian ASI eksklusif pada bayi
pemerintah Indonesia pada tahun 2004 berumur 0-6 bulan pada tahun 2013 yaitu
melalui Kemekes RI No. sebesar 54,3%. Namun, pada tahun 2013
450/Menkes/SK/IV/2004 dengan mengalami peningkatan bila
menetapkan target pemberian ASI dibandingkan dengan tahun 2012 yang
eksklusif 6 bulan sebesar 80% (Fikawati, sebesar 48,6% (Pusdatin, 2014).Menurut
2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
tahun 2016, cakupan ASIeksklusif

22
sebanyak 46,4%, sedangkan cakupan memberikan ASI eksklusif hingga
ASI Eksklusif di Kabupaten Bogor 6bulan. Rendahnya pengetahuan ibu
sebanyak 52,6%. Hal ini masih dibawah bekerja tentang ASI perah sehingga tidak
target nasional sebesar 80%. memberikan ASI eksklusif kepada
Beberapa kebijakan ditetapkan oleh bayinya.
Pemerintah untuk meningkatkancakupan Dari hasil studi pendahuluan yang
pemberian ASI eksklusif di Indonesia. dilakukan penulis di BPM Bd “E” tahun
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 dengan mewawancarai 12 orang ibu
2012 menginstruksikan kepada hamil berstatus bekerja. Didapatkan 5
pemerintah daerah dan swasta untuk orang (41,7%) telah mengetahui
bekerjasama mendukung pemberian ASI manajemen ASI Perah dan 7 orang
eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (58,3%) tidak mengetahui tentang
(IMD). Melalui Peraturan Pemerintah ini, manajemen ASI Perah. Hal tersebut
pemerintah memformalkan hak dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
perempuan untuk menyusui (termasuk di informasi mengenai ASI Perah.
tempat kerja) dan melarang promosi
pengganti ASI. Pemberian ASI eksklusif
METODE PENELITIAN
dan IMD bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi dan mencegah Penelitian ini menggunakan
kekurangan gizi pada balita (Kemenkes, metode deskriptif analitik dengan
2013). rancangan penelitian cross sectional.
Saat ini tingkat partisipasi pekerja Penelitian dilakukan di BPM Bd
perempuan meningkat dari 48,63% “E”.
menjadi 49,52%. Data Badan Pusat Populasi dalam penelitian ini
Statistik menunjukan pekerja perempuan adalah semua Ibu hamil bekerja, yaitu
jumlahnya sekarang 81,5 juta orang. sebanyak 60 ibu hamil. Pengambilan
Masih banyak ibu menyusui yang bekerja sampel dengan teknik pengambilan
sehingga tidak bisa memberikan ASI sample secara total sampling.
eksklusif kepada bayinya atau kurang Teknik pengumpulan data
optimal dalam memberikan ASI menggunakan data primer.Data primer
eksklusif (BPS, 2014). penelitian ini adalah data yang diperoleh
Berdasarkan hasil penelitian yang dari ibu hamil yang masuk pada sampel
dilakukan oleh Wahyuni di Puskesmas penelitian melalui kuesioner.
Baiturrahman Kota Banda Aceh pada
tahun 2015 didapatkan hasil bahwa dari
56 responden mayoritas pengetahuan ibu HASIL DAN PEMBAHASAN
tentang ASI perah dalah baik 17 orang Tabel 1Distribusi Frekuensi Tingkat
(30,4%), cukup 15 orang (26,8%) dan Pendidikan Ibu Hamil Bekerja di
kurang yaitu sebanyak 24 responden BPM Bd “E”
(42,9%).
Pendidikan f %
Program kelas ibu hamil hampir
Rendah < SMA 29 48,3
semuaBerdasarkan penelitian Wiwi
tahun 2015 data yang didapat dari survey Tinggi ≥ SMA 31 51,7
awal yang dilakukan peneliti dengan 60 100
Total
mewawancarai 10 ibu bekerja
menyatakan bahwa 8 orang (80%) Pada tabel 1 bahwa responden
diantaranya tidak mengetahui tentang yang memiliki tingkat pendidikan rendah
ASI perah dan hanya memberikan ASI sebanyak 29 responden (48,3%), sedang
eksklusif sampai 2 bulan saja dan 2 orang responden memiliki tingkat pendidikan
(20%) menyatakan mengetahui dan

23
tinggi yaitu sebanyak 31 responden
(51,7%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Pengetahuan Ibu Hamil Bekerja
Tentang Manajemen ASIP di BPM
Bd “E”
Pengetahuan f %
Kurang 28 46,7
Cukup 26 43,3
Baik 6 10,0

Total 60 100
Pada tabel 2 bahwaresponden yang
berpengetahuan kurang sebanyak 28
responden (46,7%), responden yang
berpengetahuan cukup sebanyak 26
responden (43,3%), dan responden yang
berpengetahuan baik yaitu sebanyak 6
responden (46,7%).

Tabel 3Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pendidikan dengan


Pengetahuan Ibu Hamil Bekerja Tentang Manajemen ASIP di BPM Bd “E”
Pengetahuan Total P-value
Tingkat Baik
Kurang Cukup
Pendidikan
f % f % f % f %
Rendah 19 31,7 8 13,3 2 3,3 29 48,3 0.018
Tinggi 9 15,0 18 30,0 4 6,7 31 51,7
Total 86 100

Tingkat Pendidikan usaha untuk mengembangkan


Pendidikan adalah salah satu faktor keamampuan didalam maupun diluar
yang dapat mempengaruhi pengetahuan sekolah dan berlangsung seumur hidup
seseorang. Dimana pendidikan adalah (Notoatmodjo, 2012).

24
Berdasarkan hasil penelitian yaitu lingkungan yang tidak mendukung
diketahui bahwa, responden dengan seseorang untuk memiliki pengetahuan
tingkat pendidikan rendah sebanyak 29 yang lebih baik. Dimana, jika komunikasi
responden (48,3%) dan responden dan interaksi dalam masyarakat terhambat
memiliki tingkat pendidikan tinggi memungkinkan berkurangnya
sebanyak 31 responden (51,7%). pengetahuan seseorang. Selain itu,
Penelitian ini berbeda dengan penelitian kurangnya peran tenaga kesehatan dalam
Sunesti (2017) tentang Hubungan memberikan penyuluhan mengenai ASI
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu tentang perah, menyebabkan kurangnya motivasi
ASI Perah dengan Pemberian ASI Perah, terhadap informasi tersebut. Serta
diketahui bahwa 21 responden (58,3%) kurangnya keingintahuan seseorang untuk
masuk dalam kategori tingkat pendidikan mencari informasi tentang ASI perah guna
rendah. memenuhi kebutuhan ASI ekslusif.
Menurut analisa yang dilakukan
oleh peneliti bahwa, tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh dalam Hubungan Tingkat Pendidikan
memberikan respon terhadap suatu hal dengn Pengetahuan
yang baru. Dimana orang yang Berdasarkan penelitian diketahui
berpendidikan tinggi akan memberikan bahwa, responden yang berpengetahuan
respon yang logis terhadap suatu kurang dan dengan tingkat pendidikan
informasi. rendah sebanyak 19 responden
(31,7%).Namun responden yang
berpengatahuan baik dan dengan tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Bekerja pendidikan tinggi hanya 4 responden
(6,7%). Hasil uji statistik dengan
Dari hasil penelitian diketauhi menggunakan uji chi square diperoleh
bahwa responden memiliki pengetahuan nilai P=0,018. Hal tersebut diartikan
yang kurang sebanyak 28 responden bahwa terdapat hubungan yang bermakna
(46,7%) sedangkan responden yang antara tingkat pendidikan dan
berpengetahuan baik sebanyak 6 pengetahuan ibu hamil bekerja tentang
responden (46,7%). Hasil penelitian ini manajemen ASI perah (ASIP).
sejalan dengan penelitian Wahyuni Hasil penelitian sejalan dengan
(2015) tentang Hubungan Pendidikan penelitian Wahyuni (2015), tentang
dan Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan
tentang ASI Perah pada Bayi Usia 0-6 dengan Pengetahuan Ibu tentang ASI
Bulan, dimana sebagian besar ibu Perah pada Bayi Usia 0-6 Bulan yaitu
memiliki pengetahuan kurang sebanyak hasil uji chi square test diperoleh P
24 responden (42,1%). value0,001 < 0,05 yang berarti terdapat
Menurut Wawan dan Dewi hubungan antara pendidikan dengan
(2011) menyatakan bahwa semakin pengetahuan ibu menyusui tentang ASI
rendah tingkat pendidikan seseorang Perah.
maka semakin kurang pengetahuan Penelitian ini sejalan dengan hasil
seseorang.Dan semakin tinggi tingkat penelitian yang telah dilakukan oleh Losu
pendidikan seseorang maka semakin (2013), yang menyatakan bahwa terdapat
banyak pula pengetahuan yang hubunganyangbermakna antara
dimilikinya. pendidikan dengan pengetahuan ibu
Dengan demikian menurut analisa menyusui tentang ASI Perah di Poliklinik
peneliti, pengetahuan seseorang selain RSU Yogyakarta.
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, hal Hal ini sesuai dengan pendapat
ini dapat disebabkan karena faktor lain Wawan dan Dewi (2011), yang

25
menyatakan bahwa semakin rendah 6. Terdapat hubungan tingkat
tingkat pendidikan seseorang maka pendidikan dengan pengetahuan
semakin kurang tingkat pengetahuan ibu hamil bekerja tentang
seseorang. Dan semakin tinggi tingkat manajemen ASIP dalam rangka
pendidikan seseorang maka makin banyak ASI eksklusif di BPM Bd “E”,
pula pengetahuan yang dimilikinya.
dimana hasil uji statistik diperoleh
Dengan demikian peneliti
menganalisa bahwa pengetahuan nilai P=0,018.
seseorang dapat dipengaruhi oleh
pendidikan, dimana umumnya ibu yang Saran dalam penelitian ini adalah
memiliki pendidikan tinggi akan lebih tenaga kesehatan untuk berperan aktif
mudah menerima informasi. Namun dapat dalam memberikan penyuluhan
terlihat bahwa responden yang sebagai upaya promosi kesehatan baik
berpendidikan tinggi lebih banyak bagi ibu maupun bayinya dan
berpengetahuan cukup sedangkan yang mendukung program pemerintah
berpengetahuan baik hanya berjumlah 4 dalam meningkatkan angka
responden. Dari hasil yang diperoleh pemenuhan ASI eksklusif, serta dapat
melalui wawancara hal tersebut menambah pengetahuan dan
dikarenakan faktor kebiasaan dan informasi ibu tentang manajemen
pengalaman dimana ibu lebih memilih
ASIP, supaya menumbuhkan
menggunakan susu formula, tenaga
kesehatan yang tidak secara menyeluruh motivasi ibu agar bersedia memenuhi
dalam memberikan penyuluhan sehingga kebutuhan ASI eksklusif dan tidak
kurangnya motivasi ibu dalam mencari menjadikan pekerjaan sebagai alasan
informasi. Umumnya ibu yang lebih aktif penghambat ibu untuk memberikan
akan terdorong untuk lebih ingin tahu, ASI.
mencari pengalaman sehingga informasi
yang didapat akan diterapkan pada DAFTAR PUSTAKA
kehidupannya terutama bagi ibu yang
bekerja dan menjadi langkah awal bagi ibu Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
hamil bekerja untuk mempersiapkan diri Penelitian Suatu Pendekatan
dalam memenuhi kebutuhan anaknya Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
kelak tanpa perlu khawatir meskipun Astutik. 2015. Asuhan Kebidanan Masa
bekerja Nifas Dan Menyusui. Jakarta:
TIM.
SIMPULAN DAN SARAN Fikawati, dkk. 2015. Gizi Ibu dan Bayi.
Berdasarkan hasil penelitian Jakarta: Rajawali Pers.
yang dilakukan maka dapat Monika. 2014. Buku Pintar ASI dan
disimpulkan bahwa: Menyusui. Jakarta: Noura Books.
4. Distribusi frekuensi tingkat Notoatmoodjo, Soekidjo. 2012.
pendidikan ibu hamil bekerja di BPM Metodologi Penelitian Kesehatan.
Bd E sebagian besar berada pada Jakarta: Rineka Cipta
kategori tinggi yaitu sebanyak 31 Sugiyono. 2013. Penelitian Pendidikan
responden (51,7%). Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
5. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dan R&D. Bandung: Alfabeta
hamil bekerja tentang manajemen Wawan, Dewi. 2010. Teori dan
ASIP dalam rangka ASI eksklusif di Pengukuran Pengetahuan, Sikap
BPM Bd E sebagian besar berada dan Perilaku Manusia.
pada kategori kurang yaitu sebanyak Yogyakarta: Nuha Medika.
28 responden (46,7%).

26
Bigelow, Anne. Enhancing Baby’s First di RS Mardi Rahayu. Journal Of
Relationship: A Parents’ Guide for Midwifery And Health.
Skin-to-Skin Contact with Their
http://akbidmr.ac.id/wp-
Infantshttp://people.stfx.ca/abigel
ow/dvds-mother-infant-skin-to- content/uploads/2016/04/6-draf-
skin-contact.htm diakses pada untuk-jurnal-Dewi-PDP-2013-
tanggal 23/07/2018 pukul 22.12 fix.pdfdi akses pada tanggal
WIB. 09/05/2018 pukul 07:17 WIB
Buckley, K. Charles, G. (2006) Benefits Mezzacappa, E. Katkin. E (2002)
and challenges of transitioning Breastfeeding is associated with
preterm infants to at-breast reduced perceived stress and
feedings. International negative mood in mothersHealth
Breastfeeding Journal 1:13 Psychology 21(2), 187-193
https://internationalbreastfeedingj Moore ER, Anderson GC, Bergman N.
ournal.biomedcentral.com/articles (2009) Early skin-to-skin contact
/10.1186/1746-4358-1-13 di akses
for mothers and their healthy
pada tanggal 23/07/2018 pukul
22:11 WIB newborn infants. Cochrane
Cantini, A. (2008) Pediatric Allergy, Summaries
Asthma, and Immunology. https://www.cochrane.org/CD003
Heidelburg, N.Y. Springer. 519/PREG_early-skin-skin-
contact-mothers-and-their-
Chirico, G. et al (2008).Antiinfective healthy-newborn-infants
Properties of Human Orlando, S (2006) The immunologic
Milk. Journal of Nutrition 138, significance of breast milk.J
1801S–1806 Obstet Gynecol
Neonatal Nurs 24(7), 678-83
Isselmann Disantis, K. (2011). Do infants
fed directly from the breast have Palmer, B. (2008)The Influence of
improved appetite regulation and Breastfeeding on the Development
slower growth during early of the Oral Cavity: A
childhood compared with infants Commentary. Journal of Human
fed from a bottle. The Lactation, Vol.14 No. 2
international journal of behavioral http://www.brianpalmerdds.com/b
feed_oralcavity.htm
nutrition and physical activity 17;8 Sartika, Wiwi. 2015. Hubungan
(1):89 Pengetahuan Ibu Bekerja tentang
Li R, Magadia J et al (2012) Risk of ASI Perah Terhadap Pemberian
bottle-feeding for rapid weight ASI di Puskesmas Simpang Baru.
gain in the first year of lifeArch https://www.google.com/url?sa=t
Pediatr Adolesc Med 166(5):431 &rct=j&q=&esrc=s&source=web
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub &cd=3&ved=2ahUKEwi4r62mzL
med/22566543 di akses pada PcAhVKrI8KHV6IA24QFjACeg
tanggal 23/07/2018 22:11 WIB QIARAC&url=http%3A%2F%2F
Kusumaningtyas, Dewi. dkk. 2013. jurnal.husadagemilang.ac.id di
Hubungan Pengetahuan tentang akses pada tanggal 01/05/2018
ASI Eksklusif terhadap Pemberian pukul 18:06 WIB
ASI Perah pada ibu yang Bekerja

27
Sunesti, Dea, dkk. 2017.Hubungan Wulandari, Anestesia, dkk. 2013.
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Hubungan Tingkat Pengetahuan
tentang ASI Perah dengan Praktek dan Sikap Terhadap ASI Perah
Pemberian ASI Perah. Vol 3, No 2 (ASIP) dengan Praktik Pemberian
(2018). ASIP pada Ibu Bekerja di
http://ejournal.kopertis10.or.id/ind Kelurahan Tandang Kecamatan
ex.php/endurance/article/view/31 Tembalang Kota Semarang. Jurnal
91/1093 di akses pada tanggal UNIMUS.
17/07/2018 pukul 11:06 WIB. http://download.portalgaruda.org/
Sari, Jayanti. 2015. Hubungan status ibu article.php?article=144877&val=4
bekerja dengan Pemberian ASI 22&title= di akses pada tanggal
Eksklusif pada Ibu Menyusui. 04/05/2018 pukul 12:13 WIB.
http://digilib.unisayogya.ac.id/77/ ____.Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat. 2016.
1/NASKAH%20PUBLIKASI%20
http://www.depkes.go.id/resource
Jayanti%20Laela%20Sari%20201 s/download/profil/PROFIL_KES_
410104058.pdf di akses pada PROVINSI_2016/12_Jabar_2016.
tanggal 03/05/2018 pukul 09:25 pdf di akses pada tanggal
WIB 21/04/2018 pukul 03:37 WIB.
Wahyuni. 2015. Hubungan Pendidikan ____.http://nativemothering.com/2012/0
dan Pekerjaan dengan 4/are-there-differences-between-
Pengetahuan Ibu tentang ASI breastfeeding-directly-and-bottle-
Perah pada Bayi Usia 0-6 Bulan di feeding-expressed-milk/
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ____.http://repository.ump.ac.id/4422/3/
Baiturrahman Kota Banda Rizki%20Ramadhan%20BAB%2
Acehhttp://simtakp.uui.ac.id/docju 0II.pdfdi akses pada tanggal
rnal/SRI_WAHYUNI_ARISKA- 07/07/2018 pukul 16:13 WIB.
jurnal.pdfdi akses pada tanggal ____.Pusat Data dan Informasi
04/05/2018 pukul 12:12 WIB. Kementerian Kesehatan RI.
Wati, Farida. 2014. Gambaran Tingkat Jakarta Selatan.
Pengetahuan dan Sikap Ibu http://www.pusdatin.kemkes.go.id
Pekerja tentang ASI Perah. /resources/download/pusdatin/info
http://repositori.uin- datin/infodatin-asi.pdfdi akses
alauddin.ac.id/6512/1/NUR%20F pada tanggal 01/05/2018 pukul
ARIDA%20WATI_opt.pdfdi
19:13 WIB
akses pada tanggal 04/05/2018
pukul 12:11 WIB.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


GIZI SEIMBANG PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI
BALITA DI POSYANDU RIMBARAYA WILAYAH

28
KERJA PUSKESMAS KLAPANUNGGAL
TAHUN 2018

Nura Suciati Fauzia, S.ST,. M.KM


Akademi Kebidanan Annisa Jaya
Jl. Kranggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup-Bogor

ABSTRAK
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Setiap
balita memerlukan nutrisi dengan menu seimbang disesuaikan dengan kebutuhan. Jika
pemberian nutrisi pada anak balita kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
maka pertumbuhan dan perkembangan balita akan berjalan lambat.Hasil penelitan seksi
gizi dinas kesehatan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014, menunjukkan bahwa 17,39%
balita kurang gizi dan 8,76% balita gizi buruk.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada balita dengan status gizi balita di
Posyandu Rimbaraya wilayah kerja Puskesmas Klapanunggal tahun 2018. Metode
penelitianini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.Teknik
pengambilan sampel adalah random sampling dengan jumlah responden 56 ibu dan 56
balita. Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, entry, dan tabulating.
Analisa data dilakukuan secara univariat dan bivariat. Menggunakan rumus presentasi dan
uji chi-square.Hasil penelitian univariat menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita
memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi seimbang sebanyak 28 responden (50%),
dan sebagian besar responden memiliki balita dengan status gizi normal sebanyak 41 balita
(73,2%). Sedangkan hasil analisis uji chi-square menyebutkan terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi seimbang balita dengan status gizi balita di Posyandu
Rimbaraya wilayah kerja Puskesmas menunjukkan nilai ρ = 0,017. Namun walaupun
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi seimbang pada
balita namun tidak sedikit pula responden yang memiliki pengetahun kurang tentang gizi
seimbang pada balita. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
tentang gizi seimbang pada balita dapat berpengaruh terhadap status gizi balita. Masih
banyaknya pengetahuan ibu yang cukup tentang gizi seimbang maka di perlukan
peningkatan pengetahuan terutama tentang gizi balita baik melalui media masa maupun
penyuluhan oleh tenaga kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Status Gizi

ABSTRACT
Infancy is an important period in the process of human growth and development. Each toddler
requires nutrition with a balanced menu tailored to the needs. If the provision of nutrition in children

29
under five is not good in terms of quality and quantity then the growth and development of children
will run slowly. The result of study of nutrition section of health office in West Java Province in
2014, showed that not less than 17,39% malnourished children under five and 8.76% balita
malnutrition.The purpose of the study was to determine the relationship between the level of
maternal knowledge about balanced nutrition in children under five with nutritional status of
toddlers in the Rimbaraya Posyandu the working area of the Klapanunggal Health Center in
2018.The method of this research is analytical descriptive with cross sectional approach. Sampling
technique is random sampling with the number of respondents 56 mothers and 56 children under
five. Data processing is done by editing, coding, entry, and tabulating. Data analysis is done
univariat and bivariate. Using presentation formulas and chi-square test.The result of univariate
research showed that most of the mothers have enough knowledge about balanced nutrition as much
as 28 respondents (50%), and most of the respondents have children with normal nutrition status of
41 balita (73,2%).While result of chi-square test analysis mention there is correlation between
mother knowledge level about balita balita nutrition with child nutrition status at Posyandu
Rimbaraya working area of health center show value ρ = 0,017. However, although most
respondents have sufficient knowledge about balanced nutrition in toddlers but not a few
respondents who have less knowledge about balanced nutrition in toddlers
From the research results can be concluded that the level of knowledge about balanced nutrition in
infants can affect the nutritional status of children.There is still sufficient knowledge of mothers
about balanced nutrition then in need of increased knowledge, especially about the nutrition of the
toddler either through mass media or counseling by health personnel.

Keywords :Maternal Knowledge, Nutritional Status of Children

PENDAHULUAN dan 8,76% balita gizi buruk (Kemenkes RI,


2015).
Menurut laporan organisasi Penimbangan balita di Kabupaten
kesehatan World Health Organization Bogor pada tahun 2016, dengan jumlah
(WHO), permasalahan gizi dapat balita yang ditimbang sebanyak 443.241
ditunjukkan dengan besarnya angka balita, dengan hasil penimbangan untuk
kejadian gizi buruk yang menunjukkan klasifikasi berat badan sangat kurang
kesehatan masyarakat Indonesia terendah sebanyak 4.011 balita (0,90%), untuk
di ASEAN, dan menduki peringkat ke klasifikasi berat badan kurang sebanyak
142 dari 170 negara.Data yang terdapat di 23.302 balita (5,26%), klasifikasi berat
dalam WHO 2016 yaitu, Prevalensi gizi badan normal sebanyak 408.414 balita
buruk dan gizi kurang pada Balita (92 %), dan klasifikasi berat badan lebih
terdapat sebesar 17,8%(Primadi, 2017). sebanyak 7.513 balita (1,70%)(Dinkes,
Data yang terdapat di dalam Hasil 2016).
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 Pengetahuan gizi ibu yang
balita di Indonesia yang mengalami kurang akan berpengaruh terhadap status
masalah gizi, terutama balita dengan gizi balitanya dan akan sukar memilih
tinggi badan kurang sebesar 23,4%, makanan yang bergizi untuk anaknya dan
balita dengan gizi buruk 3,4% dan 14,4% keluarganya. Gizi yang baik adalah gizi
gizi kurang, terdapat 8,5% balita sangat yang seimbang, artinya asupan zat gizi
pendek dan 19,0% balita harus sesuai dengan kebutuhan tubuh.
pendek(Primadi, 2017). Gizi kurang pada balita menyebabkan
Hasil penelitan seksi gizi dinas pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan
kesehatan di Provinsi Jawa Barat pada terganggu, hal ini disebabkan karena
tahun 2014, menunjukkan bahwa tidak kurangnya konsumsi protein dan
kurang dari 17,39% balita kurang gizi kurangnya energi yang diperoleh dari
makanan(Nainggolan, 2011).

30
Berdasarkan hasil penelitian dari ibu memiliki balita yang masuk pada
tentang pengetahuan ibu tentang gizi sampel penelitian melalui kuesioner.
seimbang pada balita yang di lakukan di
Desa Citereup Kec. Dayeuhkolot Kab.
Bandung. Hasil penelitian menunjukkan HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa 102 orang yang memiliki Tabel 1Distribusi Frekuensi
pengetahuan yang baik 70 orang Responden Berdasarkan Tingkat
(68,6%), 24 orang (23,5%) yang Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
memiliki pengetahuan yang cukup, dan 8 Seimbang pada Balita
orang (7,9%) yang memiliki
Pengetahuan f %
pengetahuan (Fikri, 2016).
Kurang 24 42,9
Berdasarkan hasil penelitian
tentang status gizi pada balita Cukup 28 50
menunjukkan bahwa dari 112 responden 4 7,1
Baik
terdapat 76 responden (67.85%) yang
memiliki balita yang berstatus gizi baik Total 56 100
dan 35 responden (31.25%) memiliki Pada tabel 1 bahwa responden
balita yang berstatus gizi cukup sebagian besarmempunyai pengetahuan
sedangkan 1 responden (0.89%) yang yang cukup, yaitu sebanyak 28 orang (50
memiliki balita berstatus gizi kurang %), responden yang mempunyai
(Nurfanny, 2015). pendidikan kurang sebanyak 24 orang
Berdasarkan hasil studi (42,9%) dan responden dengan
pendahuluan tentang tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 4 orang
pengetahuan ibu tentang gizi seimbang (7,1%).
pada balita yang dilakukan di Posyandu
Rimbaraya tahun 2018 dari 7 responden, Tabel 2 Distribusi Frekuensi
yang memiliki pengatahuan baik Responden Berdasarkan Status
sebanyakan 4 responden (57,1%), dan Gizi Balita
yang memiliki pengetahuan kurang
Status Gizi f %
sebanyak 3 responden (42,9%).
Tidak normal 15 26,8
METODE PENELITIAN Normal 41 73,2
Penelitian ini menggunakan Total 56 100
metode deskriptif analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional. Pada tabel 2 bahwa sebagian
Penelitian dilakukan di Posyandu besar responden memiliki balita dengan
Rimbaraya Desa Bantarjati, Ke. status gizi normal, yaitu sebanyak 41
Klapanunggal Kab. Bogor. orang (73,2%).Sedangkan yang meiliki
Populasi dalam penelitian ini gizi tidak normal sebanyak 15 orang
adalah semua Ibu yang memiliki balita, (26,8%).
yaitu sebanyak 123responden.
Pengambilan sampel dengan teknik
pengambilan sample secara accidental
sampling.
Teknik pengumpulan data
menggunakan data primer.Data primer
penelitian ini adalah data yang diperoleh

Tabel 3Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang pada


Balita dengan Status Gizi Balita di Posyandu Rimbaraya

31
Status Gizi Total Pvalue
Tidak
Normal
Pengetahuan Normal
f % f % f %
Kurang 11 19,6 13 23,2 24 64 0.017
Cukup 3 5,4 25 44,6 28 50
Baik 1 1,8 3 5,4 4 36
Total 17 26,8 39 73,2 56 100

32
Pengetahuan kurangnya pengetahuan dapat pula
Berdasarkan hasil penelitian disebabkan oleh sebagian besar responden
menunjukkan bahwa dari 56 responden adalah iburumah tangga yang lebih banyak
terdapat sebagian besar responden di dalam rumah dari pada berada di luar
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup rumah sehingga memungkinkan responden
yaitu sebanyak 28 responden (50%) memiliki pengetahuan terbatas, dan
tentang pengetahuan ibu tentang gizi kurangnya minat membaca buku terutama
seimbang pada balita, responden yang buku tentang kesehatan yang berkaitan
memiliki pengetahuan kurang yaitu dengan gizi.
sebanyak 24 responden (42,9%), dan
sebagian kecil responden memiliki Status Gizi
pengetahuan yang baik sebanyak 4 Berdasarkan hasil penelitian
responden (7,1%). menunjukkan bahwa sebagian besar
Hasil penelitian tersebut selaras responden memiliki balita dengan status
dengan penelitian yang dilakukan oleh gizi normal yaitu sebanyak 41 balita
Melati pada tahun 2014 tentang hubungan (73,2%), sedangkan lainnya memiliki
pengetahuan ibu dan katersediaan pangan status gizi tidak normal yaitu sebanyak 15
denggan status gizi balita di kelurahan balita (26,8%).
Kurao yang menyatakan bahwa responden Status gizi adalah keadaan tubuh
dengan pengetahuan rendah 18 orang sebagai akibat konsumsi makanan dan
(46,2%)(Melati, 2014). penggunaan zat-zat gizi. Dibedakana
Hasil penelitian tersebut selaras antara status gizi buruk, kurang, baik, dan
dengan penelitian Wahyani 2015 lebih. Konsumsi makanan berpengaruh
tentang hubungan ibu tentang gizi terhadap status gizi seseorang. Status gizi
seimbang dengan status gizi balita di baik atau status gizi optimal terjadi bila
wilayah kerja Puskesmas Pleret tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
diketahui bahwa sebagaian besar digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan petumbuhan fisik,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
perkembangan otak, kemampuan kerja dan
balita dalam kategori tinggi yaitu kesehatan secara umum pada tingkat
sebanyak 254 responden (76,5%) , setinggi mungkin. (Paradiba 2012).
responden dengan pengetahuan sedang Hasil penelitian tersebut sesuai
sebanyak 77 responden (23,2%), dan dengan penelitian yang dilakukan oleh
responden dengan pengetahuan rendah Devi pada tahun 2010 tentang hubungan
sebanyak 1 responden (0,3%)(Wahyani pengetahuan ibu tentang gizi seimbang
2015). dengan status gizi balita yang menyatakan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada bahwa dari 1200 terdapat 582 (49%)
beberapa faktor yang mempengaruhi dengan masalah gizi kurang.Masalah gizi
pengetahuan seseorang yaitu pendidikan, kurang pada balita ini disebabkan oleh
media masa/sumber informasi, sosial berbagaipenyebab, salah satu penyebab
budaya dan ekonomi, lingkungan, dan masalah gizi pada balita ialah akibat
pengalaman. konsumsi makanan yang tidak baik,
Dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga energi yang masuk dan keluar
dapat diketahui bahwa masih banyak ibu tidak seimbang. Tubuh memerlukan
dengan pengetahuan kurang karena sumber pemilihan makanan yang baik agar
informasi yang diperoleh masih kurang dan

