Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Oleh :
Eka Nur Rani
NIM SN201118

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/202

A. Konsep gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit


1.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,


minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu
dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh
pada yang lainnya.
Ketidakseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar.
Kekurangan dan kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit
diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Sebaliknya,
ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja
sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi (Potter & Perry,
2010).
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang
individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko
mengelami dehidrasi vaskular, interstitial atau intravaskular (Lynda
Juall, 2007 : 168). Kekurangan volume cairan adalah penurunan cairan
intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraseluler yang mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Nanda,
2012 : 264).
Kelebihan volume cairan adalah keadaan ketika seseorang
individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan
intraseluler atau interstisial (Lynda Juall, 2007 : 172). Kelebihan
volume cairan merupakan peningkatan retensi cairan isotonik (Nanda,
2012 : 265).
Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan berisiko
mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu
kesehatan (Nanda, 2012 : 262).

1.2 Fisiologi sistem/Fungsi normal system


Pengaturan kebutuhan cairan dapat dilakukan melalui system
endokrin (ADH,aldosterone,glukokortikoid),prostaglandin, dan
mekanisme rasa haus.(Saputra,Lyndon.2013).
Fungsi cairan juga dapat mempertahankan panas tubuh,
pengaturan temperatur tubuh, transport nutrien ke sel,transport hasil
sisa metabolism, transport hormone, pelumas antar
organ,mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem
kardiovaskuler.
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan
dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal  dari  minuman dan
makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan  pengeluaran cairan  melalui ginjal dalam bentuk urine
1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit
600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:Air bergerak melintasi
membran sel karena osmolaritas cairan interseluler  dan ekstraseluler
tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah
perubahan salah satu kompartemen. Membran sel hampir sangat
impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam
cairan ekstraseluler atau  intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat
terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler.
Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi
cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler
dan osmolaritas cairan intraseluler
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system.
1.3.1 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
 Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam
hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan.
Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan
tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan
jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan
orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan
anak-anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi
serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat
pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau
gangguan ginjal
 Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan
peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami
peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
 Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang
iklimnya tidak terlalu panas  tidak    akan mengalami
pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan
pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya
tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya
IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang
tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami   kehilangan cairandan elektrolit. Demikian
pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang
bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima
litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa
berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak
700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan
orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
 Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan
elektrolit. Jika asupan     maknan tidak seimbang, tubuh
berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih  dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini
menyebabkan penurunan kadar albumin.
 Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan
metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah,
dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air
dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan
peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.
 Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan
dan elektrolit dasar sel   atau jaringan yang rusak (mis.Luka
robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita   diare  juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal
juga  dapat   menyebabkan     ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompa jantung menurun, tubuh akan
melakukan   penimbunan   cairan   dan  natrium sehingga
terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan   dikeluarkan dalam
jumlah yang cukup  untukmenyeimbangkan cairan dan
elektrolit   serta   kadar  asam   dan   basa   dalam   tubuh.
Apabila   asupan   cairan   banyak,   ginjal   akan memfiltrasi
cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi
urine akan  meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan     produksi urine
dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi
tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal  untuk melakukan
regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria
(produksi urine kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria
(produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).
 Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder
terhadap kebutuhan cairan dan   elektrolit tubuh. Tindakan
pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
 Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif
secara berlebihan dapat    menyebabkan peningkatan
kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi
defist  cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga   kadar kalium
akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
 Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko  tinggi
mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat
kehilangan banyak darah selama perode operasi,
sedangkan   beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan  berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
1.3.2 Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
 Difusi
merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai
terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan
sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan
temperatur.
 Osmosis
merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui
membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya
menarik.
 Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses
tranpor aktif penting untuk mempertahankan keseimbangan
natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium
lebih tinggi pada cairan  intraseluler dan kadar kalium lebih
tinggi pada cairan ekstraseluler.
1.3.3 Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase:
 Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem
sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan
tractus gastrointestinal.
 Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah
kapiler dan sel
 Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari
cairan interstitial masuk kedalam sel.Pembuluh darah kapiler
dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen
dalam cairan tubuh ikut berpindah.
1.3.4 Cara pengeluaran cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti :
 Ginjal
Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang
menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari. Produksi
urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa
produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang
diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
 Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar
keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur
lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut
juga Insesible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
 Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan
yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan
dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.
 Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan kenaikan
10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system
A.4.1 Gangguan  Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
 Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

 Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :

1. Asupan natrium yang berlebihan


2. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak,
terutama pada klien dengan gangguan mekanisme
regulasi cairan.
3. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti
gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal,
sirosis hati, sindrom Cushing
4. Kelebihan steroid.
Kelebihan Volume Cairan
Faktor resiko :
1.  Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi
intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2.  Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau
obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat.

2.1 Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah)

1. Kelebihan Volume cairan ditandai dengan asupan natrium


berlebihan.
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1. Kelebihan Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
keperawatan selama 10 jam 1. Timbang
Volume cairan diharapkan keseimbangan cairan popok/pembalutjika
ditandai klien dapat teratasi Kriteria Hasil : diperlukan
Fluid Balance 2. pertahankan catatan intake
dengan asupan Indikator IR ER dan output yang akurat
1. Tekanan darah 3. pasang urine kateter jika
natrium diperlukan
dalam batas
berlebihan. normal 4. Monitor status hidrasi jika
2. Rata-rata tekanan diperlukan.
arteri dalam bata 5. Monitor hasil lab yang
yang diharapkan sesuai dengan retensi
3. Tekanan vena cairan
sentral dalam 6. Monitor status
batas yang hemodinamik
diharapkan 7. Monitor vital sign
4. Nadi perifer 8. Monitor kelebihan cairan
teraba jelas 9. Monitor berat pasien
5. Tidak ada sebelum dan setelah
hipotensi dialysis
ortostatik 10.Kaji lokasi dari luas daerah
6. Intake dan output edema
24 jam seimbang 11.Monitor masukan
7. Tidak ada suara makanan/cairan dan hitung
nafas tambahan intake kalori cairan
8. Berat badan stabil 12.Berikan diuretic sesuai
9. Tidak ada asites interaksi
10. JVP tidak tampak 13.Berikan cairan IV sesuai
11. Tidak terdapat intruksi
edema perifer 14.Batasi msukan cairan pada
12. Pusing tidak ada keadaan hiponatermi dilusi
13. Tidak terdapat dengan serum
haus abnormal Na<130mEq/l
14. Hidrasi kulit 15.Monitor respon pasien
15. Membran terhadap terapi elektrolit
mukosa lembab 16.Kolaborasi dokter jika
16. Elektrolit serum tanda cairan berlebihan
dalam batas muncul memburuk
normal 17.Atur kemungkinan
17. Hemaktorit transfuse
dalam batas
normal Fluid Monitoring :
18. Tidak terdapat 1. Tentukan riwayat julmlah
endapan urine dan tipe intake cairan dan
eliminasi
2. Tentukan kemungkinan
Ket :
resiko dari
1. Keluhan ekstrim ketidakseimbangan
2. Keluhan berat cairan
3. Keluhan sedang 3. Monitor berat badan
4. Keluhan ringan 4. Monitor serum dan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan  Keperawatan “Klien Gangguan
Keseimbangan Cairan   & Elektrolit”. Jakarta: ECG
Syaifudin. 2012. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi  Edisi 4.
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1 st ed) . Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1 st
ed) . Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(cetakan II) . Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai