Anda di halaman 1dari 10

UNIT 3

FILTER AKTIF

3.1 Tujuan :

 Mengukur besarnya frekuensi Cut-Off pada filter aktif Low Pass orde satu.
 Mengukur besarnya frekuensi Cut-Off pada filter aktif Low Pass orde dua.
 Mengukur besarnya frekuensi Cut-Off pada filter aktif high Pass orde dua.

3.2 Alat dan Bahan

 R1 = 1 KΩ 1 buah
 R2 = 10 KΩ 3 buah
 R3 = 22 KΩ 1 buah
 C1 = 0,01 µF 2 buah
 C2 = 0,022 µF 1 buah
 Op-Amp (LM 741) 1 buah
 Osiloskop Dual Trace 1 buah
 Power Supply 1 buah
 Generato Fungsi 1 buah
 Proto Board 1 buah
 Test Probe Adaptor 1 buah
 Kabel Penghubung Secukupnya

3.3 Teori Dasar

Filter aktif diimplementasikan menggunakan kombinasi pasif dan aktif (memperkuat)


komponen, dan memerlukan sumber daya dari luar. amplifier operasional yang sering digunakan
dalam desain filter aktif. Ini dapat memiliki tinggi faktor Q , dan dapat mencapai resonansi tanpa
menggunakan induktor. Namun, batas frekuensi atas mereka dibatasi oleh bandwidth dari
amplifier yang digunakan.

Ada dua tipe rangkaian filter yaitu aktif dan pasif. Filter pasif menggunakaan komponen pasif
yaitu : kapasitor dan inductor. Rangkaian filter aktif menggunakan komponen aktif. Komponen
aktif yanag digunakan pada percobaan ini adalah Op-Amp.

Filter Pasif

Gambar 3.1 menunjukkan salah satu bentuk low pass filter. Pada frekuensi rendah reaktansi
induktif dari L1 dan L2 sangat rendah. Reaktansi kapasitif dari C1 dan C2 sangat tinggi. Kita

Politeknik Negeri Malang Page 23


boleh mengatakan bahwa inductor berfungsi sabagai rangkaian hubung singkat, sementara
kapasitor berfungsi sebagai rangkaian terbukaa, sehingga pada frekuensi rendah : V out = Vin.

Ketika frekuensi input bertammbah, inductor melai menunjukkan X L tinggi dan kapasitor
menunjukkan XC rendah. Pada saat frekuensi tinggi, inductor mencul sebagai rangkaian terbuka
dan kapasitor berfungsi sebagai rangkaianhubung singkat. Ketika hal ini tarjadi maka V out = 0V.

Gambar 3.1 (c) menunjukkan rangkaian high pass filter. High pass filter ini bekerja berlawanan
dengan low pass filter. Jika yang dilewatkan frekuensi tinggi dan meredam frekuensi rendah
dinamakan high pass filter.

Gambar 3.1 (b) dan (d) menunjukkan hubungan antara keluaran filter dan masukkan frekuensi.
Pada frekuensi cut off (fc ), fc berada pada titik setengah daya dimana filter keluaran adalah 3 dB
“turun” daroi keluaran maksimum (0,707 x puncak output). Mengingat bahwa bandwidth juga
diukur dari titik setangah daya.

3.1(a) 3.1(b)

3.1(c) 3.1(d)

Ket : a) Low Pass Filter ,b) Kurva respon Low Pass

c) High Pass Filter ,d)Kurva respon High Pass

Politeknik Negeri Malang Page 24


Desibel

Decibel 0,1 bel (dB) adalah cara menggambarkan penguatan peredaman. Desibel juga
digunakan pada penguatan tegangan (positif atau negative).

Penguatan dalam decibel pada rangkaian filter adalah

A dB = 20 log Av

Dimana logaritma dasar 10 dan Av merupakan penguatan tegangan (Av = Vout/Vin)

Pada rangkaian filter. Jika filter mempunyai masukkan 1V pada 1KHz dan keluaran 0,707V
penguatan tegangannya adalah:

Av =

Rangkakian penguatan decibel adalah :

A dB = 20 log Av =20 log 0,707 = 20 (-0,15) = -3 dB

Bila peredaman 6 dB, penguatan tegangan terbagi menjadi 2, untuk masing-masing penambahan
menjadi 2 kali lipat

Decibel (dB) adalah unit logaritmik yang menunjukkan rasio kuantitas fisik (biasanya daya atau
intensitas ) relatif terhadap level referensi tersirat atau ditentukan. Sebuah rasio dalam desibel
[1]
adalah sepuluh kali logaritma basis 10 untuk rasio dari dua kuantitas daya. Menjadi rasio dari
dua pengukuran kuantitas fisik dalam satuan yang sama, itu adalah unit berdimensi . Decibel
adalah sepersepuluh dari sebuah bel, sebuah unit jarang digunakan.

Desibel ini secara luas dikenal sebagai ukuran tingkat tekanan suara , tetapi juga digunakan untuk
berbagai macam pengukuran lainnya dalam sains dan teknik , yang paling menonjol dalam
akustik , elektronik , dan teori kontrol . Dalam elektronik, yang mendapatkan amplifier, atenuasi
sinyal, dan sinyal ke rasio noise sering dinyatakan dalam desibel. Ini menganugerahkan sejumlah
keuntungan, seperti kemampuan untuk mudah merupakan jumlah yang sangat besar atau kecil,
sebuah skala logaritmik yang kira-kira sesuai dengan persepsi manusia terhadap suara dan
cahaya, dan kemampuan untuk melakukan perkalian rasio dengan penambahan dan pengurangan
sederhana.

Sebuah desibel (dB) adalah sepersepuluh dari bel a (B), yaitu 1 B = 10 dB. ratio bel adalah
logaritma rasio dari dua kuantitas kekuatan 10:1, dan untuk dua jumlah lapangan di rasio

. Sebuah jumlah lapangan adalah kuantitas seperti tegangan,, suara tekanan saat ini,

Politeknik Negeri Malang Page 25


kekuatan medan listrik, kecepatan dan densitas muatan, alun-alun yang dalam sistem linier
sebanding dengan kekuasaan. Sebuah jumlah daya kekuatan atau kuantitas berbanding lurus
dengan daya, misalnya kepadatan energi, intensitas akustik dan intensitas cahaya.

Filter Aktif

Filter aktif mempunyai beberapa manfaat lebih dari filter pasif. Pada pengguanan OP-Amp
sebagai komponen dasar komponen aktif. Perubahan penguat filter dapat dicapai. Op-Amp juga
kemungkinan menyetel range filter lebih lebar tanpa merubah respon frekuensi dan dapat
memisahkan sumber karena Zin tinggi dan Zout rendah.

Tetapi filter aktif tidak sempurna. Ada beberapa kekurangannya. Pertama, respon frekuensi
tergantung pada pengunaan tipe Op-Amp dan sebagian besar tidak mempunyai respon frekuensi
tinggi yang layak. Kedua, op-amp keberadaannya memerlukan daya operasi diman a filter pasif
tidak memrlukan daya operasi. Rangkaian low pass filter terlihat pada gambar 3.3 (a) dan gambar
(b) menunjukan respon frekuensinya.

3.3(a) 3.3(b)

Politeknik Negeri Malang Page 26


A AdB, dB
1000 60
100 40
10 20
8 18
4 12
2 6
1 0
0,707 -3
0,5 -6
0,25 -12
0,125 -18
0,1 -20
0,01 -40
0,001 -60

Tabel 3.2 perbandingan penguatan dalam dan penguatan dalam dB

Dikatakan filter aktif karena selain menggunakan beberapa resistor dan kapasitor juga
menggunakan beberapa komponen aktif seperti OpAmp, dengan penguatan yang bisa diatur
sesuai dengan yang kita inginkan. Besarnya nilai tanggapan biasa dinyatakan dalam volt ataupun
dalan dB dengan bentuk respon yang berbeda pada setiap jenis filter. Besar nilai respon dapat
diperoleh dari perhitungan fungsi alih:

Rangakain ini dianggap filter orde satu karena pengurangan rata-rata 6 dB/oktaf melewati fc.
Untuk penambahan frekuensi dua kalinya terdapatperedaman 6 dB pada sinyal keluaran. Dengan
Cin parallel dengan Rf, Xc menjadi factor penentu pada penguatan rangkaian. Pada frekuensi
rendah Xc adalah tinggi (terhingga) akan tidak mempengaruhi Rf. Dengan demikian penguatan
rangkaian sangat tingggi. Namun pada frekuensi tertinggi Xc menjadi berkurang dan impedansi
parallel Xc dan Rf akan menjadi lebih rendah. Denagan demikian penguatan rangakaian menjadi
rendah. Sehingga frekuansi masukkan menjadi takhingga, Xc mendekati 0 dan penguatan
sekalipun juga 0. Frekuensi dari rangkaian dapat dihitung dengan :

fc =

Politeknik Negeri Malang Page 27


Rangkaian pada gambar 3.3 terdapat paergeseran penguatan dan dapat mengontrol frekuensi
cutoff. Pergeseran ini C menyebabkan nilai fc tercapai. Pergeseran dari R1 digunkan mengubah
penguatan rangkaian.

Low Pass Filter

Low pass filter mengalami perubahan output pada 12 dB/oktaf. Kurva respon rangakaian ini
ditunjukkan pada gambar 3.4 (b). Filter aktif telah dijelaskan pada gambar 3.4 (a). pada
rangkaian ini 2 kapasitor mempengaruhi op-amp.

Salah satu uang digunakan sebagai feedback R, sebagai filter orde satu dan yang lainnya berasal
dari satu masukkan input sampai ground. Pada frekuensi rendah, rangkaian Xc tinggi. Oleh
karena itu, C1 tidak mempengaruhi masukkan dan C2 memberikan nilai Xc tinggi untuk
penguatan op-amp tinggi. Frekuensi masukkan bertambah, C1 menunjukkan Xc rendah.
Kemudian sinyal input pada op-amp berkurang. Xc pada C2 juga berkurang. Jadi penguatan
rangkaian berkurang sementatra satu kapasitorsinyal masukkan rendah yang lain membatasi
penguatan Op-Amp. Hasil keluaran membentuk kurva filter orde satu. Frekuensi filter in dapat
dihitung dengan :

fc =

Second Order High Pass Filter

Rangkaiannya menunjukkan pada gambar 3.5 (a) bekerja kebalikan dengan gambar 3.4 (a). pada
frekuensi rendah C1 dan C2 mempunyai Xc tinggi dan daerah-daerah sinyal Op-Amp terlihat.
Pada frekuensi rendah, filter keluaran adalah nol. Frekuensi tinggi, Xc dari C1 dan C2 menjadi
rendah, kebanyakan sinyal input dilewatkan. Pelewatan C1 ini untuk mengendalikan level input
dan C2 untuk mengontrol level feedback.

Gambar 3.4 (a) LPF orde 2, (b) kurva respon

Politeknik Negeri Malang Page 28


Gambar 3.4 (a) HPF orde 2, (b) kurva respon

3.4 Prosedur Percobaan

A. LPF Orde Satu

1. Buat rangkaian seperti berikut :

Vout

Vin

Gambar 3.6 LPF orde satu

2. Atur Keluaran Generator Fungsi Sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp, frekuensi
100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi table 3.1

Politeknik Negeri Malang Page 29


Table 3.1 Pengukuran LPF Orde satu

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)


100
200
500
1000
2000
5000
10000

3. Besarkan frekuensi Generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap) dan
lengkapi table 3.1

4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam table 3.1

5. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (AvdB = 20 log Av)

6. Gunakan hasil pengukuran untuk mengambarkan kurva respon frekuensi filter (AvdB sebagai
fungsi frekkuensi)

B. LPF Orde Dua

1. Buatlah rangkaian berikut ini :

Vin

Vout

Gambar 3.7 Rangkaian LPF orde dua


2. Atur Keluaran Generator Fungsi Sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp,
frekuensi 100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi table 3.2

Politeknik Negeri Malang Page 30


3. Besarkan frekuensi Generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap) dan
lengkapi table 3.2
4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam table 3.2
5. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (AvdB = 20 log Av).
6. Gunakan hasil pengukuran untuk mengambarkan kurva respon frekuensi filter (AvdB
sebagai fungsi frekkuensi)

Table 3.1 Pengukuran LPF Orde Dua

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)


100
200
500
1000
2000
5000
10000

C. HPF Orde Dua

1. Buatlah rangkaian berikut ini :

Vout
Vin

Gambar 3.8 Rangkaian HPF orde Dua

2. Atur Keluaran Generator Fungsi Sehingga diperoleh keluaran filter sebesar 1 Vpp, frekuensi
100 Hz. Ukur besar tegangan input dan lengkapi table 3.3

Politeknik Negeri Malang Page 31


Table 3.1 Pengukuran HPF Orde Dua

Frekuensi (Hz) Vin (Vpp) Vout (Vpp) Av Av (dB)


100
200
500
1000
2000
5000
10000

3. Besarkan frekuensi Generator fungsi ke 200 Hz dan ukur Vout (kondisi Vin tetap) dan
lengkapi table 3.3
4. Ulangi langkah ke-3 diatas sesuai dengan frekuensi yang ada dalam table 3.3
5. Hitung besar penguatan (Av = Vout/Vin) serta dalam bentuk dB (AvdB = 20 log Av).
6. Gunakan hasil pengukuran untuk mengambarkan kurva respon frekuensi filter (AvdB sebagai
fungsi frekkuensi)

Politeknik Negeri Malang Page 32

Anda mungkin juga menyukai