Anda di halaman 1dari 31

TUGAS : INDIVIDU

MATA KULIAH : SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN : Eva wijayanti. S.Kep Ns

LAPORAN PENDAHULUAN

“UROLITHIASIS”

Nita Utari Mokodompit


B2 002 17 003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG

TAHUN AJAR 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena adanya


masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu
disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu
atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat
pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang
idiopatik (Dewi, 2007). Lokasi batu saluran kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis
(nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di ureter atau di kandung kemih
(vesikolitiasis) (Robbins, 2007).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio pria-
wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri (Tisher,
1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di
seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi
saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal
merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di
dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7%
pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia
puncak adalah dekade ketiga sampai keempat. Angka kejadian batu ginjal di Indonesia
tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia
adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.
Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah
kematian adalah sebesar 378 orang (Anonim, 2005). Pada penelitian di RS dr. Kariadi
ternyata jumlah penderita batu naik dari

32,8% (2003) menjadi 39,1% (2005) di banding seluruh kasus urologi dan

sebagian besar batu saluran kemih bagian atas (batu ginjal dan ureter) (Muslim, 2007).
Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh, elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif
air, elektrolit, dan non elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi
ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang
berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis,
batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena
obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004).

Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal
sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan fungsi ginjal
karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan
mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan
ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah yang
berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan
tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal
yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih
dapat menimbulkan urosepsis (Purnomo, 2011).

Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bisa mendadak (akut)
bila sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di Amerika
Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 % pada wanita dan 3,3 % pada pria.
Penyebabnya dapat bermacam – macam dimana

obstruksi merupakan penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).


Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh prosedur pencitraan yang tepat,
pemeriksaan radiologi dengan menggunakan ultrasonografi akan sangat membantu
dalam penanganan kasus nefrolitiasis. Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan
dilatasi sistem duktus kolektivus. Pemeriksaan USG pada kasus ini mempunyai peranan
penting, sebab dapat memastikan diagnosis di atas, yang mana terlihat adanya
hidronefrosis dan tanpa hidronefrosis (Rahmani, 2010). Keterbatasan pemeriksaan ini
adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter, dan tidak dapat membedakan batu

kalsifikasi dan batu radiolusen (Sudoyo, 2007).


Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Prevalensi Hidronefrosis pada Kasus Batu Saluran kemih (Nefrolitiasis dan

Vesicolitiasis) Berdasarkan Temuan Ultrasonografi”.


B. Rumusan Masalah

Melihat tingginya peningkatan penderita batu saluran kemih yang akan terjadi

pada 10-25 tahun ke depan dan perlunya pengetahuan masyarakat untuk mencegah

terjadinya kekambuhan serta uraian dari latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk membuat Asuhan Keperawatan dengan

Urolithiasis atau Batu Saluran Kemih

C. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan Urolithiasis

(Batu Saluran Kemih), serta mampu mengaplikasikan pada penderita Urolithiasis.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan

Urolithiasis

b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

Urolithiasis.

c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan

Urolithiasis

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

urolithiasis.

e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan


urolithiasis.

BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and


Suddarth,  2002, hal. 1460).

Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali


disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black,
Joyce, 1997, hal. 1595).

Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium
fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).
( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).

Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air


kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam,
M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik,


misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya  batu kalkuli terdiri
atas garam kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
(Mary baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal
59).
B. Etiologi

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

1. Ginjal :Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.


2. Immobilisasi :Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan
penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan
pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan menjadi inti pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya
pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di
daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan
mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu,
keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan,
ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan
vitamin D.

C. Klasifikasi
Teori pembentukan batu renal      :
1. Teori Intimatriks : Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya
substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi : Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristalisasi : Perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat : Berkurangnya Faktor Penghambat
seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
Jenis  Batu-batu renal        :
1. Batu kalsium : Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu
adalah dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan
interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan.
Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari kedua jenis batu tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :

a. Hiperkalsiuria : Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer


atau sekunder terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkalsiuria absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang
merangsang produksi vitamin D3. Tipe yang kurang sering adalah
penurunan primer pada reabsorbsi  kalsium di tubulus ginjal, yang
mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia : Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan
memperlambat perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat
terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik
tiazid.
c. Hiperoksalouria : Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu
berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana
metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara
bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu
yang berulang dan gagal ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria : Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat urin dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber
dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme
endogen.
e. Hipomagnesiuria : Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena di dalam urine
magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu asam urat : Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari
batu-batu radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat
hiperurikosuria dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai
pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu
pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu
terbentuk pada PH dibawah 5,5.
3. Batu struvit : Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama
pada wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang
memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi
besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu
penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk
prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.

1. Batu menghambat aliran urin.


a. terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
b. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan
disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
c. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
2. Batu di piala ginjal
a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
b. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati
testis.
d. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.
e. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas
anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
3. Batu yang terjebak di ureter
a. Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
c. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
4. Batu yang terjebak di kandung kemih
a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine.

E. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan


urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari
intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat
infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan
batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat
mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa
terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang


akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau
pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks
sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal. 

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan


pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi
penyakit  GGK yang dapat menyebabkan kematian.

F. Pemeriksaan Fisik
1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.
3. Batu uretra anterior bisa diraba.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan
sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik  pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik
( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
H. Penatalaksanaan
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Cara penanganan   :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar
biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang
diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung
kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga
mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang
hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan
menjamin haluaran urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika
mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam
mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk
batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih
jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8
gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
1) Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet
dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
2) Batu fosfat, diet rendah  fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium
hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan
fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
3) Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
4) Batu oksalat, urine encer  dipertahankan dengan pembatasan
pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran
hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
5) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi
komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut
ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur
noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-
batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat
batu renal tanpa pembedahan mayor.
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki
batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal
secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal,
pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika
batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit
alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

I. Pencegahan
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai
diuresis 1,5 liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi
sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.

J. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
BAB II

ASKEP UROLITHIASIS

A. Pengkajian
1. Identitas

Nama :

          Umur           : Paling sering 30 – 50 tahun

          Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria

          Alamat : Tinggal di daerah panas

          Pekerjaan : perkerja berat

2. Keluhan Utama
a. Nyeri  yang luar biasa, akut/kronik.
b. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
b. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
c. Bekerja di lingkungan panas.
d. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
e. Olahragawan.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Nyeri
b. Mual / Muntah
c. Hematuria
d. Diare
e. Oliguria
f. Demam
g. Disururia
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Pernah menderita urolitiasis
b. Riwayat ISK dalam keluarga
c. Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi


kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

6. Dasar – Dasar Pengkajian


a. Aktifitas/istirahat

Gejala       : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada


lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla
spinalis).

b. Sirkulasi

Tanda       : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit


hangat dan kemerahan ;pucat.

c. Eliminasi

Gejala      : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus).


Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan
kemih.

Tanda     : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.


d. Makanan/cairan

Gejala       : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin,


kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak
minum air dengan cukup.

Tanda       : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus,


muntah.

e. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala       : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada


lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat
menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat
paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis
atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain.

Tanda       : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

f. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala       : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal,


hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen
sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi,
natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium
dan vitamin.
B. Diagnosis Keperawatan

Pre operasi   :

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi


uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh
batu,iritasi ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran
kemih (ginjal).
5. Kurang pengetahuan  berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah
interpertasi informasi.

Post operasi

1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik


2. Nyeri b.d  insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

C. Intervensi Keperawatan

Pre operasi

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral

Tujuan:  - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol

               - Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.


Intervensi Rasional

Catat lokasi, lamanya intensitas (0-10) Membantu mengevaluasi tempat


dan penyebaran abstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus

Jelaskan penyebab nyeri dan Berikan kesempatan untuk pemberian


pentingnya melaporkan tentang analgesic sesuai waktu (membantu
perubahann kejadian / karakyeristik dalam meningkatkan koping pasien dan
nyeri. dapat menurunkan ansietas).

Menaikkan relaksasi menurunkan


tegangan otot dan menaikkan koping
Berikan tindakan nyaman contoh
pijatan punggung lingkungan istirahat.

Obstruksi lengkap ureter dapat


menyebabkan perforasi dan ekstravasasi
Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri
urine ke dalam area perineal.
abdomen.

Cairan membantu membersihkan ginjal


Berikan banyak cairan bila tidak ada
dan dapat mengeluarkan batu kecil.
mual, lakukan dan pertahankan terapi
IV yang diprogramkan bila mual dan
muntah terjadi.

Gerakan dapat meningkatkan pasase dari


Dorong aktivitas sesuai toleransi, beberapa batu kecil dan mengurangi
berikan analgesic dan anti emetic urine statis. Kenmyamanan
sebelum bergerak bila mungkin. meningkatkan istirahat dan
penyembuhan mual disebabkan oleh
peningkatan nyeri.

2. Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi


ginjal oleh ureteral

Tujuan  -  Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

               -  Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional

Awasi pemasukan dan keluaran serta Memberikan informasi tentang fungsi


karakteristik urine ginjal, dan adanya komplikasi contoh
infeksi dan perdarahan

Kalkulus dapat menyebabkan


Tentukan pola berkemih normal dan
ekstibilitas yang menyebabkan sensasi
perhatikan variasi
kebutuhan berkemih segera

Dorong meningkatjkan pemasukan


Peningkatan hidrasi membilas
cairan
bakteri,darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.

periksa semua urine catat adanya Penemuan batu memungkinkan


keluaran batu dan kirim ke laboratorium identifikasi tipe batu dan
untuk analisa mempengaruhi pilihan terapi.
Observasi perubahan status Akumulasi sisa uremik dank e tidak
mental,perilaku atau tingkat kesadaran seimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik di SSP.

Peninggian BUN,kreatinin dan


Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh
elektrolit mengidentifikasikan disfungsi
BUN,elektrolit,kreatinin.
ginjal.

3. Kekurangan volume cairan  berdasarkan mual / muntah

Tujuan :   -     Mempertahankan keseimbangan cairan

               -  Membran mukosa lembab

               -  Turgor kulit baik

Intervensi Rasional

Awasi intake dan Output Membandingkan keluaran actual dan


yang diantisifikasi membantu dalam
evaluasi adanya / derajat statis /
kerusakan ginjal.

Catat insiden muntah,diare perhatikan Mual / muntah, diare secara umum


karakteristik dan frekuensi mual / berdasarkan baik kolik ginjal karena
muntah dan diare. saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal
dan lambung.
Mengkaji hidrasi dan efektifian /
kebutuhan intervensi.
Awasi Hb /Ht, elektrolit

Mempertahankan volume sirkulasi / bila


pemasukan oral tidak cukup,/ menaik
Berikan cairan IV fungsi ginjal.

Makanan mudah cerna menurunkan


aktivitas GI / iritasi dan membantu
Berikan diet tepat,cairan
mempertahankan cairan dan
jernih,makanan lembut sesuai toleransi.
keseimbangan nutrisi.

4. Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih
( ginjal ).

Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal

-  Urine berwarna kuning / kuning jernih

-    Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional

Pantau :

-          Urine berwarna,bau / tiap 8 jam Untuk deteksi dini terhadap masalah.

-          Masukan dan haluaran tiap 8 jam


-          PH urine

-          TTV setiap 4 jam

Saring semua urine,observasi terhadap Untuk mendaptakan data- data


kristal. Simpan kristal untuk dilihat keluarnya batu,perubahan diet yang
dokter kirim ke laboratorium didasari oleh komposisi batu

Konsultasi dengan dokter bila pasien Temuan-temuan ini menunjukkan


sering berkemih,jumlah urine sedikit perkembangan obstruksi dan kebutuhan
dan terus menerus,perubahan urine. intervensi progresif.

Berikan obat-obatan sesuai program Dengan perubahan PH urine /


untuk mempertahankan PH urine tepat. peningkatan keasamaan /
alkalinitas,factor solubilitas untuk batu
dapat di control.

Post operasi
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik /
hipovolemik

Tujuan : -   tanda tanda vital stabil

-       kulit kering dan elastic

-       intake output seimbang

-       insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang

Intervensi rasional

1. Kaji balutan selang kateter 1.  mengetahui adanya perdarahan.


terhadap perdarahan setiap jam dan
lapor dokter.
2. mencegah perdarahan pada luka insisi
2. Anjurkan pasien untuk mengubah
posisi selang atau kateter saat
mengubah posisi.

3. Pantau dan catat intake output tiap


3.  mengetahui kesimbangan dalam tubuh.
4 jam, dan laporan ketidak
seimbangan.

4. Kaji tanda vital dan turgor kulit, 4.  dapat menunjukan adanya dehidrasi /
suhu tiap 4-8 jam. kurangnya volume cairan

2. Nyeri berhubungan dengan  insisi bedah


Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai
dengan mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh
yang relaks.

Intervensi Rasional

1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus 1. menentukan tindakan selanjutnya


daan penghalang factor nyeri.

2. Berikan tindakan kenyamanan non


2. dengan otot relkas posisi dan
farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi,
kenyamanan dapat mengurangi nyeri.
bantu pasien memilih posisi
yang  nyaman.

3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan 3.  peradangan dapat menimbulkan


kemerahan. nyeri.

4. Anjurkan pasien untuk menahan


daerah insisi dengan kedua tangan bila
4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat
sedang batuk.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian analgetik. 5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
3. Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat
medik ( kateter).

Tujuan   :  pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan


dapat berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.

Intervensi Rasional

1. Kaji pola berkemih normal pasien. 1.untuk membandingkan apakah ada


perubahan pola berkemih.

2.  kandung kemih yang tegang


2. Kaji keluhan distensi kandung kemih
disebabkan karena sumbatan kateter.
tiap 4 jam

 3.  untuk mengetahui keseimbangan


3.Ukur intake output cairan.
cairan
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.
4. untuk mengetahui fungsi ginjal.

5. Anjurkan klien untuk minum air


5.  untuk melancarkan urine.
putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada kontra
indikasi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.

Tujuan   :   -   Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.


-          Drainase dan selang kateter bersih.

Intervensi Rasional

1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala 1. mengintervensi tindakan


infeksi luka (demam, kemerahan, selanjutnya.      
bengkak, nyeri tekan dan pus)

2. Kaji suhu tiap 4 jam. 2. peningkatan suhu menandakan adanya


infeksi.

3. menghindarkan infeksi.
3. Anjurkan klien untuk menghindari
atau menyentuk insisi.

4. Pertahankan tehnik  steril untuk 4. menghindari infeksi silang


mengganti balutan dan perawatan luka.

D. Implementasi

      Perencanaan yang  dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda


vital, mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien
melakukan teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul
nyeri, memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri
abdomen, mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan
cairan sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola
berkemih normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung
kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang
pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi
penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola
hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri
berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang
akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan
menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.

E. Evaluasi

      Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan    

            Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya


intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas
serta makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan
gejala yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu.
Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.

Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula


diimbangi dengan minum banyak  2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas,
olahraga secara teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan
oksalat.

Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total
jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila
tidak merubah kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang
bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan
oksalat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10753315/askep_urolitiasis

Anda mungkin juga menyukai