UEU Undergraduate 16592 BABI - Image.Marked PDF
UEU Undergraduate 16592 BABI - Image.Marked PDF
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Esa Unggul
Tabel 1.1
Data Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018
2
Universitas Esa Unggul
2015-2016 mengalami penurunan dari 9,68 menjadi 7,47. Sedangkan pada tahun
2016-2017 mengalami kenaikan dari 7,47 menjadi 9,23. Dan pada tahun 2017-
2018 mengalami kenaikan lagi dari 9,23 menjadi 9,69. Pada PT Ultrajaya Milk
Industry Tbk. (ULTJ) pada tahun 2014-2015 mengalami kenaikan yang tinggi dari
9,71 menjadi 14,78. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan lagi dari 14,78
menjadi 16,74. Sedangkan pada tahun 2016-2017 mengalami penurunan dari
16,74 menjadi 13,72. Pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan lagi dari 13,72
menjadi 12,63. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang
diproksikan dengan Return On Asset pada tahun 2014-2018 mengalami fluktuasi.
Fluktuasi kinerja keuangan yang di proksikan dengan ROA akan ditentukan oleh
laba perusahaan dan total aset perusahaan. Jika meningkatnya aset perusahaan
yang cukup tinggi yang tidak diikuti dengan peningkatan atas laba perusahaan ,
pada umumnya kinerja keuangan akan turun. Dengan penurunan kinerja keuangan
dapat memberikan indikasi negatif mengenai informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan. Sehingga dengan penurunan akan berdampak terhadap
penilaian para pemangku kepentingan seperti investor.
Dalam penelitian ini terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja
Keuangan adalah Kepemilikan Manajerial, Debt to Equity Ratio, dan Current
Ratio.
Faktor pertama yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah kepemilikan
manajerial. Kepemilikan saham manejerial merupakan pemegang saham dari
pihak manajer dan direksi yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan
(Sri Sudarsi, 2008) [3]. Semakin meningkatnya kepemilikan manajerial maka
akan berdampak positif bagi kinerja keuangan , karena dengan bertambahnya
kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan maka kontrol aktivitas dan
keputusan perusahaan akan maksimal.
Berikut ini adalah tabel kepemilikan manajerial pada perusahaan
manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2018.
Tabel 1.2
Data Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018
3
Universitas Esa Unggul
4
Universitas Esa Unggul
5
Universitas Esa Unggul
Tabel 1.3
Data Debt to Equity Ratio dan Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018
6
Universitas Esa Unggul
akan mendorong perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal. Dengan laba
yang meningkat maka kinerja keuangan pun akan meningkat.
Berdasarkan tabel 1.3, diatas menunjukkan pergerakan DER yang
fluktuatif mempengaruhi kinerja keuangan. Pada PT. Wilmar Cahaya Indonesia
Tbk. (CEKA) mengalami penurunan setiap tahunnya 2014-2018 dari 1,39 menjadi
0,20. Pada PT.Mayora Indah Tbk. (MYOR) pada tahun 2014-2017 mengalami
penurunan setiap tahunnya dari 1,51 menjadi 1,03. Namun pada tahun 2017-2018
mengalami kenaikan dari 1,03 menjadi 1,06. Pada PT. Sekar Laut Tbk. (SKLT)
pada tahun 2014-2016 mengalami penurunan setiap tahunnya dari 1,16 menjadi
0,92. Namun pada tahun 2016-2017 mengalami kenaikan dari 0,92 menjadi 1,07.
Sedangkan pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 1,07 menjadi 1,20.
Pada PT. Siantar Top Tbk. (STTP) pada tahun 2014-2015 mengalami penurunan
dari 1,08 menjadi 0,90. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan dari 0,90
menjadi 1,00. Namun pada tahun 2016-2018 mengalami penurunan setiap
tahunnya dari 1,00 menjadi 0,60. Pada PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk. (ULTJ)
pada tahun 2014-2016 mengalami penurunan setiap tahunnya dari 0,29 menjadi
0,21. Namun pada tahun 2016 -2017 mengalami kenaikan dari 0,21 menjadi 0,23.
Pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 0,23 menjadi 0,16.
Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena ketidakselarasan penurunan
debt to equity ratio dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada
PT.Wilmar Cahaya Indonesia.Tbk (CEKA) pada tahun 2016 dan 2017 dan PT
Mayora Indah.Tbk (MYOR) pada tahun 2015,2017, PT Siantar Top Tbk (STTP)
pada tahun 2015 dan 2018 dan PT Ultra Jaya Milk Industry Tbk (ULTJ) pada
tahun 2016. Serta ketidakselarasan peningkatan debt to equity ratio dengan
penurunan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada PT Ultra Jaya Milk Industry
Tbk (ULTJ) pada tahun 2016.
