Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

HAKIKAT MANUSIA

DISUSUN OLEH

1.AINUL MARDIANA 1947140030


2.HURYAHTUL JANNAH 1947142012
3.RESKY RAHMATULLAH 1947142056

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang bertemakan “Hakikat Manusia” Mungkin dalam pembuatan
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya.
Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah
di hari yang akan datang. Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan
semoga tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca. Atas
semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Parepare, 30 September 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………………...i

Daftar isi …………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..1

A.Latar belakang……………………………………………………...1

B.Rumusan masalah………………………………………………..…1

C.Tujuan penulisan…………………………………………………....1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………...2

A.Pengertian hakikat manusia………………………………………..2

B.Dimensi hakikat manusia…………………………………………..4

C.Pengembangan hakikat manusia……………………………………5

D.Kaitan hakikat manusia dengan pendidikan………………………..7

BAB III PENUTUP……………………………………………………..9

A.Kesimpulan……………………………………………………….9

B.Saran………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia, oleh karena itu seorang pendidik haruslah
memiliki gambaran yang jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Manusia adalah
makhluk Tuhan yang paling sempurna yang memiliki cirri khas yang secara prinsipil
berbeda dari hewan. Ciri khas manusia yang membedakan dengan hewan ialah
hakikat manusia. Disebut hakikat manusia Karena secara hakiki sifat tersebut hanya
dimiliki manusia dan tidak dimiliki hewan. Dengan pemahaman yang jelas tentang
hakikat manusia maka seorang pendidik diharapkan dapat membuat peta karakteristik
manusia, sebagai acuan baginya dalam bersikap, menyusun srategi, metode, dan
teknik

B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud hakikat?


b. Apa yang dimaksud sebagai hakikat manusia?
c.Apa yang dimaksud dimensi hakikat manusia?
d. Bagaimana cara mengembangkan dimensi hakikat manusia?
e.Apa kaitan hakikat manusia dengan pendidikan?

C.Tujuan

a. Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia


b. Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia
c. Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia
d.Untuk mengetahui hubungan hakikat manusia dengan pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Hakikat manusia

Kata hakikat (Haqiqat)  merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab yaitu
dari kata “Al-Haqq”,dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata “hak“ yang
berarti milik (kepunyaan),kebenaran,atau yang benar-benar ada,sedangkan secara
etimologi Hakikat berarti inti sesuatu,puncak atau sumber dari segala sesuatu.
Dapat disimpulkan bahwa Hakikat adalah kalimat atau ungkapan yang digunakan untuk
menunjukkan makna yang yang sebenarnya atau makna yang paling dasar dari sesuatu
seperti benda,kondisi atau pemikiran,Akan tetapi ada beberapa yang menjadi ungkapan
yang sudah sering digunakan dalam kondisi tertentu,sehingga menjadi semacam
konvensi,hakikat seperti disebut sebagai hakikat secara adat kebiasaan.
Hakikat manusia merupakan makhluk yang memiliki 3 unsur yaitu roh, nafsu dan
rasio, dimana  roh merupakan simbol kebaikan, nafsu sebagai simbol keburukan
dan penggunaan kedua unsur tersebut kemudian dikontrol dan dikendalikan oleh
rasio/akal (plato).    
 
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakekat tentang
manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut;

 Charles Robert Darwin (1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang,


karena terjadinya manusia dari sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi
(ilmu turunan) dan teori natural selection (teori pilihan alam)
 Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala hal menyerupai
binatang beruas tulang belakang, yakni binatang menyusui
 Aristoteles (384-322) memeberikan devinisi manusia sebagai binatang yang
berakal sehat yang mampu mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan
pikirannya (the animal than reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang
berpolitik (zoon politicon) dan binatang yang bersosial (social animal)

Dalam Islam manusia dipandang sebagai manusia, bukan sebagai binatang, karena
manusia memiliki derajat yang tinggi, bertanggung jawab atas segala yang diperbuat,
serta makhluk pemikul amanah yang berat. Berikut pemahaman para pemikir Islam
tentang manusia;

1. Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd menyatakan bahwa hakekat manusia itu
terdiri dari dua komponen penting, yaitu;

 Komponen jasad. Menurut Farabi, komponen ini berasal dari alam ciptaan
yang mempunyai bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam,
serta berjasad dan terdiri atas organ.

2
 Al-Ghazali memberikan sifat jasad manusia yang ada dalam bumi ini
yaiu, dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar, dan ini
tidak berbeda dengan benda-benda lain, sedangkan Ibnu Rusyd
berpendapat bahwa komponen jasad merupakan komponen materi.
(Ahmad Daudy, 1989:58-59)
 Komponen jiwa. Menurut farabi, komponen jiwa berasal dari alam
perintah (alam kholiq) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad
manusia. Hal ini karena jiwa merupakan roh dari perintah Tuhan
walaupun tidak menyamai Dzat-Nya. Menurut al-Ghazali, jiwa ini dapat
berfikir, mengingat, mengetahui, dan sebagainya, sedangkan unsur jiwa
merupakan unsur rohani sebagai penggerak jasad untuk melakukan
kerjanya yang termasuk alam ghaib. Bagi Ibnu Rusyd jiwa adalah sebagai
kesempurnaan awal bagi jasad alami yang organik (Ahmad Daudy, 1989;
59)

Ragam pemahaman tentang hakikat manusia tersebut dapat dikaji dalam


penjelasan berikut :
1.Homo relijius
Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai
makhluk yang beragama.
2.Homo safiens
Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan
dapat berfikir atau sebagai animal rasional
3.Homo faber
Pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang
berpiranti.
4.Homo homini socius
Manusia sebagai makhluk individu,makhluk yang memiliki jati
diri,yang memiliki ciri antara satu dan lainnya namun pada saat yang
bersamaan manusia juga sebagai kawan sosial
5.Manusia sebagai makhluk etis dan estetis
Hakikat manusia pada dasarnya sebagai makhluk yang memiliki
kesadaran susila (etika) dalam arti dia dapat memahami norma-norma
sosial.

3
Penggolongan manusia itu sendiri berdasar atas :

 Jenis kelamin
 Usia
 Ciri-ciri fisik
 Afiliasi sosio-politik-agama/kepercayaan
 Warga negara
 dan lain sebagainya

B.DIMENSI HAKIKAT MANUSIA

1.Dimensi Individual

Jadi, manusia itu merupakan sosok manusia yang monodualis, ciptaan Tuhan yang
dikaruniai status sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Bayi dianugerahkan dengan
keadaan jasmani yang lemah, namun memiliki potensi jasmani berupa konstruksi tubuh
yang lengkap dan rohani berupa itu daya cipta, rasa, karsa, intuisi, hingga bakat.Faktor
potensi bawaan inilah yang mampu membedakan manusia yang satu dengan manusia
yang lain, yang memiliki sifat unik, yang mana bisa berkembang dengan adanya suatu
bentuk pengaruh dari lingkungan. Sehingga seorang individu bisa menemukan rasa
kepribadiannya.Dimensi individual merupakan kepribadian seseorang yang menjadi suatu
keutuhan yang tak lagi bisa dibagi-bagi. Seorang pakar pendidikan, M.J. Lavengeld,
mengungkap jika setiap orang mempunyai individualitas.Individualitas di sini maksudnya
adalah 2 anak kembar yang berasal dari satu telur yang lazim diungkap, seperti pinang
dibelah dua dan sulit untuk dibedakan satu sama lain, yang mana memang kelihatannya
serupa namun tak sama, apalagi identik. Hal ini berlaku pada sifat fisiknya ataupun dalam
hidup kejiwaannya (rohani).

2.Dimensi Sosial

Dimensi sosial pada diri manusia akan terlihat sangat jelas pada dorongan untuk bisa
bergaul satu sama lain, dengan adanya dorongan untuk bergaul tersebutlah, setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia itu sendiri memang dilahirkan sebagai suku
bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.Sebagai anggota suatu masyarakat,
seseorang memiliki kewajiban untuk memiliki peran dan menyesuaikan diri serta
melakukan kerja sama terhadap masyarakat. Masih begitu banyak contoh yang lain yang
menunjukkan betapa dorongan sosial tersebut yang kian kuat, tanpa orang sadari,
sebenarnya ada alasan yang cukup kuat ikut menopangnya.
Seorang filosof, Immanuel Kant, mengungkap jika manusia hanya menjadi manusia
apabila berada di antara manusia yang lain, maksudnya, tak ada manusia yang bisa hidup
seorang diri, tanpa membutuhkan bantuan dan uluran tangan dari orang lain.Seseorang
bisa mengembangkan kegemaran, sikap, cita-cita di dalam berbagai macam interaksi
terhadap sesama. Tidak hanya itu saja, seseorang juga memiliki kesempatan besar untuk
belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat yang dikagumi dari orang lain untuk
dimilikinya, serta menolak sifat yang tak dicocokinya.

4
3.Dimensi Susila

Susila berasal dari kata su dan sila, yang memiliki arti kepantasan lebih tinggi.
Namun, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tak cukup hanya berbuat yang pantas
jika di dalam yang pantas atau sopan tersebut misal terkandung kejahatan yang
terselubung.Dimensi susila ini juga bisa disebut sebagai keputusan yang lebih tinggi.
Kesusilaan ini diartikan mencakup dari etika dan etiket. Etika adalah persoalan kebijakan,
sedangkan untuk etiket adalah persoalan kepantasan dan kesopanan.
Pada hakikatnya, manusia memang mempunyai kemampuan dalam mengambil suatu
keputusan susila, serta melaksanakan juga. Sehingga, dikatakan jika manusia itu adalah
makhluk susila.Persoalan akan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai
kehidupan. Susila ini berkembang, sehingga mempunyai perluasan arti menjadi kebaikan
yang jauh lebih sempurna.Manusia dengan kemampuan akal yang dimilikinya
memungkinkan dalam menentukan suatu manakah yang baik dan mana yang buruk, mana
yang pantas dan mana yang tidak pantas. Dengan adanya pertimbangan nilai budaya yang
ikut serta dijunjung, memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak dengan susila.

4.Dimensi Agama

Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk yang religius. Beragama


menjadi suatu kebutuhan manusia, karena manusia merupakan makhluk yang lemah,
sehingga membutuhkan tempat untuk bernaung atau bertopang dan agama menjadi
sandaran vertikal manusia.Manusia ialah makhluk religius yang mana dianugerahi oleh
ajaran yang dipercaya di mana didapat melalui bimbingan nabi, demi kesehatan tan demi
keselamatan. Manusia sebagai makhluk beragama memiliki kemampuan dalam
menghayati pengalaman diri dan dunianya, menurut dari agama masing-masing.
Pemahaman agama didapatkan melalui pelajaran agama, sembayang, doa-doa, maupun
melalui meditasi, komitmen aktif dan praktik ritual.Usaha pengembangan hakikat
manusia dalam dimensi individual, sosial, susila dan agama, berangkat dari adanya
anggapan dasar jika manusia memang secara potensial mempunyai semua dimensi itu,
yang memungkinkan dan harus bisa dikembangkan secara bertahap, terarah dan terpadu,
dengan melalui adanya suatu pendidikan, sehingga bisa menjadi aktual.

C.PENGEMBANGAN HAKIKAT MANUSIA

A.Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu

Konsep dasar pengembangan manusia sebagai makhluk individu, manusia


sebagai bagian yang tak akan terpisahkan dari kesemestaan mampu mengembangkan
relasi dan interaksi terhadap orang lain secara selaras, serasi, seimbang, tanpa harus
kehilangan jati dirinya sendiri.
Pengembangannya sebagai seorang peserta didik, diselenggarakan dalam lingkungan
pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat, pengembangan yang menyangkut akan
aspek jasmani dan rohani, cipta-rasa-karsa, sebagai dimensi individual.

5
B.Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sejak lahit hingga masa ajalnya, perlu dibantu oleh orang lain, Manusia itu
sendiri sebisa mungkin harus merasa sadar jika dirinya terpanggil untuk selalu berbuat
baik bagi orang lain dan masyarakat.Pengembangan tersebut harus dimulai sejak dari
keluarga, sekolah dan masyarakat, maka dari itu, nilai/norma/kaidah yang berlaku di
dalam keluarga juga perlu dijunjung tinggi di sekolah dan di masyarakat.

C.Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Susila

Hanya manusia saja yang mampu untuk menghayati norma dan nilai di dalam
kehidupan, sehingga bisa menetapkan pilihan tingkah laku yang baik dan yang
buruk.Bagi manusia Indonesia, norma dan nilai yang perlu dikembangkan ialah nilai
universal yang diakomodasi dan diadaptasi dari nilai khas yang mana sudah terkandung
dengan baik di dalam budaya bangsa.Sebagai manusia Indonesia yang ideal adalah
manusia yang mempunyai suatu gagasan, ide, dan pikiran yang mana sudah terkristal di
dalam kelima nilai dasar Pancasila tersebut.

D.Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Beragama

Sementara itu, ada pihak yang jauh lebih mengutamakan terciptanya suasana
penghayatan keagamaan, lebih dari pengajaran keagamaan.
Maka dari itu, yang perlu untuk diutamakan ialah contoh sikap teladan dari guru, orang
tua, maupun pendidik yang lain, disertai dengan pilihan metode pendidikan yang tepat
dan ditunjang dengan kemudahan fasilitas yang memadai. Demikian juga di sekolah dan
di lingkup masyarakat.Setiap individu itu memiliki sifat yang unik, tidak ada
bandingannya, dengan adanya individualitas tersebut, maka setiap orang bebas untuk
berkehendak, berperasaan, menggapai cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan
yang berbeda-beda.
Salah satu bentuk contoh sederhananya saja, 2 siswa di kelas yang memiliki nama sama,
tentu tak akan pernah bersedia untuk disamakan satu sama lain, yang berarti, maksudnya,
masing-masing ingin mempertahankan ciri khasnya sendiri yang dimiliki.
M. J. Lavengeled juga mengungkap jika setiap anak mempunyai dorongan tersendiri
untuk bersikap mandiri dengan kuat, walaupun di sisi lain pada anak terdapat rasa yang
tak berdaya, sehingga membutuhkan pihak lain, yang dimaksud di sini adalah pendidik
yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk bergantung dalam memberikan perlindungan
dan bimbingan.

6
D.KAITAN HAKIKAT MANUSIA DENGAN PENDIDIKAN
Apabila dalam kehidupan manusia tidak dibarengi dengan pendidikan otomatis
kehidupan manusia itu tidak akan terarah dengan baik, tetapi sebaliknya apabila
kehidupan manusia dibarengi dengan pendidikan maka kehidupannya pun akan terarah
dan menjadi lebih baik. Ilmu pengetahuan memegang peranan penting dalam kehidupan.
Tanpa ilmu, manusia akan buta dalam segalanya. Ada banyak hal yang dapat diambil
manfaatnya dari ilmu pengetahuan ini diantaranya yaitu manfaat adanya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya ilmu tersebut, manusia dapat menemukan
lampu, komputer, televisi, dan lain-lain.
Kesadaran akan pentingnya manfaat pendidikan dapat memberikan prestasi yang
intelektual bagi manusia yang terlibat didalamnya. Belakangan ini kesadaran akan
manfaat pentingnya pendidikan sebagai penunjang menciptakan sumber daya manusia
dirasakan sudah tidak ada lagi. Ketika bukan lagi keutamaan, kasih dan keadilan yang
ditanamkan dalam konsep pendidikan, melainkan mencari keuntungan materi dan
kekuasan atau adanya komersialisasi di dunia pendidikan, ini akan menjadi sebab utama
terjadinya praktik pendidikan diskriminatif.
Dengan adanya aktivitas dan lembaga-lembaga pendidikan sudah dapat
membantu manusia dalam mengatasi masalah dari perkembangan manusia itu sendiri.
Pendidikan yang akan membentuk manusia dengan tingkah laku tertentu dan dalam
keadaan tertentu pula. Jika pendidikan itu di katakan sebagai suatu propesi, maka
pendidik pun akan menekuni pekerjaan tersebut karena memang sudah menjadi tugas
seorang guru dalam mendidik dan maengajar anak-anak didiknya. Seperti sebuah istilah
guru tanpa tanda jasa, pendidik tidak pernah menginginkan hal yang lebih selain dari
keberhasilan anak didiknya.

7
Ada 3 ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai:

1.Animal educable. Artinya, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang dapat
dididik.

2.Animal educandum, yang artinya manusia pada hakikatnya adalah manusia yang
harus dididik.

3.Homo educandus, bahwa manusia merupakan makhluk yang bukan hanya harus
dan dapat dididik tetapi juga harus dan dapat dididik.

Sebagai manusia kita sangatlah membuntuhkanyang namanya pendidikan. Di karenakan


tanpa pendidikan kita bisa menjadi bangsa yang mudah di jajahdan di bodoh –bodohkan
oleh bangsa lain.Sehingga sangatlah penting untuk menanamkan pendidikan bagi anak
usia dini sehingga kita bisa lebih mudah mengajarkan tentang sopan santun,menghargai
lingkungan sekitar dan lain-lainya.

8
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna di bandingkan dengan
makhluk ciptaan tuhan lainnya.salah satu ciri kesempurnaan ini adalah diberi
akal,sehingga memungkinkannya untuk berfikir dan bernalar.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk yang
berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis, serta makhluk
moral. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil
( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan.

B.Saran
Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa memahami
pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Buku penganatar pendidikan oleh DINN WAHYUDIN,SUPRIADI,ISHAK


ABDUHAK.penerbit universitas terbuka tahun 2006.

http://sitikhumaeroh37.blogspot.com/2013/09/hubungan-hakikat-manusia-dengan.html

https://hasanbasri748.wordpress.com/2016/12/07/hubungan-hakekat-manusia-dengan-
pendidikan/

http://www.habibullahurl.com/2018/04/dimensi-hakikat-manusia.html

http://www.definisi-pengertian.com/2015/01/definisi-dan-pengertian-hakikat.html

http://www.definisi-pengertian.com/2015/01/definisi-dan-pengertian-hakikat.html

10

Anda mungkin juga menyukai