H041201009 - Samuel Ferdinand Parinding - Tugas PAN
H041201009 - Samuel Ferdinand Parinding - Tugas PAN
Ketetanegaraan adalah segala sesuatu mengenai tata negara. Tata Negara adalah
seperangkat prinsip dasar yang mencangkup peraturan susunan pemerintah, bentuk negara dan
sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara.
Menurut hukumnya, tata negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan
bernegara yang menyangkut sifat, bentuk, tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan
kewajiban para warga negara terhadap pemerintah dan sebaliknya.
Sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan orde baru menggunakan UUD
1945. Secara prinsip terdapat lima kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia menurut
UUD 1945, yaitu:
Dalam prinsip UUD 1945 ini, Republik Indonesia tidak menganut asas Trias Politica
seperti yang diajarkan Montesqueau, Indonesia tidak menganut asas pemisahan kekuasaan,
melainkan pembagian kekuasaan. Kekuasaan tertinggi negara justru disatukan bukan dipisahkan
dalam satu lembaga tertinggi negara yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
(MPR). Jadi, saat belum diadakannya amandemen MPR merupakan lembaga tertinggi negara
sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat. Hal ini mengakibatkan tidak
adanya checks and balance yang mengakibatkan ketidakluwesan lembaga negara dalam
menjalankan wewenangnya karena dominasi lembaga eksekutif.
Tidak hanya itu, kekuasaan seorang presiden tidak dibatasi, artinya berlaku seumur
hidup. Posisi seorang presiden yang sangat kuat memberi kerugian yang luar biasa bagi negara
karena menghilangkan kesan demokrasi sehingga lebih ke arah diktator. Mahkamah Agung saat
itu sebagai satu-satunya lembaga kekuasaan kehakiman, belum ada kekuasaan kehakiman lain
seperti Mahkamah Konstitusi yang baru akan dibentuk setelah amandemen UUD 1945.
Setelah adanya amandemen, ada perubahan besar yang terjadi bagi sistem ketatanegaraan
Indonesia. MPR yang dulunya sebagai lembaga tertinggi negara sekarang sudah setara dengan
lembaga seperti DPR, DPD, BPK, MA dan MK. Mahkamah Konstitusi juga dibentuk setelah
dilakukannya amandemen. DPR setelah diadakannya amandemen diperkuat kedudukannya
sebagai lembaga legislatif dan diperjelas fungsi dan kedudukannya. Presiden pun yang dulunya
memegang kekuasaan penuh terhadap kekuasaan eksekutif, yudikatif dan legislatif, sekarang
hanya menjalankan kekuasaan eksekutif dan batas jabatan presiden yang dulunya seumur hidup
sekarang dibatasi hanya 5 tahun dan boleh dipilih kembali untuk satu periode terakhir.
Tak hanya MK, dibentuk pulalah KY atau Komisi Yudisial yang bertugas mencalonkan
hakim agung dan melakukan pengawasan moralitas serta kode etik kepada para hakim.
Begitupun dengan DPD atau Dewan Perwakilan Daerah yang baru dibentuk setelah adanya
amandemen.
Amandemen dilakukan untuk memperkuat dan memperjelas sistem dan hal-hal yang lain
sebagai tuntutan atas reformasi pada saat itu. Tuntutan itu disebabkan oleh rezim Soeharto yang
penuh dengan praktik KKN serta Sistem Ketatanegaraan yang tidak seimbang dan berjalan
dengan baik.
Dengan sistem ketatanegaraan saat ini, sudah tercipta check and balance tidak ada lagi
kekuasaan yang terpusat pada salah satu lembaga negara yang menyebabkan lembaga negara
yang lain tidak menjalankan fungsinya dengan baik.