Menurut Mahardhika, P.A., dan Marbun, D.P. [5] dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Kinerja
Keuangan (ROA)” memiliki hasil bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh
negatif terhadap Kinerja Keuangan. Namun menurut Elyas Setiawan dalam
penelitiannya yang berjudul “Pengaruh CR, IT, DER, TATO, Sales, Firm Size
terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada Perusahaan Manufaktur” memiliki hasil
bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja
Keuangan (ROA) .
Faktor ketiga yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah Current Ratio
(Rasio Lancar). Rasio lancar merupakan salah satu rasio yang terdapat dalam rasio
likuiditas, yang memabandingkan antara aset lancar terhadap hutang (kewajiban)
perusahaan. Rasio lancar bertujuan untuk menunjukkan kemampuan aset lancar
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo
(Van Horne dan Wachowocz;2005) [6] . Semakin rendahnya nilai dari CR, maka
akan mengindikasikan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas
7
Universitas Esa Unggul
Tabel 1.4
Data Current Ratio dan Kinerja Keuangan (ROA)
Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Periode
2014-2018
8
Universitas Esa Unggul
9
Universitas Esa Unggul
2,64. Namun pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan dari 2,64 menjadi
1,85. Pada PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk. (ULTJ) pada tahun 2014-2015
mengalami kenaikan dari 3,34 menjadi 3,75. Pada tahun 2015-2016 mengalami
kenaikan lagi dari 3,75 menjadi 4,84. Pada tahun 2016-2017 mengalami
penurunan dari 4,84 menjadi 4,19. Namun pada tahun 2017-2018 kembali
mengalami kenaikan dari 4,19 menjadi 4,40.
Berdasarkan data diatas, terdapat fenomena ketidakselarasan penurunan
current ratio dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan terjadi pada
PT.Wilmar Cahaya Indonesia.Tbk (CEKA) pada tahun 2017, ketidakselarasan
peningkatan current ratio dengan penurunan kinerja keuangan PT Sekar Laut.Tbk
(SKLT) dan PT. Siantar Top.Tbk (STTP) pada tahun 2016 dan 2018 dan PT Ultra
Jaya Milk Industry.Tbk (ULTJ) pada tahun 2018.
Menurut Mahardhika, P.A., dan Marbun, D.P.[4] dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio terhadap Kinerja
Keuangan” memilik hasil bahwa current rati berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan. Namun menurut Dr.Hj.Siti Chanifah,SE., MM., dan Agung Budi, MM
[8] dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur” memiliki hasil bahwa current ratio tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Umumnya, para investor mengetahui informasi keuangan dari Bursa Efek
Indonesia (BEI). Dalam BEI, salah satunya terdapat perusahaan manufaktur sub
sektor makanan dan minuman. Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah pihak atau
perusahaan yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk
mempertemukan penawaran dan permintaan efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek (saham dan obligasi) di antara mereka. Dalam penelitian
ini memilih untuk meneliti perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman. Karena prospek industri makanan dan minuman masih berprospek
cerah dan sangat menjajikan. Berdasarkan data Worldometers, Indonesia saat ini
memiliki jumlah penduduk 269 juta jiwa, dengan jumlah penduduk indonesia
yang banyak maka industri makanan dan minuman dapat memanfaatkan potensi
pasar domestik. Menurut Kemenperin Industri makanan dan minuman menjadi
satu dari lima industri percontohan untuk implementasi revolusi industri keempat
atau Industry 4.0 di Indonesia. Hal itu tak lepas karena industri makanan dan
minuman menunjukkan kinerja positif di pasar global. Industri makanan dan
minuman akan tetap berprospek cerah seiring pertambahan jumlah penduduk.
Karena untuk menjaga kesehatan fisiknya, manusia membutuhkan makanan dan
minuman yang masuk ke dalam perut. Maka konsumsi makanan dan minuman
akan terus meningkat. Sehingga dengan meningkatnya permintaan maka
perusahaan akan berlomba lomba untuk meningkatkan produksi yang dihasilkan.
Dengan produksi yang meningkat akan meningkatkan penjualan , dengan
penjualan meningkat, maka profit yang dihasilkan pun besar . Dengan profit yang
10
Universitas Esa Unggul
besar maka kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dikatakan baik ,sehingga
akan menjadi daya minat investor.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan diatas , maka penulis
termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Debt to Equity Ratio, dan Current Ratio terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman Yang Terdafatar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018” .
11
Universitas Esa Unggul
3. Periode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2015-
2018.
12
Universitas Esa Unggul
di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur dalam
menilai kinerja keuangan dan dapat membantu para manajemen dalam
memperbaiki kinerja keuangan dimasa yang akan datang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan sebelum berinvestasi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapan dapat memperluas wawasan, menambah
pengetahuan dan pemahanan mengenai metode penelitian mengenai
pengaruh kepemilikan manajeria, debt to equity ratio dan current ratio
terhadap kinerja keuangan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh dari
hasil perkuliahan.
13