Cooperative Learning
Oleh:
AGUS SUPRIJONO
1
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Kata Pengantar
PENULIS
3
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Daftar Isi
Hal
Kata Pengantar
PAIKEM
Bab 1 MEMAHAMI ARTI BELAJAR
A. Pengertian Belajar
B. Prinsip Belajar
C. Tujuan Belajar
D. Hasil Belajar
E. Tipe Kegiatan Belajar
F. Pembelajaran dan Pengajaran
Daftar Pustaka
5
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
PAIKEM
Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan
Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparitas antara pencapaian
academic standard dan performance standard. Faktanya, banyak peserta didik
mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang
diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya.
Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk
memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu
dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal
mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang
berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat pada umumnya di mana
mereka akan hidup dan bekerja.
Disparitas terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu
proses pengkondisian-pengkondisian yang tidak menyentuh realitas alami.
Pembelajaran berlatar realitas artifisial. Aktivitas kegiatan belajar mengajar
selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara
materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insan yang
mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang
mempelajarinya.
Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada
pembelajaran artifisial adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran
lebih menekankan memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada
struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini
melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan
partisipasi, melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu
kontraproduktif dengan hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan
manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki secara kodrati.
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni
pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan
sebaliknya. Pertanyaannya, bagaimana menemukan cara terbaik menciptakan
pembelajaran bermakna ?
6
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
7
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
3.
8
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
BAB 1
Fenomena apa yang dapat Anda identifikasi dari illustrasi itu ? Benarkah
fenomena tersebut merupakan fenomena “belajar” ?. Jika benar, apa ciri-ciri
belajar ? Tahukah Anda apa belajar itu ?
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung
dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (Belajar adalah
perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
9
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
d. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to
follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah
tertentu).
e. Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah
perubahan performance sebagai hasil latihan).
f. Morgan
Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past
experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman).
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya properti sekolah.
Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar
masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi
ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti
dikatakan Reber, belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah
proses mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya
banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan
ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan
atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi aktivitas
menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-hal
yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara
esensial belum memadai. Perlu Anda pahami, perolehan pengetahuan maupun
upaya penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan
menuju terbentuknya keperibadian seutuhnya.
10
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
B. Prinsip Belajar
Setelah Anda memahami pengertian belajar, coba Anda pikirkan
mengenai prinsip belajar. Dalam hal ini yang Anda pikirkan apa asas belajar itu.
Berikut adalah prinsip-prinsip belajar
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari
2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup
4. Positif atau berakumulasi
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai
any relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that
occurs as a result of experience
7. Bertujuan dan terarah.
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
William Burton mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich
and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose and carried
on in interaction with a rich varied and propocative environtment.
11
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
C. Tujuan Belajar
Jika Anda belajar, apa tujuan Anda belajar ? Apakah uraian di bawah ini
sesuai dengan tujuan Anda belajar ?
Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar
yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim
dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan
keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan
belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa,
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima
orang lain, dsb. Tujuan ini merupakan konsekwensi logis dari peserta didik
“mengihidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
D. Hasil Belajar
Apa yang Anda akan peroleh dengan kegiatan belajar Anda ? Apa ouput
dan outcome dari kegiatan belajar Anda ?
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne,
hasil belajar berupa
(1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
(2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas,
12
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
13
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
14
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta didik
memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.
Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan tipe kegiatan belajar
dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Berpikir adalah aktivitas
kognitif tingkat tinggi. Berpikir melibatkan asimilasi dan akomodasi berbagai
pengetahuan dan struktur kognitif atau skema kognitif yang dimiliki peserta
didik untuk memecahkan persoalan. Dalam kegiatan belajar pemecahan masalah
peserta didik terlibat dalam berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai
dan kegiatan untuk melaksanakan tugas.
Gagne mentipifikasikan kegiatan belajar menjadi delapan yaitu
a. Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan belajar ini
menekankan belajar sebagai usaha merespon tanda-tanda yang dimanipulasi
dalam situasi pembelajaran.
b. Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini
berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan
respon tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi
pembelajaran.
c. Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini berkaitan
dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua stimulus atau
lebih dengan berbagai respon yang berkaitan dengan stimulus tersebut.
d. Verbal association atau kegiatan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini
berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respon dengan
stimulus yang disampaikan secara lisan.
e. Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan perbedaan
berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat
berbagai perbedaan respon yang digunakan terhadap stimulus yang
beragam, namun berbagai respon dan stimulus itu saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya.
16
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
f. Concept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan
berbagai respon dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah stimulus
berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
g. Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini digunakan
peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang digunakan dalam
merespon stimulus.
h. Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah. Tipe ini
berhubungan dengan kegiatan peserta didik menghadapi persoalan dan
memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki kecakapan
dan keterampilan baru dalam pemecahan masalah.
BAB 2
DUKUNGAN TEORITIS
A. Pengertian Teori
Dalam sebuah pariwara produk shampo yang ditayangkan di station-
station televisi swasta beberapa tahun lalu, Anda tentu pernah menyaksikan dan
mendengarkan ucapan salah seorang bintang iklan produk tersebut, yaitu
”Ah...teooori !”. Apa komentar Anda tentang ucapan itu ? Apakah dalam pikiran
Anda terlintas bahwa teori tidak penting ? Jika Anda tidak sependapat berarti
Anda mengatakan bahwa teori memiliki urgensitas. Dapatkah Anda
menjelaskan apa itu teori dan apa pula urgensitas teori ?
Perbincangan teori seolah sudah menjadi properti kaum akademisi. Setiap
tindak akademik atau tindak ilmiah sudah tentu para akademisi harus
memaparkan pernyataan-pernyataan teoritik dan rasional. Guru sebagai
akademisi pun harus mampu memberikan eksplanasi teoritik atas tindak ajar
yang dilakukannya. Guru harus memiliki pijakan rasional dalam setiap tindak
ajar. Jika guru tidak mempunyai pijakan itu, maka setiap orang akan
mengatakan bahwa menjadi guru bisa diperankan oleh siapa saja. Jika guru
tidak memiliki tindakan rasional atas tindak ajar yang dilakukannya maka guru
melakukan tindak ajar secara common sense. Guru yang demikian akan merespon
setiap perubahan sebagai ancaman, bukan tantangan. Perubahan baginya adalah
musibah. Jika guru menguasai teori maka apapun perubahan yang terjdi
misalnya perubahan kurikulum maka guru akan apresiatif. Perubahan itu akan
ditanggapinya sebagai berkah. Apapun perubahan itu guru akan mampu
melihat latar pemikiran logis perubahan tesebut. Guru seperti inilah guru yang
dapat bertindak profesional atas profesinya. Jadi, teori sangat penting bagi
tindak ajar yang dilaksanakan oleh guru.
19
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
20
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
C. Teori-Teori Belajar
1. Teori Perilaku
Penerapan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan tidak serta merta dapat dilakukan jika peserta didik belum
memiliki stock of knowledge atau prior knowledge dari hal yang sedang
dipelajarinya. Pemberian pengalaman belajar sebagai previous experience sangat
dibutuhkan. Teori behavioristik memiliki andil besar terhadap hal tersebut.
Proposisi-proposisi behavioristik menjadi landasan logik pengorganisasian
pembelajaran yang beraksentuasi pada terbentuknya prior knowledge.
Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektif
behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan
antara rangsangan (stimulus) dan balas (respon). Pembelajaran merupakan
proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah
perubahan perilaku berupa kebiasaan.
Teori perilaku sering disebut stimulus – respon (S-R) psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan
penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulinya. Guru
yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku peserta didik
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Perilaku dalam pandangan behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman
yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Menurut behaviorisme,
perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara
langsung. Behaviorisme menekankan arti penting bagaimana peserta didik
membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.
Ciri teori perilaku adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil ;
menekankan peranan lingkungan ; mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, ; menekankan pentingnya latihan ; mementingkan mekanisme hasil
21
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
23
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap
berbagai respon yang salah, dan ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Sumbangan pemikiran Thorndike mengenai perubahan perilaku sebagai
hasil belajar adalah hukum-hukum sebagai berikut
1. Hukum kesiapan atau Law of Readiness
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh
stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan atau Law of Exercise
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi
tersebut semakin kuat.
3. Hukum hasil atau Law of Effect
Hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila
terdapat kepuasan dan akan makin diperlemah apabila tidak terdapat
kepuasan.
c. Skinner
Skinner menganggap reinforcement merupakan faktor penting dalam
belajar. Reinforcement atau peneguhan diartikan sebagai suatu konsekuensi
perilaku yang memperkuat perilaku tertentu.
Ada dua macam peneguhan yaitu positif dan negatif. Peneguhan positif
adalah rangsangan yang makin memperkuat atau mendorong suatu tindak
balas. Peneguhan negatif ialah peneguhan yang mendorong individu untuk
menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.
Implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan pembelajaran
adalah
1. Kegiatan belajar adalah belajar figuratif.
2. Belajar menekankan perolehan informasi dan penambahan informasi.
3. Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif.
24
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
25
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
27
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
28
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
belajar sosial Bandura yaitu menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah
laku.
Bandura memandang teori Skinner terlalu bergantung kepada
reinforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah
untuk direinforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun.
Menurutnya, reinforsemen penting dalam menentukan apakah suatu tingkah
laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk
tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati
dan kemudian mengulangi apa yang diliihatnya. Belajar melalui observasi tanpa
ada reinforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi
konsekuensi.
Teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau
ketidakmampuan mereka menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri,
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan
dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Kemampuan berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani
lingkungan, misalnya dengan menyimpan pengalaman (dalam ingatan) dalam
wujud verbal dan gambaran imaginasi untuk kepentingan tingkah laku pada
masa yang akan datang. Pengaturan berpikir juga menggambarkan secara
imaginatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang dan
mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan
jangaka panjang.
Perbedaan antara konsep pelaziman antara Pavlov, Skinner, dan Bandura
diilustrasikan oleh Alwisol sebagai berikut
29
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Gambar 1
Pelaziman menurut Pavlov
L atau lingkungan menjadi variabel penentu tingkah laku (T)
L T
Gambar 2
Pelaziman menurut Skinner
Pribadi (P) mempengaruhi tingkah laku (T) melalui manipulasi lingkungan (L).
L T
Gambar 3
Pelaziman menurut Bandura
Pribadi (P), Lingkungan (L), dan Tingkah Laku (T) saling mempengaruhi.
L T
3. Teori Konstruktivisme
Seiring upaya perbaikan kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran
organis, filsafat konstruktivisme kian populer di bidang pendidikan pada
dekade terakhir ini. Pemikiran filsafat konstruktivisme mengenai hakikat
pengetahuan memberikan sumbangan terhadap usaha mendekonstruksi
pembelajaran mekanis.
Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum
sebagai berikut
1. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu
merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
30
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
31
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
32
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
menekankan pada tindakan terhadap objek. Hanya saja yang satu lebih
menekankan pentingnya keaktifan individu dalam melakukan tindakan
terhadap objek, sedangkan yang lain lebih menekankan pentingnya lingkungan
sosial-kultural dalam melakukan tindakan terhadap objek.
Perbandingan antara teori Jean Peaget dan Vygotsky menurut Santrock
sebagai berikut:
TOPIK
VYGOTSKY
34
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Kegiatan belajar bersandar pada materi hands-on Kegiatan belajar bersandar pada texbooks
Presentasi materi dimulai dengan keseluruhan Presentasi materi dimulai dengan bagian-bagian,
kemudian pindah ke bagian-bagian kemudian pindah ke keseluruhan
Menekankan pada ide-ide besar Menekankan pada keterampilan-keterampilan
dasar
Guru mengikuti pertanyaan peserta didik Guru mengikuti kurikulum yang pasti
Guru menyiapkan lingkungan belajar di mana Guru mempresentasikan infomasi kepada peserta
peserta didik dapat menemukan pengetahuan didik
Guru berusaha membuat peserta didik Guru berusaha membuat peserta didik
mengungkapkan sudut pandang dan pemahaman memberikan jawaban yang “benar”
mereka sehingga mereka dapat memahami
pembelajaran mereka
Assesmen diintegrasikan dengan belajar mengajar Assesmen adalah kegiatan tersendiri dan terjadi
melalui portofolio dan observasi melalui testing
36
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
ORIENTATION
ELICITATION
OF IDEAS
RESTRUCTURING OF IDEAS
Clarification and Exchange
WITH PREVIOUS
IDEAS Construction of new ideas
Evaluation
APPLICATION OF IDEAS
REVIEW CHANGE IN
IDEAS
40
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
BAB 3
MODEL PEMBELAJARAN
A. Pengertian Model Pembelajaran
Penggunaan istilah “model” barangkali lebih Anda kenal dalam dunia
fashion, bukankah begitu ?. Jika Anda memahami istilah “model” dalam konteks
fashion apa yang Anda bayangkan ?. Tentu, Anda membayangkan beberapa
peragawati cantik berjalan lenggak-lenggok di catwalk dalam suatu peragaan,
misal busana, gaya rambut, dll. Berdasarkan hal yang Anda lihat, apa yang
Anda ketahui tentang model ?
Sebenarnya, dalam pembelajaran pun istilah “model” juga banyak
dipergunakan. Tahukah Anda, apa pengertian model pembelajaran ?
Mills berpendapat bahwa “model adalah bentuk reprensentasi akurat
sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi
terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends, model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model
41
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
42
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
sumber daya mental. Salah satu keahlian penting dalam memperhatikan adalah
seleksi. Atensi bersifat seleksi karena sumber daya otak terbatas. Pada umumnya
peserta didik memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model
yang lebih menarik. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru dapat
mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok materi
atau bergaya dengan gesture tersendiri ketika memberikan contoh perilaku
tertentu.
Retensi adalah peserta didik menyimpan atau mengingat perilaku yang
dimodelkan. Retensi adalah mempertahankan atau menyimpan informasi terkait
dengan kerangka waktu Peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam
menyimpan segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan
apabila disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah, dan label yang jelas
serta contoh perbuatan yang akurat.
Reproduksi merupakan upaya merekonstruksi citra mental dari
informasi. Pengkonstruksian ini terjadi pada elaborasi informasi. Elaborasi
adalah ekstensivitas pemrosesan informasi dalam penyandian. Reproduksi
merupakan upaya peserta didik mereproduksi atau melakukan seperti yang
dimodelkan. Pada tahap ini segala bayangan atau citra mental maupun kode-
kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah
tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk
mengidentifikasi tingkat penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh
peserta didik membuat atau melakukan kembali hal-hal yang telah mereka
serap.
Motivasi yaitu dorongan yang berfungsi sebagai penguatan
bersemayamnya segala informasi dalam memori peserta didik. Guru dianjurkan
memberi reward berupa pujian, hadiah, atau nilai tertentu kepada peserta didik
yang menunjukkan kinerja memuaskan. Peserta didik yang belum menunjukkan
kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan arti penting penguasaan materi
atau perilaku yang disajikan bagi kehidupan mereka. Seiring dengan upaya
44
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
tersebut ada baiknya ditunjukkan pula bukti-bukti kerugian orang yang tidak
menguasai materi atau perilaku yang telah dimodelkan.
Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan
prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai
keterampilan. Pembelajaran langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua
hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan
penguasaan keterampilan.
Sintak model pembelajaran langsung sebagai berikut
45
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
46
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Pengetahuan
prosedural
Mengembangkan Strategi-
keterampilan belajar strategi
belajar
47
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
49
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
organisasi, dan kehidupan bersama lainnya. Secara umum tanpa interaksi sosial
tidak akan ada pengetahuan yang disebut Peaget sebagai pengetahuan sosial.
Dukungan lain dari teori Vygotsky terhadap model pembelajaran
kooperatif adalah arti penting belajar kelompok. Di antara para pakar terdapat
beberapa pendapat tentang pengertian kelompok. Chaplin mendefinisikan
kelompok sebagai “a collection of individuals who have some characterictic in common
or who are pursuing a common goal. Two or more persons who interact in any way
constitute a group. It is not necessary, however, for the members of a group to interact
directly or in face to face manner”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa kelompok itu
dapat terdiri dari dua orang saja, tetapi juga dapat terdiri dari banyak orang.
Chaplin juga mengemukakan bahwa anggota kelompok tidak harus berinteraksi
secara langsung yaitu face to face.
Seorang ahli dinamika kelompok bernama Shaw memberikan pengertian
kelompok “as two or more people who interact with and influence one another”.
Menurut Shaw satu ciri yang dipunyai oleh semua kelompok yaitu anggotanya
saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain.
Kelompok bukanlah semata-mata kumpulan orang-orang. Kumpulan
disebut kelompok apabila ada interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur,
groupness.. Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan individu
yang lain. Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-verbal, emosional dsb.
Tujuan dalam kelompok dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan intrinsik
adalah tujuan yang didasarkan pada alasan bahwa dalam kelompok perasaan
menjadi senang. Tujuan ekstrinsik adalah tujuan yang didasarkan pada alasan
bahwa untuk mencapai sesuatu tidak dapat dicapai secara sendiri, melainkan
harus dikerjakan secara bersama-sama. Struktur kelompok menunjukkan bahwa
dalam kelompok ada peran. Peran dari tiap-tiap anggota kelompok, berkaitan
dengan posisi individu dalam kelompok. Peran masing-masing anggota
kelompok akan bergantung pada posisi maupun kemampuan individu masing-
50
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama orang lain,
lebih suka mengadakan studi kelompok. Peserta didik ini kadang mudah
berempati dengan teman yang sakit atau sedang punya masalah dan kadang
mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, apabila guru memberikan
pekerjaan atau tugas secara bebas, peserta didik yang mempunyai intelegensi
interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak
kerjasama.
Interaksi kelompok memiliki berbagai ciri. Reardon mengemukakan
komunikasi antarpribadi mempunyai enam ciri yaitu (1) dilaksanakan atas
dorongan berbagai faktor ; (2) mengakibatkan dampak yang disengaja dan yang
tidak disengaja ; (3) kerap kali berbalas-balasan ; (4) mengisyaratkan hubungan
antarpribadi antara paling sedikit dua orang ; (5) berlangsung dalam suasana
bebas, bervariasi, dan berpengaruh ; (6) menggunakan pelbagai lambang yang
bermakna.
De Vito mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mengandung
lima ciri sebagai berikut (1) keterbukaan atau openness ; (2) empati ; (3) dukungan
; (4) perasaan positif ; (5) kesamaan.
Evert Rogers menyebutkan beberapa ciri komunikasi antarpribadi yaitu
(1) arus pesan cenderung dua arah ; (2) konteks komunikasi adalah tatap muka ;
(3) tingkat umpan balik yang tinggi ; (4) kemampuan untuk mengatasi tingkat
selektivitas sangat tinggi ; (5) efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.
Model pembelajaran kooperatif belum dilakukan secara optimal. Ada
kekhawatiran bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan mengakibatkan
kekacauan di kelas dan peserta didik tidak belajar jika mereka ditempatkan
dalam kelompok. Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai
kegiatan kerjasama atau belajar dalam kelompok. Banyak peserta didik juga
tidak senang disuruh bekerjasama dengan yang lain. Peserta didik yang tekun
merasa harus bekerja melebihi peserta didik yang lain dalam kelompok mereka,
sementara peserta didik yang kurang mampu merasa rendah diri ditempatkan
55
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
dalam satu kelompok dengan peserta didik yang lebih pandai. Peserta didik
yang pandai merasa temannya yang kurang pandai hanya menumpang saja
pada hasil jerih payah mereka. Kesan negatif lainnya adalah ada perasaan was-
was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi
mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok.
Sebenarnya, pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam
kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur model
pembelajaran kooperatif. Banyak guru hanya membagi peserta didik dalam
kelompok kemudian memberi tugas untuk menyelesaikan sesuatu tanpa
pedoman mengenai hal yang dikerjakan. Akhirnya, peserta didik merasa
ditelantarkan. Karena mereka belum berpengalaman, mereka merasa bingung
dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut.
Akibatnya kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, Anda sebagai guru wajib
memahami sintak model pembelajaran kooperatif.
Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.
bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke
kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen
perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus
menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerjasama di dalam kelompok.
Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota
kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya
tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider
atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu
lainnya. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan
tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan.
Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan,
atau meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah
ditunjukkannya. Fase kelima guru melakukan evaluasi dengan menggunakan
strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam guru
mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik.
Variasi struktur reward bersifat individualistis, kompetitif, dan kooperatif.
Struktur reward individualistis terjadi apabila sebuah reward dapat dicapai tanpa
tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif
adalah jika peserta didik diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan
dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun
anggota tim-timnya saling bersaing.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pembelajaraan kooperatif
harus
1. Memberikan kesempatan terjadinya belajar berdemokrasi.
2. Meningkatkan penghargaan peserta didik pada pembelajaran akademik
dan mengubah norma-norma yang terkait dengan prestasi.
3. Mempersiapkan peserta didik belajar mengenai kolaborasi dan berbagai
keterampilan sosial melalui peran aktif peserta didik dalam kelompok-
kelompok kecil.
57
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Learning Vygotsky
CTL community
Hasil belajar
akademik
Konsep-
Hasil Belajar konsep sulit
siswa
Keterampilan
sosial Keterampilan
kooperatif
58
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
orang dewasa. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan
indipenden.
Hal yang tidak kalah essensiil sebagai hasil dari pembelajaran berbasis
masalah adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Resnick ciri-ciri
berpikir tingkat tinggi adalah
1. Bersifat non algoritmik, artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan
sebelumnya.
2. Bersifat kompleks, artinya mampu berpikir dalam berbagai perspektif atau
mampu menggunakan sudut pandang.
3. Banyak solusi, artinya mampu mengemukakan dan menggunakan berbagai
solusi dengan mempertimbangkan keuntungan dan kelemahan masing-
masing.
4. Melibatkan interpretasi.
5. Melitbatkan banyak kriteria, artinya mampu menggunakan berbagai
kriteria.
6. Melibatkan ketidakpastian, artinya tidak semua yang berhubungan dengan
tugas yang ditangani telah diketahui.
7. Melibatkan pengaturan diri proses-proses berpikir.
8. Menentukan makna, menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak
tidak beraturan. Mampu mengidentifikasi pola pengetahuan.
9. Membutuhkan banyak usaha.
Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase dan perilaku. Fase-fase
dan perilaku tersebut merupakan tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar
hasil pembelajaran dengan pengembangan pembelajaran berbasis masalah dapat
diwujudkan.
Sintak pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
62
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
63
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
64
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Lingkungan
belajar dan Terbuka, proses Norma inquiri terbuka
sistem demokrasi, peran Bebas kemukakan
pengelolaan aktif siswa pendapat
65
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
BAB 4
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Hubungan Konstruktivisme dan Kontekstual
Mengapa pembelajaran kontekstual ? Sebagaimana telah diuraikan pada
Bab sebelumnya pondasi utama pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan adalah konstruktivisme. Bertitiktolok pada proposisi-proposisi
konstruktivisme berbagai model pembelajaran dikembangkan, yakni model
pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis
masalah. Aplikasi model pembelajaran berhubungan erat dengan pendekatan
pembelajaran. Pendekatan merupakan perspektif mengenai berbagai strategi
maupun metode pembelajaran untuk mengaplikasikan model-model
pembelajaran. Pendekatan yang cocok untuk pembelajaran berbasis
konsruktivisme adalah kontekstual.
Asumsi penting dari konstruktivisme adalah situated cognition (kognisi
yang ditempatkan). Konsep ini mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu
ditempatkan atau disituasikan dalam konteks sosial dan fisik, bukan dalam
pikiran seseorang. Pengetahuan diletakkan dan dihubungkan dengan konteks di
mana pengetahuan tersebut dikembangkan. Cobern menyatakan
konstruktivisme bersifat kontekstual. Berdasarkan pemikiran-pemikiran itu
maka pembelajaran harus diciptakan semirip mungkin dengan situasi “dunia
nyata.” Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran kontekstual.
Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan
informasi, individualisasi, dan interaksi sosial. Pemrosesan informasi
menyatakan bahwa peserta didik mengolah informasi, memonitornya, dan
menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan
informasi adalah proses memori dan proses berpikir. Individualisasi
66
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
68
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
69
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
73
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
BAB 5
METODE-METODE PAIKEM
74
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
4. Group Investigation
Pembelajaran dengan metode group investigation dimulai dengan
pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta didik memilih topik-topik
tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari
topik-topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik
beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah
mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan
mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik
kesimpulan.
Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing
kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivikasi
pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai perspektif
diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang
dipresentasikan oleh suatu kelompok. Seyogjanya di akhir pembelajaran
dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan assesmen individual atau
kelompok.
lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu)
mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka
adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang
yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika
mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya
masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas
bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan
membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.
6. Make a Match
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan
dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu
berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3
kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu
berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa
kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.
Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan
kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah
ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok
pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari
pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka
untuk berdiskusi. Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik
instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil diskusi
ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu
pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
78
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
7. Listening Team
Pembelajaran dengan metode listening team diawali dengan pemaparan
materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misal,
40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama
merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan kelompok ketiga adalah
kelompok penjawab. Kelompok kedua merupakan kumpulan orang-orang yang
79
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
8. Inside-Outside Circle
Pembelajaran dengan metode inside-outside circle diawali denggan
pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang bagilah menjadi 2
kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran
dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10
orang.
Aturlah sedimikian rupa pada masing-masing kelompok besar yaitu
anggota kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan
anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap ke dalam. Dengan
demikian, antara anggota lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan
berhadap-hadapan. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-
hadapan itu. Kelompok ini disebut kelompok pasangan asal. Sebaiknya, tugas
yang diberikan pasangan asal itu sesuai dengan indikator-indikator
pembelajaran yang telah dirumuskan. Karena dalam contoh ini ada 10 pasangan
berarti ada 10 indikator pembelajaran. Selanjutnya, berikan waktu secukupnya
kepada tiap-tiap pasangan untuk berdiskusi.
Setelah mereka berdiskusi, mintalah kepada anggota kelompok lingkaran
dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar.
Setiap pergerakan itu akan terbentuk pasangan-pasangan baru. Pasangan-
pasangan ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan
80
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
9. Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan metode bamboo dancing serupa dengan metode inside
outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru
bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya
jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan
sumbangsaran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang
telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.
Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam
satu kelas ada 40 orang maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang. Aturlah
sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri
berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi
berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka
saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal.
Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada
kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan
tugas yang diterimanya.
Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar
saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-
81
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi,
demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap
peserta didik kembali ke pasangan asal.
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan
kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog
interaktif, tanyajawab dsb. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang
diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan
menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
10. Point-Counter-Point
Metode pembelajaran point-counter-point dipergunakan untuk mendorong
peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Jika metode pembelajaran ini
dikembangkan maka yang harus diperhatikan adalah materi pembelajaran. Di
dalam bahan pelajaran harus terdapat issue-issue kontroversi. Misal, G 30 S PKI,
Serangan Umum 1 Maret 1949 dll.
Langkah pertama metode pembelajaran point-counter-point adalah
membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Aturlah posisi mereka
sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan. Berikan kesempatan
kepada tiap-tiap kelompok merumuskan argumentasi-argumentasi sesuai
dengan perspektif yang dikembangkannya.
Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka
berdebat. Setelah seorang peserta didik dari suatu kelompok menyampaikan
argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya, mintalah
tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal issue yang sama.
Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.
Di penghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga peserta didik
dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi-argumentasi yang
telah mereka munculkan.
82
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
83
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
tentang topik atau materi yang akan dipelajari. Kedua, peserta didik sudah harus
mempunyai keterampilan bertanya. Keterampilan ini penting sebab
pembelajaran kooperatif tidak akan efektif jika peserta didik tidak mempunyai
kompetensi bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi gagasan
atau idea intersubjektif dalam rangka membangun pengetahuan. Pembelajaran
kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman peserta didik baik berupa
pengetahuan awal maupun kemampuan bertanya jawab.
1. PQ4R
Pengalaman awal bisa dibangun melalui aktivitas membaca. Dengan
kegiatan ini peserta didik akan memiliki stock of knowledge. Salah satu metode
yang dapat dikembangkan agar membaca efektif adalah PQ4R.
Seperti namanya PQ4R, kegiatan ini diawali dengan “P” yang berarti
preview. Fokus preview adalah peserta didik menemukan ide-ide pokok yang
dikembangkan dalam bahan bacaan. Pelacakan ide pokok dilakukan dengan
membiasakan peserta didik membaca selintas dan cepat bahan bacaan. Bagian-
bagian yang bisa dibaca misal bab pengantar, daftar isi, topik maupun sub topik,
judul dan sub judul, atau ringkasan pada akhir suatu bab. Penelusuran ide
pokok dapat juga dilakukan dengan membaca satu atau dua kalimat setiap
halaman dengan cepat. Singkatnya melalui preview peserta didik telah
mempunyai gambaran mengenai hal yang dipelajarinya.
Langkah berikutnya adalah “Q” yang berarti Question atau bertanya.
Peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaann untuk dirinya sendiri.
Pertanyaan dapat dikembangkan dari yang sederhana menuju pertanyaan yang
kompleks. Pertanyaan itu meliputi apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana atau 5W 1H (what, who, where, when, why, and how). Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dikembangkan ke arah pembentukan pengetahuan
deklaratif, struktural, dan pengetahuan prosedural.
85
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
86
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
3. Snowball Drilling
Metode snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan
yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan. Dalam
penerapan metode snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket
soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan
dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik
yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat giliran
pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar maka peserta
didik itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal
nomor berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya, peserta didik yang pertama
mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal maka peserta didik itu
diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga peserta didik
tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu.
Jika pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih terdapat item-
item soal yang berlum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh peserta didik
87
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
yang mendapat giliran. Mekanisme giliran menjawab sama seperti yang telah
diuraikan tersebut di atas. Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap
hal yang telah dipelajari peserta didik.
4. Concept Mapping
Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik
terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode pembelajaran peta
konsep. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah potongan kartu-kartu yang
bertuliskan konsep-konsep utama.
Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah
bertuliskan konsep utama kepada para peserta didik. Berikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang
menggambarkan hubungan antar konsep. Pastikan peserta didik membuat garis
penghubung antar konsep-konsep tersebut. Di setiap garis penghubung
diharapkan peserta didik menulis kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan
antar konsep. Kalimat-kalimat itu menunjukkan asumsi yang dibangun peserta
didik dalam menjelaskan hubungan antar konsep.
Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Sebagai bahan perbandingan
tampilkan satu peta konsep yang Anda buat. Hasil pekerjaan peserta didik yang
telah dikumpulkan bahaslah satu persatu. Ajaklah seluruh kelas untuk
melakukan koreksi atau evaluasi terhadap peta-peta konsep yang
dipresentasikan. Di akhir pembelajaran ajaklah seluruh kelas merumuskan
beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep
tersebut.
suara atas pertanyaan itu dibandingkan dengan perolehan anggota lain dalam
satu kelompok. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak kini menjadi milik
kelompok.
Setiap kelompok melaporkan secara tertulis pertanyaan yang telah
menjadi milik kelompok (mewakili kelompok). Guru melakukan pemeriksaan
terhadap pertanyaan dari tiap-tiap kelompok, mungkin ada pertanyaan yang
substansinya sama. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah diseleksi oleh guru
dikembalikan kepada peserta didik untuk dijawab secara mandiri maupun
kelompok. Jawaban lisan maupun tulisan.
7. Talking Stick
Pembelajaran dengan metode talking stick mendorong peserta didik untuk
berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick
diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari.
Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.
Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut
diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat
tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.
Ketika stick bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogjanya
diiringi musik.
Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
90
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
9. Tebak Pelajaran
Metode tebak pelajaran dikembangkan untuk menarik perhatian siswa
selama mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai
berikut
a. Tulislah atau tayangkan melalul LCD subject matter dari pelajaran yang akan
disampaikan.
b. Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata-kata kunci apa saja yang
diprediksikan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh
guru
c. Sampaikan materi pembelajaran secara interaktif.
91
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
92
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Daftar Pustaka
Baharuddin dan Esa nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar & Pembelajaran,
Yogjakarta: AR-RUZZ Media.
Bahri, Djamarah Syaiful, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta.
93
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Dryden, Gordon & Jeannette Voss, (1999), Revolusi Cara Belajar, Bag I & II,
Bandung: Mizan.
Dunne, Richard & Tedd Wragg, 1996, Pembelajaran Efektif, Jakarta: Grasindo.
Hage, Jerald dan Charles H Powers, 1992, Post Industrial Lives: Roles and
Relationships in the 21 st Century, USA: SAGE Publication
94
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Muijs, Daniel and David Reynolds, 2008, Effective Teaching: Evidence and
Practice, London: Sage Publication.
Myers, Charles B, 2000, National Standart for Social Studies Teachers, Vol 1,
USA
95
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education
Kumpulan Metode Pembelajaran
Ratna Wilis Dahar, 2000, Pluralisme dan Konstruktivisme dalam Membuka Masa
Depan Anak-Anak Kita: Mencari Kurikulum Pendidikan Abad XXI,
Sindhunata (ed), Yogjakarta: Kanisius
Ryan, Mark, 2003, Ask the Teacher: A Practitioner’s Guide Teaching and
Learning in the Diverse Classroom, New York: Allyn & Bacon.
Siberman, Mel, 1996, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject,
Boston: Allyn & Bacon.
Slavin, Robert E, 2000, Educational Psychology: Theory and Practice, New York:
Allyn & Bacon.
______________, 2005, Cooperative Learning: Theory, Research and Practice,
London: Allyn & Bacon.
97
http://history22education.wordpress.com – Blog History Education