Anda di halaman 1dari 14

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

BAB VI
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN
REGULASI BIDANG CIPTA KARYA
KOTA BEKASI

6.1 Arahan Kebijakan Kelembagan Bidang Cipta Karya


Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam
pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta
Karya pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi
seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk
membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka
dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui
Pemerintah Daerah. Dasar utama penyusunan perangkat daerah
dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan
harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor
kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang
meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan
ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena
itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing
daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum
merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan
pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap
pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan
kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini
dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1) Urusan wajib
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah
provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan
pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”. Dari
pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan

VI- 1
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga


penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu
perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang
Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina
Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU
merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas.
Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang,
dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang
terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.1
Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-


2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem
perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk
mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan
instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur
(SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan
dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi
pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara
bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan
menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan
efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

VI- 2
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand


Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 Tindak lanjut dari
Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan,
Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah
Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada
pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan
secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan
pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan
mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,
penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi
pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta
Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan
adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk
mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan
disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang
terdiri dari sembilan program, yaitu:
a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi
manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda,
sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka
reformasi birokrasi;
b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi:
penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi:
restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit
kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik,
kepagawaian dan diklat;
d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP
penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan
pengembangan e-government;
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan
sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan,
penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu
berdasarkan kompetensi;
f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen
kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

VI- 3
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar


pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada
Kab/Kota.
i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat
dilihat pada gambar 10.2 berikut ini.

Gambar 6.2
Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta
Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan


Gender dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke
dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga
pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan
untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif
gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan
masing-masing.

VI- 4
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya


telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta
Karya. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan
kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip
PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta
Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010
Tentang Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar
bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.
Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada
Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan
tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an,
khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam
dokumen RPI2-JM. Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa
Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan
pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung
jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi
dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab
di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam
penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum
penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda).
Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan
Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar
Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah
sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi
masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan
perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan
tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan
bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum, drainase,
prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

VI- 5
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman


Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja
Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi
pemerintah dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban
kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan
kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah:
beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam
keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian
pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan
memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk


mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan
pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang
urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya
suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan
pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

6.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini


A. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mempunyai
tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah yang meliputi
ekonomi, fisik, sosial budaya, serta pengendalian dan evaluasi.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Bappeda Kota Bekasi menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis perencanaan
2. Pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas teknis tertentu di bidang
perencanaan pembangunan daerah meliputi ekonomi, fisik,
sosial budaya, serta pengendalian dan evaluasi
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Adapun visi dari BAPPEDA Kota Bekasi yaitu :
“Badan Perencana Yang profesional Dalam mewujudkan
Perencanaan Pembangunan Daerah Yang Berkualitas”
Selain itu, BAPPEDA Kota Bekasi memiliki misi :
1. Menyusun perencanaan pembangunan daerah yang partisipatif,

VI- 6
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

menyeluruh, selaras dan berkesinambungan


2. Mengembangkan pengelolaan dan penyediaan data perencanaan
pembangunan daerah yang lengkap, akurat dan terintegrasi
3. Meningkatkan kinerja aparatur perencana dan kapasitas
lembaga untuk mencapai tujuan organisasi
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, maka BAPPEDA Kota
Bekasi memiliki susunan organisasi. Susunan organisasi di
BAPPEDA Kota Bekasi yaitu sebagai berikut :

VI- 7
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Kepala Badan

Sekretariat
• Sub Bagian Perencanaan
• Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
• Sub Bagian Keuangan

Bidang Fisik Bidang


Bidang Ekonomi • Sub Bidang Tata Bidang Sosial Pengendalian dan
• Sub Bidang Ruang dan Budaya Evaluasi
Perekonomian Infrastruktur • Sub Bidang
• Sub Bidang Wilayah • Sub Bidang
Pemerintahan
Kelembagaan • Sub Bidang Sumber Monitoring dan
• Sub Bidang Sosial
Ekonomi Daya Alam dan Evaluasi
dan Budaya
Lingkungan Hidup • Sub Bidang Statistik
dan Pelaporan

Unit Pelaksana Teknis Badan


Jabatan Fungsional
(UPTB)

VI- 8
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Gambar 10.3
Struktur Organisasi BAPPEDA Kota Bekasi

