Anda di halaman 1dari 17

Keluiah 5

Sistim Moneter dan Bank


Sentral

1. Sistim Moneter.

Sistem moneter adalah lembaga-lembaga yang dapat


mengeluarkan, menciptakan, dan mempengaruhi jumlah uang yang
beredar. Sistem moneter terdiri dari otoritas moneter dan semua bank
yang di perbolehkan menerima simpanan giro, termasuk bank-bank
devisa. Otoritas moneter terdiri dari Bank Sentral atau Bank Indonesia
dan Bank Pemerintah Pusat.
Sistem moneter bersama-sama dengan lembaga-lembaga
keuangan lainnya merupakan sektor ekonomi keuangan Indonesia.
Menurut UU perbankkan No. 14 tahun 1967, ‖ sistem perbankkan
Indonesia disusun agar BI dapat melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan moneter oleh bank-bank dan untuk
mengawasi serta memimpin seluruh sistem perbankkan‖.
Oleh karena itu seluruh bank, yaitu bank komersil/ umum
pemerintah atau swasta sebagai badan usaha dengan bentuk hukum
perseroan terbatas atau koperasi akan dapat di awasi dan di arahkan
oleh bank sentral agar supaya dapat di ciptakan suatu sistem koordinasi
dibawah lembaga pengawasan dan panduan tunggal.
1) Fungsi dari otoritas moneter adalah
a. Mengeluarkan atau menciptakan uang giral.
b. Menciptakan uang primer (Uang Kartal).
c. Memelihara atau melakukan pengelolaan cadangan emas dan devisa.
d. Mengontrol pelaksanaan sistem moneter.
Fungsi otoritas moneter yang dilaksanakan oleh pemerintah
adalah mengadakan transaksi dengan International Monetary of
Fund (IMF) dan mengadakan pinjaman dari luar negeri dalam
rangka memperkuat cadangan devisa.
2) Dewan Moneter
Menurut UU No. 13 tahun 1968 tentang Bank sentral, dalam Bab
VI pasal 9 menyebutkan bahwa dewan moneter bertugas untuk :
a. Membantu perencanaan dan penentuan serta pengawasan pola
kebijaksanaan moneter untuk mencapai kestabilan moneter.
b. Membantu perencanaan dan penentuan kesempatan kerja penuh
dan kenaikan taraf hidup rakyat.
c. Mengatur dan mengkoordinir pelaksanaan kebijaksanaan
moneter seperti yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Kemudian dalam bab yang sama pasal 10 mengatakan bahwa,
dewan moneter terdiri dari :

a. Ketua : Menteri Keuangan


b. Anggota : Menteri Perekonomian/Perdagangan.
Gubernur Bank Indonesia.

Anggota-Anggota Umum Sistem Moneter Dan


Perbankan Di Indonesia

Dirjen moneter dlm negeri


Dirjen moneter luar negeri
Departemen Keuangan
Dewan
moneter
Deputi Perencanaan Moneter
Pembiayaan BAPPENAS

Bank
sentral

Bank Pemerintah Bank asing Bank swasta


Bank Umum/Devisa Kantor cabang Bank umum
Bank Pembangunan Daerah Kepala sub cabang Bank umum (devisa)
Bank Tabungan Ketua perwakilan

3) Kedudukan Dewan / Anggota Moneter di Indonesia

Dalam sistem perbankan indonesia, di mana terdapat dewan


moneter yang di ketuai oleh Menteri Keuangan dengan anggota,
Menteri Perdagangan / Perekonomian dan Gubernur Bank
Indonesia. Di bawah dewan moneter terdapat Bank Sentral (Bank
Indonesia) di samping berfungsi : mengatur, menjaga, memelihara
kestabilan nilai rupiah, mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan
moneter dan membina, mengkoordinir dan mengawasi seluruh
perbankan baik Bank Pemerintah / Bank Sentral Nasional.
Dewan moneter ini berakhir setelah dikeluarkannya Undang-
Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dan dari sini pula
dimulai Independensi Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas-
tugasnya.
2. Bank Sentral

