Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRES KARYAWAN

Disusun Oleh:
1. Eryka Wahyu Tri Utami (1721100013)
2. May Sella Anggraini (1721100018)
3. Novita Putri Nurdiyani (1721100020)
4. Dian Pungkas Prayogi (1721100021)
5. Nurcholis Bagas Pradikta (1721100024)

Mata kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia 2


DOSEN : Abdul Haris, SE.MM, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orany yang mengalami
stress. Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial ekonominya saja, tetapi juga
dalam bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga dapat
menyebabkan stress dalam bekerja.

Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebutdalam


kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenaigejala stres tersebut
kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapatdilakukan dengan maksud agar
terjaminnya keamanan dan kenyamanaandalam bekerja. Apabila seseorang yang
mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam
bekerja.Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang jugaharus stabil
agar terjadi singkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang
terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang
dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.

Namun tidak dapt dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pasti akanterjadi pada


setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stress karena  pengaruh  dari  pekerjaan  itu
sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja
tidak akan mampumenyelesaikan pekerjaannya dengan baik.disinilah muncul peran dari
perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh
pekerjanya.

Dalam hal ini perusahaan dapat menentukan  penanganan  yang terbaik


bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangikinerja karyawan tersebut.Melihat kejadian
stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang baik kami akan
membahasanya dalam makalah ini agar kita bias mengetahui bagaimana stress dan
penanggulannya serta pencegahan stress itu terutama dalam bekerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan stres kerja?
2. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja?
3. Apakah dampak dan akibat yang ditimbulkan dari stres kerja ?
4. Bagaiamana cara mengatasi stres pada karyawan ?
5. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan stres kerja
2. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja
3. Mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan dari stres kerja
4. Mengetahui bagaiamana cara mengatasi stres pada karyawan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Stres Kerja
Stres adalah suatu kondisi dinamik yang didalamnya seorang individu
dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan (demands)
yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan
sebagai tidak pasti dan penting. (Schuler : 1980).
Stres adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh terganggu karena tekanan
psikologis. Biasanya stres dikaitkan bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai
kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stres tersebut maka penyakit fisik bisa muncul
akibat lemahnya dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut.
Stres kerja adalah sesuatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan
kondisi seorang karyawan (Rivai, 2004:108). Orang-orang yang mengalami stres
menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis sehingga mereka sering menjadi
marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak
kooperatif (Hasibuan, 2012:204).

B. Faktor Penyebab Stress Kerja


1. Faktor-faktor Lingkungan 
Faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Selain mempengaruhi desain struktur sebuah perusahaan, ketidakpastian
lingkungan juga mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam perusahaan.
Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi.
2. Ketidakpastian politik juga merupakan pemicu stres diantara karyawan. 
3. Perubahan teknologi adalah faktor lingkungan ketiga yang dapat menyebabkan
stres, karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat bentuk inovasi teknologi
lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan membuat mereka
stres.
2. Faktor-faktor Perusahaan 
Faktor-faktor perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang,
meliputi: desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas, tingkat
otomatisasi), kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan. 
2. Tuntutan peran adalah beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan
diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran
manakala ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin
apa yang harus ia lakukan.
3. Tuntutan antarpribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain, tidak
adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat
menyebabkan stres.
3. Faktor-faktor Pribadi 
Faktor-faktor pribadi ini terutama menyangkut masalah keluarga, masalah ekonomi
pribadi serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang. Berbagai
kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan dan kesulitan masalah disiplin
dengan anak-anak merupakan masalah hubungan yang menciptakan stres bagi
karyawan yang lalu terbawa sampai ketempat kerja. Masalah ekonomi karena pola
hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang
menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja mereka
Menurut Hasibuan “2012:204” faktor-faktor penyebab stres karyawan, antara
lain sebagai berikut:
1. Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
2. Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang adil dan wajar.
3. Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai.
4. Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja.
5. Balas jasa yang terlalu rendah.
6. Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua dan lain-lain.

C. Dampak dan Akibat Stres Kerja 


Dampak stres kerja dapat menguntungkan atau merugikan karyawan. Dampak
yang menguntungkan diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan bersemangat sebaik-baiknya, namun jika stres tidak mampu diatasi
maka akan menimbulkan dampak yang merugikan karyawan (Gitosudarmo, 2000:54).
Berikut ini beberapa dampak dan akibat yang ditimbulkan dari stres kerja:
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi,
keletihan, frustrasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang rendah, gugup,
kesepian.
2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan
obat, luapan emosional, makan atau merokok secara berlebihan, perilaku impulsif,
tertawa gugup.
3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya
konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan
mental.
4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan
darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola mata melebar, panas, dan dingin. 
5. Organisasi, berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing, dari mitra
kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

