Anda di halaman 1dari 16

BAHAN AJAR BAB 5

Fotosinthesis dan khemosinthesis.

MATA KULIAH
BIOLOGI UMUM - Fakultas Pertanian
(wajib)

Oleh :

Drs. E. Suharyanto, MS., MSc.

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
Fotosintesis terjadi di kloroplas daun dan batang yang berwarna hijau. Fotosintesis

adalah proses pembuatan makanan tanaman hijau.

Fotosintesis menjadi mungkin karena kemampuan pigmen klorofil menjebak cahaya.

Peristiwa penting saat fotosintesis adalah pengubahan energi cahaya menjadi energi kimia,

yang pada akhirnya disimpan dalam molekul gula. Bahan baku fotosintesis adalah karbon

dioksida dan air. Persamaan kimia total fotosintesis adalah sebagai berikut:

Reaksi Reduksi – Oksidasi (Redoks)

Reduksi adalah penambahan sebuah elektron (e) ke sebuah molekul penerima. Oksidasi

adalah pembuangan sebuah elektrin dari sebuah molekul. Penambahan elektron (reduksi)

menyimpan energi dalam senyawa. Pembuangan elektron (oksidasi) melepaskan energi.

Kapanpun suatu zat mengalami reduksi, zat lainnya akan mengalami oksidasi.

Dalam sistem biologi, pembuangan atau penambahan elektron yang diturunkan dari hidrogen

adalah mekanisme reaksi reduksi oksidasi yang paling sering. Reaksi redoks berperan penting

dalam fotosintesis. Sebagai contoh, sintesis gula dari karbon dioksida adalah reduksi karbon

dioksisa. Hidrogen yang diperoleh dengan membelah molekul air, ditambahkan pada karbon

dioksida untuk membentuk satuan gula.


Proses fotosintesis

Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas (gambar 1), struktur selaput didalam sel mesofil daun.

Kloroplas memiliki struktur halus di dalamnya – kantung-kantung selaput lempeng yang

disebut tilakoid. Di selaput tilakoid, klorofil dan pigmen aksesoris disusun menjadi kelompok-

kelompok fungsi yang disebut fotosistem. Masing-masing fotosistem mengandung sekitar

300 molekul pigmen yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses fotosintesis.

Gambar 1. Struktur kloroplas

Masing-masing fotosistem ini memiliki pusat reaksi atau penjebak cahaya dimana molekul

klorofil a yang spesial menjebak energi cahaya. Ada dua jenis fotosistem:Fotosistem I dan

Fotosistem II. Di Fotosistem I, molekul klorofil a nya dinamakan P700 karena ia menyerap

energi cahaya dari panjang gelombang 700 nanometer. Molekul klorofil di Fotosistem II diberi

nama P680 karena molekul pigmen ini (klorofil a) menyerap cahaya pada panjang gelombang

680 nanometer.

Fotosintesis melibatkan empat peristiwa biokimia: peristiwa fotokimia, transpor elektron,

kemiosmosis dan fiksasi karbon. Reaksi fotokimia dan transpor elektron terjadi di selaput

tilakoid. Selaput oval tilakoid mengelilingi sebuah vakuola atau wadah penyimpan dimana ion

hidrogen disimpan hingga diperlukan dalam siklus Calvin, atau fiksasi karbon. Masing-masing
tilakoid bertumpu di stroma atau zat lantai di kloroplas. Stroma adalah lokasi terjadinya fiksasi

karbon.

Peristiwa Fotosistem I

Fosforilasi Siklik – Transport Elektron

Energi cahaya menghantam sebuah fotosistem. Molekul pigmennya menyerap energi ini dan

meneruskannya ke molekul pusat reaksi. Tingkat energi sebuah elektron di P700 naik ke

tingkat yang lebih tinggi. Energi elektron yang bertambah ini menyebabkannya lepas dari

molekul P700 (klorofil a) dan menempel sementara di sebuah molekul penerima yang disebut

X. Dalam menerima eletron, molekul X tereduksi. Molekul X melewatkan elektron ke molekul

penerima lainnya dan mengalami oksidasi dalam proses ini. Terjadi sederetan peristiwa reaksi

redoks, dimana elektron diteruskan dari satu molekul penerima ke molekul penerima lainnya.

Pada akhirnya ia kembali ke P700. Tiap langkah reaksi reduksi-oksidasi ini dipercepat (katalis)

oleh sebuah enzim khusus.

Energi yang dilepaskan saat elektron melewati rantai transpor ini dipakai untuk mensintesis

ATP (Adenosin Tri Posfat). Ion hidrogen berlebih dilepaskan saat ATP terbentuk. Ion ini

disimpan di wadah penyimpan di tilakoid. Fosfat inorganik dari cairan stroma disertakan dalam

molekul ATP saat fosforilasi sintetik. Fotosintesis memerlukan energi dari ATP untuk

mensintesis karbohidrat.

Pada peristiwa Fotosistem I, elektron yang terangsang dapat melewati jalur yang berbeda dari

yang menyusun ATP. Klorofil bertindak sebagai donor elektron dan kemudian menjadi

penerima (akseptor) elektron. Ia menyumbangkan elektron terangsang yang kaya energi dan

menerima balik elektron yang lemah (miskin energi).

Fosforilasi Nonsiklik

Energi cahaya kembali menghantam sebuah molekul klorofil a. Sebuah elektron di molekul

pusat reaksinya, P700, menjadi terangkat ke tingkat energi tinggi. Elektron ini lepas dari P700
dan diterima X. Dari molekul penerima X, elektron di lewatkan ke ferridoksin (Fd), sebuah

senyawa yang mengandung besi. Fd melewatkan elektron ke senyawa transisi dan kemudian

ke Nikotamida Adenin Dinukleotida Phosfat (NADP). Sesungguhnya ada dua molekul P700

yang melepaskan elektron saat peristiwa ini secara serempak. NADP menerima kedua

elektron (2e) tersebut dan menjadi NADPH2. NADPH2  menyimpan kedua elektron dan tidak

meneruskannya lagi. Energi dari NADPH2 akan menjadi sumber energi saat karbon dioksida

tereduksi untuk membentuk gula. Dengan mendapatkan dua elektron tambahan, NADPH2

juga menarik sebuah proton H.  Karenanya ia berubah nama menjadi NADPre, dimana re

berarti tereduksi.

Tinjauan : Fotosistem I

1.Foton cahaya menghantam sebuah molekul klorofil a.

2.Molekul pusat reaksi (P700) menyerap cahaya tersebut

3.Salah satu elektronnya terangkat ke tingkat energi tinggi

4.Jalur yang diikuti oleh elektron ini ada dua kemungkinan, yaitu jalur siklis atau nonsiklis.

Jalur siklis : e dari P700 ke X ke akseptor ke ATP. Jalur nonsiklis: 2e dari P700 ke X ke Fd

ke NADP lalu NADP menjadi NADPre

Peristiwa Fotosistem II

Fotosistem II melibatkan sekitar 200 molekul di pusat reaksi klorofil a, pigmen penjebak

cahaya tanaman hijau. Pada ganggang hijau biru dan pada lumut (bryofita), pigmen penjebak

cahayanya adalah klorofil b; pada ganggang coklat klorofil c, dan ganggang merah klorofil d.

Saat cahaya menyerang klorofil di Fotosistem II, sebuah elektron di pusat reaksi, P680,

tereksitasi. Elektron energi tinggi ini lewat menuju sebuah molekul penerima elektron yang

dilambangkan Q. Molekul Q melewatkan elektron lagi dalam sederetan molekul penerima

yang melewatkan elektron terus menuju ke lubang di Fotosistem I yang terbentuk saat sintesis

nonsiklis NADPre. Saat elektron bergerak sepanjang rantai transpor, mereka kehilangan
energi perlahan-lahan. Sebagian energi membentuk ATP. Diyakini kalau P680 menarik

elektron pengganti dari air, menyisakan elektron bebas dan molekul oksigen:

Protonnya berhubungan dengan NADPre.

Gambar 2. Jalur fotosintesis melibatkan banyak langkah dan banyak produk serta katalis perantara,
termasuk flavoprotein dan sitokrom (cyt)

Rangkuman jalur elektron di Fotosistem I dan Fotosistem II sebagai berikut:

Air menyerahkan 2e ke Fotosistem I menuju X menuju rantai transpor menuju Fotosistem II

menuju Q menuju rantai transpor menuju NADPre menuju siklus Calvin.

Gambar 2 menunjukkan jalur fotosintesis.

Siklus Calvin

Siklus Calvin adalah sederetan peristiwa fotosintesis dimana fiksasi karbon dioksida terjadi di

stroma kloroplas. NADPre dan ATP yang dihasilkan saat peristiwa Photosistem I dan
Photosistem II sekarang dipakai untuk menempelkan karbon dioksida ke sebuah molekul

organik. Enzim yang mempercepat siklus Calvin ada di stroma.

Gambar 3. Siklus Calvin, menunjukkan langkah rumit yang membawa dari ribulosa difosfat
(bifosfat) menuju glukosa, sebuah gula karbon-6.

Karbon dioksida bergabung dengan gula karbon-5 ribulosa bifosfat (RuBp), membentuk

sebuah senyawa karbon-6 yang tidak stabil. Senyawa ini pecah menjadi dua molekul senyawa

karbon-3, asam fosfogliserik (PGA). Kedua molekul PGA mengalami reduksi menjadi dua

molekul fosfogliseraldehida (PGAL) dalam dua langkah berurutan. Ikatan energi tinggi putus

dan fosfat dilepaskan, diganti dengan sebuah atom hidrogen dari NADPH. Lalu, kedua

molekul PGAL menyatu menghasilkan pembentukan gula karbon-6. Sebagian PGAL ini

dipakai untuk memperbaiki penyimpanan ribulosa bifosfat, titik awal siklus Calvin (Gambar 3).

Fotorespirasi
Fotorespirasi adalah sederetan peristiwa aneh yang terjadi di sel tanaman hijau saat ada sinar

matahari. Dalam peristiwa biasa, enzim karboksilase ribulosa bifosfat (RuBP) menyatu dengan

sebuah kelompok karboksil menuju ribulosa bifosfat. Aktivitas biokimia yang mengikutinya

sudah dijelaskan dalam siklus Calvin.


Pada saat fotorespirasi, oksigen, bukannya karbon dioksida, yang mengikat dengan

karboksilase RuBP. Saat karboksilase RuBP mendapatkan oksigen, oksidasi ribulosa bifosfat

terjadi. Satu molekul PGA dan sebuah molekul karbon-2 dilepaskan. PGA tetap berada dalam

siklus C3, namun molekul karbon-2 meninggalkan kloroplas dan memasuki reaksi kimia di

peroksisom dan metokondrion. Sebagian karbon dioksida yang dihasilkan dalam reaksi ini

dilepaskan, sisanya dikembalikan ke kloroplas untuk ikut serta dalam fotosintesis.

Fotorespirasi mengoksidasi senyawa organik memakai oksigen dan hasilnya adalah

pembuangan karbon dioksida. Proses ini tidak menggunakan sistem transpor elektron dan

karenanya tidak menghasilkan energi. Namun, ia justru memakai energi, karenanya tampak

tidak berguna. Hingga kini ilmuan belum tahu apa manfaat dari fotorespirasi bagi sel saat

fotosintesis.

Jalur Fotosintesis Hatch-Slack atau C4

Di akhir tahun 1960an, tiga ahli botani (Kortschak, Hatch dan Slack) menemukan jalur

fotosintesis baru, yang disebut C4 atau jalur fotosintesis Hatch-Slack. Pada dasarnya inilah

yang terjadi. Karbon dioksida menyatu dengan sebuah senyawa yang disebut PEP

(Phosfoenolpiruvat), membentuk sebuah senyawa karbon-4, malat. Malat ditransfer ke sel-sel

lapisan buntalan di daun. Senyawa karbon-4 ini memberikan karbon dioksida, yang memasuki

C3 atau siklus Calvin di sel lapisan buntalan fotosintetik.

Tanaman yang melakukan fotosintesis C4 memiliki susunan khusus di jaringan daunnya.

Susunan khusus ini disebut anatomi Kranz. Sel-sel lapisan buntalan diposisikan dalam

bentuk lingkaran mengelilingi buntalan pembuluh (terdiri dari tabung-tabung xilem dan floem).

Sel mesofil menyusun bagian interior daun lainnya. Ruang udaranya sangat kecil (Gambar 4).

Tanaman di daerah tropis dan gurun dengan tingkat fotosintesis sangat tinggi adalah tanaman

C4; diantaranya rumput kepiting, tebu, millet dan sorgum. Menariknya, jagung, sebuah

tanaman iklim sedang, juga melakukan fotosintesis C4.


Gambar 4. Anatomi Kranz. Sel lapisan sklerenkim mengelilingi berkas pengangkut.
Khemosinthesis

Daftar Isi
1. Pendahuluan
2. khemosinthesis
3. Bakteri yang menggunakan proses khemosintesis untuk fiksasi N
4. Beberapa organisme khemosinthetik sebagai extremophiles
5. Mikroorganisme untuk proses Oksidasi
6. Mikroorganisme kemosinthetik
7. Komunitas Biologi khemosinthetik dalam lautan
8. Tipe-tipe khusus telah ditemukan
9. Bakteria hidrotermal
10. Tipe komunitas kemosinthetik yang lain
11. Asosiasi cold seeps dengan kenampakan geologi
12. Mikrobia kemosinthetik yang hidup di permukaan laut
13. Mikrobia kemosinthesis bawah tanah
14. Mikrobia kemosinthetik yang hidup di tulang
15. Mikrobia bawah laut memperoleh energi

1. Pendahuluan

2. Khemosinthesis

Kemosinthesis, adalah proses yang terjadi pada beberapa tipe mikro organism yang

menggunakan energi hasil dari reaksi kimia untuk memproduksi komponen organik

(karbon) sebagai makanannya. Kemosinthesis berbeda dengan photosinthesis, karena

pada tumbuhan dan mikroorganisme tertentu menggunakan energy cahaya dari sinar

matahari untuk memproduksi karbohidrat sebagai makanan dari karbon dioxida (CO 2)
dan air. Organisme yang mampu membuat makanannya sendiri disebut sebagai

autotrophs. Mikrobia yang menggunakan bahan-bahan kimia didalam prosesnya disebut

sebagai kemoautotrophs d and incln termasuk anggota dari keduanya yaitu bakteria dan

archaea.

3. Bakteri yang menggunakan khemosinthesis

Bakteria yang menggunakan kemosinthesis adalah penting dalam fiksasi nitrogen untuk

membuat element tersedia dalam bentuk kimia yang tumbuhan dapat menggunakannya

sebagai bagian dari siklus nitrogen. Para ilmuwan telah menemukan komunitas

kehidupan bawah samodra yang tidak biasa karena hidupnya tergantung pada

mikroorganisme kemosinthetik sebagai langkah pertama dalam rantai makanan.

Mikroorganisme kemosinthetik yang lain telah juga ditemukan dibawah gua-gua did

Other ln am chemosynthetic microbial life has been found in caves and deep inside alam

batuan bumi. Tipe kemoautotrophik mikrobia yang berbeda menggunakan hidrogen,

hydrogen sulfida (H2S), atau methan (CH4) sebagai sumber energy kimia.

4. Beberapa organisme khemosinthetik adalah extremophiles

Sebagian dari kemosinthetik organisme merupakan extremophilus yang dapat hidup

pada lingkungan yang sangat ekstrem, misalnya temperature, tekanan, atau dalam

lingkungan dengan zat-zat kimia tertentu.

5. Microorganisme Oksidasi
Meskipun demikian tidak semua extremophilus adalah kemosinthetik (beberapa masih

menggunakan photosinthesis) dan tidak semua kemosinthetik mikrobia adalah

ekstremophilus telah ditemukan dalam kondisi ekstrem.

6. Mikroorganisme Kemosinthetik
Mikroorganisme kemosinthetik yang menggunakan oksigen mempunyai peran penting

dalam siklus nitrogen proses yang lain. Maka dengan demikian disebut bakteria

nitrifikasi yang hidup dalam tanah merubah ammonia menjadi nitrit, yang oleh bakteria

lain dioksidasi menjadi nitrat sebagai bagian dari proses yang disebut nitrifikasi.

Sebagian dari bacteria oksidasi ini dapat menyebabkan korosi pada besi yang digunakan

potensi elektrokemia diantara ion besi sebagai sumber energi.

7. Komunitas Biologi khemosinthetik dalam lautan

Para ilmuwan juga telah menemukan beberapa tipe komunitas yang berbeda dari

organism pada dasar lautan yang bergantung pada mikrobia kemosinthetik sebagai dasar

dari rantai makanan. Dalam komunitas biologis yang demikian, mikrobia yang

memproduksi makanannya sendiri menggunakan energy kimia dibandingkan sinar

matahari mungkin langsung dimakan atau memproduksi bahan samping dulu yang oleh

hewan digunakan sebagai makanan, ser In such biological communities, the microbes

ing disebut sebagai hubungan simbiotik.

8. Tipe-tipe khusus telah ditemukan


Tipe-tipe khusus hewan telah ditemukan seperti: cacing silindris, clams, dan krustasea

sering berassosiasi dengan komunitas yang demikian. Cacing silindris dan clams dapat
sebagai inang mikrobia kemosinthetik pada jaringannya untuk mendapatkan

makanannya.

9. Bakteria hidrotermal
Komunitas biologis yang paling banyak diketahui orang adalah mikroorganisme yang

hidup di lingkungan hidrotermal (kawah gunung) yang bertahan hidup pada air panas

yang kaya mineral di dasar laut. like Struktur yang seperti Chimney, yang disebut asap

hitam telah ditemukan dalam daerah geologi aktif dalam bawah laut di berbagai tempat

di dunia. Komunitas yang serupa juga dapat terbentuk dari air yang dipanaskan oleh

reaksi kimia termasuk mineral dan mantel kerak dasar laut.

10. Tipe komunitas kemosinthetik yang lain


Tipe yang lain dari komunitas kemosintetik dapat terjadi dimana daerah yang kaya

bahan kimia yang keluar dari dasar samodra dalam keadaan temperature dingin. Lokasi-

lokasi tersebut sering disebut cold seeps untuk membedakan hal ini dari kawah gunung

berapi. Larutan ini dapat diproduksi oleh adanya dekomposisi dari material organik dan

mungkin dalam bentuk hidrokarbon misalnya minyak petroleum atau gas alam

(methan). Sebagian dari larutan pada temperature dan tekanan tinggi. Komunitas yang

demikian biasanya terjadi disekitar tepi lempengan benua.

11. Asosiasi cold seeps dengan kenampakan geologi


Ternyata Cold seeps ada hubungan asosiasi dengan sejumlah kenampakan geologi.

Lahar gunung berapi bawah laut seperti stuktur cone dari lahar atau lempung saat terjadi

erupsi dengan membawa gas methan. Lingkungan air dasar laut dengan tekanan tinggi di
dasar mengandung kadar garam yang sangat tinggi sekitar 4 kali lebih dari biasanya dan

mensuplai bakteri methan sebagai bahan makanan dari siput atau kerang dan hewan lain

yang hidup di dasar laut. Deposit methan hidrat yang membeku telah ditemukan

terkubur di banyak tempat dalam dasar laut. Temperatur yang dingin dan tekanan tinggi

menyebabkan gas methan terperangkap dengan air dalam lapisan es. Di beberapa daerah

methan hidrat diekspos pada permukaan dasar laut dan dapat mendukung komunitas

kemosinthetik.

12. Mikrobia kemosinthetik yang hidup di permukaan laut


Di lokasi yang lain, bacteria dapat hidup di lapisan permukaan laut dan memproduksi

gas hidrogen sulfide (H2S). Tipe mikroorganisme ini kemudian dapat menggunakan

hidrogen sulfide dan dilepaskan sebagai sumber energi.

13. Mikrobia kemosinthesis bawah tanah

Mikrobia kemosinthesis juga telah ditemukan dalam lapisan bawah bumi. Pada tahun

1995 para ahli geologi telah menemukan bakteria yang hidup 1,500 m (5,000 ft) di bawah

permukaan di sungai bawah tanah di Columbia yang dibentuk oleh adanya erupsi gunung

purba. Lapisan besi-mineral dalam batuan telah bereaksi dengan air yang miskin oksigen

dan melepaskan hydrogen. Bakteria kemosinthetik tersebut kemudian menggunakan

hidrogen dan melarutkan karbon dioxide (CO2) memproduksi methan dan hidrokarbon

molekul lain dan menggunakannya sebagai makanan ("lihat"Autotroph). Proses serupa

termasuk bakteria mungkin terjadi di dalam dasar laut dan di lokasi yang lainnya.

14. Mikrobia kemosinthetik yang hidup di tulang


Mikrobia kemosinthetik juga dapat hidup di dalam tulang dari ikan paus yang mati atau

dapat pula hidup di kayu yang terbawa banjir atau dahan yang terbenam di dasar laut.

Mikroorganisme-mikroorganisme ini akan menjadi dasar pembentukan rantai makanan.

Para ilmuwan berpikir seperti oases yang menyebar dari komunitas kemosinthetik yang

mungkin mengijinkan organism-organisne tersebut menyebar diantara jarak area yang

mempunyai gunung bawah laut atau palung yang dingin.

15. Mikrobia bawah laut memperoleh energi


Bagaimana mikrobia yang hidup di dasar laut memperoleh energy? Ternyata mikrobia

bawh laut dapat memperoleh energy dari hidrogen sulfida (H 2S) yang ditemukan di gua-

gua dalam laut (palung). Hidrogen sulfida ini mungkin diproduksi oleh mikroorganisme

lain yang makan dari deposit minyak jauh di bawah dasar palung. Organisme ini

membentuk asam sulfat (H2SO4) dalam kombinasinya dengan oksigen dan air. Asulfuric

sam sulfat ini kemudian berubah dan terlarut dalam mineral dan dapat berubah bentuk

menjadi gipsum.

References
1. Edwards, G.L. Biology: The Easy Way. 2000
2. Http://www. mediahex.com/Chemosynthesis

Anda mungkin juga menyukai