Oleh:
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Karna Kasih-Nya, dan
Perlindungan-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PERAN VCT DALAM
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN HIV” dimana untuk memenuhi tugas KEPERAWATAN
HIV-AIDS”. Jurusan S1 Keperawatan. Dalam penulisan makalah ini saya berterimakasih kepada
dosen pembimbing mata kuliah, Bapak Andi Ilham Lubis yang telah membimbing, memotivasi
dan mendampingi saya dalam proses belajar.
Meskipun banyak hambatan yang saya lalui dalam proses pembuatan makalah ini tentang
PERAN VCT DALAM PENCEGAHAN DAN PERAWATAN HIV. Namun saya mampu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan yang masih banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari teman-teman semua. Akhir kata
saya mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
PENDAHULUAN
Penanganan pengobatan yang selama ini dilakukan terhadap penderita HIV/AIDS adalah
pemberian ARV (anti retroviral) yang berfungsi untuk menekan perkembangan virus HIV
sehingga penderita AIDS diharapkan dapat tetap survive. Tindakan pengendalian dilakukan
dengan mempertahankan gaya hidup yang dapat mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor
risiko tinggi. Tindakan edukasi yang sangat penting dilakukan untuk mengendalikan
meningkatnya penularan HIV/AIDS adalah dengan memberikan edukasi kepada orang yang
sudah dinyatakan positif menderita HIV/AIDS harus menjaga perilakunya sehingga tidak
menularkan HIV/AIDS secara lebih luas (Silvianti, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi di dalam VCT tidak ada pemaksaan, karena konteksnya kerelaan dari seseorang untuk
melakukan tes HIV. Di dalam proses VCT yand ada adalah hubungan antara klien dan konselor,
bukan hubungan antara pasien dan dokter. Dalam hubungan antara klien dan konselor semua
keputusan ada di tangan klien, tentu setelah klien mendapat informasi yang cukup tentang HIV
dan memahaminya. Dalam VCT terjadi saling percaya antara klien dengan konselor, kerelaan
untuk tes HIV, rahasia terjamin, pelayanan nyaman dan empati.
Klien dihimbau untuk jujur dan terbuka kepada konselor dalam menceritakan riwayat kebiasaan
atau aktivitas sebelumnya yang dicurigai dapat beresiko terpapar virus HIV, misalnya riwayat
pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, aktivitas seksual, dan penggunaan narkoba dengan suntikan.
Di sisi konseling, konselor juga mungkin akan menanyakan riwayat penyakit atau pengobatan
terdahulu yang pernah dialami klien, misalnya infeksi menular seksual atau transfusi darah.
Tes HIV
Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling, konselor akan menjelaskan
mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan dan meminta persetujuan klien untuk dilakukan tes
HIV. Setelah mendapat persetujuan tertulis, tes HIV dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah
tersedia, klien akan diberi kabar dan diminta untuk datang kembali ke fasilitas penyedia layanan
VCT agar konselor dapat memberitahu hasil yang telah dilakukan.