Asal-usul Bank Sentral

Pada tahun 1834 seorang Perancis yang berkunjung ke Amerika


Serikat menyebut the Bank of United States (cikal bakal Federal
Reserve Bank sebagai banque centrale). Dan 40 tahun kemudian
Walter Bagehot menggunakan nama tersebut dalam bahasa Inggris
‖central bank‖, sebagai bank yang memiliki hak monopoli dalam
percetakan dan pengedaran uang (Marjorie and Pringle, dalam Suseno ;
2007 hal 4).
Mengapa bank sentral penting ? sesuai dengan predikat yang
melekat pada nama yaitu bank dan sentral, sentral disini dapat diartikan
sebagai pengendali, sebagai pusat, sebagai pembuat aturan bagi bank
lain. Jadi bank sentral menjadi penting karena ; a) sebagai otoritas
moneter, kegiatan bank sentral terkait dan berpengaruh terhadap
seluruh sektor ekonomi lainnya (seperti fiskal, riil, luar negeri dan
lainnya), b) bank sentral selain bertugas menjaga kestabilan harga juga
berperan penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, c) bank
sentral sebagai mitra strategis dan penyeimbang bagi otoritas fiskal
dalam menjaga stabilitasekonomi makro suatu perekonomian.
Bank sentral merupakan fenomena abad ke 20, hanya ada
beberapa bank sentral yang ada sebelum abad 20 yaitu ; Inggris dan
Swedia. Menurut Capie (1997) pada awal abad 20 terdapat 18 bank
sentral, pada tahun 1950 ada sebanyak 59 bank sentral dan pada tahun
1990 telah menjadi 161 bank sentral didunia. Pada saat ini hampir
setiap negara memiliki sebuah bank sentral.
Munculnya bank sentral adalah melalui proses evolusi yang
sangat panjang, akan tetapi pada dasarnya bank sentral muncul sebagai
konsekuensi dari adanya uang serta berkembangnya sistim perbankan.
Bank sentral muncul sejak ada bank yang ditunjuk dan mempunyai
monopoli untuk mencetak dan mengedarkan uang. Tetapi ada juga
teori yang menyatakan bahwa bank sentral muncul sejak sebuah bank
berfungsi sebagai ‖the lender of the last resort‖. Kalau harus memenuhi
ke dua syarat tersebut maka sebelum abad 20 mungkin tidak ada
lembaga yang memenuhi syarat sebagai suatu banksentral.
Sebelum dikenal adanya bank sentral, setiap bank dapat
mengeluarkan uang (koin) masing-masing dan uang tersebut tidak
memakai standard (ukuran maupun kadar kandungan emas atau
peraknya). Pada tahun 1606 parlemen Belanda mengidentifikasikan
terdapat 341 jenis coin perak dan 505 jenis coin emas, dan paling tidak
terdapat lembaga yang mencetak (mints) coin (uang logam) di
Belanda. Pada tahun 1609 Bank of Amsterdam sebenarnya sudah
mulai dengan monopoli mencetak kion, tetapi bank tersebut bankrut
karena kredit macet (terhadap Dutch East India Co).
Bank-bank sentral yang terbentuk sebelum abad 20 antara lain
Swedia, dan Eropa lainnya, Bank of Japan dibentuk pada tahun 1882
pada saat restorasi Meiji, bank sentral Amerika (the Fed) baru berdiri
pada awal abad 20 yaitu pada tahun 1913, sedangkan sebagian besar
bank sentral termasuk Indonesia terbentuk setelah berakhirnya perang
dunia ke dua. Bank sentral terus mengalami perubahan, terutama
menjelang akhir abad 20 dan awal abad 21.

(* Suseno ; 2007, hal 4-8)


Dibidang kelembagaan misalnya bank sentral yang semula sebagai bagian dari
pemerintah,menjadi semakin otonom/independen, tugas yang semula lebih luas menjadi
semakin terfokus. Berikut dapat dilihat evolusi kelembagaan bank sentral ;

Evolusi kelembagaan Bank Sentral


Bank sentral di berbagai negara bermula dari bank komersial, yang
berkembang menjadi bank sirkulasidan kemudian menjadi bank sentral yang
modern dengan tujuan yang fokus dan independent.

Bank sirkulasi & Bank sentral Bank sentral


banker’s bank (awal) (dewasa ini )

 Bank komersial ber  Peran kebijakan mo  Tujuan tunggal, yaitu


fungsi sebagai bank neter, perbankan, dan stabilitas harga untuk
sirkulasi sistim pembayaran pertumbuhan ekonomi
 Juga sebagai ban meningkat  Fokus pada tiga tugas ;
 Kadang masih sebagai kebijakan moneter,
ker’s bank (len ders
bank komersial perbankan, dan sistim
of last resort)  Sebagai bagian dari pembayaran
 Peran kebijakan mo pemerintah, termasuk  Independent dari peme
neter, perbankan, pembiayaan fis kal dan rintah dengan koor
dan sistim pemba program pemerintah dinasi
yaran terbatas  Tujuan jamak (inflasi,  Penguatan akuntabi
kurs, partumbuhan, litas dan tranfaransi.
lapangan kerja, neraca
pembayaran

Dalam perjalanannya evolusi kelembagaan bank sentral ini terus diikuti dengan evolusi
dari peran bank sentral itu sendiri, dan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Evolusi Peran Bank Sentral
Evolusi peran bank sentral dipengaruhi perkembangan ekonomi dan keuangan,
sosial dan politik, serta teori ekonomi.

Bank sirkulasi & Bank Sentral Bank Sentral


Banker’s bank (awal) (Dewasa ini)

 Industrial revolution &  Perlunya pertumbuhan (dari  Globalization & financial


Ekonomi,
keuangan

merchantilism pada inflasi pasca perang liberalization


 Emergence of banking dunia  Cross-border capital flows
 Financial repression & & crises
and payment system
government lead develop  Pentingnya disiplin dan
ment focus kebidang ekonomi
 Bretton wood & interest
trade focus

 Classical economic  Macroeconomic (output) Neo-clasical synthesis : LR


stabilization policy money neutrality & SR
Pandangan

thoughts of Adam Smith,


 Debat Klasik versus Keynes Philips curve inflation focus
Teori

Fisher, Keyness, Ricardo,


Casel, etc, on growth  Mundel-Fleming untuk eko of monetary policy
nomi terbuka Ratexs & Real business
money, prices, interest, cycle, transparency,
 Structural adjustment
exchange rate etc. policies (first generation komitment, credibility
reforms) Good governance (second
generation reforms)

 Colonialism from the  Democratization in the  Democratization movements


from the West ―spill-over‖to
Politik
Sosial

West, struggle for West, but not in the East


independence in the East  Nationalsm & cathing the East
up’from the East

Perkembangan Bank Sentral di Indonesia.

Di Indonesia, bank sentral dikenal Bank Indonesia yang pada mulanya


berkembang dari suatu bank yang mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-
bank pada umumnya atau yang dikenal dengan sebutan bank komersial. Secara gradual
bank sentral diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dan berbeda dari bank
komersial, yaitu dalam pengaturan dan kebijakan seperti menerbitkan uang (kertas dan
logam), dan bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah. Dalam perkembangan
selanjutnya, bank yang kemudian dikenal sebagai bank sentral memiliki tugas dan
tanggung jawab yang lebih terkait dengan pengaturan dan kebijakan, dan dilepaskan
dari berbagai tugas dan tanggung jawab yang pada umumnya dilakukan oleh bank
komersial.
Pada awalnya bank sentral disebut sebagai bank of issue ’bank sirkulasi’ karena
tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah
dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau
perak atau keduanya.
Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki bank sentral seperto
yang ada pada saat ini. Pada periode tersebut fungsi bank sentral hanya terbatas sebagai
bank sirkulasi. Tugas sebagai bank sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV
yang diberi hak oktrooi Tahun 1827, yaitu hak mencetak dan mengedarkan Gulden
Belanda oleh Pemerintah Belanda.
Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, dalam penjelasan bab VII
pasal 23 UUD 1945 disebutkan bahwa dibentuk sebuah bank sentral yang disebut bank
Bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.
Selanjutnya pada tanggal 19 September 1945 dalam sidang Dewan Menteri, Pemerintah
Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk bank
milik negara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah mebentuk yayasan
dengan nama ‖Pusat Bank Indonesia‖. Yayasan tersebut merupakan cikal bakal
berdirinya Bank Negara Indonesia (BNI).
Pada tahun 1949 melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) terjadi penyerahan
kedaulatan Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), pada saat itu
terjadi kesulitan dalam mengusulkan Bank Negara Indonesia (BNI) yang telah didirikan
untuk ditetapkan sebagai bank sentral RIS, sehingga Pemerintah Indonesia dengan
terpaksa menerima De Javasche Bank sebagai bank sentral. Dalam perkembangannya
pada tanggal 6 Desember 1951 dikeluarkan Undang-Undang Nasionalisasi De Javasche
Bank.
Pada tanggal 1 Juli 1953 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953,
tentang Pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet tahun 1922. Mulai
saat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia yang diberi nama BankIndonesia,
selanjutnya pada tahun 1968 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968,
tentang Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia tidak lagi berfungsi ganda karena
beberapa fungsi sebagaimana dilakukan oleh bank komersial dihapuskan.
Selanjutnya dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999,
kedudukan Bank Indonesia selaku bank sentral telah dipertegas kembali. Dimana Bank
Indonesia telah mempunyai kedudukan yang independen diluar pemerintah sebagaimana
bank-bank sentral dibeberapa negara. Dengan independensi tersebut Bank Indonesia
selaku otoritas moneter diharapkan dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya secara
detail. Berdasarkan UU tersebut Bank Indonesia dinyatakan sebagai badan hukum, yang
berart Bank Indonesia mempunyai kewenangan untuk melaksanakan perbuatan hukum
termasuk mengelola kekayaannya sendiri terlepas dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), selain itu Bank Indonesia juga berwenang membuat peraturan
yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan tugas dan kewenangan dan dapat
bertindak atas namanya sendiri didalam dan diluar pengadilan.
Terakhir pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004,
tentang Bank Indonesia, yang tidak saja menjelaskan tentang independensi,
akuntabilitas, dan transparansi Bank Indonesia, tetapi juga dalam melakasanakan tugas
dan wewenangnya Bank Indonesia dinilai kinerjanya oleh DPR dan melakukan
koordinasi dengan pemerintah dalam perumusan kebijakan moneternya, untuk itu Bank
Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan mengenai
pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dalam rangka akuntabilitas dan
kepada Pemerintah sebagai informasi, disamping itu Bank Indonesia juga wajib
melaporkan Laporan Keuangan Tahunan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan
dan laporan hasil pemeriksaan dimaksud disampaikan kepada DPR. Dalam rangka
memenuhi asas transparansi, Bank Indonesia diwajibkan menyampaikan laporan
tahunan dan laporan triwulanan tersebut kepada masayarakat luas melalui media massa
dengan menyampaikan ringkasannya dalam Berita Negara.

Tujuan dan Tugas Pokok Bank Indonesia

Tujuan dan tugas pokok Bank Indonesia sebagai bank sentral diatur secara jelas
dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 3 Tahun 2004. Tujuan Bank Indonesia ditetapkan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksudkan dalam
UU tersebut adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa serta terhadap mata
uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa diukur dengan dengan
atau tercermin pada perkembangan laju inflasi. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata
uang negara lain diukur berdasarkan atau tercermin pada perkembangan nilai tukar
rupiah (kurs) terhadap mata uang negara lain.
Perubahan penting pada Bank Indonesia, dimana Bank Indonesia mengalami
perubahan fungsi, peran, dan status yang penting sejak diberlakukannya UU No. 23
tahun 1999. Perubahan tersebut dipicu oleh perubahan sosial ekonomi dan politik
setelah terjadi krisis pada tahun 1997 / 1998. Beberapa perubahan penting yang
dilakukan adalah ; a) Bank Indonesia berstatus sebagai lembaga yang indenpenden
(sebelumnya sebagai bagian dari pemerintah / kabinet / Dewan Moneter, b) Bank
Indonesia mempunyai sasaran dan tujuan tunggal (stabilitas nilai rupiah), c) Bank
Indonesia tidak dapat melakukan pembiayaan (memberikan kredit kepada pemerintah,
proyek-proyek pembangunan dan sebagainya, d) Bank Indonesia lebih transparansi dan
akuntabel, e) Bank Indonesia sebagai research and knowledge based organization.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan UU No. 3 Tahun 2004 yang merupakan
amandemen terhadap UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, antara lain ; a)
penetapan sasaran inflasi (inflation targeting) oleh pemerintah, b) penundaan pengalihan
tugas pengawasan bank, c) pengaturan fasilitas pembiayaan darurat bagi perbankan, d)
penyempurnaan mekanisme pencalonan Dewan Gubernur, e) penguatan akuntabilitas
dan transparansi, f) pembentukan badan supervisi, g) persetujuan anggaran operasional
oleh DPR. Kemudian tugas pokok Bank Indonesia dipertegas lagi dengan UU No. 3
Tahun 2004 yaitu ; a) Tujuan Bank Indonesia adalah untuk mencapai dan memelihara
stabilitas rupiah, b) Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia mempunyai tugas ;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran
sistim pembayaran, mengatur dan mengawasi bank-bank.
Peran dan tugas Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia telah
mengalami evolusi dari yang semula sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah diminta
pemerintah sebagai agen pembangunan, dan terakhir sejak tahun 1999 telah menjadi
lembaga yang independen dengan rincian tugas-tugas pokok adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan jumlah
uang beredar dan atau suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung
pencapaian tujuan kestabilan nilai uang tersebut dan sekaligus mampu mendorong
perekonomian nasional, dalam kaitan ini mencapai sasaran inflasi dan kestabilan
nilai tukar bank sentral juga mempertimbangkan perkembangan dan prospek
ekonomi makro secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar pencapaian kestabilan
nilai uang tersebut tidak menganggu dan sebaliknya justru ikut menggairahkan
aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
b. Mengatur dan melaksanakan sistim pembayaran, yang mecakup sekumpulan
kesepakatan, aturan, standard, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur
peredaran uang antar pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi dan keuangan
dengan menggunakan instrumen pembayaran yang sah. Sistim pembayaran dapat
berlangsung baik secara tunai maupun non tunai. Sistim pembayaran tunai
menyangkut pencetakan dan peredaran uang agar jumlah, denominasi, kelayakan,
maupun keamanan uang sebagai alat pembayaran yang sah dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan berbagai aktivitas ekonomi. Sementara
itu, sistim pembayaran nontunai menyangkut peredaran uang yang pada umumnya
dalam bentuk giral, dan produk-produk perbankan lainnya, baik melalui proses
kliring antarbank, kartu kredit, dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
c. Mengatur dan mengawasi perbankan, peran penting perbankan terutama terletak
pada fungsinya sebagai lembaga kepercayaan dalam memobilisasi dana masyarakat
dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit dan alternatif pembiayaan lainnya
untuk dunia usaha, perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan
moneter karena sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsung
melalui perbankan, hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter ke
inflasi dan aktivitas ekonomi riil melalui perbankan. Dengan kata lain, pelaksanaan
tugas kebijakan moneter, sistim pembayaran, dan pengaturan perbankan saling
terkait dan saling mendukung dalam pencapaian tujuan kestabilan nilai uang yang
menjadi tujuan dan tanggung jawab bank sentral. Berdasarkan Undang-Undang,
kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi bank meliputi ; 1)
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari
bank, 2) menetapkan peraturan dibidang perbankan, 3) melakukan pengawasan
bank baik secara langsung maupun tidak langsung, 4) mengenakan sanksi terhadap
bank sesuai ketentuan perundangan.
Dilihat dari sistim ketatanegaraan Republik Indonesia, kedudukan Bank
Indonesia selaku lembaga negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi
negara seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, dan atau
Mahkamah Agung. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen
karena kedudukan Bank Indonesia berada diluar pemerintah, status dan kedudukan yang
khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan
fungsinya sebagaai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.

Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia

MPR

PRESIDEN DPR BPK MA


Kepala Kepala
Bank Negara pemerintahan
Indonesia

(F.X. Sugiono dan Ascarya : 2004, hal 27)

Hubungan Dengan Pemerintah.


Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia menjali
hubungan dengan Pemerintah, tidak saja dalam tingkatan koordinasi antarkebijakan,
tetapi juga mencakup pula hubungan kerja operasional. Hubungan Bank Indonesia
dengan Pemerintah telah diatur dengan jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Pada tingkat
operasional, Bank Indonesia ditetapkan sebagai pemegang kas Pemerintah. Dalam hal
ini penerimaan dan pengeluaran pemerintah dilakukan melalui rekeningnya yang
disimpan di Bank Indonesia. Meskipun demikian Bank Indonesia dilarang memberikan
pinjaman kepada Pemerintah, termasuk dalam bentuk saldo negatif dari rekening
pemerintah tersebut maupun dengan membeli surat utang negara yang diterbitkan
Pemerintah di pasar. Selain pemegang kas pemerintah, Bank Indonesia untuk dan atas
nama pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri.
Dewan Gubernur.

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999, Bank Indonesia sebagai bank sentral
Republik Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur. Dalam melaksanakan tugasnya,
Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Gubernur, dengan Deputi Gubernur Senior
sebagai wakil dan minimal empat orang atau maksimal tujuh orang Deputi Gubernur
sebagai anggota. Saat ini Bank Indonesia memiliki seorang Gubernur, seorang Deputi
Gubernur Senior, dan enam Deputi Gubernur. Dewan Gubernur mempunyai masa
jabatan maksimum lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu kali masa
jabatan berikutnya. Untuk menjaga kesinambungan kebijakan bank sentral, penggantian
Dewan Gubernur diatur secara berkala, yaitu setiap tahun paling banyak dua orang yang
diganti.

Gubernur

Deputi
Gubernur
Senior

Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi Deputi


Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur Gubernur

(F.X. Sugiono dan Ascarya : 2004, hal 39)

Dewan gubernur diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari DPR, khusus Deputi Gubernur usul Presiden dilakukan
dengan rekomendasi dari Gubernur dengan bakal calon dari internal maupun eksternal
Bank Indonesia. Untuk menjadi anggota Dewan Gubernur, calon yang bersangkutan
harus memenuhi persyaratan antara lain ; a) warga negara Indonesia, b) memeliki akhlak
dan moral yang tinggi, c) memiliki keahlian dan pengalaman dibidang ekonomi,
keuangan, perbankan, atau hukum, khususnya yang berkaitan dengan tugas bank sentral.

Independensi Bank Sentral.

Independensi adalah salah satu faktor penting dalam pencapai tujuan akhir suatu
bank sentral. Permasalahan independensi telah ada semenjak bank sentral pertama
berdiri. David Ricardo (1824) menganjurkan adanya otonomi bank sentral dan
menganjurkan pula agar bank sentral tidak membiayai defisit anggaran belanja
pemerintah. Independensi bank sentral sudah mulai banyak diterapkan dan diperkuat
dengan undang-undang diberbagai negara sejak tahun 1990-an.
Independensi didefinisikan sebagai kebebasan dari pengaruh, instruksi,
pengarahan, atau kontrol dari pihak-pihak lain, jadi diterapkan pada bank sentral. Meyer
(2000) mengartikan independensi sebagai kebebasan dari pengaruh,
instruksi/pengarahan, atau kontrol, baik dari badan eksekutif maupun badan legislatif.
Sementara itu Fraser (1994) mendefinisikan independensi bank sentral sebagai
kebebasan bank sentral untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas
dari pertimbangan-pertimbangan politik. Yang tidak termasuk dalam pengertian
independensi menurut Fraser adalah konsultasi/koordinasi dengan Pemerintah dalam
rangka menyelaraskan kebijakan yang menjadi kewenangan masing-masing.
Secara umum independensi bank sentral dapat dibedakan dalam lima aspek
sebagai berikut :
a. Institutional Independence
Kebebasan kelembagaan yaitu kedudukan lembaga bank sentral yang berada diluar
lembaga pemerintah dan bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain.
b. Goal Independence
Independensi dalam menetapkan sasaran akhir, yaitu kebebasan bank sentral dalam
menetapkan kebijakan moneter seperti sasaran inflasi, pertumbuhan ekonomi dan
lainnya.
c. Instrument Independence
Kebebasan bank sentral dalam menetapkan dan menggunakan instrumen moneter
dan menetapkan sendiri target-target operasional kebijakan moneter untuk mencapai
sasaran akhir yang ditetapkan.
d. Personal Independence
Yaitu kemampuan dan kewenangan dewan gubernur bank sentral sebagai badan
pembuat kebijakan untuk menolak campur tangan pemerintah dan atau pihak lain
dalam melaksanakan tugas-tugas yang ditetapkan undang-undang. Independensi
personal dapat terwujud dalam bentuk penetapan masa jabatan dewan gubernur yang
berbeda dengan masa jabatan pemerintah.
e. Financial Independence
Kewenangan yang diberikan undang-undang kepada bank sentral untuk menetapkan
dan mengelola anggaran dan aset kekayaan tanpa persetujuan oleh parlemen.
Pertanggungjawaban pengelolaan keuangan bank sentral dilakukan melalui audit
yang dilakukan oleh auditor independen yang hasilnya dipublikasikan kepada
masyarakat.
Di Indonesia konsep independensi bank sentral telah banyak dibahas semenjak
tahun 1950-an. Mr. Sjafruddin Prawiranegara, presiden De Javasche Bank waktu itu
sudah mensinyalir adanya gangguan terhadap independensi karena rencana
pembentukan dewan moneter. Pengaturan independensi Bank Indonesia telah ditetapkan
dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2004. Berdasarkan uraian lima aspek
tersebut diatas Bank Indonesia dapat menjalankan kebebasannya dalam kebebasan
kelembagaan, kebebasan dalam menetapkan sasaran akhir, kebebasan dalam
menetapkan instrumen kebijakan moneter, kebebasan dan kewenangan dewan gubernur
dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan kebebasan dan kewenangan dalam mengelola
anggaran dan aset kekayaannya.
Akuntabilitas dan Transparansi

Independensi yang tinggi menuntut akuntabilitas dan transparansi yang lebih


besar pula untuk menjamin bahwa pencapaian tujuan dan pelakanaan tugas-tugas yang
sudah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik oleh bank sentral. Akuntabilitas dan
transparansi terkait erat. Bank sentral yang lebih transparan akan mempermudah kinerja
bank sentral menjadi lebih baik (Poole, 2001).
Secara umum Poole (2003) memberikan pengertian mengenai transparansi
kebijakan bank sentral sebagai pengungkapan informasi kepada publik secara akurat,
termasuk segala informasi yang dibutuhkan oleh para pelaku pasar dalam rangka
membentuk opini selengkap mungkin mengenai kebijakan yang ditempuh bank sentral.
Sundarajan dkk (2003) memberikan pengertian yang lebih konrit bahwa transparansi
kebijakan moneter dan keuangan merujuk pada kondisi ketika tujuan kebijakan,
landasan hukum dan kelembagaan, keputusan kebijakan dan dasar pertimbangannya,
data dan informasi yang dipergunakan, dan akuntabilitas badan pembuat kebijakan
disampaikan kepada publik dengan cara yang mudah dipahami, diakses, dan tepat
waktu.
Pandangan Geraats (2001) yang meletakan transparansi dalam tahapan-tahan
pemberian informasi mengenai kebijakan bank sentral kepada publik. Dalam kaitan ini
transparansi dikelompokan kedalam lima aspek yaitu ;
a. Keterbukaan mengenai tujuan kebijakan seperti sasaran kestabilan harga atau inflasi
(transparansi politik).
b. Pengungkapan data, model, dan prakiraan ekonomi yang dipergunakan bank sentral
(transparansi ekonomi).
c. Informasi mengenai strategi kebijakan dan prosedur pengambilan keputusan internal
pada bank sentral (transparansi prosedural).
d. Pengomunikasian keputusan kebijakan, seperti perubahan dan arah suku bunga
(transparansi kebijakan).
e. Keterbukaan pelaksanaan kebijakan yang diputuskan seperti operasi moneter
(transparansi operasional).
Terdapat beberapa cara dan media yang digunakan dalam transparansi kebijakan
bank sentral, seperti ; a) penjelasan melalui publikasi dokumen resmi, b) penjelasan
kepada media massa ataupun lembaga perwakilan rakyat (parlemen), c) penjelasan
secara langsung kepada masyarakat umum, d) cara penjelasan yang lain. Beberapa cara
ini dapat dipergunakan sekaligus sesuai dengan keinginan otoritas moneter dalam
memperluas transparansinya secara.efektif.
Kepada siapa transparansi dan komunikasi kebijakan bank sentral merupakan
cerminan dari penerapan prinsip akuntabilitas demokrasi seperti yang telah diuraikan
sebelumnya. Dalam kaitan ini, Blinder dkk (2003) mengemukakan empat pihak yang
menjadi target utama dari komunikasi bank sentral yaitu : a) media massa dan
masyarakat, b) pemerintah dan parlemen atau DPR, c) pasar keuangan, d) pemerhati
bank sentral. Cakupan informasi dan bagaimana metode keomunikasinya akan
tergantung pada keempat target komunikasi tersebut.
Akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia diatur secara jelas dalam UU No.
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3
Tahun 2004. Dalam kaitan ini, amandemen UU Bank Indonesia memberikan penegasan
bahwa kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dinilai oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk itu Bank Indonesia
diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan dan laporan triwulanan secara tertulis
tentang pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dan Pemerintah.
Penyampaian laporan kepada DPR adalah dalam rangka akuntabilitas, sedangkan
laporan kepada Pemerintah adalah dalam rangka informasi.
Herispon, SE. M.Si Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau—Pekanbaru—2018 66

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai