12 Okt.2020
2. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin
di pindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor
dapat menjadi penyebab luka bakar, beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh
cara dan lamanya kontak dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang
membakar, jenis pakaian yang terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak
panas), listrik, zat kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan
ruangan yang tertutup.
3. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi
jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit
dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan
subkutan tergantung pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit
memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Kehilangan cairan akan
mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan
pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari
intravaskuler ke ekstra vaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh
kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi
edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak
segera ditangani (Hudak dan Gallo, 1996). Menurunnya volume intra vaskuler
menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerulus) akan
menurun sehingga haluaran urine meningkat. Jika resitasi cairan untuk kebutuhan
intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resitasi cairan
adekuat, maka cairan interstisial dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga
terjadi fase diuresis.
4. Patway/Patoflodiagram
5.
b. Berdasarkan kedalamannya
Derajad Meluaske Kaku dan kasar Tidak nyeri Lama Parut, kerut,
3 seluruh lapisan putih/coklat (berbulan- ambutasi,
dermis tidak pucat bulan) dan (eksisidinid
tidak ianjurkan )
sempurna
Dearajad Meluas ke Hitam Kering Tidak nyeri Perlu eksisi Ambutasi
4 seluruh lapisan hangus gangguan
kulit, dan ke dengan eskar fungsional
dalam lapisan yang
lemak, otot dan signifikan
tulang di dan, dalam
bawahnya beberapa
kasus,
kematian
7. Pemeriksaan penunjang
a) Hitung darah lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya
Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
b) Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c) Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
d) Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan,
hipokalemia terjadi bila diuresis.
e) Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
f) Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g) EKG : Tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit
gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal.
a) Tindakan yang dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri
pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topikah karena eschar
tidak dapat ditembus dengan pemberian obat antibiotik sistemis.
b) Pemberian obat obatan topikal anti mikrobial bertujuan tidak untuk
mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme
dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikah secara
tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah
sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.
9. Komplikasi
a) Curting Ulcer / Dekubitus
b) Sepsis
c) Pneumonia
d) Gagal Ginjal Akut
e) Deformitas
f) Kontraktur dan Hipertrofi Jaringan parut Komplikasi yang lebih jarang terjadi
adalah edema paru akibat sindrom gawat panas akut (ARDS, acute respiratory
disters syndrome) yang menyerang sepsis gram negatif. Sindrom ini
diakibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisial paru. Kehilangan kemampuan mengembang dan gangguan oksigen
merupakan akibat dari insufisiensi paru dalam hubungannya dengan siepsis
sistemik.
2. Diagnosa keperawatan
a) Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhia l; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status
hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan
c) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial
dari dada atau leher.
d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi
e) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manipulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
f) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/inter upsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edem
g) Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi
lapisan kulit
3. Perencanaan keperawatan
a) Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
trakheobronkhia l; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .
Tujuan dan Kriteria Hasil
Bersihan jalan nafas tetap efektif. Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler, RR
dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanos is.
Intervensi
1) Kaji refleks gangguan/menelan; perhatikan pengaliran air liur,
ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi.
Rasional: Dugaan cedera inhalasi
2) Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya
pucat/sianosis dan sputum mengandung karbon atau merah muda.
Rasional: Takipnea, penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan
sputum menunjukkan terjadi distress pernafasan/edema paru dan
kebutuhan intervensi medik
3) Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi
nafas, batuk rejan.
Rasional: Obstruksi jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat
cepat atau lambat contoh sampai 48 jam setelah terbakar.
4) Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang
cidera
Rasional: Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.
Meningkatkan ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan.
5) Tinggikan kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah
kepala, sesuai indikasi
Rasional: Bilakepala/leher terbakar, bantal dapat menghambat
pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang terbakar
dan meningkatkan konstriktur leher.
6) Dorong batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, memobilisasi dan drainase
sekret
7) Lakukan program kolaborasi meliputi : Berikan pelembab O2 melalui
cara yang tepat, contoh masker wajah Awasi/gambaran seri GDA
Rasional: O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi keperawatan
yang telah di susun
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai.
6. Perencanaan pulang
Discharge planning dilakukan pada saat pasien akan pulang berupa informasi
tentang nomer rekam medis; ruang; tanggal masuk dan tanggal keluar; dokter
yang merawat; konsultan; macam tindakan; tanggal tindakan; pendidikan
kesehatan atau perawatan di rumah; diet; obat-obatan yang diteruskan dan
dokumen yang disertakan waktu pulang (misalnya CT Scan, foto Rontgen dan
lain-lain); jadwal kontrol dokter; dan tanda tangan penerima maupun tanda tangan
petugas ruangan
7. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian integral proses. Dokumentasi
keperawatan mencangkup penyajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan
tindakan.
Daftar Pustaka
Andra, S.N. (2013). KMB 2 : Keperawatan medikal bedah, keperawatan dewasa teori
dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Gloria M., dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia.
Indonesia : Elsivier
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Indonesia : Elsivier Kidd,
Kidd, Pamela S., dkk. 2010. Pedoman Keperawatan Emergensi Edisi 2. Jakarta :
EGC
NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC Nugroho,