33
kebutuhan gizi terpenuhi dan fungsi tubuh gizi tidak normal sebanyak 1 balita (1,8%)
berjalan dengan baik. (Devi, 2010). dan balita yang status gizi normal sebanyak
Status gizi yang tidak normal 3 balita (5,4%). Hasil uji data dengan
dapat dipengaruhi oleh faktor kejadian menggunakan uji chi-square menunjukkan
infeksi dan asupan zat gizi. Secara tidak nilai ρ = 0,017 yang berarti terdapat
langsung dipengaruhi oleh ketersediaan hubungan yang bermakna antara tingkat
pangan, higiene sanitasi lingkungan, dan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang
tingkat pendidikan ibu. Sedangkan status dengan status gizi balita.
gizi normal mendapatkan asupan yang baik Hasil penelitian ini sesuai dengan
dan terpenuhi. penelitian yang dilakukan Oktalinda dan
Dari hasil penelitian yang Triwibowo (2012) tentang hubungan
dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan
besar balita berada pada status gizi normal status gizi balita di Posyandu Dusun
karena dapat di pengaruhi oleh asupan gizi Modopuro Kecamatan Mojosari Mojokerto
yang cukup terpenuhi oleh balita karena terdapat 70 orang responden. Hasil
sumber bahan makanan tidak terlalu sulit penelitian tersebut menjelaskan bahwa ada
untuk didapatkan oleh ibu untuk memenuhi hubungan yang bermakna antara
kebutuhan makanan sehari-hari. Dan ada pengetahuan ibu dengan status gizi balita
pun balita yang memiliki status gizi tidak dengan p value 0,001. (Oktalinda dan
normal hal ini dapat dipengaruhi oleh Triwibowo, 2012).
asupan makanan yang masuk kedalam Adanya hubungan antara tingkat
tubuh makanan yang tidak baik misalnya pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan
jajan sembarangan atau makan hanya status gizi balita di Posyandu wilayah kerja
seadanya Puskesmas Klapanunggal. Semakin baik
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita
Hubungan Antara Tingkat maka akan semakin baik status gizi balita.
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Hal tersebut disebabkan semakin baik
Seimbang pada Balita dengan Status tingkat pengetahuan tentang gizi balita,
Gizi Balita di Posyandu Rimbaraya maka ibu akan semakin dapat memberikan
Berdasarkan hasil penelitian makanan dengan kandungan gizi
menunjukan bahwa dari 56 responden yangdibutuhkan balita. Asupan makanan
dijelaskan bahwa responden dengan yang bergizi pada balita akan sangat
pengetahuan kurangsebanyak 24 berpengaruh terhadap status gizi balita.
responden (42,9%) diantaranya memiliki Perilaku ibu ditentukan oleh
balita dengan status gizi tidak normal pengetahuannya mengenai suatu hal.
sebanyak 11 balita (19,6%) dan balita Penelitian sebelumnya menunjukkan
dengan status gizi normal sebanyak 13 bahwa sebagian besar ibu memiliki
balita (23,2%). Responden yang pengetahuan baik dengan status gizi balita
pengetahuannya cukup sebanyak 28 normal dan sebagian besar ibu dengan
resoponden (50%) diantaranya memiliki status balita tidak normal memiliki
balita dengan status gizi tidak normal pengetahuan yang kurang. Tingkat
sebanyak 3 balita (5,4%) dan balita dengan pengetahuan ibu tentang gizi yang tinggi
status gizi normal sebanyak 25 balita dapat mempengaruhi pola makan balita dan
(44,6%). Dan responden dengan akhirnya akan mempengaruhi status gizi
pengetahuan baik sebanyak 4 responden balita. Jika pengetahuan ibu baik, maka ibu
diantaranya memiliki balita dengan status dapat memilih dan memberikan makan

34
bagi balita baik dari segi kualitas maupun
kuantitas yang dapat memenuhi angka Saran dalam penelitian ini adalah
kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh balita ibu balita setiap bulan datang ke posyandu
sehingga dapat mempengaruhi status gizi agar dapat terus memantau status gizi
balita tersebut. balitanya terutama ibu yang memiliki balita
Ibu yang berpengetahuan baik dengan status gizi kurus, memperhatikan
maka akan memberikan makanan yang pola makan balita sehari-hari. Saran untuk
baik sesuai kebutuhan sehingga balita tenaga kesehatan untuk lebih
memiliki status gizi normal. Sedangkan meningkatkan pelayanan kesehatan dan
balita yang memiliki status gizi tidak lebih sering mengadakan penyuluhan
normal bisa karena kurangnya pengetahaun tentang gizi seimbang pada balita agar ibu
ibu tentang gizi seimbang sehingga balita mendapatkan banyak wawasan
makanan yang diberikan kepada balita tentang gizi seimbang.
tidak diatur sesuai kebutuhannya. Adapun
ibu yang memiliki pengetahuan kurang
tetapi memiliki balita dengan status gizi
normal itu karena asupan makanan yang di
dapatkan oleh balita cukup terpenuhi
karena sumber makanan mudah didapatkan
sehingga balita tidak kekurangan makanan.

SIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil penelitian mengenai hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
seimbang dengan status gizi balita di
Posyandu Rimbaraya wilayah kerja
Puskesmas Klapanunggal tahun 2018
sebagai berikut:
1. Sebagian besar memiliki tingkat
pengetahuan cukup yaitu sebanyak
28 responden (50%), sedangkan
sebagian kecil responden memiliki
tingkat pengetahuan yang baik yaitu
sebanyak 4 responden (7,1%).
2. Sebagian besar responden memiliki
balita dengan status gizi normal
sebanyak 41 balita (73,2%), sedangkan
lainnya berada pada status gizi tidak
normal sebanyak 15 balita (26,8%).
3. Hasil uji data dengan menggunakan uji
chi-square menunjukkan nilai ρ =
0,017 sehingga hasil menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi seimbang dengan status gizi balita.

35
DAFTAR PUSTAKA https://media.neliti.com diakses tanggal
15 Juli 2018
Wawan dan Dewi, 2010, Teori dan Melati, Atria, 2014. Hubungan
Pengukuran Pengetahuan, Pengetahuan Ibu Dan
Sikap dan Perilaku Ketersedian Pangan Dengan
Manusia,Yogyakarta : Nuha Status Gizi Balita. Jurnal online
Medika : http://pustaka.poltekkes-
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Ilmu pdg.ac.id/repository
Gizi. Jakarta: Gramedia PustakaUtama. /Karya_tulis_ilmiah.pdf.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Diakses pada tanggal 13 Juli
Penelitian. Jakarta : Rineka 2018
Cipta Miftahul, 2016. Hubungan Tingkat
Arikunto, Suharsimi, 2008“ Prosedur Pengetahuan Orang Tua
Penelitian Suatu Pendekatan Dengan Status Gizi Anak Di
Praktik” Rineka Cipta Bawah 5 Tahun Di Posyandu
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Wilayah Kerja Puskesmas
Kehidupan. Jakarta:Penerbit Nusukan Surakarta. Jurnal
Buku Kedokteran EGC. online:
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi http://eprints.ums.ac.id/4329
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rinek 7/17/
cipta Naskah%20Publikasi.pdf.
Notoatmodjo, S. 2012. Metode Diakses pada tanggal 16 Juli
Penelitian Kesehatan. Jakarta : 2018
Rineka Cipta Nurfanny, 2015. Hubungan Tingkat
Proverawati dan Asfuah, 2009 Buku Ajar Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Gizi Untuk Kebidanan, Berimbang Dengan Status Gizi
Yogyakarta : Nuha Medika Balita Di Desa Bulogading Ke.
Susila & Suyanto, 2014. Metode Bontonompo Kab. Gowa.
Penelitian Epidemiologi. Yogyakarta : Jurnal online :
Bursa Ilmu Kerangkajen http://repositori.uin-
Ermalena, 2017. Indikator Kesehatan alauddin.ac.id. Diakses pada
SDGs DI Indonesia . Jurnal tanggal 10 Mei 2018
Online : http://ictoh- Oktalinda, R dan Triwibowo, H. (2012).
tcscindonesia.com di akses Hubungan Antara Tingkat
pada tanggal 8 Juli 2018 Pengetahuan Ibu Balita dengan
Kemenkes RI 2014. Pedoman Gizi Status Gizi Balita (1-5 tahun) di
Seimbang.Online : Posyandu Dusun Modopuro
http://gizi.depkes.go.id. Desa Modopuro Kecamatan
Diakses pada tanggal 13 Mei Mojokerto. Jurnal
2018 Keperawatan STIKES Bina
Kemenkes RI, 2011. Standar Sehat PPNI. Vol. 01. No.3
Antropometri Penilaian Status diakses pada tanggal 10 Mei
Gizi Anak. Diakses pada 2018
tanggal online Paradiba, 2012. Hubungan Antara Pola
http://gizi.depkes.go.id 8 Juli Makan Dengan Status Gizi
2018 Pada Anak Uisa Pra Sekolah
Labada, Agesti dkk. 2016 Hubungan Sekolah Di Wilayah Puskesmas
Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi Samata Kabupaten Gowa.
Balita Yang Berkunjung Di Puskesmas Jurnal online :
Bahu ManadoJurnal online : http://repositori.uin-

36
alauddin.ac.id. Diakses pada Puskesmas Pleret Bantul
tanggal 8 Mei 2018 Yogyakarta. Jurnal online :
Saparudin, 2017 Hubungan Tingkat http://digilib.unisayogya.ac.id
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi diakses tanggal 19 Juli 2018.
Dengan Status Gizi Pada Wahyuni, 2009. Hubungan Tingkat
Balita DiPuskesmas Tegalrejo Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Kota Yogyakrta. Jurnal online : Dengan Status Gizi Anak Balita
http://digilib.unisayogya.ac.id. Di Desa Ngemplak Kecamatan
Diakses pada tanggal 4 Mei Karang Pandang Kabupaten
2018 Karanganyar diaskes pada
Sarlis dan Cindy, 2016. Faktor tanggal 12 Juli 2018
Berhubungan Dengan Status Wijayanti, Santik dan Triska Sulila
Gizi Status Gizi Balita Di Nidya. 2017. Hubungan
Puskesmas Sidomulyo Penerapan Perilaku Kadarzi
Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal (Keluarga Sadar Gizi) dengan
online: Status Gizi Balita di Kabupaten
ejournal.kopertis10.or.id/index Tulungagung. Jurnal online :
.php/endurance/article/downlo https://www.researchgate.net
ad/2074/93. Diakses pada /publication
tanggal Diakses pada tanggal /322851328_Pengaruh_Kesiap
16 Juli 2018. an_Penerimaan_Pengguna_Ter
Wahyani, 2015. Hubungan Tingkat hadap_Penerapan_Sistem_Info
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi rmasi_diantara_Lembaga_Keu
Balita Dengan Status Gizi angan_Mikro_Syariah diaskes
Balita Di Wilayah Kerja pada tanggal 10 Juli 2018.

37
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB
DENGAN MINAT PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI
INTRA UTERINEDEVICE (IUD) DI BPM NY. I
CILEUNGSI TAHUN 2018

Ida Nuraida, S.ST,. M. Kes


Akademi Kebidanan Annisa Jaya
Jl. Kranggan No. 30 Desa Puspasari Citeureup-Bogor

ABSTRAK
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi telah
meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di
Sub-Suhara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak
signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. berdasarkan
prasurvey di BPM Ny. I Cileungsi pemakaian Kontrasepsi suntik lebih diminati dari pada
pemakaian Kontrasepsi IUD. Dari populasi 40 orang, penulis mengambil sampel 10
akseptor KB yang tidak mengetahui Alat Kontrasepsi IUD sebanyak 6 orang (40%) dan
yang mengetahui sebanyak 4 orang (26,6%). Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat
Pengetahuan Akseptor KB Dengan Minat Pemakaian Alat Kontrasepsi Intra Uterine
Device (IUD).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan
survey, dan akseptor KB sebagai responden yang berjumlah 40 responden dengan alat yang
digunakan adalah kuisioner. Kuisioner kemudian diisi oleh responden. Data yang sudah
diperoleh kemudian dimasukkan kedalam aplikasi statistik untuk pengujian statistik.
Tingkat pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian
kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di BPM Ny. I Cileungsi responden yang memiliki
pengetahuan kurang sebagian besar mempunyai minat sedang 20 responden (50,0%), dari
responden yang memiliki pengetahuan kurang dan minat nya rendah yaitu 7 responden
(17,5%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik hanya 1 (2,5%) yang
memiliki minat tinggi. Tidak ada Hubungan tingkat pengetahuan Akseptor KB dengan
minat pemakaian alat kontrasepsi Intra uterine Device (IUD).

Kata Kunci : Pengetahuan, Akseptor KB, dan Minat

38
ABSTRACT
According to the world Health Organization (WHO) (2014) knowledge is
increasing in many parts of the world, especially in Asia and Latin America and lowest in
Sub-Suhara Afrila. Globally, the user of modern contraceptives has risen insignificantly in
1990 to 7.4 % by 2014.Based on prasurvey in BPM Ny. I Cileungsi of injectable
contraception is more desirable than IUD contraception use. From population 40 people,
writer take 10 KB acceptor sample who do not know about IUD conraception counted 6
people (40%) and who know as many as 4 people (26,6%). To know the relation of
knowledge level of KB acceptor with interest of IUD contraception usage.
The type of research used is analytical reseacrh with survey approach, and
acceptor KB as respondents amounting to 40 respondents with the tool used is quesioner
then filled by the respondent. The data already obtained is then entered into the statistical
application for statistical testing. Knowledge level of family planning acceptors on IUD
contraception with interest in contraceptive use intra uterine device (IUD) in BPM Ny. I
Cileungsi respondents who have less knowledge mostly have moderate interest 20
respondents (50,0%), and respondents who have low knowledge and low interest is 7
respondents (17,5%), while the respondent who has good knowledge only, 1 (2,5%) who
have high interest. There is on relation between knowledge of family planning acceptors
with interest in using intra uterine device (IUD). Keywords knowledge, KB acceptor, and
interests.

Keywords :Knowledge, KB Acceptors, and interests

PENDAHULUAN pengalaman efek samping. Kebutuhan


yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi
Menurut World Health masih terlalu tinggi (WHO, 2014).
Organization (WHO) (2014) Sebagian besar metode
penggunaan kontrasepsi telah meningkat kontrasepsi, AKDR juga memiliki
di banyak bagian dunia, terutama di Asia kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dan Amerika Latin dan terendah di Sub- dari metode kontrasepsi AKDR yaitu:
Suhara Afrika. Secara global, pengguna dapat dipakai oleh semua perempuan
kontrasepsi modern telah meningkat dalam usia reproduksi, sangat efektif
tidak signifikan dari 54% pada tahun (0,8% kehamilan per 100 perempuan
1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. dalam tahun pertama) segera setelah
Secara regional, proporsi pasangan usia pemasangan,reversibel, berjangka
subur 15-49 tahun melaporkan panjang(dapat sampai 10 tahun tidak
penggunaan metode kontrasepsi modern perlu ganti), dan meningkatkan
telah meningkat minimal 6 tahun hubungan seksual karena tidak perlu
terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi takut untuk hamil (Mulyani dan
27,6%, di Asia telah meningkat dari Rinawati, 2013). Dengan AKDR CuT-
60,9% menjadi 61,6%, sedangkan 380A, tidak ada efek samping hormonal
Amerika latin dan Karibia naik sedikit serta tidak mempengaruhi produksi dan
dari66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan kualitas ASI. Selain itu AKDR dapat
225 juta perempuan di negara-negara dipasang segera setelah abortus bila
berkembangan ingin menunda atau tidak ada infeksi sehingga dapat
menghentikan kesuburan tapi tidak membantu mencegah kehamilan
menggunakan metode kontrasepsi ektopik. Keuntungan lainnya yaitu
apapun dengan alasan sebagai berikut: AKDR dapat digunakan sampai
terbatas pilihan metode kontrasepsi dan

39
menopause, 1 tahun atau lebih setelah kontrasepsi baik MKJP maupun Non
haid terakhir (Pinem, 2009). MKJP dengan nilai p=<0,05.
Hasil prevalensi KB di Berdasarkan Studi pendahuluan
Indonesia berdasarkan Survei yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
Pemantauan Pasangan Usia Subur tahun 06 Mei 2018 dari 10 akseptor KB yang
2013 mencapai angka 65,4% dengan tidak mengetahui Alat Kontrasepsi IUD
metode KB yang didominasi oleh sebanyak 6 orang (40%) dan yang
peserta KB suntikan (36%), pil KB mengetahui sebanyak 4 orang (26,6%).
(15,1%), Implant (5,2%), IUD
(4,7%),dan MOW (2,2%). Hasil tersebut METODE PENELITIAN
sedikit menurun jika dibandingkan
Penelitian ini menggunakan
dengan hasil survei tahun 2009-2011
metode deskriptif analitik dengan
prevalensi KB cenderung tetap pada
rancangan penelitian cross sectional.
kisaran angka 67,5% (BKKBN, 2013).
Penelitian dilakukan di BPM Ny. I
Secara nasional sampai bulan Juli 2014
Cileungsi Kab. Bogor.
sebanyak 4.309.830 peserta KB bau
Populasi dalam penelitian ini
didominasi oleh peserta Non MKJP
adalah semua akseptor KB yang sedang
yaitu sebesar 69,99%, sedangkan untuk
mengikuti program berencana, yaitu
peserta MKJP hanya sebesar 30,01%
sebanyak 40responden. Pengambilan
(BKKBN, 2014). Sejalan dengan hasil
sampel dengan teknik pengambilan
Data Riset Kesehatan Dasar
sample secara total sampling.
(RISKESDAS) menunjukkan bahwa
Teknik pengumpulan data
pada tahun 2013 wanita usia 15-49 tahun
menggunakan data primer.Data primer
dengan status kawin sebesar 59,3%
penelitian ini adalah data yang diperoleh
PUSmenggunakan KB modern (Implan,
dari ibu memiliki balita yang masuk pada
MOW, MOP, IUD, Kondom, Suntik
sampel penelitian melalui kuesioner.
dan pil), dan 0,4% menggunakan KB
tradisional (MAL, Kalender dan
Senggama terputus). Selain itu HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 24,7% PUS pernah melakukan
KB dan 15,5 tidakmelakukan KB. Tabel 1Distribusi Frekuensi
Metode kontrasepsi yang paling banyak Responden Berdasarkan Tingkat
digunakan oleh peserta KB baru ialah Pengetahuan Akseptor KB
suntik sebanyak 48,56% (Kemeskes RI, Pengetahuan f %
2014). Kurang 1 2,5
Hasil penelitian (Nuryati dan
Cukup 6 15,0
Fitria, 2014), tentang pengaruh faktor
internal dan faktor eksternal terhadap Baik 33 82,5
pemilihan alat kontrasepsi pada 40 100
Total
akseptor KB baru di Kabupaten Bogor
dengan hasil penelitian diketahui faktor Pada tabel 1 bahwa responden
internal (umur, pendidikan, status sebagian besar responden memiliki
bekerja, jumlah anak dan tujuan tingkat pengetahuan yang baik yaitu
menggunakan alat kontrasepsi) tidak sebanyak 1 responden (2,5%), sedangkan
mempengaruhi dalam pemilihan alat yang cukup yaitu sebanyak 6 responden
4kontrasepsi baik MKJP maupun Non (15,0%), dan sebagian responden
MKJP dengan nilai p=>0,05, sedangkan berpengetahuan kurang yaitu sebanyak
faktor eksternal (dukungan suami) 33 responden (82,5%).
mempengaruhi pemilihan alat Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Pendidikan

40
Pendidikan f % Tabel 3Distribusi Frekuensi Minat
Rendah 11 27,5 Minat f %
Tinggi 29 72,5 10 25
Tinggi
21 15
Total 40 100 Sedang
9 82,5
Rendah
Pada tabel 2 bahwa sebagian
Total 40 100
besar responden memiliki pendidikan
rendah yaitu sebanyak 11 responden Pada tabel 3bahwa Pada tabel 2
(27,5%), dean yang memiliki pendidikan bahwa sebagian besar responden
tinggi yaitu sebanyak 29 responden memiliki pendidikan rendah yaitu
(72,5%). sebanyak 11 responden (27,5%), dean
yang memiliki pendidikan tinggi yaitu
sebanyak 29 responden (72,5%).

Tabel 4Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pendidikan


Pendidikan Total Pvalue
Rendah Tinggi
Pengetahuan
f % f % f %
Baik 0 0,0 1 100 1 100 0.078
Cukup 9 33,3 4 66,7 6 100
Kurang 11 27,3 24 72,7 33 100
Total 17 27,5 29 72,5 40 100

Tabel 5Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Minat Pemakaian Alat


Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)
Minat Total Pvalue
Tinggi Rendah Rendah
Pengetahuan
f % f % f % f %
Baik 1 2,5 0 0 0 0 1 100 0.119
Cukup 3 7,5 1 2,5 2 5,0 6 100
Kurang 6 15,0 20 50,0 7 17,5 33 100
Total 10 25,0 21 52,5 9 22,5 40 100

41
Pengetahuan sejalan dengan teori yang dikemukan oleh
Berdasarkan hasil penelitian Arikunto (2002), bahwa tingkat pendidikan
penulis menunjukkan bahwa dari 40 seseorang dapat mendukung atau
responden terdapat sebagian besar mempengaruhi tingkat pengetahuan
responden memiliki tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang
yang baik yaitu sebanyak 1 responden rendah selalu bergandengan dengan
(2,5%), sedangkan pengetahuan informasi dan pengetahuan yang terbatas,
yangcukup yaitu sebanyak 6 responden makin tinggi tingkat pendidikan semakin
(15,0%), dan sebagian pengetahuan yang tinggi tingkat pemahaman seseorang
kurang yaitu sebanyak 33 responden terhadap informasi yang didapat dan
(82,5%). pengetahuan akan semakin tinggi.
Hasil penelitian Woro Tri Dari hasil penelitian penulis dapat
Utami(2011) adalah sebagian besar diketahui bahwa sebagian besar Akseptor
responden berpengetahuan kurang KB memilki pendidikan rendah, tingkat
sebanyak 177 orang (88,5%) dan tidak pendidikan juga berpengaruh terhadap
menggunakan KB IUD. keinginan individu. oleh karena itu
Dari hasil penelitian penulis yang kurangnya informasi tentang IUD dan
dilakukan dapat diketahui bahwa masih kurangnya membaca. Hal ini tidak sesuai
banyak Akseptor KB dengan pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2007) pendidikan
kurang karena sumber informasi yang merupakan suatu proses menolong dan
diperoleh masih kurang dan kurangnya memajukkan pertumbuhan serta
pengetahuan, sebagian besar responden perkembangan seseorang individu dengan
adalah IRT yang aktivitasnya hanya aspek jasmani, akal, emosional, seni dan
dirumah dan kurangnya minat membaca. moral. Tingkat pendidikan dan
Hal ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan yang tinggi dapat
Pengetahuan adalah segala sesuatu dengan mempengaruhi keinginan individu dan
hal yang diajarkan. Menurut Notoatmodjo pasangan untuk menentukan jumlah anak.
(2010), ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang Minat
yaitu pendidikan, media masa/sumber Berdasarkan hasil penelitian
informasi, sosial budaya dan ekonomi, penulis menunjukkan bahwa dari 40
lingkungan, dan pengalaman. responden terdapat sebagian besar
responden memiliki tingkat minat yang
Pendidikan tinggi yaitu sebanyak 10 responden
(25,0%), sedangkan minat yang sedang
Berdasarkan hasil penelitian yaitu sebanyak 21 responden (15,0%), dan
penulis menunjukkan bahwa dari 40 sebagian minat yang lemah/rendah yaitu
responden terdapat sebagian besar sebanyak 9 responden (82,5%).
responden memiliki pendidikan rendah Hasil penelitian Noviana (2015)
yaitu sebanyak 28 responden (70,0%), dean yang menunjukkan bahwa penyuluhan
yang memiliki pendidikan tinggi yaitu telah berhasil meningkatkan minat wanita
sebanyak 12 responden (30,0%). usia di atas 35 tahun dalam menggunakan
Hasil penelitian Pitriani (2015) kontrasepsi penyuluhan. Namun
tingkat pendidikan rendah beresiko 23 kali berdasarkan hasil penelitian masih terdapat
tidak menggunakan IUD dari pada yang 1 (2,9%) orang yang memiliki sikap
berpendidikan tinggi. Hasil penelitian ini kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

42
tidak terpenuhinya faktor yang membentuk (17,5%), sedangkan serponden yang
keberhasilan penyuluhan yang disebutkan memiliki pengetahuan baik hanya 1 (2,5%)
diatas. Oleh karena itu perlu dilakukan yang memiliki minat tinggi.
kajian lebih lanjut untuk meningkatkan Di dapatkan hasil P – Value = 0,119
responden yang memiliki minat kurang dapat disimpulkan bahwa nilai P – Value =
dalam menggunakan kontrasepsi IUD, 0,119 < 0,05 yang dapat diartikan bahwa
sehingga dapat menekan angka peledakan tidak ada hubungan antara pengetahuan
penduduk serta kesehatan resproduksi ibu dengan minat.
di masa akan datang. Hasil penelitian Etik Trisnowati
Menurut Hurlock (2011 : 116- (2016) menunjukkan sebagian besar
118), ada dua aspek yang mempengaruhi responden memiliki pengetahuan tentang
minat yaitu aspek kognitif dan aspek kontrasepsi IUD kategori cukup baik yaitu
efektif. Dari hasil penelitian penulis yang 53,2%. Jadi pengetahuan tentang
dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian kontrasepsi IUD secara umum
besar Akseptor KB memiliki minat sedang bolehdikatakan cukup baiknamun masih
karena responden tidak familiar dengan KB terdapat responden yang memiliki
IUD serta tingginya kekhawatiran pengetahuan tentang kontrasepsi IUD
responden terhadap menda asing yang di kurang.
masukan kedalam rahimnya sehingga Dari hasil Peneliti penulis
beralih pada metode KB yang lain. Hal ini menyimpulkan bahwa dari hasil penelitian
sesuai dengan teori bahwa Minat tersebut dapat terlihat bahwa tidak adanya
merupakan sumber motivasi yang hubungan pengetahuan terhadap minat
mendorong orang untuk melakukan apa seseorang karena seseorang yang memiliki
yang mereka inginkan bila mereka bebas pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi
memilih. Minat lebih tetap (persisten) IUD akan mempunyai cukup informasi
karena minat memuaskan kebutuhan yang tentang alat tersebut, sehingga seseorang
penting dalam kehidupan seseorang. tersebut berminat untuk menggunakan alat
Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat kontrasepsi IUD. Sedangkan pengetahuan
dan bertahan pada minat tersebut, semakin di pengaruhi oleh banyak atau sedikitnya
sering minat di ekspresikan dalam informasi yang sudah didapatkan oleh
kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. seseorang tersebut. Dengan tidak ada
Minat akan padam apabila tidak disalurkan ataupun kurangnya informasi tentang alat
(Hurlock, 2011 : 114). kontrasepsi IUD yang di dapatkan oleh
akseptor maka ia tidak akan memiliki
pengetahuan yang dapat membuatnya
Hubungan Pengetahuan dengan menjadi berminat menggunakan alat
Minat kontrasepsi IUD, sehingga tidak dapat
menimbulkan minat dalam dirinya utuk
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan alat kontrasepsi IUD.Namun
penulis menunjukkan bahwa dari 40 responden yang memiliki pengetahuan
responden, dijelaskan bahwa responden yang kurang bisa saja ia mendapatkan
dengan pengetahuan kurang sebagian informasi tentang alat kontrasepsi IUD dari
besar mempunyai minat sedang 20 berbagai sumber sehingga ia menjadi tau
responden (50,0%), dari responden tentang alat kontrasepsi IUD dan berminat
yang memiliki pengetahuan kurang dan untuk menggunakan alat kontrasepsi
tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan teori
minat nya rendah yaitu 7 responden

43
bahwaPengetahuan adalah segala sesuatu berpendidikan tinggi dan mencegah
dengan hal yang diajarkan. Menurut cenderung tidak memakai IUD.
Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor Dari hasil Peneliti penulis
yang mempengaruhi pengetahuan menyimpulkan bahwa dari hasil penelitian
seseorang yaitu pendidikan, media tersebut dapat terlihat bahwa tidak adanya
masa/sumber informasi, sosial budaya dan hubungan pengetahuan terhadap
ekonomi, lingkungan, dan pengalaman dan pendidikan seseorang karena seseorang
Minat merupakan sumber motivasi yang yang memiliki pengetahuan yang baik
mendorong orang untuk melakukan apa tentang kontrasepsi IUD akan mempunyai
yang mereka inginkan bila mereka bebas cukup informasi tentang alat tersebut,
memilih. Minat lebih tetap (persisten) sedangkan pengetahuan di pengaruhi oleh
karena minat memuaskan kebutuhan yang banyak atau sedikitnya informasi yang
penting dalam kehidupan seseorang. sudah didapatkan oleh seseorang tersebut.
Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat Dengan tidak ada ataupun kurangnya
dan bertahan pada minat tersebut, semakin informasi tentang alat kontrasepsi IUD
sering minat di ekspresikan dalam yang di dapatkan oleh akseptor maka ia
kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. tidak akan memiliki pengetahuan yang
Minat akan padam apabila tidak disalurkan dapat membuatnya menjadi menggunakan
(Hurlock, 2011 : 114). alat kontrasepsi IUD. Namun responden
yang memiliki pengetahuan yang kurang
Hubungan Pengetahuan dengan bisa saja ia mendapatkan informasi tentang
Pendidikan alat kontrasepsi IUD dari berbagai sumber
sehingga ia menjadi tau tentang alat
Berdasarkan hasil penelitian kontrasepsi IUD. Hal ini tidak sesuai
penulis menunjukkan bahwa 40 responden dengan teori bahwa Pengetahuan adalah
mempunyai pendidikan tinggi yaitu 2 segala sesuatu dengan hal yangdiajarkan.
responden (5%), dari responden yang Menurut Notoatmodjo (2010), ada
memiliki pengetahuan cukup dan beberapa faktor yang mempengaruhi
berpendidikan rendah yaitu 9 responden pengetahuan seseorang yaitu pendidikan,
(22,5%), sedangkan serponden yang media masa/sumber informasi, sosial
memiliki pengetahuan kurang 9 responden budaya dan ekonomi, lingkungan, dan
(22,5%) yang memiliki pendidikan tinggi. pengalaman. Pendidikan mempengaruhi
Di dapatkan hasil P – Value = pengetahuan karena pendidikan adalah
0,641 dapat disimpulkan bahwa nilai P – suatu usaha mengembangkan kepribadian
Value = 0,641 < 0,05 yang dapat diartikan dan kemampuan didalam dan diluar
bahwa tidak ada hubungan antara sekolah (Notoatmodjo dalam putri, 2010)
pengetahuan dengan pendidikan.
Hasil penelitian Lia Anggraeni (2013) SIMPULAN DAN SARAN
berdasarkan pendidikan akseptor KB yang
berkunjung ke puskesmas kuta alam banda Berdasarkan hasil penelitian dan
aceh menunjukkan bahwa baik akseptor pembahasan yang mengacu pada tujuan
yang berpendidikan dasar sebanyak 81,82 penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan
% maupun yang berpendidikan tinggi dan sebagai berikut :
mencegah sebanyak 77,27% sama-sama 1. Distribusi frekuensi Tingkat
tidak memakaikontrasepsi IUD. Serta Pengetahuan Akseptor KB tentang
Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device

44
(IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun Cileungsi Tahun 2018 yang di
2018, yang memiliki tingkat dapatkan hasil P – Value = 0,786 dapat
pengetahuan yang baik yaitu sebanyak disimpulkan bahwa nilai P – Value =
1 responden (2,5%), dan sebagian 0,786 < 0,05 yang dapat diartikan
responden berpengetahuan kurang bahwa tidak ada hubungan antara
yaitu sebanyak 33 responden (82,5%). pengetahuan dengan pendidikan.
2. Distribusi Frekuensi Minat pemakaian
Alat Kontrasepsi Intra Uterine Device
(IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun Disarankan untuk institusi agar
2018, yang memiliki tingkat menambahkan referensi khususnya tentang
minatsedangkan yang sedang yaitu kontrsepsi intra uterine device (IUD) agar
sebanyak 21 responden (15,0%), dan mahasiswa lebih mudah menambah banyak
sebagian responden berminat referensi. Menyarankan yang berKB untuk
lemah/rendah yaitu sebanyak 9 menambahwawasan tentang kontrasepsi
responden (82,5%) intra uterine device (IUD) dengan cara
3. Distribusi Frekuensi pendidikan Alat membaca buku atau mencari sumber
Kontrasepsi Intra Uterine Device informasi. Saran untuk peneliti lebih
(IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun banyak menambah wawasan dan referensi
2018, yang memiliki pendidikan tentang pengetahuan kontrasepsi intra
rendah yaitu sebanyak 11 responden uterine (IUD).
(27,5%), dean yang memiliki
pendidikan tinggi yaitu sebanyak 29
responden (72,5%).
4. Distribusi Frekuensi Hubungan
Tingkat Pengetahuan Akseptor KB
Dengan Minat Pemakaian Alat
Kontrasepsi Intra Uterine Device
(IUD) di BPM Ny. I Cileungsi Tahun
2018 yang di dapatkan hasil nilai P –
Value = 0,119 dapat disimpilkan
bahwa nilai P – Value = 0,119 < 0,05
yang dapat diartikan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan
minat.
5. Distribusi Frekuensi Hubungan
Tingkat Pengetahuan Akseptor KB
Dengan pendidikan Di BPM Ny. I

45
DAFTAR PUSTAKA
Ida Ayu Chandranita manuaba, 2010 Sarwono Prawirohardjo, 2014 Ilmu
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Kebidanan
dan KB
Sri Handayani, 2011 Buku Ajar
Maria Ulfah Kurnia Dewi, 2013 Pelayanan KB Keluarga Berencana
Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana Suharsimi Arikunto, 2013 Prosedur
Penelitian
Mulyani dan Rinawati, 2013 Keluarga
Berencana dan Alat Kontrasepsi Sulistyawati Ari, 2011 Pelayanan
Keluarga Berencana
Notoatmodjo, 2015 Metode Penelitian
Kesehatan Wawan dan Dewi, 2011 Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Manusia
Purwanto, 2012 Metodologi penelitian
Kuantitatif

46

Anda mungkin juga menyukai