 Dinas Bangunan dan Pemadam Kebakaran


Dinas ini adalah perubahan dari yang asalnya Dinas
P2B/Distawasbang (Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan)
Kota Bekasi, yang dirubah saat ini menjadi Disbangker (Dinas
Bangunan dan Pemadam Kebakaran) Kota Bekasi.
Perubahan ini didasari oleh :
- Perda Kota Bekasi Nomor 06 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Perda Kota Bekasi No. 06 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah
Kota Bekasi
- Perda Kota Bekasi Nomor 01 Tahun 2011 tentang Perubahan
RPJMD Kota Bekasi Tahun 2008-2013
- Peraturan Walikota Bekasi Nomor 42 Tahun 2010 tentang
Tugas, Fungsi dan Tata Keja serta Rincian Tugas Jabatan pada
Dinas Bangunan dan Kebakaran Kota Bekasi
- Revisi Rencana Strategis Dinas Bangunan dan kebakaran Kota
Bekasi Tahun 2008-2013
- Penetapan Kinerja Dinas Bangunan dan Kebakaran Tahun 2011
Dinas Bangunan dan Pemadam Kebakaran mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah bidang fisik
bangunan milik pemerintah dan permukiman pada umumnya,
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan meliputi
perencanaan, perumahan dan permukiman, pengawasan dan
pengendalian bangunan serta penanganan kebakaran.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Dinas Bangunan dan Pemadam Kebakaran Kota Bekasi
menyelenggarakan fungsi :
- Perumusan kebijakan teknis permukiman daerah
- Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang Pengawasan Bangunan sesuai dengan lingkup tugasnya
- Pembinaan dan pelaksanaan tugas teknis operasional di bidang
yang meliputi perencanaan, perumahan dan permukiman,
pengawasan dan pengendalian bangunan, serta pemadam
kebakaran
Fungsi dan tugas pokok di atas disusun berdasarkan visi Dinas
Bangunan dan Pemadam Kebakaran yaitu :
“Tertatanya Bangunan Gedung Pemerintah Aman dan Berkualitas”
Adapun misi dari Dinas Bangunan dan Pemadam Kebakaran yaitu :

VI- 9
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

1. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perumahan dan


permukiman Kota Bekasi
2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
pengawasan sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan dan
aparatur pemerintahan
3. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang
pemadam kebakaran

 Dinas Kebersihan
Visi Dinas Kebersihan adalah :
“Menjadikan Kota Bekasi Sebagai Kota terbersih Se Jawa Barat”
Untuk mencapai visi tersebut maka diperlukan misi sebagai berikut
:
- Meningkatkan pelayanan kebersihan yang optimal
- Meminimalisasi dampak pencemaran lingkungan
Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka dibuatlah struktur
organisasi dinas guna efisiensi karyawan dan tepat sasaran. Berikut
ini struktur organisasi Dinas Kebersihan Kota Bekasi

Gambar 6.4
Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Bekasi

VI- 10
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

 PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi


Tirta Bhagasasi (PDAM Bekasi) lama dikenal sebagai penyedia jasa
air bersih bagi area industri, area bisnis maupun permukiman
penduduk di wilayah operasional Tirta Bhagasasi, meliputi
Kabupaten Bekasi dan sebagian Kota Bekasi. Tirta Bhagasasi
senantiasa berupaya memberikan pelayanan terbaik berupa jasa
penyedia kebutuhan akan air yang terjamin kualitas dan
kuantitasnya. Hal ini adalah bagian langkah kecil Tirta Bhagasasi
untuk menyehatkan masyarakat Bangsa Indonesia.
Semua usaha yang dilakukan oleh Tirta Bhagasasi untuk memenuhi
kepuasan pelanggan. Tirta Bhagasasi menyadari bahwa pelanggan
setia adalah urat nadi dari majunya bisnis yang telah dirintis
selama ini.
Sejak tahun 1979 Tirta Bhagasasi mendapat konsesi untuk
melakukan usaha dari Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
dengan Nomor : 036/KPTS/CK/VI/1979, dengan bentuk lembaga
Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM) Kabupaten Bekasi dibawah
pengawasan Proyek Air Bersih Jawa Barat.
Setelah berjalan 2 tahun kemudian terjadi penggabungan BPAM
dan PDAM berdasarkan Perda No : 04/HK-D/PU.013.1/VIII/81, yang
kemudian mengalami dua kali perubahan Perda yaitu Nomor 8
Tahun 1988 dan Nomor 2 Tahun 1992.
Tahun 1998 pelayanan 2 wilayah Kabupaten dan Kota bekasi
berdasarkan kesepakatan bersama pemda Kota dan Kabupaten
Bekasi tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistim Penyediaan
Air Bersih Wilayah Kotamadya Bekasi oleh PDAM Kabupaten DT>
II Bekasi Nomor : 690/244A/PDAM 690/191/PDAM 690/Kep.457-
HOR/XII/2002 tahun 2002 dengan nama PDAM Bekasi berdasarkan
keputusan bersama pemda Kota dan Kabupaten Bekasi tentang
kepemilikan dan pengelolaan PDAM Bekasi Nomor : 503/Kep.389.B-
PAM/2002 690/Kep.458-HOR/XII/2002/

 PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi


Didasari besarnya tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan air
bersih maka dibentuklah Satuan Pengelolaan Instalasi Air Bersih
(SP-IPAS), pendirian PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi berawal dari
proyek WEST JAVA URBAN DEVELOPMENT SECTOR PROJECT
(WJ-UDSP) ADB LOAN 1384-INO tahun 2001-2003 dengan sumber
dana dari pinjaman ADB, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota
Bekasi. Tujuannya adalah untuk menyediakan air bersih bagi
masyarakat di daerah rawan air bersih.
Setelah proyek selesai dilaksanakan, pengelolaan hasil
pembangunan diserahkan kepada Satuan Pengelola Instalasi Air
Bersih (SP-IPAS) sesuai dengan SK. Walikota Bekasi No.
693/Kep.368-DTKP/X/2003. Pengelolaan yang cukup baik

VI- 11
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

menjadikan SP-IPAS dipercaya sebagai penyedia layanan air bersih.


Jumlah pelanggan yang terus bertambah menuntut pengembangan
manajemen dan organisasi. Oleh karena itu SP-IPAS
disempurnakan menjadi Pengelola Instalasi Pengolahan Air Teluk
Buyung (PIPA TB) berdasarkan keputusan Walikota Nomor 71
Tahun 2004.
Manajemen perusahaan yang semakin baik menjadikan PIPA TB
kian penting perannya di Kota Bekasi. Kemampuan memberikan
sumbangan bagi PAD Kota Bekasi menjadi acuan penyempurnaan
organisasi menjadi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi melalui
Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2006. Dari
perjalanan yang belum lama PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi
mengalami kemajuan yang signifikan, baik secara manajemen,
keuangan, pelayanan serta jumlah pelanggan sehingga mampu
menjadi Penyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) bagi
Pemerintah Kota Bekasi dan mampu melayani kebutuhan air bersih
untuk masyarakat secara baik, handal serta profesional.
Adapun yang menjadi visi dari PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi
yaitu :
“Menjadi Perusahaan Air Minum yang Handal, Berkembang dan
Berkelanjutan Didukung Tenaga Kerja Profesional.”
Sedangkan misi dari PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi yaitu :
1. Optimalisasi kapasitas terpasang dan merencanakan
pengembangan
2. Meningkatkan cakupan pelayanan
3. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
4. Penerapan disiplin dan produktivitas kerja
5. Meningkatkan profitabilitas dan memberikan kontribusi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada pemerintah Kota Bekasi
6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan membangun image
rasa memiliki
7. Memberikan layanan prima kepada masyarakat
Demi mencapai visi dan misi dari PDAM Tirta Patriot maka
disusunlah organisasi perusahaan daerah. Berikut ini struktur
organisasi pada PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi :

VI- 12
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Gambar 6.5
Struktur Organisasi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi

B. Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya


Sebagiamana telah ditetapkan, penataan tata laksana merupakan
salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas
kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan
adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam
melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja. Berikut ini kondisi ketatalaksanaan bidang
cipta karya yang ada di Kota Bekasi „:

Tabel 6.1
Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
Kota Bekasi
Unit/Bagian yang
Peran Instansi dalam Menangani
No. Instansi
Pembangunan Bidang CK Pembangunan
Bidang CK

1. Bappeda  Perumusan kebijakan teknis  Bidang Fisik


perencanaan
 Pengoordinasian penyusunan
perencanaan pembangunan
 Pembinaan dan pelaksana tugas
teknis
2. Dinas Bangunan  Perumusan kebijakan teknis
dan Pemadam

VI- 13
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya

Kota Bekasi

Unit/Bagian yang
Peran Instansi dalam Menangani
No. Instansi
Pembangunan Bidang CK Pembangunan
Bidang CK

Kebakaran permukiman daerah


 Penyelenggara urusan
pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang pengawasan
bangunan
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas
teknis operasional di bidang yang
meliputi perencanaan, perumahan
dan permukiman, pengawasan
dan pengendalian bangunan serta
pemadam kebakaran
3. Dinas Kebersihan
4. PDAM Tirta
Bhagasi Bekasi
5. PDAM Tirta
Patriot Kota
Bekasi

VI- 14

Anda mungkin juga menyukai