Anda di halaman 1dari 2

SISTEM KETATANEGARAAN DI INDONESIA

Ketetanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Tata Negara adalah
seperangkat prinsip dasar yang mencangkup peraturan susunan pemerintah,  bentuk negara dan
sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara.

Menurut hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan
bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan  pemerintahannya serta hak dan
kewajiban para warga negara terhadap pemerintah dan sebaliknya.

Sistem katatanegaraan di Indonesia pernah mengalami beberapa perubahan mengikuti


amandemen yang dilakukan terhadap UUD 1945 sebanyak empat kali dari tahun 1999-2002.
Sistem ketatanegaraan di Indonesia saat masa orde baru memang belum seimbang atau tidak
dimungkinkannya checks and balance antar cabang kekusaan negara. Orde baru di bawah
kekuasaan Soeharto bertekad menjalankan kekuasaan yang lebih demokratis dengan Demokrasi
Pancaila. Beliau ingin memperbaiki nasib bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Dalam
bidang Politik dibuatlah UU No. 15 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,
dan DPRD. Atas dasar Undang-Undang tersebut Orde Baru mengadakan pemilihan umum
pertama tahun 1971. Namun lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan -penyimpangan.
Penafsiran terhadap pasal-pasal dalam UUD 1945 tidak dijalankan sesuai yang ada di dalam
undang-undang tersebut dan malah menguntungkan pihak penguasa.

Sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan orde baru menggunakan UUD
1945. Secara prinsip terdapat lima kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia menurut
UUD 1945, yaitu:

 Kekuasaan Eksekutif, yakni kekuasaan menjalankan perundang-undangan negara


(Dalam hal ini dilakukan oleh Presiden)
 Kekuasaan Konsultatif, yakni kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan
kepada pemerintah (Dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Agung).
 Kekuasaan Legislatif, yakni kekuasaan mebentuk perundang-undangan negara
dalam hal ini dilakukan oleh DPR dan Presiden.
 Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara , disebut kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
 Kekuasaan mempertahankan perudang-undangan Negara atau kekuasaan
Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung

Dalam prinsip UUD 1945 ini, Republik Indonesia tidak menganut asas Trias Politica
seperti yang diajarkan Montesqueau, Indonesia tidak menganut asas pemisahan kekuasaan,
melainkan pembagian kekuasaan. Kekuasaan tertinggi negara justru disatukan bukan dipisahkan
dalam satu lembaga tertinggi negara yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
(MPR). Jadi, saat belum diadakannya amandemen MPR merupakan lembaga tertinggi negara
sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Hal ini mengakibatkan tidak
adanya checks and balance yang mengakibatkan ketidakluwesan lembaga negara dalam
menjalankan wewenangnya karena dominasi lembaga eksekutif.

Tidak hanya itu, kekuasaan seorang presiden tidak dibatasi, artinya berlaku seumur
hidup. Posisi seorang presiden yang sangat kuat memberi kerugian yang luar biasa bagi negara
karena menghilangkan kesan demokrasi sehingga lebih ke arah diktator. Mahkamah Agung saat
itu sebagai satu-satunya lembaga kekuasaan kehakiman, belum ada kekuasaan kehakiman lain
seperti Mahkamah Konstitusi yang baru akan dibentuk setelah amandemen UUD 1945.

Setelah adanya amandemen, ada perubahan besar yang terjadi bagi sistem ketatanegaraan
Indonesia. MPR yang dulunya sebagai lembaga tertinggi negara sekarang sudah setara dengan
lembaga seperti DPR, DPD, BPK, MA dan MK. Mahkamah Konstitusi juga dibentuk setelah
dilakukannya amandemen. DPR setelah diadakannya amandemen diperkuat kedudukannya
sebagai lembaga legislatif dan diperjelas fungsi dan kedudukannya. Presiden pun yang dulunya
memegang kekuasaan penuh terhadap kekuasaan eksekutif, yudikatif dan legislatif, sekarang
hanya menjalankan kekuasaan eksekutif dan batas jabatan presiden yang dulunya seumur hidup
sekarang dibatasi hanya 5 tahun dan boleh dipilih kembali untuk satu periode terakhir.

MA juga mengalami perubahan setelah amandemen. Setelah amandemen, MA


merupakan lembaga negara pemegang kekuasaan kehakiman disamping Mahkamah Konstitusi.
MA membawahi beberapa macam lingkungan peradilan, yaitu peradilan umum, peradilan
agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha negara.

Tak hanya MK, dibentuk pulalah KY atau Komisi Yudisial yang bertugas mencalonkan
hakim agung dan melakukan pengawasan moralitas serta kode etik kepada para hakim.
Begitupun dengan DPD atau Dewan Perwakilan Daerah yang baru dibentuk setelah adanya
amandemen.

Amandemen dilakukan untuk memperkuat dan memperjelas sistem dan hal-hal yang lain
sebagai tuntutan atas reformasi pada saat itu. Tuntutan itu disebabkan oleh rezim Soeharto yang
penuh dengan praktik KKN serta Sistem Ketatanegaraan yang tidak seimbang dan berjalan
dengan baik.

Dengan sistem ketatanegaraan saat ini, sudah tercipta check and balance tidak ada lagi
kekuasaan yang terpusat pada salah satu lembaga negara yang menyebabkan lembaga negara
yang lain tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai