Anda di halaman 1dari 10

CARA PEMERIKSAAN DAN GAMBARAN PEMERIKSAAN

Pemeriksaan nervus I – XII ini lumayan banyak, bahkan 1 nervus itu ada beberapa pemeriksaan.
PJ Anfis STKA 1A udah milih mana aja pemeriksaan yang bisa di praktekkin dirumah. Tapi
seandainya ada pemeriksaan yang alat2 nya ga ada dirumah, boleh dari internet atau youtube
yaa…

1. Pemeriksaan Nervus I : Olfaktorius Cara


Pemeriksaan :
a. Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya
ingus atau polip, karena dapat mengurangi ketajaman penciuman.
b. Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, dan jeruk (boleh
yang lainnya, apapun yang ada dirumah)
c. Tutup mata pasien, minta pasien untuk menutup salah satu lubang hidung dan
dekatkan zat pengetes ke hidung pasien dan disuruh pasien menciumnya
d. Minta pasien untuk mengidentifikasi bau tersebut. Lakukan tes tersebut
bergantian dengan menutup lubang hidung sebelahnya.

Di pembahasan : dibahas normal/tidak normalnya kenapa (misal : Pada hasil


pemeriksaan, dinyatakan normal, karena tidak terdapat kelainan-kelainan atau
sumbatan, blablablaa….) boleh ditambahin kelainan2 yang dapat mengganggu
nervus I (indera penghidu).

2. Pemeriksaan Nervus II : Optikus Cara


Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Ketajaman penglihatan = Visus Mata
1. Dapat diperiksa dengan menggunakan bagan Snellen (Snellen chart) yang
ditempatkan dengan jarak 6 meter. Pastikan pencahayaan ruangan pemeriksaan
cukup baik
2. Tanyakan bagian mata mana yang lebih kabur dan pemeriksaan dimulai dengan
menggunakan mata yang kabur terlebih dahulu. Tutup mata yang sehat dengan
penutup mata seperti okluder, kartu atau tisu. Hindari menekan mata karena dapat
menyebabkan distorsi saat mata yang ditutup diperiksa
3. Minta pasien untuk membaca huruf dari yang paling atas dan dari arah kiri ke
kanan. Bila pasien tidak bisa membaca, pemeriksaan ketajaman penglihatan dapat
menggunakan papan E (E chart) yang mana pasien hanya menyebutkan ke arah
mana “kaki” huruf E menghadap.
b. Pemeriksaan Buta warna total dan parsial dapat dideteksi dengan melakukan
pemeriksaan kartu Ishihara

Di pembahasan : Boleh dijelasin normal/tidak normal nya bagaimana.


Ditambah dijelasin kaya tugas bu atik itu (masukkin aja hasil pemeriksaan
waktu tugas bu atik yang visus mata dan buta warna).

3. Pemeriksaan Nervus III Okulomotorius


Cara Pemeriksaan :
1. Pupil pasien diperiksa dengan menggunakan senter atau penlight.
2. Diperiksa mata kanan dan kiri sendiri-sendiri. Satu mata ditutup dan penderita disuruh
melihat jauh supaya tidak ada akomodasi dan supaya otot sphincter relaksasi.
3. Kemudian diberi cahaya dari samping mata. Pemeriksa tidak boleh berada ditempat
yang cahayanya langsung mengenai mata.
4. Pupil yang normal akan mengecil (konstriksi) bila disinari cahaya, Kalau tidak maka
ada kerusakan pada arcus refleks.
5. Refleks pupil konsensual yang normal adalah kedua pupil akan mengecil secara
bersamaan walaupun hanya 1 mata yang disinari cahaya.
6. Yang harus diperhatikan ialah melihat apakah ada salah satu otot yang lumpuh. Bila
pada 1 atau 2 gerakan mata ke segala jurusan dari otot-otot yang disarafi N III
berkurang atau tidak bisa sama sekali, maka disebut opthalmoplegic externa. Kalau
yang parese otot bagian dalam (otot sphincter pupil) maka disebut opthalmoplegic
interna. Jika hanya ada salah satu gangguan maka disebut opthalmoplegic
partialis, sedangkan kalau ada gangguan kedua macam otot luar dan dalam
disebut opthalmoplegic totalis.
Di pembahasan : dijelasin yang normal/tidak normalnya bagaimana.

4. Pemeriksaan Nervus IV Trokhlearis


Cara pemeriksaan :
1. Mengarahkan mata melihat ke arah hidung (untuk mendeteksi apakah ada ptosis atau
juling)

Di pembahasan : dijelasin pasien juling atau engga, kalau juling kenapa kalau
normal kenapa.

5. Pemeriksaan Nervus V Trigeminus Cara


pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Oftalmilk (pada mata)
1. Pasien diminta untuk menutup mata
2. Reflek kornea diperiksa dengan menyentuhkan ujung kornea dengan pilinan kapas.
Dikatakan normal bila pasien segera mengedipkan mata.
b. Pemeriksaan Maksila (pada wajah)
1. Gunakan kapas dan jarum tumpul untuk memeriksa sensorik di wajah. Sentuh tiga
bagian kulit wajah pasien dan tanyakan apakan pasien dapat merasakan stimulus
tersebut dan dapat membedakan sentuhan halus dan nyeri
c. Pemeriksaan Mandibula (pada rahang)
1. Refleks hentakan rahang (jaw jerk reflect) dapat diperiksa dengan meminta pasien
merilekskan otot rahangnya dan membuka sedikit mulut.
2. Pemeriksa menempatkan ibu jari ke dagu pasien dan memukulkan palu refleks dengan
ibu jari pasien sebagai alasnya. Refleks yang normal adalah pasien sedikit
megatupkan mulutnya setelah mendapatkan rangsangan

Di Pembahasan :

- Dijelasin pemeriksaan A yang normal/tidak normalnya bagaimana, atau mau


ngebahas apapun yang bisa dijelasin tentang reflek yang di praktekkan.
- Di jelasin pemeriksaan B yang normal/tidak normalnya bagaimana, pasien
merasakan nyeri atau tidak, atau ngejelasin apapun yang bisa dijelasin tentang
reflek yang di praktekkan.
- Dijelasin pemeriksaan C normal/tidak normalnya bagaimana atau ngejelasin
apapun yang bisa dijelasin tentang reflek yang di praktekkan.

6. Pemeriksaan Nervus VI Abdusen Cara


pemeriksaannya :
1. Mengarahkan tangan ke mata ke samping (arah lateral), perhatikan apakah ada
nistagmus (Gerakan mata tidak disengaja yang dapat menyebabkan mata bergerak
cepat dari kiri ke kanan atau sebaliknya, naik turun, atau melingkar, dan penglihatan
mungkin sedikit kabur.) pada pasien atau tidak.

Di pembahasan : dijelasin mata pasien normal atau tidaknya. Kalau tidak normal
bagaimana, kalau normal bagaimana.

7. Pemeriksaan Nervus VII Fasialis Cara


Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan pada otot wajah
1. Inspeksi wajah pasien secara umum, perhatikan apakah ada asimetri dan gangguan
untuk menutup mata
2. Minta pasien untuk melakukan berbagai ekspresi wajah untuk menilai otot wajah.
- Minta pasien untuk menaikkan alis (otot frontalis)
- menutup mata dengan kuat (otot orbikularis okuli) -
bersiul atau menggembungkan pipi (otot buccinator) b. Pemeriksaan
pengecapan
1. Pasien disuruh menjulurkan lidah
2. Taruh bubuk gula dan garam secara bergiliran/bergantian
(missal dengan gula terlebih dahulu, kemudian dinetralisir dengan air putih, kemudian
ditaruh garam) *GARAM DAN GULA DITARUH DIBAGIAN LIDAH YANG
MERASAKAN ASIN DAN MANIS.
3. Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
4. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.

Di pembahasan :

- Untuk pemeriksaan A dijelaskan bagaimana respon2nya pada pemeriksaan


yang telah dilakukan.
Contoh : Point 1 (Tidak ada asimetri dan gangguan saat menutup mata, karena
pasien dapat menutup mata dengan baik, maka dari itu dinyatakan normal). Point 2
(Dijelasin respon2nya pasien *missal yang bagian menaikkan alis = alisnya naik
berbarengan enggak, simetris enggak).
- Untuk pemeriksaan B dijelaskan bagaimana respon2nya pada pemeriksaan
yang telah dilakukan.
Contoh : Pasien dapat merasakan/tidaknya rasa manis dan asin sesuai tempat/bagian
lidah yang merasakan asin dan manis.

8. Pemeriksaan Nervus VIII : Akustikus


Cara Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan syaraf kokhlerais :
a) Ketajaman pendengaran(butuh tempat kedap suara)
b) Tes swabach (tidak ada alatnya)
c) Tes Rinne (tidak ada alatnya)
d) Tes weber (tidak ada alatnya)
b. Pemeriksaan Keseimbangan
a) Tes romberg yang dipertajam :
- Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit kaki yang satu
berada di depan jari-jari kaki yang lain
- Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup
- Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih
b) Tes melangkah di tempat
- Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan
kecepatan berjalan seperti biasa
- Suruh pasien untuk tetap di tempat
- Tes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari 1 m dari tempat semula atau
badan berputar lebih 30º.

Catatan :

- Untuk pemeriksaan A, tidak usah di praktekkan karena alat dan tempatnya


kurang memadai/tidak komplit. Jadi di pembahasan hanya di sebutkan
macammacam pemeriksaannya saja (yang point a sampai d).
- Untuk pemeriksaan B boleh di praktekkan. Di pembahasannya dijelasin yang
normal/tidak normalnya bagaimana.

9. Pemeriksaan Nervus IX Glossofaringeus ( silahkan mau dilakukan enggak) Cara


pemeriksaan :

pemeriksaan reflek muntah (gag reflex).

Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan karena tidak nyaman bagi pasien.

1. jelaskanprosedur prosedur pemeriksaan.

2. Sentuh bagian dinding faring posterior dengan menggunakan depressor lidah,


normalnya pasien akan mengeluarkan reflek muntah

Di pembahasan :

- Dijelaskan normal atau tidaknya ( missal : normal, pasien mutah saat didnding faring
posterior karena hal ini berhubungan dengan …..)

10. Pemeriksaan Nervus X Vagus

Cara Pemeriksaan Fungsi motorik :

- Pasien disuruh buka mulut lebar lalu mengatakan aaaaaa kalau pasien dengan
kelumpuhan akanada asa sakit saat bersuara
- Perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal, berkurang, serak atau tidak
sama sekali.
- Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan air. Perhatikan apakah
susah menelan atau tidak
- Perhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan / disfagia
- Perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum mole, arkus faring dan
uvula dalam keadaan istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak, misalnya waktu
bernafas atau bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat.

Di pembahasan :

- Dijelaskan normal atau tidaknya ditulis per sub pemeriksaan( missal : normal karena
saat menelan pasien tidak merasakan sakit, saat membuka mulut lebar dan megatakan
aaa tidak terasa sakit, dst…..)
11. Pemeriksaan Nervus XI aksesorius Cara
Pemeriksaan :

a. Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara :

- pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot ini dan kita
tahan gerakannya.
- Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.

b. Lihat (inspeksi) otot trapezius

- apakah ada atropi atau fasikulasi,


- apakah bahu lebih rendah,
- apakah skapula menonjol
- Letakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien - Suruh pasien mengangkat
bahunya dan kita tahan.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.

Pembahasan :
- Untuk poin a dilihat kekuatan ototnya masuk nilai berapa. Dijelasin kenappa bisa
digolongin ke nilai itu
- Untuk poin b apakah ada trofi enggak jelasin sebabnya , liat posisi bahunya
harusnya simetris, liat scapula, untuk kekuatan otot liat masuk ke nilai berapa dan
jelasin kenapa bisa digolongkan amsuk ke nilai itu
- Contoh penggolongan skala kekuatan otot ( pasien memiliki skala kekuatan otot 5
karena pasien dapat Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

Skala kekuatan otot


Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
( hanya bergeser)

3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau


melawan tahanan pemeriksa

4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatanya


berkurang

5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal

12. Pemeriksaan Nervus XII Hipoglosus


Cara Pemeriksaan :

a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan
bergerak

b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :

1. Mengeluarkan lidah
Penderita disuruh mengeluarkan lidah.
2. Deviasi lidah
Sudut mulut diangkat, lidah dikeluarkan. Perhatikan apakah juluran lidahnya mencong.
Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh. 3.
Atrofi lidah
Suruh penderita membuka mulut, perhatikan besar lidah dalam keadaan istirahat.
4. Fasikulasi lidah
Dilihat apakah ada fasikulasi (pola abnormal tidak ritmik, kontraksi tidak terorganisasi
dari serabut otot yang melintang pada permukaan lidah). Diamati saat lidah
istirahat, diikuti rangsangan langsung pada lidah
5. Kekuatan lidah menekan pipi.
Penderita disuruh menekan lidah pada pipinya. Jari kita ditekan pada pipi sebelah
luar.jika terdapat parese lidah bagian kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi
sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri dapat.
Pembahasan :

Dibahas apakah saat mengulurkan lidah , apakah pasien ada parase satu sisi, apakah lidah
mengalami atrofi, apakah ada fasikulasi lidah, apakah lidah bisa menekan pipi.
Jelaskan mengapa)

CATATAN UNTUK SEMUA PEMERIKSAAN NERVUS

BOLEH DIUBAH ITU HANYA GAMBARAN( MISAL UNNTUK


PEMBAHASANNYA DITAMBAH TAMBAHI PENYAKIT KALO GA NORMAL
GIMANA).. PEMERIKSAAN NERVUS BANYAK JENISNYA KITA SAMAKAN
SAJA YAA…

Sumber :
1. https://sites.google.com/site/agnesdenanda19/website-builder/cara-
pemeriksaankekuatan-otot-nilainya

2. http://jcgirlonthemove.blogspot.com/2011/08/pemeriksaan-fisik-pasienneurologi.html
3. https://www.alomedika.com/+tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-
nervuskranialis/teknik
4. https://www.slideshare.net/ronaldwiradirnata/5-fisiology-penglihatan
5. https://youtu.be/ccT78yKH9nY
6. https://youtu.be/V6qXzdSJ2xg

Anda mungkin juga menyukai