Anda di halaman 1dari 17

PENGGOLONGAN OBAT

OLEH :

1. Putu Merta Yasa 20089016009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU FARMASI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
membahas tentang Penggolongan Obat.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas harian Farmasetika Dasar.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu sebagian
mahasiswa dan mahasiswi Farmasi yang membaca mendapat informasi terbaru
dan memudahkan dalam pembelajaran mata kuliah Farmasetika Dasar. Kami juga
mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik dan benar. Walaupun
kami menyadari masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki di makalah
ini. Semoga kami terus menjadi mahasiswa dan mahasiswi yang ingin belajar dari
kesalahan. Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini..

Bungkulan, 10 Oktober 2020

Penyusun            

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1..................................................................................................................Lat

ar Belakang.............................................................................................. 1

1.2..................................................................................................................Ru

musan Masalah ....................................................................................... 1

1.3..................................................................................................................Tuj

uan........................................................................................................... 2

1.4..................................................................................................................Ma

nfaat………………………………………………………………......... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1..................................................................................................................Def

inisi Obat................................................................................................. 3

2.2..................................................................................................................Pen

ggolongan obat berdasarkan kegunaanya................................................ 4

2.3..................................................................................................................Pen

ggolongan obat menurut cara penggunaannya……………………........ 4

2.4. Pen

ggolongan obat menurut cara kerja obat… .......…………………. 6

2.5. Pen

ggolongan obat menurut Undang-undang……………………….. 6

iii
2.6. Pen

ggolongan obat menurut Sumber obat…………………………... 10

2.7. Pen

ggolongan obat menurut bentuk sediaan Obat………………….. 11

2.8. Pen

ggolongan obat menurut proses fisiologis dan biokimia dalam

tubuh…………………………..……………………………………… 11

BAB III PENUTUP

1.1..................................................................................................................Kes

impulan ................................................................................................... 12

1.2..................................................................................................................Sar

an ............................................................................................................ 12

Daftar Pustaka

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan ilmu farmasi sudah semakin maju.
Banyak sekali macam macam jenis sediaan farmasi yang dikembangkan.
Segala macam penggolongan obat pun sudah semakin diperbaharui dengan
adanya peraturan dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2000 yang mengganti penggolongan jenis obat menjadi 5 golongan saja.
Bidang Farmasi juga terus menggembangkan ilmu dalam menemukan
jenis dan khasiat obat obatan. Karena masyakarakat kita semakin
membutuhkan segala jenis obat dengan kerja yang sesuai di tubuhnya.
Kebutuhan obat di kalangan masyarakat sangatlah penting dan mutlak
untuk menunjang kesehatan mereka.
Pelayanan farmasi pun kini semakin baik karena menunjang
kepentingan kesehatan masyarakat. Ilmu yang berkenaan dengan
pelayanan farmasi seperti Farmasetika pun terus mengalami perubahan
dan peningkatan menjadi yang lebih baik. Para mahasiswa pun kini
dintuntut untuk mampu membedakan segala macam jenis sediaan farmasi
dan juga mampu menggolongkan segala jenis obat berdasarkan beberapa
aturannya untuk menunjang perkerjaan di masa depan kelak. Mahasiswa
juga harus mampu bertindak dengan tanggap karena para mahasiswa
diharapkan menjadi seorang farmasis atau apoteker yang tanggap, cepat,
dan mampu menolong masyarakat yang membutuhkan obat untuk
kesehatannya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah definisi Obat?
1.2.2 Bagaimanakah penggolongan obat menurut kegunaannya?
1.2.3 Bagaimanakah penggolongan obat menurut cara penggunaan obat?
1.2.4 Bagaimanakah penggolongan obat menurut cara kerja obat?
1.2.5 Bagaiamanakah penggolongan obat menurut Undang-undang?
1.2.6 Bagaimanakah penggolongan obat menurut sumber obat?

1
1.2.7 Bagaimanakah penggolongan obat menurut bentuk sediaan obat?
1.2.8 Bagaimanakah penggolongan obat menurut proses fisiologis dan
biokimia dalam tubuh?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui definisi Obat?
1.3.2 Mengetahui penggolongan obat menurut kegunaannya?
1.3.3 Mengetahui penggolongan obat menurut cara penggunaan obat?
1.3.4 Mengetahui penggolongan obat menurut cara kerja obat?
1.3.5 Mengetahui penggolongan obat menurut Undang-undang?
1.3.6 Mengetahui penggolongan obat menurut sumber obat?
1.3.7 Mengetahui penggolongan obat menurut bentuk sediaan obat?
1.3.8 Mengetahui penggolongan obat menurut proses fisiologis dan
biokimia dalam tubuh?

1.4 Manfaat penulisan


Dengan mengetahui macam-macam penggolongan obat mampu
menambah khasanah ilmu pengetahuin penulis dan pembaca dalam bidang
farmasetika. Mahasiswa juga diharapkan harus mampu bertindak dengan
tanggap menjadi seorang farmasis atau apoteker yang tanggap, cepat, dan
mampu menolong masyarakat yang membutuhkan obat untuk
kesehatannya kedepannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definis Obat (Syamsuni, H., 2005)


Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang dipergunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah,
meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Sedangkan, menurut undang-
undang, pengertian obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk
dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia.
pengertian obat secara khusus:
1. Obat baru: Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak
berkhasiat), seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau komponen
lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan
kegunaannya.
2. Obat esensial: Obat esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan
untuk layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
3. Obat generik: Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
4. Obat jadi: Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran
dalam bentuk salep, cairan, supositoria, kapsul, pil, tablet, serbuk atau
bentuk lainnya yang secara teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain
yang ditetapkan pemerintah.
5. Obat paten: Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu dijual
dalam kemasan asli dari perusahaan yang memproduksinya.
6. Obat asli: Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-
bahan alamiah, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional

3
2.2 Penggolongan Obat Menurut Kegunaannya (Syamsuni, H., 2005)
Berdasarkan kegunaanya terhadap tubuh obat dapat digolongkan
menjadi 3 golongan yaitu:
a. Untuk diagnosis (diagnostic) adalah obat yang dipakai untuk
membantuk klinisi mengetahui jenis penyakit atau kelainan yang terjadi
pada tubuh manusia. Contohnya adalah penggunaan zat warna barium
sulfat dalam pemeriksaan IVP sebagai agen kontras sehingga tampak
dalam pemeriksaan daerah yang mengalami sumbatan dengan melihat
pembenaran cahaya yang dipantulkan oleh obat tersebut

Gambar 2.1 proses injeksi barium sulfat dan tampilan hasil IVP dengan
agen kontras
b. Untuk mencegah (prophylactic) adalah obat yang dipakai untuk
mencegah terjadinya sesuatu/penyakit atau kelainan. Contohnya adalah
penggunaan postinor yang mengandung zat aktif levonorgestrel untuk
mencegah kehamilan sebagai alat kontrasepsi darurat.
c. Untuk menyembuhkan (therapeutic) adalah obat yang dipakai untuk
menghilangkan keluhan mengobati kelainan atau penyakit. Contohnya
penggunaan obat antihipertensi dan obat anti diabetes untuk mengontrol
tekanan darah dan kadar gula dalam darah.
2.3 Penggolongan obat menurut cara penggunaannya (Syamsuni, H., 2005)
Dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :

4
a. Oral/Enteral : obat yang dikonsumsi melalui mulut ke dalam saluran
cerna, contoh tablet, kapsul, serbuk, dll

Gambar 2.2 tampilan kemasan obat oral/enteral


b. Perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat
dan terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-
enzim di dalam tubuh
c. Pervaginal: obat yang dimasukan melalui liang vagina sebagai obat lokal
yang terserap langsung oleh pembuluh darah sekitar vagina dan rahim.

Gambar 2.3 Tampilan kemasan obat supositoria yang masuk lewat per
rectal atau vaginal
d. Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya
dibawah lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh
obat hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
e. Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik
secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.

5
Gambar 2.4 Beberapa tampilan kemasan obat yang dapat masuk lewat
parenteral
f. Target Organ yaitu obat yang langsung ke organ yang dituju, contoh
intrakardial
g. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal
2.4 Penggolongan obat menurut cara kerja Obat (Tjay, T.H., Kirana, R.,
2007)
Dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
a. obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat
bakteri atau mikroba, contoh antibiotic
b. obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit
contoh vaksin, dan serum.
c. obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh
analgesic
d. obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang
kurang, contoh vitamin dan hormon.
e. pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat
aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam
keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
2.5 Penggolongan obat menurut Undang-undang (Dewi, L. P., 2008)
Penggolongan obat berdasarkan undang-undang antara lain :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat OTC (over the counter) atau obat yang dijual
secara bebas di pasaran. Artinya, Kamu bisa sangat mudah dan bebas
menemukan dan membeli obat ini, tanpa harus menggunakan resep
dokter. Obat yang tergolong dalam kategori bebas adalah obat yang

6
memiliki efek samping rendah serta kandungan bahan-bahan yang
relatif aman. Namun meski tidak memerlukan pengawasan dokter,
Kamu tetap harus memenuhi petunjuk dan dosis yang tertera di
kemasan ketika mengonsumsinya.
Obat bebas biasanya memiliki gambar lingkaran berwarna hijau dan
bergaris tepi hitam. Simbol tersebut tertera di kemasan obat.
Kebanyakan obat bebas adalah obat-obat untuk mengobati penyakit
ringan, seperti batuk, flu, atau demam. Obat bebas juga bisa berupa
vitamin atau suplemen nutrisi. Contoh obat bebas adalah parasetamol.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas memiliki kesamaan dengan obat bebas, yaitu
keduanya dijual bebas di pasaran. Namun, obat bebas terbatas termasuk
obat yang lebih keras ketimbang obat bebas, meski obat dalam
golongan ini juga bisa dikonsumsi tanpa resep dari dokter. Dalam
jumlah tertentu, obat ini masih bisa dijual di apotek mana saja.
Obat jenis bebas terbatas juga memiliki simbol tertentu di kemasannya,
yaitu lingkaran biru bergaris tepi hitam. Tidak hanya itu, pada kemasan
obat bebas terbatas juga tertulis peringatan-peringatan seperti:
• P1: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.
• P2: Awas! Obat Keras! Baca Aturan Pakainya.
• P3: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Bagian Luar Tubuh.
• P4: Awas! Obat Keras! Hanya untuk Dibakar.
• P5: Awas! Obat Keras! Tidak Boleh Ditelan.
• P6: Awas! Obat Keras! Obat Wasir, Jangan Ditelan.
Obat bebas terbatas bisa digunakan untuk mengobat penyakit dari yang
tergolong ringan hingga serius. Kalau Kamu belum sembuh juga, meski
sudah mengonsumsi obat dengan golongan bebas terbatas, lebih baik
berhenti mengonsumsinya dan periksakan diri ke dokter.
c. Obat Keras
Obat keras sudah termasuk obat yang tidak bisa dibeli bebas di apotek
tanpa resep dokter, meski dijual legal di apotek. Tanpa resep dokter dan
jika pemakaiannya tidak sesuai, dikhawatirkan obat ini bisa

7
memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan
kematian. Simbol obat keras yang ada di kemasan obat adalah lingkaran
merah bergaris tepi hitam dan terdapat huruf K di dalamnya.
Pada umumnya, banyak obat-obat tertentu yang termasuk dalam
golongan ini, seperti:
• Obat generik.
• Obat Wajib Apotek (OWA).
• Psikotropika.
• Obat yang mengandung hormon, seperti obat penenang atau obat
diabetes.
• Antibiotik, seperti tetrasiklin, penisilin, ampisilin, sefalosporin.
d. Obat Narkotika
Narkotika adalah obat-obatan yang bisa berasal dari tanaman maupun
tidak. Narkotika juga bisa berupa sintesis atau semi sintesis. Sama
seperti psikotropika, narkotika menimbulkan efek ketergantungan,
khususnya jenis yang bisa mengurangi rasa sakit, nyeri, dan tingkat
kesadaran. Obat narkotika hanya boleh dijual di apotek, namun harus di
bawah resep dokter. Obat narkotika memiliki simbol lambang palang
merah yang tertera di kemasannya.
Mirip dengan psikotropika, narkotika juga memiliki golongan-golongan
tertentu. Narkotika golongan I hanya digunakan untuk ilmu
pengetahuan, namun tidak bisa digunakan untuk pengobatan. Pasalnya,
golongan I memiliki risiko ketergantungan yang tinggi.
Untuk narkotika golongan II, bisa digunakan untuk pengobatan dan
kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, biasanya dokter hanya
memberi resep narkotika golongan II sebagai pilihan terakhir dalam
pengobatan. Pasalnya, golongan II juga bisa menyebabkan
kertegantungan yang kuat.
Sementara itu, narkotika golongan III bisa digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan karena memiliki risiko
yang ringan untuk menyebabkan ketergantungan. Contoh obat narkotika
adalah opium, ganja, dan heroin. Untuk golongan II, contohnya

8
tebakon, morfina, dan peptidina. Sementara untuk golongan III,
contohnya adalah kodeina, nikokodina, dan nikodikodina.
d. Psikotropika:
Psikotropika adalah obat yang memengaruhi proses mental, meransang
atau menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan seseorang;
contohnya golongan barbital/luminal, diazepam, dan ekstasi. Untuk
psikotropika, obat-obatan jenis ini memengaruhi susunan sistem saraf
pusat, sehingga bisa menimbulkan perubahan pada mental dan perilaku
orang yang mengonsumsinya. Maka dari itu, obat psikotropika hanya
bisa dikonsumsi di bawah pengawasan dokter.
Bahkan, psikotropika juga dibagi menjadi 4 golongan berdasarkan
bahaya dampaknya pada tubuh manusia. Psikotropika golongan I adalah
obat yang tidak boleh digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I
hanya boleh dipakai untuk keperluan ilmu pengetahuan, karena
memiliki potensi yang kuat untuk menyebabkan ketergantungan pada
penggunanya.
Psikotropika golongan II bisa digunakan untuk pengobatan maupun
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Namun, tetap memiliki potensi
kuat untuk menyebabkan ketergantungan.
Psikotropika golongan III lebih banyak digunakan untuk pengobatan.
Risiko ketergantungan pada psikotropika golongan III cenderung
rendah. Selain itu, sama seperti golongan III, risiko ketergantungan
psikotropika golongan IV juga rendah. Psikotripika golongan IV
banyak digunakan untuk pengobatan maupun keperluan ilmu
pengetahuan.
Karena bersifat keras, psikotropika dan obat keras berada di dalam
kategori yang sama. Keduanya juga memiliki simbol yang sama.
Contoh obat keras adalah loratadine, pseudoeedrin, bromhexin HCL,
alprazolam, clobazam. Sementara itu, contoh obat psikotropika adalah
ekstasi, phenobital, sabu-sabu, diazepam.
Jenis-jenis label dari masing-masing obat tersebut sesuai undang-
undang dapat dilihat pada gambar dibawah ini

9
Gambar 2.5 Label golongan Obat

2.6 Penggolongan Obat menurut Sumber Obat (Tjay, T.H., Kirana, R.,
2007)
Berdasarkan sumber bahan pembuat obat dapat dgolongkan menjadi:
a. Mikroba dan jamur/fungi; misalnya, antibiotik penisilin.
b. Sintesis (tiruan); contohnya, vitamin C dan kamper sintesis.
c. Mineral (pertambangan); contohnya, sulfur, vaselin, parafin, garam
dapur, iodkali.
d. Hewan (fauna); contohnya, cera, adeps lanae, dan minyak ikan
e. Tumbuhan (flora); contohnya, minyak jarak, kina, dan digitalis.
2.7 Penggolongan Obat menurut Sediaan Obat (Tjay, T.H., Kirana, R.,
2007)
Dikelompokkan menjadi:
a. Bentuk gas; contohnya, inhalasi, spraym aerosol.
b. Bentuk cair atau larutan; contohnya, lotio, dauche, infus intravena,
injeksi, epithema, clysma, gargarisma, obat tetes, eliksir, sirop dan
potio.
c. Bentuk setengah padat; misalnya salep mata (occulenta), gel, cerata,
pasta, krim, salep (unguetum).
d. Bentuk padat; contohnya, supositoria, kapsul, pil, tablet, dan serbuk

10
Obat Bentuk gas Obat bentuk Larutan/cair

Obat bentuk setengah padat Obat bentuk padat


Gambar2.6 Macam-macam sediaan Obat
2.8 Penggolongan Obat menurut proses fisiologis dan biokimia dalam
tubuh (Tjay, T.H., Kirana, R., 2007)
Obat dapat digolongkan menjadi:
a. Obat diagnostik: Obat diagnostik adalah obat yang membantu dalam
mendiagnosis (mengenali penyakit), misalnya barium sulfat untuk
membantu diagnosis pada saluran lambung-usus, serta natrium
miopanoat dan asam iod organik lainnya untuk membantu diagnosis
pada saluran empedu.
b. Obat kemoterapeutik: Obat kemoterapeutik adalah obat yang dapat
membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh inang. Obat ini
hendaknya memiliki kegiatan farmakodinamik yang sekecil-kecilnya
terhadap organisme inang dan berkhasiat untuk melawan sebanyak
mungkin parasit (cacing protozoa) dan mikroorganisme (bakteri, virus).
Obat-obat neoplasma (onkolitika, sitostika, atau obat kanker) juga
dianggap termasuk golongan ini.
c. Obat farmakodinamik: Obat farmakodinamik adalah obat yang bekerja
terhadap inang dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses
fisiologis atau fungsi biokimia dalam tubuh contohnya hormon,
diuretik, hipnotik, dan obat otonom.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Obat dalam
kehidupan sehari-hari dapat digolongkan dari berbagai aspek mulai dari
kegunaannya, cara penggunaan obat, cara kerja obat, Undang-undang
sumber obat, bentuk sediaan obat, dan proses fisiologis dan biokimia
dalam tubuh. Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempermudah kita
dalam memilah obat dan tepat penggunaanya sesuai dengan masing –
masing kategori obat tersebut.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan agar pemahaman akan penggolongan
obat dengan macam-macamnya dapat ditingkatkan melalui pengaplikasian
yang baik akan ilmu farmasetika dalam kehidupan sehari-hari khususnya
nanti sebagai praktikan farmasi.

12
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, L. P., 2008, Modul Undang-undang Kesehatan, Denpasar : SMF Saraswati
3 Denpasar.

Semiun, Y., 2001.Kesehatan Mental 2. Surabaya: Penerbit Universitas Katolik


Widya Mandala, hal . 91-93.

Syamsuni, H., 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Tjay, T.H., Kirana, R., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya, Edisi : 6, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai