Anda di halaman 1dari 29

BAHAN AJAR BAB 7

Sel tumbuhan, jaringan muda (meristem), jaringan


dewasa dan macam dan fungsinya.

MATA KULIAH
BIOLOGI UMUM - Fakultas Pertanian
(wajib)

Oleh :
Drs. E. Suharyanto, MS., MSc.

LABORATORIUM STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
PRAKATA

Ilmu anatomi tumbuhan ditekankan untuk memahami struktur dalam


organ tumbuhan pada tingkat sel, jaringan maupun organ. Untuk itu, pengetahuan
tentang anatomi tumbuhan tidak hanya di perlukan oleh mahasiswa biologi saja
tetapi perlu juga difahami oleh mahasiswa pertanian, kehutanan, teknologi
pertanian, farmasi bahkan mahasiswa fakultas pertenakan khususnya dalam
mendalami kualitas pakan ternak.
Dalam buku ini dibahas struktur sel secara lengkap yang dibagi menjadi
komponen protoplasmik dan non-protoplasmik. Jarinngan embrional (meristem)
dan 5 macam jaringan dewasa (jaringan epidermis, parenkim, penguat,
pengangkut dan sekretori) juga diuraikan setelah pembahasan sel. Pada bagian
terakhir buku ini disampaikan struktur organ secara lengkap yang terbagi menjadi
struktur organ vegetatif (akar, batang dan daun) maupun organ generatif (bunga,
buah dan biji).
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 23 Desember 2013


Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman judul 1
Prakata 2
Daftar isi 3
Pokok bahasan 1. Struktur sel tumbuhan 4
1.1. Pendahuluan 4
1.2. Struktur sel tumbuhan 4
1.3. Dinding sel 9
Pokok bahasan 2. Jaringan penyusun organ tumbuhan 12
2.1. Pendahuluan 12
2.2. Jaringan muda (meristem) 12
Pokon bahasan 3. Jaringan dewasa 16
3.1. Pendahuluan 16
3.2. Jaringan dasar 16
3.3. Epidermis dan derivatnya 18
Pokok bahasan 4. Jaringan penguat 21
4.1. Kolenkim 21
4.2. Sklerenkim 21
Pokok bahsan 5. Jaringan pengangkut 24
5.1. Struktur unsur vassal (xylem) 24
5.2. Struktur unsur kibral (floem) 25
5.3. Tipe jaringan pengakut 26
Pokok bahasan 6. Jaringan sekretori 28
6.1. Jaringan rekresi 28
6.2. Jaringan ekskresi 29
6.3. Jaringan sekresi 29
6.4. Rambut/sel kelenjar 29
6.5. Saluran getah

Daftar Pustaka

3
SUB POKOK BAHASAN 1. STRUKTUR SEL TUMBUHAN

1.1. Pendahuluan
Tumbuhan mempunyai tubuh yang multiselular, artinya tubuhnya tersusun
oleh banyak sel. Masing-masing membentuk kelompok, dalam kelompok tersebut
sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama disebut jaringan. Setiap organ
terdiri atas berbagai jaringan, dimana masing-masing mempunyai struktur dan
fungsi yang berbeda-beda pula.
Sel tumbuhan mempunyai bentuk dan struktur yang bervariasi tergantung
pada tempat dan fungsi masing-masing. Sel tumbuhan berbeda dengan sel hewan,
karena sel tumbuhan mempunyai dinding sel yang nyata, sedang pada sel hewan
bagian disebut dinding sel adalah membran plasma. Selain perbedaan tersebut,
pada sel tumbuhan dijumpai adanya plastida serta vakuola sel yang dapat
membesar, sedang pada sel hewan tidak demikian.

1.2. Struktur sel tumbuhan


Sel tumbuhan berisi bagian yang bersifat hidup (protoplasmik), dan bagian
yang bersifat mati (non-protoplasmik).

Gambar 1.1. Diagram sel tumbuhan


dengan bagian-bagiannya yang
bersifat hidup dan mati

1.2.1. Bagian-bagian sel yang bersifat hidup


1. 2. 1.1. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan komponen yang bersifat cair. Secara kimia struktur
sitoplasma sangat kompleks, dan mempunyai bahan dasar air, 85 – 90% tersusun
Gambar 1.2 Hubungan antar sel
oleh air. Meskipun demikian sitoplasma merupakan substansi yang kental, tembus
tumbuhan
cahaya. Dengan menggunakan mikroskop elektron tampak adanya diferensiasi
sistem selaput di dalam sitoplasma. Sistem selaput yang dimaksud adalah: 1).
Plasmalema (membran plasma, ektoplas), merupakan unit selaput yang membatasi
sitoplasma dengan dinding sel; 2). Tonoplas, unit selaput yang berbatasan dengan

4
vakuola; 3). Polioplasma, unit selaput yang terletak di antara plasmalema dan
tonoplas.
Organel berbentuk granula (butir-butir) yang terdapat bebas di sitoplasma
adalah:
a. Sferosom, ukuran diameter 0,25 – 1 mikron,
mengandung lipid dan protein
b. Ribosom, merupakan orgenel yang berfungsi untuk
sintesis protein, diameter 150 Ao. Ribosom dapat pula
melekat pada permukaan retikulum endoplasma.
c. Retikulum endoplasma, sistem selaput, seperti tabung
yang kempis atau lembaran-lembaran.
d. Dikitiosom (Badan golgi) merupakan kumpulan sisterna
berbentuk sirkular, masing-masing diselubungi oleh unit
selaput yang halus
e. Mikrobodi. Ada 2 macam mikrobodi, yaitu yang
berhubungan dengan fotorespirasi, yang disebut
peroksisom, dan yang berhubungan dengan proses
biokimia di dalam biji yang sedang berkecambah,
disebut glioksisom.
f. Mikrotubul, bentuk seperti pipa, berlubang dengan
diameter rata-rata 240 Ao. Terdapat pada sel eukariota,
merupakan komponen spindel mitosis dan meiosis.

1.2. 1. 2. Inti sel (nukleus)


Inti dalam keadaan tidak membelah bentuknya bulat atau jorong, kadang-kadang
berlekuk. Inti dikelilingi selaput inti, dan di dalamnya terdapat suatu matriks yang
disebut nukleoplasma, di dalam matriks tersebut terdapat satu anak inti
(nukleolus) atau lebih, dan rangka inti yang tersusun dari kromatin.

1.2.1.3. Plastida
Plastida adalah organel yang karakteristik pada sel tumbuhan, mempunyai struktur
dan fungsi yang khusus, berasal dari proplastida. Plastida mempunyai bentuk,
ukuran serta pigmentasi yang bermacam-macam. Tumbuhan tingkat rendah

5
mungkin tidak dijumpai adanya plastida, atau hanya terdapat 1 atau 2 plastida di
dalam satu sel. Secara ultrastruktural plastida mempunyai selaput di bagian
terluar, kadang-kadang mempunyai membran rangkap. Berdasar ada tidaknya zat
warna di dalamnya, plastida dibedakan menjadi :
a. plastida berwarna (kloroplas dan kromoplas)
b. plastida tidak berwarna (leukoplas). Leukoplas mempunyai fungsi:
1.menghasilkan amilum (zat terpung) yang disebut amiloplas, 2.
membentuk protein (proteinoplas) c. Membentuk substansi yang
berlemak (elaioplas)

Gambar 1.3 Elektron mikroskop


transmisi dari kloroplas pada sel
tumbuhan tinggi (Angiospermae)

1.2.1.4. Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya pada sel
hidup yang diwarnai dengan Janus Green B. Dengan mikroskop elektron
mitokondria mempunyai bentuk yang bermacam-macam, yaitu bulat memanjang,
kadang-kadang seperti busur, terdapat bebas pada sitoplasma. Mempunyai selaput
rangkap, diameter 0,5 um, dan panjangnya lebih dari 6 um. Selaput dalam
mengalami percabangan atau melipat-lipat ke arah dalam. Lipatan ini disebut
kristae.

1.2.2. Bagian-bagian sel yang bersifat mati

6
Komponen non-protoplasmik dapat bersifat padat maupun cair, terdapat di dalam
sitoplasma, vakuola atau plastida. Bahan-bahan tersebut dikenal sebagai substansi
ergastik.

1.2.2.1. Substansi ergastik yang bersifat padat


a. kristal kalsium oksalat, bentuknya bermacam-macam,
a.1. kristal tunggal besar, terdapat pada daun jeruk (Citrus sp.)
a.2. kristal pasir, merupakan kristal kecil-kecil terdapat pada tangkai
daun bayam (Amaranthus sp.)
a.3. kristal lidi (jarum), pada batang lidah buaya (Aloe sp.)
a.4. kristal bintang (roset) terdapat pada tangkai daun Begonia.
b. kristal kersik, terdapat pada sel epidermis tumbuhan Poaceae,
Cyperaceae dan Orchidaceae.

Gambar 1.4. Substansi


ergastik pada sel
tumbuhan

c. Butir aleuron, merupakan badan-badan protein yang terdapat di dalam


sel endosperm, misalnya pada jarak (Ricinus communis), jagung (Zea
mays), dan padi (Oriza sativa). Pada biji jagung lapisan aleuron
terdapat pada sel-sel bagian terluar endosperm dan merupakan lapisan
aleuron.

1.2.2.2. Substansi ergastik yang bersifat cair


a. Cairan sel, terdapat di dalam vakuola sel. Zat-zat yang terdapat di
dalam cairan sel adalah
a.1. asam organik (asam malat, asam oksalat)

7
a.2. karbohidrat, dapat berupa monosakarida, disakarida ataupun
polisakarida
a.3. amida
a.4. protein
a.5. alkaloid
a.6. zat penyamak
a.7. zat warna (antosianin)
b. Lemak dan minyak lemak, misalnya poada kacang tanah (Arachis
hypogea) dan kelapa (Cocos nucifera)
c. Minyak atsiri, di dalam sel tumbuhan minyak atsiri berupa tetes-tetes
misalnya pada akar rimpang jahe, pada kulit buah jeruk (Citrus sp.)
dan daun sirih (Piper betle).
d. Damar, terdapat pada tumbuhan Coniferophyta, misalnya Pinus.

Gambar 1.5. Berbagai macam


bentuk kristal kalsium oksalat

1.2.2.3. Substansi ergastik yang terdapat di dalam plastida


Substansi ergastik yang terdapat di dalam plastida dapat berupa kristal
ataupun amilum, tetapi yang umum adalah amilum. Substansi yang berbetuk
kristal terdapat di dalam kromoplas sedang kristaloid protein tedapat di dalam
semua plastida. Amilum merupakan polisakarida terdapat di dalam kloroplas atau
leukoplas. Apabila terdapat di dalam kloroplas amilum merupakan hasil

Gambar 1.6 Struktur dan


pertumbuhan dinding sel
serta struktur selulosa 8
(komponen utama dinding
sel)
fotosintesis sedang apabila terdapat di dalam leukoplas merupakan tepumg
cadangan. Amilum mempunyai tipe yang bermacam-macam didasarkan pada letak
hilus dan jumlah hilus. Berdasarkan letak hilus dibedakan a. Amilum sentris
apabila hilus terdapat di tengah amilum dan b. Eksentrik apabila hilus terdapat di
tepi. Berdasarkan jumlah hilus, tipe amilum dibedakan menjadi amilum tunggal,
majemuk dan setengah majemuk.

1.2.3. Dinding sel


1.2.3.1. Struktur dan fungsi dinding sel
Dinding sel merupakan bagian sel yang bersifat mati. Dinding sel
menentukan bentuk sel serta tekstur jaringan, berfungsi sebagai penguat dan
melindungi protoplas. Dinding sel ditemukan lebih dulu dari protoplas. Dinding
sel pada tumbuhan mempunyai tebal yang bermacam-macam tergantung pada
umur dan tipe sel. Pada umumnya sel muda berdinding tipis dan sel dewasa
berdinding tebal. Kadang beberapa sel dindingnya tidak mengalami penebalan
sampai sel berhenti tumbuh.
Dinding sel mempunyai struktur yang kompleks, dan berdasarkan
perkembangan serta strukturnya dibedakan menjadi 3 bagian pokok, yaitu lamela
tengah (substansi antar sel), dinding primer dan dinding sekunder. Semua sel
mempunyai lamela tengah dan dinding primer, sedangkan adanya dinding
sekunder hanya pada sel-sel tertentu.
Lamela tengah terdapat di antara dinding primer 2 sel yang berdakatan,
terutama tersusun dari air dan pektin. Zat pektin ini memungkinkan gerakan-
gerakan antar sel dan penyesuaian yang diperlukan sebelum sel-sel dapat
mencapai bentuk dewasa. Pada jaringan yang berkayu lamela tengah mengandung
lignin. Lemela tengah sebagian besar terdiri dari air, mempunyai sifat lentur.
Lamela tengah juga berfungsi sebagai perekat antar sel satu dengan sel lainnya.

1.2.3.2. Penebalan dinding sel


Dinding primer merupakan dinding pertama yang dibentuk oleh sel baru.
Dinding primer mengandung selulosa, hemiselulosa dan pektin. Sel yang sedang
membelah dan sel-sel meristematik mempunyai dinding sel yang bersifat primer.
Dinding sekunder dibentuk disebelah dalam permukaan dinding primer.
Dinding sekunder terutama tersusun oleh selulosa atau campuran selulosa dengan

9
hemiselulosa. Kemungkinan dinding sekunder juga terdiri dari lignin atau zat
yang lain. Dinding sekunder dapat terdiri dari 2 lapis atau lebih. Dinding sel tidak
hanya menebal tetapi juga memperluas permukaan.
Pada dasarnya pertumbuhan dinding sel meliputi 2 proses yaitu
pertumbuhan pada area permukaan dan pertumbuhan menebal. Ada 2 perdapat
mengenai perkembangan dinding sel dalam penebalannya yaitu secara intususepsi
dan aposisi. Intususepsi, mikrofibril yang baru diletakkan di antara mukrifibril
yang lama, sedang secara aposisi, mikrifibril yang baru diletakkan di atas
mikrofibril yang lama, selapis demi selapis. Cara ini ditunjukkan pada
penambahan lamela-lamela pada dinding sekunder. Penimbunan selulosa merata
pada seluruh permukaan sel. Pertumbuhan dinding secara aposisi ini berdasarkan
arahnya disebut sentripetal.
Tidak semua dinding sel mengalami penebalan. Bagian dinding sel yamg
tidak mengalami penebalan terdapat diantara penebalan-penebalan dinding
sekunder sebagai suatu lubang kecil yang disebut noktah. Ada beberapa macam
noktah pada sel yang dindingnya menebal, yaitu:
a. notah sederhana
b. noktah berhalaman
c. noktah buta
d. noktah majemuk unilateral
e. noktah bercabang.

Gambar 1.7. Penebalan dinding sel beserta noktah didalamnya

10
POKOK BAHASAN 2. JARINGAN PENYUSUN ORGAN TUMBUHAN

2.1. Pendahuluan
Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal,
fungsi serta struktur yang sama dan disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya, ada
dua macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda dan
jaringan dewasa. Jaringan muda mempunyai sifat membelah, sehingga
mempunyai fungsi menambah panjang batang maupun akar, karena biasanya
terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh jaringan yang
letaknya dibagian ujung dikenal sebagi pertumbuhan primer, dan semua jaringan
yang terbentuk disebut jaringan primer. Pada beberapa tumbuhan rumput-
rumputan perpanjangan batang disebabkan oleh adanya aktifitas jaringan muda
yang terdapat pada pangkal tiap buku dan pelepah daun.
Tumbuhan monokotil melengkapi daur hidupnya hanya dengan
pertumbuhan primer saja, tetapi tumbuhan dikotil batang dan akarnya dapat
mempertebal diri melalui proses yang disebut pertumbuhan sekunder.
Semua sel yang menyusun tubuh tumbuhan dewasa berasal dari kegiatan
sel-sel jaringan muda. Pada proses pencapaian dewasa, sel-sel tersebut tidak hanya
bertambah volumenya, tetapi strukturnya lebih termodifikasi untuk fungsi
fisiologis tertentu pada tumbuhan dewasa.

2.2 Jaringan muda (Meristem)


2.2.1 Sifat dan struktur jaringan meristem
Jaringan meristem terdiri dari sekelompok sel yang tetap dalam fase pembelahan.
Sifat-sifat sel meristem adalah sebagai berikut:
1. terdiri dari sel-sel muda dalam fase pembelahan dan pertumbuhan
2. biasanya tidak ditemukan adanya ruang antar sel di antara sel-sel
meristem
3. sel-selnya mungkin berbentuk bulat, lonjong atau poligonal dengan
dinding sel yang tipis
4. masing-masing sel kaya akan sitoplasma dan mengandung satu atau
lebih inti sel
5. vakuola sel sangat kecil atau mungkin tidak ada.

11
2.2.2 Klasifikasi meristem
Klasifikasi meristem digolongkan berdasar bermacam-macam kriteria,
yaitu berdasar letaknya pada tubuh tumbuhan, asal, dan jaringan mana yang
menghasilkannya, struktur, tingkat perkembangan serta fungsinya. Menurut
letaknya pada tubuh tumbuhan, meristem dibedakan menjadi: a). meristm apikal
yang letaknya pada ujung batang dan ujung akar; b). Meristem interkalar terletak
dibagian pangkal tiap buku tumbuhan rumput-rumputan; dan c). Meristem lateral
yang letaknya sejajar dengan permukaan organ misalnya kambium dan kambium
gabus.
Berdasarkan asalnya meristem ada 2 macam, yaitu:
a. Meristem primer, yaitu meristem-meristem yang terdiri atas sel-sel
yang berasal dari sel-sel embrionik
b. Meristem sekunder, adalah meristem yang berasal dari jaringan dewasa
yang berubah menjadi embrional kembali, misalnya kambium dan
kambium gabus.
Pada meristem primer, pada bagian yang berbeda tingkat diferensiasi juga
berbeda. Meristem apikal dapat dibedakan menjadi bagian promeristem dan
bagian meristematik yang terdapat di bawahnya, dimana kelompok sel-sel telah
mengalami tingkat diferensiasi tertentu.

Gambar 2.1. Diagram berbagai


titik tumbuh. A. pada
Angiospermae, B, C. pada
Pteridophyta, D, E pada
Angiospermae

12
2.2.3 Macam/tipe titik tumbuh pada Angiospermae berdasarkan struktur
meristem apikal
Berdasar struktur meristem apikal batang maupun ujung akar, maka pada
Angiospermae dibedakan beberapa tipe titik tumbuh.

Titik tumbuh menurut Hanstein


Menurut Hanstein apeks pucuk pada Angiospermae dibedakan menjadi tiga
bagian, yaitu
a. dermatogen, merupakan lapisan terluar dari pucuk
b. plerom, merupakan bagian terdalam
c. periblem, merupakan bagian tengah yang terdapat antara dermatogen
dan plerom.
Ketiga bagian tersebut menurut Hanstein berasal dari kelompok inisial yang
berfungsi langsung sebagai histogen.
Konsep dari Histogen hanya sesuai untuk apeks akar dan dikenal sebagai teori
histogen dari Hanstein.

Titik tumbuh menurut Alexandra SchMidt (1924).


Menurut Schmidt, apeks pucuk dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Tunika, merupakan bagian luar, dapat selapis atau lebih dari satu lapis
sel
b. Korpus, merupakan kelompok sel-sel yang diselubungi oleh tunika.
Konsep yang disampaikan oleh Schmidt disebut Teori Tunika-korpus. Tunika
akan berkembang menjadi epidermis dan derivatnya sedang korpus akan
berkembang menjadi korteks dan stele. Pada Angiospermae ada dua tipe utama
korpus yang dikenal berdasarkan susunannya, yaitu:
a. tipe umum, dimana korpus pada apeks pucuk terdiri dari tiga zone yang
dapat dibedakan : 1). Sel induk sentral, terletak dibawah pemula tunika,
merupakan pemula (inisial) korpus; 2). Meristem rusuk; 3). Meristem
perifer, ini tampaknya merupakan kelanjutan dari sel induk sentral.
b. Tipe Opuntia, seperti tipe a., tetapi disini ada daerah transisi seperti
kambium yang terletak di antara sel induk sentral meristem rusuk dan
meristem perifer.

13
2.2.4 Meristem lateral dan meristem interkalar
Meristem lateral
Kambium pembuluh dan kambium gabus merupakan meristem lateral.
Kedua macam jaringan tersebut merupakan jaringan dewasa yang kemudian
menjadi meristem kembali. Pada dikotil dan Gymnospermae yang berkayu
kambium berasal dari prokambium. Prokambium terdapat pada hampir semua
tumbuhan Gymnospermae dan dikotil. Sebagian tetap meristmatik, setelah
selesainya pertumbuhan primer dan berkembang menjadi kambium pada tubuh
sekunder. Kambium gabus (periderm) mempunyai aktifitas seperti kambium
dibentuk pada tumbuhan sekunder, dan terdapat pada bagian terluar korteks.

Meristem interkalar
Pada tumbuhan monokotil yang beruas pemanjangan sumbu pucuk
disebabkan oleh aktifitas bagian meristematik yang terdapat di bagian ruas.
Meristem yang menyebabkan pemanjangan ruas dinamakan meristem interkalar.
Meristem interkalar adalah jaringan primer yang aktif melakukan penebalan dan
terpisah dari jaringan pikal.

14
POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA
3.1 Pendahuluan
Sel-sel yang menyusun jaringan dewasa merupakan pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel meristem. Sel-sel meristem setelah membelah mengalami
pendewasaan yaitu membesar dan mengalami deferensiasi menjadi sel dewasa,
kemudian membentuk kelompok menurut struktur dan fungsinya.
Berdaarkan sel penyusunnya, jaringan dewasa dibedakan menjadi jaringan
sederhana, yaitu jaringan yang tersusun oleh satu macam sel, dan jaringan
kompleks apabila jaringan tersusun oleh lebih dari satu macam sel.
Berdasarkan fungsi dan strukturnya, jaringan dewasa dibedakan menjadi :
a. jaringan dasar
b. jaringan kulit dan pelindung
c. jaringan penguat
d. jaringan pengangkut

3.2 Jaringan dasar


Parenkim sering disebut jaringan dasar, terdapat pada semua bagian organ
tumbuhan seperti empulur, korteks akar dan batang, mesofil daun, endosperm biji,
buah berdaging, jari-jari empulur, dan juga terdapat sebagai elemen xilem dan
floem, baik primer maupun sekunder. Parekim merupakan sel yang hidup dengan
dinding tipis, bentuk sel bermacam-macam, antara lain isodimetris, bulat seperti
tiang, seperti bunga karang, dan seperti bintang. Parenkim yang berbentuk seperti
bintang disebut aktinenkim. Parenkim digolongkan menjadi beberapa macam
berdasarkan fungsi yang dipikulnya, yaitu:
a. Parenkim asimilasi, terdapat pada bagian tubuh tumbuhan yang berwarna
hijau, sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Pada daun bentuk parenkim
asimilasi ada 2 macam yaitu berbentuk tiang yang disebut jairngan tiang dan
berbentuk bungakarang serta disebut jaringan bungakarang.
b. Parenkim udara, terdapat pada alat pengapung sebagai tempat penyimpanan
udara, misalnya pada daun Canna, pada empulur batang Juncus. Biasanya
sel-selnya bercabang membentuk jari-jari atau berbentuk bintang. Sel
parenkim yang berfungsi untuk menyimpan udara disebut aerenkim.
c. Parenkim penimbun, sel-sel parenkim berisi cadangan makanan terdapat pada
endosperm, daun lembaga, tuber, atau umbi dan lain-lain.

15
d. Parenkim air, sel-sel parenkim sebagai tempat pengimpanan air, sel-
selnya penuh dengan air, untuk mempertahankan diri terhadap kekeringan.
e. Parenkim pengangkut, terdapat pada jaringan pengangkut. Pada jaringan ini
dinding parenkim dapat mengalami penebalan sekunder.
f. Poarenkim regenarasi yaitu parenkim yang bertugas menghasilkan/
membentuk jaringan baru, apabila jaringan semula hilang akibat kena
luka/dilukai. Jaringan baru yang terbentuk sama dan serupa dengan jaringan
yang lama. Parenkim di sekitar daerah luka mengadakan pembelahan, setelah
dihasilkan masa sel terjadi diferensiasi menjadi jairngan-jaringan seperti
jaringan semula yang hilang.

Gambar 3.1 Berbagai macam


parenkim pada tumbuhan

3.3 Epidermis dan derivatnya


Jaringan kulit (epidermis) merupakan lapisan sel terluar pada semua organ
tumbuhan yang belum mengalami pertumbuhan sekunder. Secara fungsional, sel-
sel peidermis tidak seragam, dan pada epidermis terdapat berbagai tipe rambut,
sel-sel penutup stomata dan sel-sel lain yang khusus. Bentuk, ukuran serta
susunan sel-sel epidermis sangat bervariasi. Meskipun demikian epidermis
merupakan suatu lapisan sel yang kompak, dinding tipis, tanpa ruang antar sel.
Sel-sel apidermis pada daun dan daun mahkota tumbuhan tertentu kadang-kadang
berkembang menjadi papila. Daun Coniferophyta, dan beberapa biji, epidermis

16
sangat tebal, dindingnya mengandung lignin. Selain itu pada permukaan sering
dijumpai adanya kutin, lilin dan kristal garam. Epidermis pada umumnya hanya
selapis sel, tetapi pada beberapa organ seperti akar, atau daun dapat lebih dari satu
lapis, dan disebut multiple epidermis. Epidermis berasal dari dermatogen (pada
akar) atau dari protoderm (pada pucuk apeks). Derivat epidermis antara lain

Gambar 3.2 Beberapa tipe stomata


didasarkan atas susunan sel yang ada di
dekat stomata

stomata, trikoma dan lain sebagainya.

Stomata
Stomata pada umumnya terdapat pada permukaan daun atau batang yang
berwarna hijau. Suatu stomata mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: a). Sel
penutup, dua buah pada umumnya berbetuk seperti ginjal mengandung kloroplas.
Pada suku Cyperaceae dan Poaceae sel penutup berbentuk seperti halter; b).
Lubang (porus), merupakan jalan keluar masuknya CO2 udara. Letak stomata pada
epidermis bermacam-macam, ada yang sama tinggi dengan permukaan epidermis
disebut faneropor, menonjol, atau tenggelam di bawah permukaan epidermis dan
ini disebut kriptopor.
Stomata berasal dari initial yang sama dengan sel –sel epidermis, yaitu dari
protoderm. Berdasar ontogeni sel penutup dan sel tetangga, stoma dibedakan
menjadi tipe-tipe sebagai berikut: 1). Perigen, sel tetangga dan sel penutup berasal
dari meristomoid yang sama; 2). Mesogen, sel tetangga dan sel penutup berasal
dari meristemoid yang berbeda; 3). Mesoperigenik, salah satu atau lebih dari satu

17
sel tetangga mempunyai asal yang sama dengan sel penutup, sedang yang lain
tidak.
Menurut Metchalfe dan Chlk (1950), ada beberapa tipe stomata didasarkan
atas susunan sel yang ada di dekat stomata, yaitu:
a. Anomositik (irregular celled). Jumlah sel tetangga yang mengelilingi
sel penutup tidak terentu, dan tidak dapat dibedakan dengan sel
epidermis lainnya.
b. Anisositik (unequal celled). Biasanya jumlah sel tetangga tiga, satu sel
lebih kecil dari 2 lainnya.
c. Diasitik (crossed celled). Dua sel tetangga mengelilingi sel penutup,
dan letaknya tegak lurus terhadap poros panjang sel penutup.
d. Parasitik (parallel celled). Poros panjang sel penutup sejajar dengan sel
tetangga
e. Aktinosistik. Jumlah sel tetangga empat atau lebih, sel-selnya
memanjang ke arah radial terhadap sel penutup.
f. Siklositik. Jumlah sel tetangga empat atau lebih, sel-selnya tersusun
melingkar seperti cincin.

Trikomata
Trikomata berasal dari sel-sel epidermis, dapat terdiri dari satu sel atau banyak sel,
terdapat pada bagian permukaan organ. Bentuk, struktur, dan fungsi trikoma
bermacam-macam. Berdasarkan sifatnya, trikoma dibedakan menjadi:
a. trikoma non-kelenjar, adalah trikoma yang tidak mengeluarkan sekresi,
dapat terdiri dari satu sel atau banyak sel.
b. trikoma kelenjar, adalah trikoma yang mengeluarkan sekresi berupa
larutan garam, gula (nektar), terpentin, gum dan lain-lain.
Trikoma berfungsi antara lain:
a. sebagai peindung
b. untuk mengurangi penguapam
c. menyerap air dan garam-garam dari dalam tanah
d. untuk menyebarkan biji
e. mengeluarkan madu.

18
Selain stomata dan trikoma, derivat epidermis yang lain adalah sel kipas, yaitu sel-
sel pada permukaan epidermis atas dauh tumbuhan Gramineae dan Cyperaceae,
yang susunannya seperti kipas, berfungsi untuk mengurangi penguapan.

Gambar 3.3 Berbagai macam


trikoma pada tumbuhan

19
POKOK BAHASAN 4. JARINGAN PENGUAT

Untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan memerlukan jaringan poenguat. Ada 2


macam jaringan penguat yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu kolenkim dan
sklerenkim. Sklerenkim dapat dibedakan dari kolenkim karena tidak mengandung
protoplasma dan dindingnya mengalami lignifikasi.

4.1 Kolenkim
Sel-sel kolenkim bersifat hidup, dinding sel mengandung selulosa, pektin dan
hemiselulosa. Kolenkim pada umumnya terletak di bagian perifer batang, tangkai
daun, tangkai bunga, ibu tulang daun dan jarang dijumpai pada akar.
Berdasar cara penebalan sel-sel kolenkim, ada 4 macam tipe kolenkim, yaitu tipe:
1. sudut (angular)
2. lempeng (lamelar)
3. buluh (tubular)
4. cincin (anular)
kolenkim dibedakan dengan sel-sel parenkim karena penebalan dindingnya, letak
jaringan tersebut pada bagian tanaman yang biasanya terdapat di bagian tepi
(perifer), meskipun secara fisiologis mempunyai kesamaan.

Gambar 4.1. Berbagai macam


tipe kolenkim pada tumbuhan

4.2 Sklerenkim
Sklerenkim dinding sel-selnya sangat tebal dan kuat karena mengandung lignin.
Bentuk, struktur dan asal atau perkembangan sel sklerenkim bervariasi.
Sklerenkim dibedakan menjadi sklereid dan serabut sklerenkim.

20
Sklereid
Sklereid sering disebut sel batu karena dindingnya sangat keras. Ukuran serta
bentuk bermacam-macam, terapat berkelompok atau berdiri sendiri. Sklereid
terdapat pada kulit biji, berkas pengangkut, dan sel parenkim. Sklereid dibedakan
menjadi tipe-tipe berdasarkan bentuknya, yaitu:
1. brakiosklereid
2. makrosklereid
3. osteosklereid
4. asterosklereid
5. trikosklereid

Gambar 4.2. Berbagai macam


tipe sklereid pada tumbuhan

Serat sklerenkim
Sklerenkim disebut serat karena mempunyai ukuran yang panjang, ukuran serat
bervariasi untuk masing-masing jenis tumbuhan. Sel serat umumnya berujung
runcing, dinding sel tebal dengan lumen sel sempit. Serat dapat dijumpai pada
akar, batang, daun dan buah, terdapat di antara jaringan-jaringan lain seperti xilem
atau floem. Sel serat dapat berkelompok atau berdiri sendiri. Serat dibedakan
menjadi serat xilem dan serat ekstra-xilem yaitu serat yang terdapat pada jaringan
lain selain xilem.

21
Pada daun monokotil, misalnya Cyperaceae serat selain merupakan sarung berkas
pengangkut, terdapat pula di antara berkas pengangkut dan epidermis atas maupun
bawah.
Berdasarkan struktur dinding sel, serat dibedakan menjadi serat keras (dinding
berkayu dan mengandung lignin) dan serat lunak (bersifat fleksibel). Tanaman
yang mempunyai serat keras antara lain Agave, Sisalana, Musa textilis, Phormium
tenax. Sedang Cannabis salva, Hibiscus cannabinus, Ceiba pentandra dan
Boehmevia vivex mempunyai serat lunak.

22
POKOK BAHASAN 5. JARINGAN PENGANGKUT

Jaringan pengangkut sangat penting bagi tumbuhan karena berfungsi untuk


mengangkut air dan garam-garam dari dalam tanah, dan mengedarkan hasil
fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Jaringan pengangkut terdiri atas
dua unsur utama, yaitu: 1). Unsur-unsur vasal (xilem) dan 2). Unsur-unsur kibral
(floem).

Gambar 5.1. Unsur-unsur Vasal


(xilem) pada tumbuhan

5.1 Struktur unsur vasal (xilem)


Xilem terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, dapat bersifat hidup ataupun
mati. Sel yang paling karakteristik adalah trakeid dan trakea, yang berfungsi
mengangkut air, kadang-kadang berfungsi pula sebagai penguat. Selain itu xilem
terdiri atas serat dan sel-sel parenkim yang bersifat hidup. Pada pertumbuhan
primer, xilem merupakan diferensiasi dari prokambium. Prokambium terdiri dari
sel-sel meristematik, kaya akan sitoplasma, selnya memanjang ke arah
longitudinal organ. Elemen pertama dari xilem primer adalah protoxilem, dan
yang dibentuk kemudian disebut metaxilem.
Trakeid dan trakea sel-selnya memanjang, dindig tipis, biasanya sedikit
protoplasma pada waktu dewasa. Penebalan dinding sekunder pada sel tersebut
terjadi dengan berbagi cara, dan dinding tersebut berlignin.

23
Trakeid berasal dari sel tunggal. Selnya panjang dengan ujung runcing. Pada
waktu dewasa trakeid bersifat mati, tidak mengandung protoplas. Trakeid
dibedakan dari trakea karena tidak mengalami perforasi (lubang-lubang) sedang
pada trakea ujungnya penuh lubang.
Trakea dindingnya dapat mengalami penebalan sekunder yaitu seperti cincin,
spiral atau jala. Selain trakeid dan trakea, xilem tersusun pula oleh serabut xilem
dan parenkim xilem. Ada dua macam serat pada xilem yaitu serat trakeid dan serat
libriform.
5.2 Struktur unsur-unsur kibral (floem)
Floem tersusun atas unsur tapisan, sel parenkim, serat dan sklereida. Sel-sel
aprenkim mempunyai fungsi khusus, yaitu sebagai tempat cadangan makanan. Sel
parenkim yang dimaksud adalah sel parenkim dan sel albuminous. Sel-sel ini
mempunyai hubungan dengan unsur tapisan. Floem primer sama dengan floem
primer yang beraal dari prokambium. Floem primer terdiri dari protofloem dan
metafloem. Floem juga dibedakan menjadi floem primer dan floem sekunder.
1. unsur tapisan (buluh tapis), unsur tapisan merupakan sel yang sangat khusus di
dalam floem, pada dindingnya terdapat bidang tapisan. Bidang tapisan ini
adalah bidang dengan lubang-lubang, dimana lubang tersebut dilalui oleh
protoplas yang menggabungkan diri dari bagian lateral atau vertikal buluh
tapis. Pada bidang tapisan, masing-masing lubang biasanya mengandung
kalose. Adanya kalose dapat dibedakan dengan pewarnaan anilin biru atau
rakorsin biru. Pada sel buluh tapis dewasa, kalose yang tertimbun dalam
lubang lebih banyak. Pada buluh tapis yang tidak aktif, tidak dijumpai adanya
kalose.
2. sel pengiring dan lbumin, sel pengiring adalah sel-sel parenkim khusus, yang
fungsinya berhubungan dengan buluh tapisan, yaitu mengatur translokasi. Sel
pengiring berhubungan dengan buluh tapisan melalui plasmodesmata. Sel
pengiring mempunyai inti dan anak inti yang relatif besar, plastida dan
mitokondria yang banyak jumlahnya, dan retikulum endoplasma. Sel
pengiring berasal dari pembelahan sel induk buluh tapis. Jumlah sel pengiring
satu sampai banyak mempunyai ukuran yang bermacam-macam. Pada
Gymnospermae tidak dijumpai sel pengiring, tetapi terdapat sel albumin. Sel
ini sangat responsif terhadap zat warna sitoplasmik, dan berasal dari sel
parenkim floem atau sel jari-jari floem. Sel albumin berbeda dengan sel-sel

24
parenkim floem atu jari-jari floem, karena tiak dijumpai adanya tepung di
dalam sel.
3. Sel parenkim dan sklerenkim (serat), sel-sel parenkim pada floem
mengandung bermacam-macam substansi ergastik seperti tepung, tanin dan
kristal. Serat terdapat pada floem primer maupun floem sekunder. Pada floem
primer serat terdapat berkelompok, sedang pada floem sekunder serat tidak
selalu demikian. Serat dapat bersifat hidup atau mati pada waktu dewasa. Serat
yang bersifat hidup berfungsi sebagai penyimpan.

Gambar 5.2. Unsur-unsur kibral


(floem) pada tumbuhan

5.3 Tipe jaringan pengangkut


Pada batang, struktur jaringan pengangkut bermacam-macam. Pada tumbuhan
dikotil jaringan pengangkut tersusun melingkar yang terdapat di antara korteks
dan empulur. Jaringan pengangkut pada akar berbeda dengan batang, karena xilem
letaknya berselang seling dengan floem. Pada batang floem terletak
berdampingan di sebelah luar xilem. Berdasarkan letak floem terhadap xilem,
dibedakan beberapa tipe jaringan pengangkut, yaitu :
1. kolateral, pada tipe ini floem dan xilem berdampingan. Tipe ini dibedakan
menjadi tipe kolateral terbuka, apabila antara xilem dan floem terapat
kambium dan tipe kolateral tertutup apabila antara xilem dan floem tidakada
kambium.
2. bikolateral, apabila xilem diapit oleh floem luar dan floem dalam. Batas antara
xilem dan floem luar adalah kambium, sedang antara xilem dan floem dalam

25
terdapat parenkim penghubung. Tipe jaringan pengangkut seperti ini dijumpai
pada tumbuhan yang tergolong Solanaceae, Cucurbetaceae, Apocynaceae.
3. konsentris, pada tipe berkas pengangkut ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
konsentris amfivasal bila xilem mengelilingi floem dan konsentris amfikibral
bila xilem dikelilingi floem, misalnya pada rizom tumbuhan paku.
4. radial adalah berkas epngangkut pada akar, letak xilem dan floem berganti-
ganti. Akar tumbuhan Gymnospermae dan Dykotiledoneae dapat mengalami
pertumbuhan menebal sekunder.

Gambar 5.3. Berbagai macam tipe berkas pengangkut

26
POKOK BAHASAN 6. JARINGAN SEKRETORIS
Jaringan sekretoris terdapat pada semua bagian tubuh tumbuhan. Jaringan
sekretoris dibedakan menjadi jaringan sekretoris internal dan external.
Berdasarkan senyawa yang dikeluarkan, jaringan sekretori dbedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. jaringan rekresi, senyawa yang dikeluarkan dari dalam tubuh tumbuhan belum
masuk ke dalam proses metabolisme
2. jaringan ekskresi, senyawa yang dikeluarkan merupakan produk akhir proses
metabolisme
3. jaringan sekresi, senyawa yang dikeluarkan masih bermanfaat untuk proses
metabolisme.

Gambar 6.1. Kelenjar floral


eksternal pada tumbuhan

6.1 Jaringan rekresi


Bagian yang termasuk dalam jaringan ini adalah hidatoda, kelenjar garam dan
kapur. Hidatoda adalah suatu struktur yang mngeluarkan air dari mesofil ke
permukaan daun. Hidatoda mengeluarkan air dari ujung trakeid daun, kelenjar
garam dan kapur terdapat pada daun tumbuhan Halophyta (tumbuhan yang tahan
terhadap keadaan garam yang tinggi). Bentuknya bermacam-macam, yang
dikeluarkan dari kelenjar ini adalah NaCO3, CaCO3 atau MgCO3.

6.2 Jaringan ekskretoris


Jaringan ini meruapak jaringan sekretoris ekternal (terdapat pada permukaan
organ). Jaringan yang termasuk dalam jaringan ekskretoris adalah:

27
1. rambut kelenjar, misalnya pada daun tembakau. Rambut kelenjar pada
jenis tersebut terdiri dari tangkai (satu atau lebih satu sel) dan bagian
kepala yang mempunyai tempat mengeluarkan zat.
2. kelenjar madu terdapat pada bagian-bagian bunga. Kelenjar ini dapat
dihasilkan oleh bagian lain selain bagian bunga, sehingga dibedakan
menjadi kelenjar madu floral dan ekstra-floral.
3. osmofora adalah kelenjar yang mengeluarkan minyak menguap.

6.3 Jaringan sekresi


Jaringan ini disebut juga kelenajr internal karena senyawa yang dihasilkan tidak
kelaur dari sel. Bentuk dan susunannya sangat bervariasi, misalnya sel kelenjar,
sel ini berasal dari sel parenkim yang mengalami deferensiasi. Terdapat diseluruh
bagian tubuh tumbuhan. Sel kelenjar pada biji kacang tanah (Arachis hypogaea),
biji jarak (Ricinus cummunis), sel minyak pada kulit batang kayu manis
(Cinnamomum zaylanicum) dan risom jahe (Zingiber officinale).

6.4 Rambut/sel kelenjar


Sel kelenjar adalah sekelompok sel berdinding tipis, mengelilingi suatu ruangan
yang berisi suatu senyawa, misalnya kelenjar pada daun Citrus sp., atau seluran
kelenjar pada daun Pinus.

6.5 Saluran getal


Saluran getah terdiri atas sel-sel atau deret sel yang saling bernastomase (berfusi),
membentuk suatu sistem jaringan yang menembus jaringan lain, berisi getal
(latek). Macam lateks berupa 1). Sel getah tunggal (saluran getah tunggal), dapat
bercabang/tidak bercanag, misalnya saluran getah pada Ficus, Euphorbiaceae, 2).
Buluh getah (Saluran getal majemuk) berasal dari sederet sel yang berfusi,
sehingga terbentuk saluran yang panjang, misalnya buluh getah pada Ipomoea dan
Hevea.

28
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhojwani, S.S. and S.P. Bhatnager, 1999, The Embryology of angiosperms,
Vikas Publishing House PVT. LTD.
2. Cutter, E.G., 1970. Plant Anatomy: Experiment and interpretation. Part I: Cell
and Tissues. Addison Wesley Publ. Co. Ontario.
3. Eames, A.J. and L. H. MacDaniel. 1981. An introduction to plant anatomy.
TMH Edit. Tata McGrow-Hill Publ. Comp. Ltd. Bombay
4. Esau, K., 1965, Plant Anatomy, 2nd edition, Wiley Eastern Private United,
New Delhi.
5. Esau, K., 1979, Anatomy of seed plants, Wiley Eastern LTD.
6. Fahn, A., 1990, Plant anatomy, 4th edition, Pergamon Press.
7. Hidayat, E.B., 1995, Anatomi tumbuhan berbiji, Penerbit ITB Bandung
8. Johansen, D.A., 1950, Plant embryology: Embryology of the spermathophyta,
Chronica Botanica Co.
9. Maherwari, P., 1955, An introdduction to the embryology of angiosperms. 1st
edition, Mc Grow-Hill Book Co.Inc. New York.
10. Pandey, B.P.,1982, Plant anatomy, 3rd edition, S. Chan and Company Ltd.
New York
11. Sumardi I dan Pudjoarinto A. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi.
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
12. Wibisono, S. dan S.W. Santosa. 1987. Anatomi tumbuhan. Karunika Jakarta.
Universitas Terbuka.

29

Anda mungkin juga menyukai