Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

Campak merupakan salah satu penyakit sangat infeksius, dapat menular sejak

awal masa prodromal (empat hari sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang empat

hari setelah munculnya ruam. Campak timbul karena terpapar droplet yang

mengandung virus campak. Penyakit campak masih merupakan masalah kesehatan di

banyak negara di dunia terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia.

Penyakit ini mudah dikenali karena gejala klinisnya yang khas dan merupakan

penyakit universal. Campak berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi

rendah dan kekebalan kelompok/herd immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang

terkena campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular

jika mereka belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah

diimunisasi atau terinfesi virus campak.

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi

145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400

kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang

dari 5 tahun. Kejadian campak di Indonesia cenderung meningkat pada tahun 2016,

yaitu sebanyak 12.681 kasus, dengan Incidence Rate (IR) sebesar 5 per 100.000

penduduk. Penyebaran kasus suspek campak tahun 2018 hampir terdapat di seluruh

provinsi Indonesia. Terdapat 8.429 kasus suspek campak, jauh lebih rendah

dibandingkan tahun 2017 yaitu sebesar 15.104 kasus. Kasus suspek campak

terbanyak terdapat di Provinsi Aceh (1.619 kasus), DKI Jakarta (578 kasus), DI

1
2

Yogyakarta (546 kasus), dan Sumatera Selatan (505 kasus).

Kebanyakan kasus campak terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan

imunisasi. Imunisasi telah menurunkan insiden campak tetapi upaya eradikasi belum

dapat direalisasikan. Program-program pemerintah diperluas menjadi Program

Pengembangan Imunisasi Dalam Rangka Pencegahan Penularan Terhadap Penyakit

yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu tuberkolosis, difteri, pertusis,

campak, polio, tetanus, dan hepatitis B. Saat ini program imunisasi diberikan secara

gratis oleh pemerintah di puskesmas dengan tujuan untuk mengurangi angka

kematian bayi. Ada lima jenis imunisasi yang wajib diberikan pada bayi sebelum usia

satu tahun yaitu hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan campak, kemudian dilanjutkan

dengan imunisasi lanjutan. Imunisasi lengkap adalah seorang balita pada usia satu

tahun memperoleh lima imunisasi dengan komposisi satu kali imunisasi BCG, tiga

kali imunisasi polio, empat kali imunisasi hepatitis B, dan satu kali imunisasi campak.

Cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-23 bulan menurut

provinsi tahun 2013-2018 di Indonesia terjadi penurunan yaitu dari 59,2% menjadi

57,9% dan cakupan imunisasi terendah diduduki oleh provinsi Aceh yang juga terjadi

penurunan dari 40% menjadi 20%. Imunisasi campak mendapatkan perhatian lebih

dari pemerintah karena Indonesia ikut serta dalam program eliminasi campak pada

tahun 2020 dengan cakupan campak minimal 95% di setiap wilayah secara merata.

Capaian imunisasi MR sebagai langkah untuk membentuk imunitas (herd immunity),

sehingga dapat mengurangi transmisi virus campak di Indonesia hanya sebesar 61,04

persen dari target 95 persen. Capaian imunisasi MR di Aceh hanya 6,52% dan
3

menduduki peringkat terakhir. Sedangkan Papua Barat menduduki peringkat pertama

capaiannya sebesar 38,32%.

Efek perlindungan imunisasi tidak mencapai 100 persen, termasuk pada

penyakit campak. Meski begitu, bukan berarti imunisasi tidak bermanfaat sama sekali

dalam mencegah anak terserang penyakit. Pemberian imunisasi dapat menurunkan

angka kematian melalui penurunan jumlah komplikasi yang terjadi. anak berusia di

bawah 5 tahun dan dewasa lebih dari 20 tahun lebih sering mengalami komplikasi.

Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi telinga yang dapat menyebabkan

gangguan pendengaran, serta diare (1 dari 10 anak). Beberapa dapat mengalami

komplikasi berat berupa pneumonia (1 dari 20 anak) yang merupakan penyebab

kematian tersering pada campak, dan ensefalitis (1 dari 1000 anak) yang dapat

berakhir dengan kematian. Setiap 1000 anak yang menderita campak, 1 atau 2 di

antaranya meninggal dunia.

Faktor yang dapat memengaruhi minat dalam imunisasi dapat berhubunga

denga periaku kesehatan. Perilaku kesehatan menurut Lawrence Green (1980) terdiri

dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin

(enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor). Faktor predisposisi terdiri

dari pengetahuan, pendidikan, sikap, pendapatan, pekerjaan, dan dukungan keluarga.

Faktor pemungkin terdiri dari keterjangkauan tempat imunisasi, ketersediaan sarana

dan prasarana dan ketersediaan waktu. Sedangkan faktor penguat terdiri dari kader,

petugas kesehatan dan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai