DOSEN :
LAPORAN PENDAHULUAN
“UROLITHIASIS”
RINA LESTARI
B2 002 17 014
Terima kasih
2
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar......................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan ...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
A. Definisi Penyakit···································································5
B. Etiologi···············································································6
C. Klasifikasi············································································7
D. Menifestasi Klinis··································································9
E. Patofisiologi·······································································10
F. Pemeriksaan Fisik·······························································11
G. Pemeriksaan Diagnostik·······················································11
H. Penatalaksanaan································································13
I. pencegahan·······································································15
J. Komplikasi ········································································15
ASKEP UROLITHIASIS
A. Pengkajian········································································17
3
B. Diagnosa.......................................................................................20
C. Intervensi.......................................................................................20
D. Implementasi.................................................................................32
E. Evaluasi.........................................................................................32
A. Kesimpulan·······································································33
B. Saran···············································································33
Daftar Pustaka....................................................................................35
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien
yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah
sebesar 378 orang (Anonim, 2005). Pada penelitian di RS dr. Kariadi ternyata
jumlah penderita batu naik dari 32,8% (2003) menjadi 39,1% (2005) di banding
seluruh kasus urologi dan sebagian besar batu saluran kemih bagian atas (batu
ginjal dan ureter) (Muslim, 2007).
6
Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bisa mendadak
(akut) bila sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di
Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 % pada wanita dan 3,3 %
pada pria. Penyebabnya dapat bermacam – macam dimana obstruksi merupakan
penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium
fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).
( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
9
B. Etiologi
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
10
C. Klasifikasi
Teori pembentukan batu renal :
1. Teori Intimatriks : Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya
substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi : Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristalisasi : Perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat : Berkurangnya Faktor Penghambat
seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
Jenis Batu-batu renal :
1. Batu kalsium : Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu
adalah dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan
interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan.
Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari kedua jenis batu tersebut.
11
merangsang produksi vitamin D3.Tipe yang kurang sering adalah
penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal, yang
mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia : Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan
memperlambat perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat
terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik
tiazid.
c. Hiperoksalouria : Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu
berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana
metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara
bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu
yang berulang dan gagal ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria : Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat urin dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber
dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme
endogen.
e. Hipomagnesiuria : Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena di dalam urine
magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu asam urat : Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari
batu-batu radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat
hiperurikosuria dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai
pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu
pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu
terbentuk pada PH dibawah 5,5.
3. Batu struvit : Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama
pada wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang
12
memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi
besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu
penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk
prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
13
3. Batu yang terjebak di ureter
a. Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
c. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
4. Batu yang terjebak di kandung kemih
a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine.
E. Patofisiologi
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat
mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa
terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
14
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau
pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks
sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.
3. Batu uretra anterior bisa diraba.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium
15
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan
sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik
( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.
16
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
H. Penatalaksanaan
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Cara penanganan :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar
biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang
diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung
kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga
mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang
hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan
menjamin haluaran urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika
mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.
17
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam
mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk
batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih
jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8
gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
1) Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet
dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
2) Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium
hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan
fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
3) Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
4) Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan
pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran
hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
5) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi
komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut
ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur
noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-
batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat
batu renal tanpa pembedahan mayor.
18
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki
batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal
secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal,
pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika
batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit
alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
I. Pencegahan
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai
diuresis 1,5 liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi
sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.
J. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
19
20
ASKEP UROLITHIASIS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama :
2. Keluhan Utama
a. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
b. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
b. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
c. Bekerja di lingkungan panas.
d. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
e. Olahragawan.
4. RiwayatPenyakit Sekarang
a. Nyeri
b. Mual / Muntah
c. Hematuria
d. Diare
e. Oliguria
f. Demam
21
g. Disururia
5. RiwayatPenyakit Keluarga
a. Pernah menderita urolitiasis
b. Riwayat ISK dalam keluarga
c. Riwayat hipertensi
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
22
d. Makanan/cairan
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar
ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
f. Penyuluhan/ pembelajaran
23
B. Diagnosis Keperawatan
Pre operasi :
Post operasi
C. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
24
Intervensi Rasional
25
Dorong aktivitas sesuai toleransi,
berikan analgesic dan anti
emetic sebelum bergerak bila
mungkin. Gerakan dapat meningkatkan
pasase dari beberapa batu
kecil dan mengurangi urine
statis. Kenmyamanan
meningkatkan istirahat dan
penyembuhan mual
disebabkan oleh peningkatan
nyeri.
Intervensi Rasional
26
Dorong meningkatjkan kebutuhan berkemih segera
pemasukan cairan
Awasi pemeriksaan
laboratorium,contoh
BUN,elektrolit,kreatinin. Peninggian BUN,kreatinin dan
elektrolit
mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.
27
- Membran mukosa lembab
Intervensi Rasional
Mempertahankan volume
Berikan cairan IV
sirkulasi / bila pemasukan
oral tidak cukup,/ menaik
fungsi ginjal.
28
Berikan diet tepat,cairan Makanan mudah cerna
jernih,makanan lembut sesuai menurunkan aktivitas GI /
toleransi. iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih
( ginjal ).
Intervensi Rasional
29
Pantau :
- PH urine
30
program untuk untuk batu dapat di control.
mempertahankan PH urine
tepat.
Post operasi
31
Intervensi rasional
laporan ketidak
seimbangan.
4. dapat menunjukan adanya
4. Kaji tanda vital dan turgor
dehidrasi / kurangnya volume
kulit, suhu tiap 4-8 jam.
cairan
32
2. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Intervensi Rasional
33
nyeri.
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat
berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
34
1. Kaji pola berkemih normal 1.untuk membandingkan apakah
pasien. ada perubahan pola berkemih.
3. untuk mengetahui
3.Ukur intake output cairan.
keseimbangan cairan
Intervensi Rasional
35
1. Kaji dan laporkan tanda dan 1. mengintervensi tindakan
gejala infeksi luka (demam, selanjutnya.
kemerahan, bengkak, nyeri
tekan dan pus)
2. peningkatan suhu menandakan
2. Kaji suhu tiap 4 jam. adanya infeksi.
3. menghindarkan infeksi.
4. Pertahankan tehnik steril
untuk mengganti balutan dan
perawatan luka.
D. Implementasi
36
sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi
pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih
normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh :
palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan
pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit,
mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup,
mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang,
hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan
kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.
E. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake
cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta
makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala
37
yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala
yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.
Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total
jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila
tidak merubah kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang
bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan
oksalat.
B. Saran
38
39
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10753315/askep_urolitiasis
40