D. Cara mengatasi stres pada karyawan


Keith Davis dan John W. Newstrom, (Mangkunegara, 2005:28-29) mengemukakan
bahwa “Four approaches that of ten involve employee and management cooperation for
stress management are social support, meditation, biofeedback and personal wellness
programs”, ada empat pendekatan terhadap stres kerja yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan dukungan sosial,  dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan
kepuasan sosial kepada karyawan, misalnya bermain game dan bercanda;
b. Pendekatan biofeedback,  dilakukan melalui bimbingan medis yakni melalui bimbingan
dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan
stres yang dialaminya;
c. Pendekatan kesehatan pribadi,  merupakan pendekatan preventif  sebelum terjadinya
stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa kesehatan,
melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur;
d. Pendekatan meditasi, dilakukan melalui penenangan pikiran, dzikir, dan olah raga
pernafasan.
Menurut T.D. Jick dan R. Payne (Basalamah, 2004), ada tiga cara pokok yang
dapat digunakan untuk menghadapi stres, yaitu:
a. Memperlakukan symptom dari stres, yakni cara ini dapat membantu orang yang
mengalaminya, misalnya dengan menyediakan konsultasi, dan sebagainya.
b.   Ganti orang yang mengalami stres, yakni dengan  mengurangi kerentanan serta agar
lebih baik dalam bereaksi atau mengalami stres. Cara ini disebut pula dengan istilah self-
management of stres, yang antara lain meliputi senam kebugaran, diet, pengelolaan
waktu yang lebih baik, dukungan dari keluarga, kolega atau dukungan sosial, dan
sebagainya.
c.  Ganti atau hilangkan faktor-faktor yang menimbulkan stres, yakni untuk menghilangkan,
melemahkan atau mengganti faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres, misalnya
dengan mengurangi kebisingan, polusi, dan sebagainya.

Setelah kita mengetahui bagaimana menghadapi stress, maka stres dapat dikurangi,


yaitu dengan cara:
a. Mengurangi stres secara Individual, yakni strategi yang dikembangkan secara pribadi
atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain:
1. Dengan olahraga, diet dan cukup tidur, strategi ini meliputi olahraga,
memperhatikan diet dan nutrisi, tidur secara cukup, berlibur, dan sebagainya.
2. Mengubah perilaku dan reaksi kognitif yang bersangkutan terhadap stres
3. Mencari dukungan sosial, yang dapat berperan sebagai tameng dalam menghadapi
pengaruh stres. Dengan cara ini orang yang bersangkutan dapat menceritakan
persoalannya dan tidak tertutup kemungkinan orang tersebut akan memberikan
jalan keluar kepadanya.
4. Mengatur waktu (time management), dapat dilakukan dengan cara:
memprioritaskan aktivitas, mengalokasikan waktu secara realistis dan jangan
membiarkan pihak lain menginterfensi waktu kita agar kita sepenuhnya dapat
mengendalikan waktu kita.
b. Mengurangi stres secara Organisasional, cara yang biasa ditempuh oleh organisasi
untuk mengurangi intensitas stres pegawai antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan, penempatan serta pendidikan dan pelatihan pegawai
2. Mengadakan program kebugaran bagi pegawai
3.  Mengadakan konsultasi bagi karyawan perusahaan
4. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai
5. Dengan memberikan kebebasan bagi pegawai untuk memberikan masukan dalam
proses pengambilan keputusan.
6. Dengan mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali
pekerjaan yang ada (job redesign).  
7. Dengan menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu.
Mangkunegara (2005: 29-30) menyatakan bahwa mendeteksi penyebab stres dan
bentuk reaksinya, ada tiga pola dalam mengatasi stres tersebut yaitu:
a. Pola sehat,  adalah pola menghadapi stres yang terbaik, yaitu dengan kemampuan
mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan,
akan tetapi menjadi sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini
biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur
sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya
tantangan dan tekanan cukup banyak.
b. Pola harmonis, adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu
dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola
ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara
mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau
perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan
kepercayaan yang penuh. Dengan demikian akan terjadi keharmonisan dan
keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian
juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.
c. Pola patalogis, adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan
fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai
tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan
mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang
berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah yang buruk
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Stress merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu
tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan
terganggu. Penyebab stress ini dapat berasal dari faktor lingkungan, faktor organisasional dan
faktor personal. Stress ini dapat mengakibatkan kepala pusing, kecemasan, depresi bahkan
dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang. Namun tidak selamanya stress berdampak
negatif, keadaan stress pada seseorang dapat memaksa dia untuk berpikir yang jauh lebih
kreatif dari sebelumnya. Stress dapat diatasi dengan berbagai cara seperti meditasi,
pengenduran, berolahraga, memperluas jaringan sosial, dan bisa berkonsultasi kepada
psikolog.
Daftar Pustaka

https://jurnal-sdm.blogspot.com/2011/02/stres-kerja-definisi-kategori-dan.html. Diakses 3
Mei 2019
https://widiastutidyah.wordpress.com/2011/01/20/makalah-dampak-stres-dan-tingkat-
kepuasan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/. Diakses 3 Mei 2019
https://www.academia.edu/4681719/Makalah_stress_kerja_nurul_fajrin_hendriaty. Diakses 4
Mei 2019. Diakses 3 Mei 2019
http://mgt-sdm.blogspot.com/2013/03/mengatasi-stres-kerja.html. Diakses 6 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai