C1814201119
Cheavens, J.S., Feldman, D.B., Woodward, Sasmita. H., Hamid. A.Y., dan Daulima, H.C.,
J.T., dan Snyder, C.R., 2006. Hope 2011. Makna Kehidupan Klien Dengan
in Cognitive Psychotherapies: On Diabetes Mellitus Kronik di Kelurahan
Working With Client Strengths. Bandarjo Semarang, Sebuah Studi
Journal of Cognitive Psychotherapy: An Fenomenologi. Tesis Fakultas Ilmu
International Quarterly, 20, 135–145. Keperawatan, Universitas Indonesia.
Friedman, M.M., 2010. Family Nursing: Tidak dipublikasikan.
Research, Theory & Practice. Stuart G.W, Laraia M.T., 2006. Principles
Connecticut: Appleton & Lange. and Practice of Psychiatric Nursing, 7th
Gilespie, D., dan Campbell, F., 2011. Effect Edition. Philadelphia: Mosby.
of Stroke on Family Carers and Family Teasdale, A.W., dan Engberg, A.W., 2001.
Relationships. Nursing Standard, 26(2), Suicide After Stroke. Journal of
39–46. Epidemiology Community Health,
Gumus, A.B., Cam, O. dan Malak A.T., 2011. 55(12), 863–866.
Relationships Between Psychososial Towfighi, A., 2013. Depression Almost 8
Adjustment and Hopelessness in Percent of US Stroke Survivor May
Women with Breast Cancer. Asian Have Suicide Thought. News Health &
Pasifi c Journal of Cancer Prevention, Science. May 21, 2013.
14(1), 571–578. Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi
Jones, L., dan Morris R., 2012. Experiences Revisi, Bandung: Refi ka Aditama.
of Adult Stroke Survivors and Their
Parent Carer: Qualitative Study. Clinical
Rehabilitation, 27(3), 272–280.
Kariasa, I.M., Sitorus, R. dan Afi yati, Y.,
2009.
Persepsi Pasien Paska Serangan Stroke
Terhadap Kualitas Hidupnya dalam
Perspektif Asuhan Keperawatan. Tesis
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Kozier, Erb, Berman dan Snyder, 2010. Buku
ajar fundamental keperawatan; Konsep,
Proses dan Praktek. (Alih Bahasa:
Wahyuningsih E et al. Jakarta: EGC.
Lewis, M.B., dan Peterson, E.J., 2013.
Spirituality as Coping Mechanism
for Chronic Illness. Clinical Scholars
Review, 6.
Meifi & Agus, D., 2009. Stroke dan Depresi
Paska Stroke. Majalah Kedokteran
Damianus, 8(1).
Naess, H., Lunde, L., dan Brogger, J., 2012.
The
Triad of Pain, Fatigue and Depression in
Ischemic Stroke Patient: The Bergen
Stroke Study. Cerebrovascular Disease,
33(5), 461–465.
Panzarella, C., Alloy, L.B. dan Whitehouse,
W.G., 2006. Expanded Hopelessness
Theory of Depression: on The
Mechanisms by Which Social Support
Protects Against Depression. Cognitive
Therapy and Research, 30(3), 307–
1. Lakukan telaah jurnal mengenai faktor-faktor psikososial yang terkait dengan proses
berduka pada pasien terminal.
Dalam jurnal yang berjudul “PENGALAMAN KEPUTUSASAAN STROKE
SURVIVOR DI KOTA SEMARANG” Keputusasaan merupakan penilaian negatif
terhadap hasil yang akan dicapai dan ketidakberdayaan terhadap suatu harapan.
Keputusasaan dapat terjadi pada stroke survivor karena adanya disabilitas akibat defi sit
neurologisnya serta waktu yang lama dalam penyembuhannya. Kondisi ini dapat
berlanjut pada gangguan mental emosional maupun tindakan suicide. Perubahan fisik
akibat respons keputusasaan Perubahan fisik yang diungkapkan sebagai akibat dari
keputusasaan adalah perasaan fatigue seperti lemas dan tidak Bertenaga. Respons
kehilangan sebagai stressor keputusasaan Respon kehilangan diungkapkan partisipan
dengan ketidakpercayaan atau tawar menawar. Kehilangan makna hidup
Ketidakberdayaan dalam mencapai tujuan hidup dimaknai sebagai hilangnya makna
hidup bahkan muncul keinginan mengakhiri hidupnya. Disfungsi proses keluarga
Pengalaman disfungsi keluarga yang dialami par tisipan disebabkan ketidakmampuan
dalam menjalankan fungsi peran dirinya dan ketidakmampuan anggota keluarga
memberikan penghargaan bagi anggota keluarganya. Dukungan dan motivasi diri
sebagai sumber koping menghadapi keputusasaan Sumber koping stroke survivor
berasal dari dukungan keluarga, lingkungan, keyakinan diri serta motivasi untuk
aktivitas. Hikmah spiritual dibalik keputusasaan stroke survivor Stroke survivor
mendapatkan hikmah atau makna hidup kembali melalui proses memaknai ulang akan
nilai-nilai spiritual dalam kondisi ketidak berdayaannya dan makna terhadap dirinya.
Berkaitan dengan proses berduka saya mengambil proses berduka menurut
Kubler Ross yakni terdiri dari tahap denial (penyangkalan) reaksi pertama individu
jika mengidap penyakit stroke adalah syok, tidak percaya, atau menginkari kenyataan
bahwa pasien menderita penyakit tersebut pada tahap ini reaksi fisik yang timbul adalah
letih, lemas, pusing, pucat. Tahap anger (kemarahan) pada tahap ini individu menolak
bahwa dirinya menderita penyakit stroke. Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan
kepada orang lain atau diri sendiri, bahkan menolak pengobatan yang diberikan. Tahap
depression (depresi) pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri,
isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan
dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai
kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.
Tahap bargaining (Tawar Menawar) pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas
kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara
halus atau terang-terangan seolah terjadinya penyakit stroke dapat dicegah. Individu
mungkin berupaya untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan. Tahap yang terakhir dalam prose berduka adalah Tahap Acceptance
(menerima) tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan. Pikiran yang selalu
berpusat pada objek akan mulai berkurang bahkan hilang. Apabila individu dapat
memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka akan mengakhiri
proses berduka secara tuntas. Dalam setiap proses berduka dean keputusasaan yang
dialami pasien dengan stroke hendaknya peran keluarga terlibat karena keluarga
merupakan orang terdekat dengan pasien.
2. Buatlah kajian askep terkait dengan faktor psikososial dan proses berduka tersebut.
ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Amalia Senja M.kep dalam jurnalnya yang berjudul “asuhan keperawatan
kehilangan dan berduka” terdapat beberapa proses yaitu :
a. Implikasi keperawatan
Pengkajian
Mengkaji pasien dan anggota keluarga berduka menentukan tingkat berduka
Mengkaji gejala klinis berduka: sesak di dada, nafas pendek, berkeluh kesah,
perasaan penuh diperut, kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat
Kaji karaktersitik berduka, kaji respon fisiologis, respon tubuh terhadap
kehilangan (reaksi stress)
Faktor yang mempengaruhi reaksi stress: umur, culture, keyakinan spiritual,
peran seks, status sosial
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi dan mekanisme koping
Diagnose keperawatan
Berduka kompleks
Berduka antisipasi
Intervensi keperawatan
Tujuan : pasien dapat melalui proses berduka secara normal dan sehat Prinsip :
Tindakan keperawatan :
Data Subjektif
NOC
Kriteria hasil
NIC
NOC
NIC
Socialization enhacemet