Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang

jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri pada suatu organisasi

dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasinya.

Pengembangan karier bidan merupakan kondisi yang menunjukkan adanya

peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri

pada suatu organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi.

Pengembangan karier bidan meliputi karier fungsional dan karier struktur .

pada saat ini pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan

dengan jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan

baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan

kemampuan professional bidan dalam melaksanakan fungsinya.

Fungsi bidan nantinya sebagai pelaksana (pendidik, peneliti, bidan

koordinator dan bidan penyedia). Sedangkan karier bidan dalam jabatan

struktural tergantung dimana bidan bertugas apakah di Rumah sakit, puskesmas,

bidan di desa, atau instansi swasta.

Karier tersebut dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan

atau kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan kebijakan yang

ada.

Seiring perubahan dan perkembangan zaman yang terus menuntut adanya

pelayanan kesehatan yang semakin maju dan penemuan-penemuan baru yang

sangat mempengaruhi pola pikir manusia yang ingin terus mengembangkan dan

1
memajukan kualitas pelayanan kesehatan. Tuntutan itulah yang menjadi suatu

pemicu untuk lebih mengembangkan karir seorang bidan dalam memberikan

asuhan. Hal ini sangat berguna untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak,

serta dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Ibu (AKI)

dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang tinggi masih menjadi salah satu masalah

yang serius di Indonesia.

Bidan sebagai subsistem Sumber Daya Manusia menjadi salah satu ujung

tombak yang berperan langsung pada penurunan AKI/AKB. Untuk memenuhi

hal tersebut diperlukan bidan yang menguasai kompetensi. Sementara itu

kebanyakan bidan masih belum memenuhi syarat tersebut karena latar belakang

tingkat pendidikan yang berbeda-beda, kualitas lulusan yang minimal, dan sikap

profesionalisme yang kurang. Untuk memenuhi standar kompetensi itu maka

diperlukan lulusan bidan yang berkualitas dan memiliki sikap profesionalisme

yang tinggi. Selain itu dalam menghadapi era globalisasi ini, bidan juga dituntut

untuk selalu memperbaharui pengetahunnya melalui jalur pengembangan karir

bidan. Pengembangan karir bidan ini dapat ditempuh melalui jalur pendidikan

formal maupun dengan mengikuti seminar dan lokakarya. Pengembangan karir

ini sangat penting mengingat masih banyaknya keterbatasan yang dimiliki bidan,

seperti keterbatas komunikasi, penguasan bahasa asing, dan penguasaan IPTEK.

Pemenuhan tanggung jawab seorang bidan yaitu sesuai Standar Pelayanan

Kebidanan (SPK) dan kewenangan bidan pada Kepmenkes 900/2002 yang

disertai tingkat pendidikan bidan yang lebih tinggi untuk meningkatkan mutu

pelayanan dan kualitas bidan tersebut.

2
1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa pengertian dari perkembangan karier bidan?

1.2.2 Bagaimana prinsip perkembangan karier bidan?

1.2.3 Bagaimana prinsip perkembangan karier bidan dikaitkan dengan

peran, fungsi, dan tanggung jawab?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk dapat mengetahui arti dari perkembangan karier bidan.

1.3.2 Untuk dapat mengetahui tentang prinsip perkembangan karier bidan.

1.3.3 Untuk dapat mengetahui prinsip perkembangan karier bidan yang

dikaitkan dengan peran, fungsi, dan tanggung jawab.

1.3.4 Untuk dapat mengetahui prinsip yang mempengaruhi dalam proses

perkembangan bidan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Karier

Karir mempunyai 3 pengertian yang berbeda, diantaranya:

1. Karier sebagai suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke jabatanyang

lebih tinggi dalam jenjang hirarki yang dialami oleh seorang tenaga kerja

selama masa kerjanya.

2. Karier sebagai suatu penunjuk pekerjaan yang memiliki gambaran atau pola

pengembangan yang jelas dan sistematis.

3. Karier sebagai suatu sejarah kedudukan seseorang, suatu rangkaian pekerjaan

atau posisi yang pernah dipegang seseoranga selama masa kerjanya. Oleh

karena itu, pengertian yang terakhir ini sangat luas dan umum, karena setiap

orang pasti mempunyai sejarah pekerjaan yang berarti setiap orang pasti

mempunyai karier.

2.2 Pengertian Pengembangan Karier Bidan

Pengembangan karier bidan adalah perjalanan pekerjaan seseorang dalam

organisasi sejak diterima dan berakhir pada saat tidak lagi bekerja diorganisasi

tersebut. Pengembangan karir (career development), menurut Mondy meliputi

aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur

karier yang direncanakan.

Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan,

sebagai berikut:

4
a. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pengembangan karier. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan

yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada

aktivitas rencana pengembangan formal.

b. Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan

pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor

akan berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager.

c. Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperoleh

skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut

dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah

memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru.

d. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi atau dikurangi

dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang

rasional.

Pengembangan karier (career development), terdiri dari:

 Perencanaan karier (career planning), yaitu suatu proses dimana

individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah langkah untuk

mencapai tujuan-tujuan karirnya. Perencanaan karir melibatkan

pengidentifikasian tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karir dan

penyusunan rencana-rencana untuk mencapai tujuan tersebut.

 Manajemen karir (career management). proses dimana organisasi

memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para pegawainya

guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dimasa yang akan datang. (Simamora,

2001:504).

5
Berdasarkan pengertian di atas maka terdapat tanggung jawab yang berbeda

antara individu atau pegawai dan organisasi dalam mengelola karier, sebagai

berikut:

a. Perencanaan karir merupakan proses untuk:

 Menyadari diri sendiri terhadap peluang, kesempatan, kendala,

pilihan, dan konsekuensi.

 Mengidentifikasi tujutn-tujuan yang berkaitan dengan karier.

 Penyusunan program kerja, pendidikan, dan yang berhubungan

dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan

guna menyediakan arah, waktu, dan urutan langkah-langkah yang

diambil untuk meraih tujuan karier.

b. Tujuan dari pengembangan karir bidan, diantaranya:

 Mendapatkan persyaratan menempati posisi atau jabatan tertentu.

 Mengusahakan pengembangan karir karena tidak otomatis

tercapai, terganutng pada lowongan atau jabatan, keputusan dan

tergantung presensi pimpinan.

c. Peraturan, ketentuan dan cara pengembangan karier terdapat pada:

 Permen neg Pendayagunaan Aparatur Negara

No:01/PER/M.PAN/1/2008.

 Juklak Jafung bidan dalam angka kredit.

2.3 Prinsip Pengembangan Bidan

Berikut beberapa yang menjadi prinsip pengembangan bidan:

2.3.1 Pendidikan Berkelanjutan

6
Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan atau pelayanan dan standar yang telah ditentukan oleh

konsil melalui pendidikan formal dan non formal.

Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin

bermutu terhadap pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat

dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK

serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan

khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan,

keterampilan dan sikap profesionalisme.

IBI sebagai satu-satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat

untuk mempersiapkan perangkat lunak melalui kegiatan-kegiatan dalam

lingkup profesi yang berkaitan dengan tugas bidan melayani masyarakat

diberbagai tingkat kehidupan. Oleh karena IBI bertanggung jawab untuk

mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme bidan melalui kerjasama

harmonis dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah. Karena

keberadaan IBI di tengah-tengah anak bangsa merupakan pengabdian profesi

dan juga kehidupan bidan sendiri. Oleh karena itu, IBI berperan aktif dalam

berbagai upaya yang diprogramkan pemerintah baik pada tingkat pusat

maupun tingkat daerah sampai ketingkat ranting. Namun semua keterlibatan

itu diupayakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan sekaligus

meningkatkan kualitas bidan sebagai pelayan masyarakat, khususnya

pelayanan ibu dan anak dalam siklus kehidupannya. Untuk itu pendidikan

bidan seyogyanya dirancang dengan memperhatikan faktor-faktor yang

mendukung keberadaan bidan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

7
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara

berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar

seumur hidup bagi bidan yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat.

Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan

profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan

non formal. Namun IBI dan pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk

memulai penyelenggaraan program pendidikan tersebut.

Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh

pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI adalah program D III dan D IV

Kebidanan. Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dana bagi bidan

di sector pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di

samping itu IBI mengupayakan adanya badan–badan swasta dalam dan luar

negeri khusus untuk program jangka pendek. Selain itu IBI tetap mendorong

anggotanya untuk meningkatkan pendidikan melalui kerjasama dengan

universitas di dalam negeri.

Sedangkan untuk pendidikan non-formal telah dilaksanakan melalui

program pelatihan, magang, seminar atau lokakarya. Dengan bekerjasama

antara IBI denagn lembaga internasional telah pula dilaksanakan berbagai

program non-formal dibeberapa provinsi. Semua upaya tersebut bertujuan

meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kebidana yang

berkualitas.

Pola pendidikan bidan saat ini masih dalam tahap penjajakan dan

perencanaan. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama

penataksanaan system pendiidikan ini telah selesai dengan garis-garis.

Undang-Undang Seksdiknas No.29 Tahun 2003 pasal 19, yaitu:

8
 Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

mencegah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, dan doctor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

 Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan system terbuka.

Jenis Pendidikan Berkelanjutan, yaitu:

 Seminar, lokarya

 Magang

 Pengembangan (manajemen, hubungan internasional, komunitas)

 Keterampilan tekhnis untuk pelayanan

 Administrasi

 Lain-lain, sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai system memiliki karakteristik,

sebagai berikut:

1. Komprehensif, system pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup

seluruh anggota profesi kebidanan.

2. Berdasarkan analisis kebutuhan, system pendidikan berkelanjutan

menyelenggarakan pendidikan yang berhubungan dengan tugas dan

relevan dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

3. Berkelanjutan, system pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan

pendidikan yang berkesinambungan dan berimbang.

4. Terkoordinasi secara internal, system pendidikan berkelanjutan

bekerjasama dengan institusi pendidikan dalam memanfaatkan berbagai

sumber daya dan mengelola berbagai program pendidikan berkelanjutan.

9
5. Berkaitan dengan system lainnya, system pendidikan berkelanjutan

memiliki 3 aspek subsistem yang merupakan bagian dari system-sistem

lain di luar system pendidikan berkelanjutan.

Ketiga aspek tersebut adalah:

a. Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)

b. Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)

c. Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)

Tujuan pendidikan berkelanjutan adalah:

 Pemenuhan standar

 Meningkatkan produktivitas kerja

 Efisiensi

 Meningkatkan kualitas pelayanan

 Meningkatkan moral (etika profesi)

 Meningkatkan karir

 Meningkatkan kemampuan konseptual

 Meningkatkan keterampilan kepemimpinan

 Imbalan

 Meningkatkan kepuasan konsumen

Sasaran pendidikan berkelanjutan, yaitu:

 Bidan praktik swasta

 Bidan berstatus PNS

 Tenaga kesehatan lainnya

 Kader kesehatan, dukun beranak

 Masyarakat umum

2.3.2 Job Fungsional

10
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu jabatan struktural dan jabatan

fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam

sturktur dan diatur berjenjang dalam suatu organisasi. Sedangkan jabatan

fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta dihargai dari aspek fungsinya

yang vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara.

Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan kedudukan yang

menunjukkan tugas, kewajiban hak serta wewenang pegawai negri sipil yang

dalam melaksanakan tugasnya diperlukan keahlian tertentu, serta kenaikan

pangkatnya menggunakan angka kredit. Jenis jabatan fungsional dibidang

kesehatan, yaitu Dokter, Dokter gigi, Perawat, Bidan, Apoteker, Asisten

apoteker, Pengawas farmasi makanan dan minuman, Pranata laboratorium,

Entomolog, Epidemiolog, Sanitarian, Penyuluhan kesehatan masyarakat,

Perawat gigi, Administrator kesehatan, Nutrisionis.

Selain fungsi dan peranannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,

jabatan fungsional juga berorientasi kualitatif. Seseorang yang memiliki

jabatan fungsional berhak untuk mendapatkan tunjangan fungsional . Dalam

konteks ini, dapat dilihat bahwa jabatan bidan merupakan jabatan fungsional

professional sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.

Pengembangan karier bidan meliputi karir fungsional dan karier

struktural. Pada saat ini, pengembangan karier bidan secara fungsional telah

disiapkan dengan jabatan fungsional sebagai bidan serta melalui pendidikan

berkelanjutan, baik secara formal maupun nonformal, yang hasil akhirnya

akan meningkatkan kemampuan professional bidan dalam melaksanakan

fungsinya. Bidan dapat berfungsi sebagai bidan pelaksana, pengelola,

pendidik, peneliti, koordinator, dan penyedia.

11
Sedangkan karier bidan dalam jabatan struktural bergantung pada tempat

bidan bertugas, apakah di rumah sakit, di puskesmas, di desa, atau di

institusi swasta. Karier tersebut dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan

pelayanan kebidanan atau kesehatan sesuai dengan tingkat kemampuan,

kesempatan, dan kebijakan yang ada.

1.4 Prinsip Pengembangan Karier Bidan dikaitkan dengan Peran, Fungsi, dan

Tanggung Jawab

2.4.1 Peran Bidan

a. Sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan melaksanakannya sebagai tugas mandiri, kolaborasi

atau kerjasama dan ketergantungan.

Tugas Mandiri

 Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang

diberikan.

 Memberikan pelayanan pada anak dan wanita pra nikah dengan

melibatkan klien.

 Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.

 Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan

dengan melibatkan klien atau keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

 Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan

melibatkan klien atau keluarga.

12
 Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang

membutuhkan pelayanan keluarga berencana.

 Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system

reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause.

 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan

keluarga.

Tugas Kolaborasi

 Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan

pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan

kolaborasi.

 Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan

resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan

pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan

keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko

tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi

dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang

memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang

mengalami komplikasi atau kegawatan yang memerlukan tindakan

kolaborasi dengan melibatkan keluarga.

13
Tugas Ketergantungan atau Merujuk

 Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai

dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu

hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan.

 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu

masa nifas dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan

tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan

melibatkan keluarga.

 Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan

tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan

melibatkan klien atau keluarga.

b. Sebagai pengelola

1. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan

kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat di

wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat atau klien.

 Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan

terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk

meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di

wilayah kerjanya.

 Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan

mayarakat.

14
 Mengelola kegiatan – kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat

khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan program.

 Mengkoordinir, mengawasi dalam melaksanakan program atau kegiatan

pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.

 Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan

sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.

 Mengerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara

kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.

 Mempertahankan, meningkatkan mutu dan kegiatan-kegiatan dalam

kelompok profesi.

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

2. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan

sector lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun

bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah

bimbingan dalam wilayah kerjanya.

 Bekerjasama dengan puskesmas, institusi sebagai anggota tim dalam

memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan

tindak lanjut.

 Membina hubungan baik dengan dukun, kader kesehatan atau PLKB dan

masyarakat.

 Memberikan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas

kesehatan lain.

 Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.

15
 Membina kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan

dengan kesehatan

c. Sebagai pendidik

1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang penanggulangan masalah

kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu,

anak, dan keluarga berencana.

 Bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan

kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan

keluarga berencana.

 Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan

masyarakat sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang.

 Menyiapkan alat dan bahan penddikan dan penyuluhan sesuai dengan

rencana yang telah disusun.

 Melaksanankan program atau rencana pendidikan dan penyuluhan

kesehatan masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka

panjang melibatkan unsur – unsur yang terkait termasuk masyarakat.

 Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan atau penyuluhan kesehatan

masyarakat dan menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan

program dimasa yang akan datang.

 Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan atau

penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis.

3. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan serta membina

dukun di wilayah atau tempat kerjanya.

16
 Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa.

 Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.

 Menyiapkan alat, dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta

latih sesuai dengan rencana yang telah disusun.

 Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana yang

telah disusun dengan melibatkan unsur – unsur terkait.

 Membimbing siswa bidan dalam lingkup kerjanya.

 Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.

 Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.

 Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan

bimbingan secara sistematis dan lengkap

d. Sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik

secara mandiri maupun secara kelompok.

 Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan

 Menyusun rencana kerja pelatihan

 Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana

 Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi

 Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut

 Memanfaatkan hasil investigasi untuk mningkatkan dan mengembangkan

program kerja atau pelayanan kesehatan.

17
2.4.2 Fungsi Bidan

a. Fungsi Pelaksana

 Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga dan

masyarakat remaja masa pra perkawinan.

 Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu hamil normal, kehamilan dengan

kasus patologis terntu dan kehamilan denagn risiko tinggi.

 Menolong persalinan normal.

 Merawat bayi setelah lahir normal dan bayi dengan resiko tinggi.

 Melakukan asuhan kebidanan bagi ibu nifas.

 Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.

 Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pra sekolah.

 Memberi pelayanan kelurga berencana sesuai dengan wewenang.

 Memberikan bimbingan dan penyuluhan kesehatan terhadap gangguan

system reproduksi termasuk wnaita pada masa klimakterium internal dan

menopause sesuai dengan wewenangnya.

b. Fungsi Pengelola

 Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,

kelompok, dan kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi kebutuhan

masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.

 Menyusun rencana pelaksana pelayanan kebidanan di lingkungan unit

kerjanya.

 Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan yang dipimpin oleh

bidan.

 Melakukan kerjasama dan komunikasi inter dan antar sector dalam

kaitannya dengan pelayanan kebidanan.

18
 Mengevaluasi hasil kegiatan tim atau unti pelayanan kebidanan yang

dipimpin oleh bidan.

c. Fungsi Pendidik

 Memberikan penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok

masyarakat dalam kaitan pelayanan kebidanan di ruang lingkup kesehatan

dan keluarga berencana.

 Membimbing dan melatih dukun dan kader kesehatan sesuai dengan

bidang tanggung jawab bidan.

 Mendidik pesreta didik bidan sesuai dengan keahliannya.

d. Fungsi Peneliti

 Melakukan evaluasi, pengkajian, survey, dan penelitian yang dilakukan

sendiri atau bersama di dalam suatu kelompok, dalam ruang lingkup

pelayanan kebidanan.

 Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan kelurga berencana.

2.4.3 Tanggung Jawab Bidan

Sebagai tenaga professional, bidan memiliki tanggung jawab dalam

melaksakan tugasnya. Dan bidan harus dapat mempertahankan tanggung

jawabnya tersebut bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang dilakukannya.

Berikut ini beberapa tanggung jawab bidan.

 Tanggung jawab bidan terhadap perundang-undangan

 Tanggung jawab bidan terhadap pengembangan kompetensi

 Tanggung jawab bidan terhadap penyimpanan catatan kebidanan

 Tanggung jawab bidan terhadap keluarga yang dilayani

 Tanggung jawab bidan terhadap profesi

 Tanggung jawab bidan terhadap masyarakat

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prinsip pengembangan karier bidan dipengaruhi oleh beberapa hal

yakni pendidikan berkelanjutan,jabatan fungsional.sebagai pelayan

masyarakat kita harus memperhatikan perkembangan apa yang terjadi di

masyarakat.karena  Pengembangan karir bidan secara fungsional telah

disiapkan dengan jabatan fungsional bagi bidan,serta melalui pendidikan

berkelanjutan baik secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya

akan meningkatkan kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan

fungsinya. Job fungsional seorang bidan berorientasi pada kualitas dan

tingkat jenjang pendidikan berkelanjutan

3.2 Saran

Seorang bidan sebaiknya terus berusaha untuk mengembangkan karir

agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin baik.

Pengembangan karir bidan ada beberapa jalur yang masing-masing

mempunyai cara dan aturan-aturan yang berbeda. Seorang bidan akan

mendapatkan suatu pengakuan dari lembaga yang membinanya dalam

mengembangkan karier.

20

Anda mungkin juga menyukai