Anda di halaman 1dari 13

Universitas Esa Unggul

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian


Berkembangnya dunia usaha di Indonesia yang didukung oleh
perkembangan pasar modal menjadikan saham sebagai alternatif yang menarik
bagi investor untuk dijadikan obyek investasi.
Sebelum melakukan pembelian saham, investor harus melakukan penilaian
terhadap perusahaan dengan baik. Untuk memutuskan suatu perusahaan memiliki
kualitas yang baik, penilaian yang dapat dijadikan acuan oleh investor untuk
melihat suatu perusahaan telah menjalankan kaidah-kaidah manajemen yang baik
adalah dengan melihat dari sisi kinerja keuangan (financial performance).
Menurut Rudianto (2013)[1], kinerja keuangan adalah hasil atau prestasi
yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam mengelola aset perusahaan
secara efektif selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh
perusahaan untuk mengetahui dan mengevaluasi sampai dimana tingkat
keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilaksanakan.
Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat dilihat dari
laporan keuangan yang dipublikasikan untuk umum.
Laporan keuangan merupakan penyajian yang terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
menilai kinerja manajemen perusahaan untuk membuat keputusan. Laporan
keuangan dapat juga berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen
kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan (Andinata 2010) [2].
Cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam menilai kinerja keuangan
yaitu dengan melakukan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan sendiri
dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari neraca, laba rugi, dan laporan
arus kas. Teknik analisa laporan keuangan meliputi rasio likuiditas, rasio
solvabilitas dan rasio aktivitas. Rasio Likuiditas digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kemampuan jangka pendeknya yang
jatuh tempo. Rasio Solvabilitas merupakan seberapa banyak perusahaan
menggunakan dana dari hutang (Pinjaman). Dengan melakukan analisis rasio
keuangan, dapat memberikan gambaran kepada investor dan kreditor tentang baik
atau buruknya keadaan atau posisi keuangan perusahaan dari suatu periode ke
periode berikutnya. Selain itu, dengan melakukan analisis rasio keuangan dapat
pula dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan suatu perusahaan
dengan perusahaan sejenis di industri yang sama, sehingga dapat diketahui
bagaimana prestasi sebuah perusahaan dalam industrinya.
Salah satu cara mengukur Kinerja Keuangan adalah dengan rasio Return
on Assets (ROA). ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen

1
Universitas Esa Unggul

perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin


tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan semakin baik dalam
penggunaan aset perusahaan, Semakin besar ROA menunjukan kinerja
perusahaan semakin baik, karena return semakin besar, sehingga fluktuasi ROA
yang terjadi pada tahun 2014-2018 perlu diketahui sebabnya.

Tabel 1.1
Data Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018

Sumber : IDX, (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1, menunjukkan pergerakkan kinerja keuangan yang


diproksikan dengan ROA pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman pada tahun 2014-2018 yang fluktuatif. Dimana pada perusahaan PT.
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) pada tahun 2014-2015 mengalami
kenaikan dari 3,19 menjadi 7,17. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan
yang tinggi dari 7,17 menjadi 17,51. Sedangkan pada tahun 2016-2017
mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 17,51 menjadi 7,71. Kemudian
pada tahun 2017-2018 mengalami kenaikan dari 7,71 menjadi 7,93. Sama seperti
PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) pada tahun 2014-2015 mengalami kenaikan dari
3,98 menjadi 11,02. Pada tahun 2015-2016 mengalami penurunan dari 11,02
menjadi 10,75. Pada tahun 2016-2017 mengalami penurunan lagi dari 10,75
menjadi 10,01. Pada PT.Sekar Laut Tbk. (SKLT) pada tahun 2014-2015
mengalami kenaikan dari 4,97 menjadi 5,32. Sedangkan pada tahun 2015-2016
mengalami penurunan dari 5,32 menjadi 3,63. Pada tahun 2016-2017 mengalami
penurunan lagi dari 3,63 menjadi 3,61. Namun pada tahun 2017-2018 kembali
mengalami kenaikan dari 3,63 menjadi 4,28. Pada PT Siantar Top Tbk. (STTP)
pada tahun 2014-2015 mengalami kenaikan dari 7,26 menjadi 9,68. Pada tahun

2
Universitas Esa Unggul

2015-2016 mengalami penurunan dari 9,68 menjadi 7,47. Sedangkan pada tahun
2016-2017 mengalami kenaikan dari 7,47 menjadi 9,23. Dan pada tahun 2017-
2018 mengalami kenaikan lagi dari 9,23 menjadi 9,69. Pada PT Ultrajaya Milk
Industry Tbk. (ULTJ) pada tahun 2014-2015 mengalami kenaikan yang tinggi dari
9,71 menjadi 14,78. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan lagi dari 14,78
menjadi 16,74. Sedangkan pada tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari
16,74 menjadi 13,72. Pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan lagi dari 13,72
menjadi 12,63. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
diproksikan dengan Return On Asset pada tahun 2014-2018 mengalami fluktuasi.
Fluktuasi kinerja keuangan yang di proksikan dengan ROA akan ditentukan oleh
laba perusahaan dan total aset perusahaan. Jika meningkatnya aset perusahaan
yang cukup tinggi yang tidak diikuti dengan peningkatan atas laba perusahaan ,
pada umumnya kinerja keuangan akan turun. Dengan penurunan kinerja keuangan
dapat memberikan indikasi negatif mengenai informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan. Sehingga dengan penurunan akan berdampak terhadap
penilaian para pemangku kepentingan seperti investor.
Dalam penelitian ini terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja
Keuangan adalah Kepemilikan Manajerial, Debt to Equity Ratio, dan Current
Ratio.
Faktor pertama yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah kepemilikan
manajerial. Kepemilikan saham manejerial merupakan pemegang saham dari
pihak manajer dan direksi yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan
(Sri Sudarsi, 2008) [3]. Semakin meningkatnya kepemilikan manajerial maka
akan berdampak positif bagi kinerja keuangan , karena dengan bertambahnya
kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan maka kontrol aktivitas dan
keputusan perusahaan akan maksimal.
Berikut ini adalah tabel kepemilikan manajerial pada perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2018.
Tabel 1.2
Data Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018

Sumber : IDX, (data diolah)

3
Universitas Esa Unggul

Grafik Rata-Rata Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan(ROA)


Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2014-
2018
Secara teoritis hubungan antara Kepemilikan Manajerial dengan ROA
adalah positif dimana jika kepemilikan manajerial naik maka kinerja keuangan
perusahaan naik. Kepemilikan manajerial memberikan pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan yang artinya meningkatnya kepemilikan manajerial maka akan
membuat kinerja keuangan meningkat. Semakin besar proporsi kepemilikan
saham yang dipegang oleh manajemen perusahaan maka manajemen cenderung
lebih giat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Sebagai pihak yang ikut
memiliki perusahaan tentunya manajer akan cenderung memperhatikan setiap
tindakan yang dilakukannya, sebab setiap keputusan yang diambil akan
berdampak terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan tabel 1.2, diatas menunjukkan pergerakan fluktuatif dari
kepemilikan manajerial yang mempengaruhi kinerja keuangan. Mulai dari PT.
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. (CEKA) mengalami penurunan pada tahun 2014-
2015 dari 0,0076 menjadi 0,0038. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan
kembali dari 0,0038 menjadi 0,0076. Pada tahun 2016-2018 mengalami stabil
yaitu 0,0076. Pada PT. Mayora Indah Tbk. (MYOR) pada tahun 2015-2016
mengalami kenaikan dari 0,0000 menjadi 0,2522. Pada tahun 2016-2018
mengalami stabil di angka 0,2522. Pada PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) pada tahun
2014-2018 mengalami kenaikan setiap tahunnya pada 2014-2018 dari 0,0013
menjadi 0,0082. Pada PT Siantar Top Tbk. (STTP) pada tahun 2014-2017
mengalami stabil diangka 0,0319. Sedangkan di tahun 2017-2018 mengalami
kenaikan dari 0,0319 menjadi 0,0326. Pada PT Ultrajaya Milk Industry Tbk.
(ULTJ) pada tahun 2014-2015 mengalami kenaikan dari 0,1789 menjadi 0,1790.
Pada tahun 2015-2016 mengalami penurunan dari 0,1790 menjadi 0,1149. Pada
.tahun 2016-2017 mengalami kembali kenaikan dari 0,1149 menjadi 0,3384. Pada

4
Universitas Esa Unggul

tahun 2017-2018 mengalami kenaikan lagi dari 0,3384 menjadi 0,3434.


Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena ketidakselarasan kenaikan
kepemilikan manajerial dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan terjadi
pada PT. Sekar Laut.Tbk (SKLT) pada tahun 2017.
Menurut Fitriatun, Makhdalena , dan RM Riadi dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Listing” memiliki
hasil bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap Kinerja
Keuangan. Sedangkan menurut Reza Aditya Rachman dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur” memiliki hasil bahwa
Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.
Faktor kedua yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah Debt to Equity
Ratio. DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitasnya. Rasio ini digunakan untuk mengetahui jumlah data yang disediakan
peminjam (kreditor) kepada perusahaan (Kasmir 2016:157)[4] . Rasio ini dicari
dengan cara membandingkan antara seluruh utang dengan seluruh ekuitas. Rasio
ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor)
dengan pemilik perusahaan. Bagi bank (kreditor) semakin besar rasio ini, akan
semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung
atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun sebaliknya bagi
perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik, dengan rasio yang
rendah semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin
besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan
terhadap nilai aset.
Berikut ini adalah Tabel dan Grafik Debt to Equity Ratio (DER) pada
perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia periode 2014-2018

5
Universitas Esa Unggul

Tabel 1.3
Data Debt to Equity Ratio dan Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018

Sumber : IDX, (data diolah)

Grafik Rata-Rata Debt to Equity Ratio dan Kinerja Keuangan(ROA)


Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2014-
2018
Secara teoritis hubungan anatara DER dengan ROA yaitu positif, dimana
jika rasio DER naik maka kinerja keuangan naik. Semakin tinggi nilai DER
menunjukkan perusahaan memiliki hutang yang tinggi. Dengan memperoleh
hutang yang banyak maka perusahaan memiliki peluang untuk berinvestasi. Jika
perusahaan makanan dan minuman mampu berinvestasi maka perusahaan
memiliki kesempatan untuk meningkatkan penjualan yang lebih tinggi sehingga

6
Universitas Esa Unggul

akan mendorong perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal. Dengan laba
yang meningkat maka kinerja keuangan pun akan meningkat.
Berdasarkan tabel 1.3, diatas menunjukkan pergerakan DER yang
fluktuatif mempengaruhi kinerja keuangan. Pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia
Tbk. (CEKA) mengalami penurunan setiap tahunnya 2014-2018 dari 1,39 menjadi
0,20. Pada PT.Mayora Indah Tbk. (MYOR) pada tahun 2014-2017 mengalami
penurunan setiap tahunnya dari 1,51 menjadi 1,03. Namun pada tahun 2017-2018
mengalami kenaikan dari 1,03 menjadi 1,06. Pada PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT)
pada tahun 2014-2016 mengalami penurunan setiap tahunnya dari 1,16 menjadi
0,92. Namun pada tahun 2016-2017 mengalami kenaikan dari 0,92 menjadi 1,07.
Sedangkan pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 1,07 menjadi 1,20.
Pada PT. Siantar Top Tbk. (STTP) pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan
dari 1,08 menjadi 0,90. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan dari 0,90
menjadi 1,00. Namun pada tahun 2016-2018 mengalami penurunan setiap
tahunnya dari 1,00 menjadi 0,60. Pada PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk. (ULTJ)
pada tahun 2014-2016 mengalami penurunan setiap tahunnya dari 0,29 menjadi
0,21. Namun pada tahun 2016 -2017 mengalami kenaikan dari 0,21 menjadi 0,23.
Pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 0,23 menjadi 0,16.
Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena ketidakselarasan penurunan
debt to equity ratio dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada
PT.Wilmar Cahaya Indonesia.Tbk (CEKA) pada tahun 2016 dan 2017 dan PT
Mayora Indah.Tbk (MYOR) pada tahun 2015,2017, PT Siantar Top Tbk (STTP)
pada tahun 2015 dan 2018 dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) pada
tahun 2016. Serta ketidakselarasan peningkatan debt to equity ratio dengan
penurunan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada PT Ultra Jaya Milk Industry
Tbk (ULTJ) pada tahun 2016.
Menurut Mahardhika, P.A., dan Marbun, D.P. [5] dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Kinerja
Keuangan (ROA)” memiliki hasil bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh
negatif terhadap Kinerja Keuangan. Namun menurut Elyas Setiawan dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh CR, IT, DER, TATO, Sales, Firm Size
terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan Manufaktur” memiliki hasil
bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Keuangan (ROA) .
Faktor ketiga yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah Current Ratio
(Rasio Lancar). Rasio lancar merupakan salah satu rasio yang terdapat dalam rasio
likuiditas, yang memabandingkan antara aset lancar terhadap hutang (kewajiban)
perusahaan. Rasio lancar bertujuan untuk menunjukkan kemampuan aset lancar
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo
(Van Horne dan Wachowocz;2005) [6] . Semakin rendahnya nilai dari CR, maka
akan mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas

7
Universitas Esa Unggul

perusahaan, dimana perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya akan


dikenai beban tambahan atas kewajibannya. Apabila mengukur tingkat likuiditas
dengan menggunakan CR sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau
CR suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara menggunakan utang lancar
tertentu, diusahakan untuk menambah aset lancar dan aset lancar tertentu
diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar (Syahrial, 2013)[7]. Sehingga
Current Ratio akan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan karena investor akan
menggunakan informasi yang ada sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi.
Berikut ini adalah Tabel dan Grafik Current Ratio (CR) pada perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2018.

Tabel 1.4
Data Current Ratio dan Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018

Sumber : IDX, (data diolah)

8
Universitas Esa Unggul

Grafik Rata-Rata Current Ratio dan Kinerja Keuangan(ROA) Perusahaan


Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode 2014-2018
Secara teoritis hubungan CR dengan ROA yaitu positif, dimana jika CR naik
maka kinerja keuangan naik. Current ratio berpengaruh positif terhadap Kinerja
Keuangan yang artinya meningkatnya current ratio akan membuat kinerja
keuangan naik. Current ratio yang baik memiliki nilai diatas 1,00, aset lancar yang
lebih besar dibandingkan dengan hutang lancarnya, berarti perusahaan dikatakan
mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Untuk mampu menutupi
kewajiban lancar perusahaan harus memiliki ketersediaan kas yang cukup
sehingga jika ketersediaan kas perusahaan cukup maka kegiatan operasional yang
lain tidak akan terganggu. Selain itu perusahaan memiliki peluang dalam
meningkatkan penjualan yang akan mempengaruhi peningkatan perolehan laba.
Dengan peningkatan perolehan laba maka kinerja keuangan perusahaan akan
meningkat.
Berdasarkan grafik 1.4, diatas menunjukkan pergerakan current ratio (CR)
mempengaruhi kinerja keuangan. Mulai dari PT.Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
(CEKA) pada tahun 2014-2018 mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 1,47
menajdi 5,11. Pada PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) pada tahun 2014-2015
mengalami kenaikan dari 2,09 menjadi 2,37. Namun pada tahun 2015-2016
mengalami penurunan dari 2,37 menjadi 2,25. Pada tahun 2016-2017 mengalami
kenaikan dari 2,25 menjadi 2,39. Pada tahun 2017-2018 mengalami kenaikan lagi
dari 2,39 menjadi 2,65. Pada PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT) pada tahun 2014-2015
mengalami kenaikan dari 1,18 menjadi 1,19. Pada tahun 2015-2016 mengalami
kenaikan lagi dari 1,19 menjadi 1,32. Namun pada tahun 2016-2017 mengalami
penurunan dari 1,32 menjadi 1,26. Dan pada tahun 2017-2018 mengalami
penurunan kembali dari 1,26 menjadi 1,22. Pada PT. Siantar Top Tbk. (STTP)
pada tahun 2014-2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya dari 1,48 menjadi

9
Universitas Esa Unggul

2,64. Namun pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 2,64 menjadi
1,85. Pada PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk. (ULTJ) pada tahun 2014-2015
mengalami kenaikan dari 3,34 menjadi 3,75. Pada tahun 2015-2016 mengalami
kenaikan lagi dari 3,75 menjadi 4,84. Pada tahun 2016-2017 mengalami
penurunan dari 4,84 menjadi 4,19. Namun pada tahun 2017-2018 kembali
mengalami kenaikan dari 4,19 menjadi 4,40.
Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena ketidakselarasan penurunan
current ratio dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada
PT.Wilmar Cahaya Indonesia.Tbk (CEKA) pada tahun 2017, ketidakselarasan
peningkatan current ratio dengan penurunan kinerja keuangan PT Sekar Laut.Tbk
(SKLT) dan PT. Siantar Top.Tbk (STTP) pada tahun 2016 dan 2018 dan PT Ultra
Jaya Milk Industry.Tbk (ULTJ) pada tahun 2018.
Menurut Mahardhika, P.A., dan Marbun, D.P.[4] dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Kinerja
Keuangan” memilik hasil bahwa current rati berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan. Namun menurut Dr.Hj.Siti Chanifah,SE., MM., dan Agung Budi, MM
[8] dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur” memiliki hasil bahwa current ratio tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Umumnya, para investor mengetahui informasi keuangan dari Bursa Efek
Indonesia (BEI). Dalam BEI, salah satunya terdapat perusahaan manufaktur sub
sektor makanan dan minuman. Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pihak atau
perusahaan yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
mempertemukan penawaran dan permintaan efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek (saham dan obligasi) di antara mereka. Dalam penelitian
ini memilih untuk meneliti perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman. Karena prospek industri makanan dan minuman masih berprospek
cerah dan sangat menjajikan. Berdasarkan data Worldometers, Indonesia saat ini
memiliki jumlah penduduk 269 juta jiwa, dengan jumlah penduduk indonesia
yang banyak maka industri makanan dan minuman dapat memanfaatkan potensi
pasar domestik. Menurut Kemenperin Industri makanan dan minuman menjadi
satu dari lima industri percontohan untuk implementasi revolusi industri keempat
atau Industry 4.0 di Indonesia. Hal itu tak lepas karena industri makanan dan
minuman menunjukkan kinerja positif di pasar global. Industri makanan dan
minuman akan tetap berprospek cerah seiring pertambahan jumlah penduduk.
Karena untuk menjaga kesehatan fisiknya, manusia membutuhkan makanan dan
minuman yang masuk ke dalam perut. Maka konsumsi makanan dan minuman
akan terus meningkat. Sehingga dengan meningkatnya permintaan maka
perusahaan akan berlomba lomba untuk meningkatkan produksi yang dihasilkan.
Dengan produksi yang meningkat akan meningkatkan penjualan , dengan
penjualan meningkat, maka profit yang dihasilkan pun besar . Dengan profit yang

10
Universitas Esa Unggul

besar maka kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dikatakan baik ,sehingga
akan menjadi daya minat investor.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas , maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Debt to Equity Ratio, dan Current Ratio terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman Yang Terdafatar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018” .

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut :
1. Dengan melakukan analisis rasio keuangan, dapat memberikan gambaran
kepada investor dan kreditor tentang baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
2. Terdapat gejala dari kinerja keuangan perusahaan yaitu fluktuasi 5 dari 18
perusahaan pada kinerja keuangan.
3. Terjadinya ketidakselarasan pada kepemilikan manajerial dengan kinerja
keuangan, dimana pada saat kenaikan kepemilikan manajerial dengan
penurunan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada PT. Sekar Laut.Tbk
(SKLT) pada tahun 2017.
4. Terdapat gejala pada DER terhadap kinerja keuangan , dimana pada saat
penurunan DER PT.Wilmar Cahaya Indonesia.Tbk (CEKA) pada tahun
2016 dan 2017 dan PT Mayora Indah.Tbk (MYOR) pada tahun
2015,2017, PT Siantar Top Tbk (STTP) pada tahun 2015 dan 2018 dan PT
Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) pada tahun 2016, diikuti dengan
peningkatan kinerja keuangan.
5. Terjadinya ketidakselarasan peningkatan current ratio dengan penurunan
kinerja keuangan PT Sekar Laut.Tbk (SKLT) dan PT. Siantar Top.Tbk
(STTP) pada tahun 2016 dan 2018 dan PT Ultra Jaya Milk Industry.Tbk
(ULTJ) pada tahun 2018.
6. Terdapat tumpanng tindih antara penelitian terdahulu yakni keselarasan
dan ketidakselarasan hasil penelitian yang perlu dikaji ulang.

1.3. Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu kepemilikan
manajerial, debt to equity ratio dan current ratio. Serta menggunakan satu
variabel dependen yaitu kinerja keuangan dengan proksi return on assets
(ROA) .
2. Sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan sub sektor industri makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan konsisten
mempublikasikan laporan tahunnya selama periode penelitian.

11
Universitas Esa Unggul

3. Periode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2015-
2018.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarkan uarian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka
masalah yang akan diteliti adalah :
1. Apakah terdapat kepemilikan manajerial, debt to equity ratio, dan current
ratio berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan pada industri
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2018 ?
2. Apakah terdapat kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial
terhadap kinerja keuangan pada industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 ?
3. Apakah terdapat debt to equity ratio berpengaruh secara parsial terhadap
kinerja keuangan pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018 ?
4. Apakah terdapat current ratio berpengaruh secara parsial terhadap kinerja
keuangan pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2014-2018 ?

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial, debt to equity ratio,
dan current ratio berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan
pada industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2018.
2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja keuangan pada industri makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.
3. Untuk menganalisis pengaruh debt to equity ratio berpengaruh secara
parsial terhadap kinerja keuangan pada industri makanan dan minuman
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.
4. Untuk menganalisis pengaruh current ratio berpengaruh secara parsial
terhadap kinerja keuangan pada industri makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018.

1.6. Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
kontribusi sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan Go Public
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar

12
Universitas Esa Unggul

di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur dalam
menilai kinerja keuangan dan dapat membantu para manajemen dalam
memperbaiki kinerja keuangan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan sebelum berinvestasi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapan dapat memperluas wawasan, menambah
pengetahuan dan pemahanan mengenai metode penelitian mengenai
pengaruh kepemilikan manajeria, debt to equity ratio dan current ratio
terhadap kinerja keuangan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh dari
hasil perkuliahan.

13

Anda mungkin juga menyukai