Anda di halaman 1dari 40

TUGAS :INDIVIDU

MATA KULIAH : SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN :

LAPORAN PENDAHULUAN

“UROLITHIASIS”

RINA LESTARI
B2 002 17 014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI PINRANG

TAHUN AJAR 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat
serta salam marilah selalu kita hadiahkan kepada baginda rasul
Muhammad S.A.W yang telah mengajari kita nikmatnya islam dan
ilmu pengetahuan.

Makalah ini di susun untuk diajukan sebagai tugas mata


kuliah Sistem Urologi dengan pembahasan Penyakit Urolitiasis

Berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,


akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu
dalam penyelesaian makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap


semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
yang lebih luas bagi pembacanya. Penyusun menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar dapat memperbaiki untuk penyusunan makalah selanjutnya.

Terima kasih

2
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar......................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................3
C. Tujuan ...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi Penyakit···································································5
B. Etiologi···············································································6
C. Klasifikasi············································································7
D. Menifestasi Klinis··································································9
E. Patofisiologi·······································································10
F. Pemeriksaan Fisik·······························································11
G. Pemeriksaan Diagnostik·······················································11
H. Penatalaksanaan································································13
I. pencegahan·······································································15
J. Komplikasi ········································································15

ASKEP UROLITHIASIS
A. Pengkajian········································································17

3
B. Diagnosa.......................................................................................20
C. Intervensi.......................................................................................20
D. Implementasi.................................................................................32
E. Evaluasi.........................................................................................32

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan·······································································33
B. Saran···············································································33

Daftar Pustaka....................................................................................35

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan keadaan patologis karena


adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing dan
dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran kencing.
Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang
dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan materi-materi yang
dapat menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air kencing, dan
keadaan-keadaan lain yang idiopatik (Dewi, 2007). Lokasi batu saluran kemih
dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan
terhenti di ureter atau di kandung kemih (vesikolitiasis) (Robbins, 2007).

Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan rasio


pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena rasa nyeri
(Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2% penduduk yang menderita batu
saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak dibidang urologi
disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat (Purnomo, 2011).
Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di
Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13%
pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien
adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus

5
baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien
yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah
sebesar 378 orang (Anonim, 2005). Pada penelitian di RS dr. Kariadi ternyata
jumlah penderita batu naik dari 32,8% (2003) menjadi 39,1% (2005) di banding
seluruh kasus urologi dan sebagian besar batu saluran kemih bagian atas (batu
ginjal dan ureter) (Muslim, 2007).

Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam


mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi darah,
reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta mengekskresi
kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu
diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri
dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu
saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan
infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004).

Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang


dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan
fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada
akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal (Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi
saluran kemih sebelah bawah yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi
sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan
kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati
obstruktif, dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan
urosepsis (Purnomo, 2011).

6
Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bisa mendadak
(akut) bila sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin sering didapati. Di
Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 % pada wanita dan 3,3 %
pada pria. Penyebabnya dapat bermacam – macam dimana obstruksi merupakan
penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).

Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh prosedur pencitraan yang tepat,


pemeriksaan radiologi dengan menggunakan ultrasonografi akan sangat
membantu dalam penanganan kasus nefrolitiasis. Dapat diketahui adanya batu
radiolusen dan dilatasi sistem duktus kolektivus. Pemeriksaan USG pada kasus ini
mempunyai peranan penting, sebab dapat memastikan diagnosis di atas, yang
mana terlihat adanya hidronefrosis dan tanpa hidronefrosis (Rahmani, 2010).
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter,
dan tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen (Sudoyo, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai “Prevalensi Hidronefrosis pada Kasus Batu Saluran kemih
(Nefrolitiasis dan Vesicolitiasis) Berdasarkan Temuan Ultrasonografi”.

B. Rumusan Masalah

Melihat tingginya peningkatan penderita batu saluran kemih yang akan


terjadi pada 10-25 tahun ke depan dan perlunya pengetahuan masyarakat untuk
mencegah terjadinya kekambuhan serta uraian dari latar belakang di atas maka
penulis tertarik untuk membuat Asuhan Keperawatan dengan Urolithiasis atau
Batu Saluran Kemih

7
C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan Urolithiasis


(Batu Saluran Kemih), serta mampu mengaplikasikan pada penderita
Urolithiasis.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan


Urolithiasis
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Urolithiasis.
c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan
Urolithiasis
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
urolithiasis.
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien
dengan urolithiasis.

8
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and


Suddarth,  2002, hal. 1460).

Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali


disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black,
Joyce, 1997, hal. 1595).

Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai
zat terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium
oksalat (60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium
fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).
( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).

Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air


kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam,
M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik,


misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya  batu kalkuli terdiri
atas garam kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
(Mary baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal
59).

9
B. Etiologi

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

1. Ginjal :Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.


2. Immobilisasi :Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan
penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan
pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan menjadi inti pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya
pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di
daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan
mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu,
keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan,
ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan
vitamin D.

10
C. Klasifikasi
Teori pembentukan batu renal      :
1. Teori Intimatriks : Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya
substansi organik Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi
pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi : Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristalisasi : Perubahan pH urine akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urine. Urine yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan mengendap garam-garam
fosfat.
4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat : Berkurangnya Faktor Penghambat
seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat magnesium, asam
mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran Kencing.
Jenis  Batu-batu renal        :
1. Batu kalsium : Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu
adalah dekade ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan
interval antara batu-batu yang berturutan memendek atau tetap konstan.
Kandungan dari batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau
campuran dari kedua jenis batu tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :

a. Hiperkalsiuria : Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer


atau sekunder terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkalsiuria absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang

11
merangsang produksi vitamin D3.Tipe yang kurang sering adalah
penurunan primer pada reabsorbsi  kalsium di tubulus ginjal, yang
mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia : Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan
memperlambat perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat
terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik
tiazid.
c. Hiperoksalouria : Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu
berulang (> 60 mg/hari). Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana
metabolisme kongenital yang merupakan autosan resesif yang secara
bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin, pembentukan batu
yang berulang dan gagal ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria : Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat urin dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin dapat bersumber
dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme
endogen.
e. Hipomagnesiuria : Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak
sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena di dalam urine
magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat
sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu asam urat : Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari
batu-batu radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat
hiperurikosuria dan urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai
pada pasien gout, Ph Urin yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu
pembentukan batu asam urat. Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu
terbentuk pada PH dibawah 5,5.
3. Batu struvit : Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama
pada wanita, diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang

12
memiliki urease, biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi
besar dan mengisi pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu
penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk
prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.

D. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.

1. Batu menghambat aliran urin.


a. terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan
distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
b. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan
disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
c. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
2. Batu di piala ginjal
a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
b. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati
testis.
d. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area
kostoveterbal, dan muncul Mual dan muntah.
e. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas
anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.

13
3. Batu yang terjebak di ureter
a. Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
c. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
4. Batu yang terjebak di kandung kemih
a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine.

E. Patofisiologi

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan


urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari
intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat
infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan
batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan
metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat
mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa
terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.

14
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau
pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks
sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal. 

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan


pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal
tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.Maka dapat terjadi
penyakit  GGK yang dapat menyebabkan kematian.

F. Pemeriksaan Fisik
1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.
3. Batu uretra anterior bisa diraba.

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium

15
oksalat), serta serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan
sistin dan batu asam urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus
aureus, proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
protein dan elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
( mendorong presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik  pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik
( distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan efek obstruksi.

16
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal,
ureter, dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

H. Penatalaksanaan
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Cara penanganan   :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat
dihilangkan, morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar
biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang
diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung
kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini
meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga
mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang
hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan
menjamin haluaran urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral
kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika
mungkin), akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan
mengurangi nyeri.

17
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam
mencegah batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari
makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk
batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih
jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8
gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
1) Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet
dapat membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
2) Batu fosfat, diet rendah  fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang
memiliki batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium
hidroksida dapat diresepkan karena agens ini bercampur dengan
fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system
urinarius.
3) Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah
purin, untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
4) Batu oksalat, urine encer  dipertahankan dengan pembatasan
pemasukan oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran
hijau berdaun banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
5) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi
komplikasi, modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut
ekstrakorporeal, pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur
noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-
batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat
batu renal tanpa pembedahan mayor.

18
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki
batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal
secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal,
pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk
mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan pielolitotomi,
sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi, dan sistostomi jika
batu berada di kandung kemih., batu kemudian dihancur dengan penjepit
alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

I. Pencegahan
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai
diuresis 1,5 liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi
sisa asam, diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.

J. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal

19
20
ASKEP UROLITHIASIS

A. Pengkajian
1. Identitas

Nama :

          Umur           : Paling sering 30 – 50 tahun

          Jenis kelamin :3 x Lebih banyak pada pria

          Alamat : Tinggal di daerah panas

          Pekerjaan : perkerja berat

2. Keluhan Utama
a. Nyeri  yang luar biasa, akut/kronik.
b. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
b. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
c. Bekerja di lingkungan panas.
d. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
e. Olahragawan.
4. RiwayatPenyakit Sekarang
a. Nyeri
b. Mual / Muntah
c. Hematuria
d. Diare
e. Oliguria
f. Demam

21
g. Disururia
5. RiwayatPenyakit Keluarga
a. Pernah menderita urolitiasis
b. Riwayat ISK dalam keluarga
c. Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi


kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

6. Dasar – Dasar Pengkajian


a. Aktifitas/istirahat

Gejala       : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada


lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla
spinalis).

b. Sirkulasi

Tanda       : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).Kulit hangat


dan kemerahan ;pucat.

c. Eliminasi

Gejala      : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus).


Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan
kemih.

Tanda     : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

22
d. Makanan/cairan

Gejala       : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium


oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air
dengan cukup.

Tanda       : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.

e. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala       : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar
ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.

Tanda       : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

f. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala       : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout,


ISK Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan
vitamin.

23
B. Diagnosis Keperawatan

Pre operasi   :

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi


uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh
batu,iritasi ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran
kemih (ginjal).
5. Kurang pengetahuan  berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah
interpertasi informasi.

Post operasi

1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik


2. Nyeri b.d  insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

C. Intervensi Keperawatan

Pre operasi

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral

Tujuan:  - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme


terkontrol

               - Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

24
Intervensi Rasional

Catat lokasi, lamanya intensitas Membantu mengevaluasi tempat


(0-10) dan penyebaran abstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus
Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan Berikan kesempatan untuk
tentang perubahann pemberian analgesic sesuai
kejadian / karakyeristik waktu (membantu dalam
nyeri. meningkatkan koping pasien
dan dapat menurunkan
ansietas).

Berikan tindakan nyaman contoh


Menaikkan relaksasi menurunkan
pijatan punggung lingkungan
tegangan otot dan menaikkan
istirahat.
koping

Perhatikan keluhan/menetap nya


Obstruksi lengkap ureter dapat
nyeri abdomen.
menyebabkan perforasi dan
ekstravasasi urine ke dalam
area perineal.
Berikan banyak cairan bila tidak
ada mual, lakukan dan
pertahankan terapi IV yang
Cairan membantu membersihkan
diprogramkan bila mual dan
ginjal dan dapat mengeluarkan
muntah terjadi.
batu kecil.

25
Dorong aktivitas sesuai toleransi,
berikan analgesic dan anti
emetic sebelum bergerak bila
mungkin. Gerakan dapat meningkatkan
pasase dari beberapa batu
kecil dan mengurangi urine
statis. Kenmyamanan
meningkatkan istirahat dan
penyembuhan mual
disebabkan oleh peningkatan
nyeri.

2. Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi


ginjal oleh ureteral

Tujuan  -  Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

               -  Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional

Awasi pemasukan dan keluaran Memberikan informasi tentang


serta karakteristik urine fungsi ginjal, dan adanya
komplikasi contoh infeksi
dan perdarahan

Tentukan pola berkemih normal


Kalkulus dapat menyebabkan
dan perhatikan variasi
ekstibilitas yang
menyebabkan sensasi

26
Dorong meningkatjkan kebutuhan berkemih segera
pemasukan cairan

Peningkatan hidrasi membilas


bakteri,darah dan debris dan
dapat membantu lewatnya
periksa semua urine catat adanya
batu.
keluaran batu dan kirim ke
laboratorium untuk analisa

Penemuan batu memungkinkan


identifikasi tipe batu dan
Observasi perubahan status
mempengaruhi pilihan terapi.
mental,perilaku atau tingkat
kesadaran

Akumulasi sisa uremik dank e


tidak seimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik di SSP.

Awasi pemeriksaan
laboratorium,contoh
BUN,elektrolit,kreatinin. Peninggian BUN,kreatinin dan
elektrolit
mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.

3. Kekurangan volume cairan  berdasarkan mual / muntah

Tujuan :   -     Mempertahankan keseimbangan cairan

27
               -  Membran mukosa lembab

               -  Turgor kulit baik

Intervensi Rasional

Awasi intake dan Output Membandingkan keluaran actual


dan yang diantisifikasi
membantu dalam evaluasi
adanya / derajat statis /
kerusakan ginjal.

Catat insiden muntah,diare


perhatikan karakteristik dan Mual / muntah, diare secara

frekuensi mual / muntah dan umum berdasarkan baik kolik

diare. ginjal karena saraf ganglion


seliaka pada kedua ginjal dan
lambung.

Awasi Hb /Ht, elektrolit Mengkaji hidrasi dan efektifian /


kebutuhan intervensi.

Mempertahankan volume
Berikan cairan IV
sirkulasi / bila pemasukan
oral tidak cukup,/ menaik
fungsi ginjal.

28
Berikan diet tepat,cairan Makanan mudah cerna
jernih,makanan lembut sesuai menurunkan aktivitas GI /
toleransi. iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.

4. Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih
( ginjal ).

Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal

-  Urine berwarna kuning / kuning jernih

-    Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional

29
Pantau :

-          Urine berwarna,bau / tiap 8 Untuk deteksi dini terhadap


jam masalah.

-          Masukan dan haluaran tiap


8 jam

-          PH urine

-          TTV setiap 4 jam

Untuk mendaptakan data- data


Saring semua urine,observasi keluarnya batu,perubahan
terhadap kristal. Simpan diet yang didasari oleh
kristal untuk dilihat dokter komposisi batu
kirim ke laboratorium

Temuan-temuan ini menunjukkan


Konsultasi dengan dokter bila perkembangan obstruksi dan
pasien sering kebutuhan intervensi
berkemih,jumlah urine sedikit progresif.
dan terus menerus,perubahan
urine.

Dengan perubahan PH urine /


peningkatan keasamaan /
Berikan obat-obatan sesuai alkalinitas,factor solubilitas

30
program untuk untuk batu dapat di control.
mempertahankan PH urine
tepat.

Post operasi

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik /


hipovolemik

Tujuan : -   tanda tanda vital stabil

-       kulit kering dan elastic

-       intake output seimbang

-       insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang

31
Intervensi rasional

1. Kaji balutan selang kateter 1.  mengetahui adanya perdarahan.


terhadap perdarahan
setiap jam dan lapor
dokter. 2. mencegah perdarahan pada luka
insisi
2. Anjurkan pasien untuk
mengubah posisi selang
atau kateter saat
mengubah posisi.

3. Pantau dan catat intake 3.  mengetahui kesimbangan dalam

output tiap 4 jam, dan tubuh.

laporan ketidak
seimbangan.
4.  dapat menunjukan adanya
4. Kaji tanda vital dan turgor
dehidrasi / kurangnya volume
kulit, suhu tiap 4-8 jam.
cairan

32
2. Nyeri berhubungan dengan  insisi bedah

Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan


mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang
relaks.

Intervensi Rasional

1. Kaji intensitas,sifat, lokasi 1. menentukan tindakan


pencetus daan penghalang selanjutnya
factor nyeri.

2. Berikan tindakan kenyamanan


2. dengan otot relkas posisi dan
non farmakologis, anjarkan
kenyamanan dapat
tehnik relaksasi, bantu pasien
mengurangi nyeri.
memilih posisi yang  nyaman.

3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan


kemerahan. 3.  peradangan dapat
menimbulkan nyeri.
4. Anjurkan pasien untuk
menahan daerah insisi dengan
kedua tangan bila sedang
batuk. 4. untuk mengurangi rasa
nyeri. R/ obat
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.

5. analgetik dapat mengurangi

33
nyeri.

3. Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat


medik ( kateter).

Tujuan   :  pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat
berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.

Intervensi Rasional

34
1. Kaji pola berkemih normal 1.untuk membandingkan apakah
pasien. ada perubahan pola berkemih.

2.  kandung kemih yang tegang


disebabkan karena sumbatan
2. Kaji keluhan distensi kandung
kateter.
kemih tiap 4 jam

 3.  untuk mengetahui
3.Ukur intake output cairan.
keseimbangan cairan

4. Kaji warna dan bau urine dan


4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
nyeri.

5.  untuk melancarkan urine.


5. Anjurkan klien untuk minum
air putih 2 Lt /sehari , bila
tidak ada kontra indikasi.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.

Tujuan   :   -   Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.

-          Drainase dan selang kateter bersih.

Intervensi Rasional

35
1. Kaji dan laporkan tanda dan 1. mengintervensi tindakan
gejala infeksi luka (demam, selanjutnya.      
kemerahan, bengkak, nyeri
tekan dan pus)
2. peningkatan suhu menandakan
2. Kaji suhu tiap 4 jam. adanya infeksi.

3. menghindarkan infeksi.

3. Anjurkan klien untuk


menghindari atau menyentuk
insisi.

4. menghindari infeksi silang

4. Pertahankan tehnik  steril
untuk mengganti balutan dan
perawatan luka.

D. Implementasi

      Perencanaan yang  dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital,


mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan
teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri,
memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen,
mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan

36
sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi
pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih
normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh :
palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan
pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit,
mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup,
mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang,
hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan
kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.

E. Evaluasi

      Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan    

            Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake
cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta
makanan yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala

37
yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala
yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.

Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula


diimbangi dengan minum banyak  2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas,
olahraga secara teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan
oksalat.

Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total
jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila
tidak merubah kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang
bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan
oksalat.

B. Saran

Penyusun hanya dapat memeberikan beberapa saran yang


kiranya berguna bagi kita semua untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Pada saat melaksanakan pengkajian pada pasien laringitis yang
paling penting adalah terbinanya hubungan yang saling percaya antara
perawat dengan klien beserta keluarga klien. Dalam menegakkan
diagnosa keperawatan, perawat hendaknya memperhatikan kebutuhan
klien sesuai dengan prioritas masalah yang dirasakan oleh klien. Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan diperlukan kerja sama dan tenaga
kesehatan lainnya untuk menunjang pelaksanaan keperawatan yang
menyeluruh terhadap klien.

38
39
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10753315/askep_urolitiasis

40

Anda mungkin juga menyukai