Anda di halaman 1dari 1

Nilai-Nilai Dasar Hukum

Keadilan Filsafati

Kegunaan HUKUM Sosiologis

Kepatian Yuridis
Hukum

Digambarkan oleh Mirza Satria Buana dalam tesisnya bahwa ketiga nilai dasar tersebut
ibarat seorang “raja” yang saling bertengkar (spannungsverhaltnis) untuk dapat diterapkan dalam
hukum. Kembali pada pembahasan mengenai asas kepastian hukum, sejatinya keberadaan asas
ini dimaknai sebagai suatu keadaan dimana telah pastinya hukum karena adanya kekuatan
yang konkret bagi hukum yang bersangkutan. Keberadaan asas kepastian hukum merupakan
sebuah bentuk perlindungan bagi yustisiabel (pencari keadilan) terhadap tindakan sewenang
wenang,yang berarti bahwa seseorang akan dan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan
dalam keadaan tertentu.Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Van
Apeldoorn bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu dapat ditentukannya hukum dalam
hal yang konkret dan keamanan hukum. Hal memiliki arti bahwa pihak yang mencari keadilan
ingin mengetahui apa yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum ia memulaiperkara
dan perlindungan bagi para pencari keadilan.
Hukum dituntut untuk memenuhi berbagai karya dan oleh Radbruch  ketiga-tiganya itu
disebut sebagai nilai-nilai dasar dari hukum. Ketiga nilai dasar tersebut adalah keadilan,
kegunaan, dan kepastian hukum .Sekalipun ketiga-tiganya itu merupakan nilai dasar dari hukum,
namun antara mereka terdapat suatu Spannungsverhaltnis, suatu ketegangan satu sama lain.
Hubungan atau keadaan yang demikian itu bisa dimengerti, oleh karena sebagaimana diuraikan
di muka, ketiga-tiganya berisi tuntutan yang berlain-lainan dan yang satu sama lain mengandung
potensi untuk bertentangan. Apabila kita ambil sebagai contoh kepastian hukum.Maka sebagai
nilai ia segera menggeser nilai-nilai keadilan dan kegunaan ke samping.Yang utama bagi
kepastian hukum adalah adanya peraturan itu sendiri. Tentang apakah peraturan itu harus adil
dan mempunyai kegunaan bagi masyarakatnya, adalah diluar pengutamaan nilai kepastian
hukum. Dengan adanya nilai-nilai yang berbeda tersebut maka penilaian kita mengenai
keabsahan hukum pun bisa bermacam-macam.Masalah ini biasanya dibicarakan dalam hubungan
dengan berlakunya hukum, suatu singkatan dari “dasar berlakunya hukum”. Perbedaan dalam
penilaian kita mengenai kesalahan dari hukum itu mengandung arti, bahwa dalam menilainya
kita perlu membuat suatu perbandingan. Lebih dari itu sesuai dengan potensi ketiga nilai-nilai
dasar yang saling bertentangan apa yang sudah dinilai sah atas dasar persyaratan yang harus
dipenuhi oleh suatu peraturan, bisa dinilai tidak sah dari segi kegunaannya bagi masyarakat. 
Ketertiban masyarakat yang tampak dari luar itu didukung dari dalam oleh lebih dari
satu macam tatanan. Keadaan yang demikian ini memberikan pengaruhnya tersendiri terhadap
masalah efektivitas tatanan dalam masyarakat. adalah lazim bahwa kita melihat efektivitas ini
dari segi peraturan hukum sehingga ukuran ukuran untuk menilai tingkah laku dan hubungan-
hubungan antara orang-orang pun didasarkan pada hukum atau tatanan hukum. dari uraian di
muka dapat diketahui, bahwa masyarakat kita sesungguhnya merupakan suatu Rimba tatanan,
di dalamnya tidak hanya terdapat satu macam tatanan atau sifat majemuk Dini dilukiskan
oleh Chambliss dan Seidman.

Sumber:

Buku Ilmu Hukum Prof.Dr.Satjipto Raharjo.S.H

ejournal2.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai