Anda di halaman 1dari 4

Analisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di

Judul
Wilayah Sumatera
Penulis Kartira Dorcas Andhiani; Erfit; Adi Bhakti
Jurnal e-Jurnal Perspektif Ekonomi dan Pembangunan Daerah
Volume Vol. 7. No.1,
Tanggal Januari – April 2018

REVIEW JURNAL

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan


ekonomi serta meninjau seberapa besar ketimpangan pembangunan
masing-masing provinsi di wilayah Sumatera. Penelitian ini
menggunakan data panel provinsi-provinsi di Wilayah Sumatera
selama periode 2011-2015. Metode analisis yang digunakan adalah
metode penelitian deskriptif dan regresi data panel. Berdasarkan
hasil analisis diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi di wilayah
Sumatera cenderung mengalami penurunan, sedangkan
ketimpangan pembangunan berkisar antara IW 0,406-0,446. Tingkat
Abstrak
ketimpangan tertinggi terjadi tahun 2012 di Provinsi Sumatera
Selatan sebesar 0,876 dan terendah terjadi tahun 2014 di Provinsi
Lampung dengan angka 0,103. Berdasarkan hasil regresi data panel
diketahui bahwa secara simultan investasi, belanja pemerintah,
aglomerasi, dan tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Demikian juga, secara simultan investasi, belanja
pemerintah, aglomerasi, dan tenaga kerja berpengaruh juga
terhadap ketimpangan pembangunan..

Pendahuluan Indonesia mempunyai 33 provinsi dan 6 pulau yang salah


satunya adalah Pulau Sumatera. Pulau Sumatera sendiri memiliki 10
provinsi didalamnya dengan potensi alam dan penggunaan teknologi
yang berbeda-beda. Perbedaan ini berupa perbedaan karakteristik
alam, sosial, ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya
berbeda pada setiap daerah. Perbedaan seperti ini dapat menjadi
penghambat dalam pemerataan pembangunan karena
terkonsentrasinya kegiatan perekonomian di beberapa provinsi yang
memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam seperti
ini seharusnya dapat menjadi nilai tambah dalam pembangunan
ekonomi dan dapat memberikan efek menyebar (spread effect).
Namun pada kenyataannya kekayaan alam ini tidak dimiliki setiap
provinsi secara merata. Hal inilah yang dapat menyebabkan
ketimpangan pada setiap provinsi.
Berkembangnya provinsi-provinsi sejak tahun 2000-an di
Pulau Sumatera dan desentralisasi juga berdampak mendorong
ketimpangan antar provinsi menjadi lebih luas. Oleh karena itu,
dengan melihat perbedaan pertumbuhan ekonomi masing-masing
provinsi yang menyebabkan ketimpangan antar wilayah menjadi
tidak merata, maka penelitian ini diharapkan dapat meninjau
seberapa besar ketimpangan pada berbagai provinsi di Pulau
Sumatera. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis: 1) pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pembangunan di wilayah Sumatera. 2) pengaruh
investasi, belanja pemerintah, aglomerasi, dan tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan di wilayah
Sumatera. 3) hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
ketimpangan pembangunan di wilayah Sumatera.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini seluruhnya adalah


data panel periode tahun 2011-2015 untuk seluruh provinsi di
wilayah Sumatera, mencakup data: 1) PDRB Atas Dasar Harga
Konstan 2010; 2) PDRB per kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010; 3)
Jumlah penduduk; 4) realisasi investasi; 5) realisasi pengeluaran
pemerintah; 6) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (sektor
industri); 7) Tenaga kerja yang bekerja masing-masing.
Untuk analisis tujuan pertama digunakan metode analisis
Metodelogi deskriptif yaitu melihat pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan
Penelitian pembangunan pada periode 2011-2015. Untuk menganalisis tujuan
kedua yaitu pengaruh antara investasi, belanja pemerintah,
aglomerasi, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di
Wilayah Sumatera Tahun 2011-2015, digunakan analisis regresi data
panel. Kemudian ntuk menganalisis tujuan ketiga yaitu pengaruh
antara investasi, belanja pemerintah, aglomerasi, dan tenaga kerja
terhadap ketimpangan pembangunan di Wilayah Sumatera Periode
2011-2015, digunakan analisis regresi data panel

Hasil Penelitian Rata- rata laju pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di


tahun 2011 yaitu sebesar 6,33% dan laju pertumbuhan ekonomi
terendah terjadi di tahun 2015 sebesar 3,76%. Dari 10 provinsi yang
ada di Pulau Sumatera, laju pertumbuhan ekonomi yang tertinggi
terjadi di Provinsi Kepulauan Riau dengan rata-rata pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,89%.
Ketimpangan pembangunan (melalui pengukuran Indeks
Williamson) provinsi- provinsi di Wilayah Sumatera Tahun 2011 –
2015 menunjukkan bahwa ada terjadinya ketimpangan antar
provinsi di Pulau Sumatera. Urutan provinsi dari ketimpangan
pembangunan yang tinggi menuju rendah yaitu Provinsi Sumatera
Selatan, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi
Jambi, Provinsi Riau, Provinsi Aceh, Provinsi Bengkulu, Provinsi
Sumatera Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan Provinsi
Lampung.
Pengaruh investasi, belanja pemerintah, aglomerasi, dan
tenaga kerja terhadap ketimpangan pembangunan di Wilayah
Sumatera. Berdasarkan estimasi dan uji Chow serta uji Hausman
terhadap tiga model regresi data panel (Pool Least Square, Fixed
Effect dan Random Effect) didapatkan model terbaik adalah model
Random Effect. Berdasarkan nilai F hitung sebesar 2,994 dengan
signifikansi 0,0283 < α= 0,05, ditarik kesimpulan bahwa investasi,
belanja pemerintah, aglomerasi, dan tenaga kerja secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan pembangunan di
wilayah Sumatera. Nilai R-squared = 0,7102 dapat diartikan bahwa
besarnya investasi (X1), belanja pemerintah (X2), aglomerasi (X3),
dan tenaga kerja (X4) mampu mempengaruhi (naik atau turun)
ketimpangan pembangunan sebesar 71,02% sedangkan 28,98%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian.
Selanjutnya berdasarkan nilai t-hitung, secara parsial hanya variabel
investasi (INV) (probabilita 0,0169 < α= 0,05) yang berpengaruh
signifikan terhadap ketimpangan pembangunan. Sebaliknya variabel-
variabel lainnya yaitu belanja pemerintah (BP), dan aglomerasi (AGL)
dan tenaga kerja (TK) tidak berpengaruh signifikan, dengan nilai
probabilita yang lebih besar dari α=0,1.

Kesimpulan Selama periode 2011-2015, pertumbuhan ekonomi di wilayah


Sumatera cenderung mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi
yang tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan rata-rata 6,33%
kemudian terus menerus mengalami penurunan hingga tahun 2015
dengan rata-rata sebesar 3,76%. Berdasarkan perhitungan Indeks
Williamson, ketimpangan pembangunan di wilayah Sumatera selama
periode 2011- 2015 berkisar antara angka IW (Indeks Williamson)
0,406-0,446.
Secara simultan, investasi, belanja pemerintah, aglomerasi,
dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan
pembangunan di wilayah Sumatera. Namun demikian, secara parsial
hanya variabel investasi yang berpengaruh signifikan terhadap
ketimpangan pembangunan. Sebaliknya variabel-variabel lainnya
yaitu belanja pemerintah, dan aglomerasi dan tenaga kerja tidak
berpengaruh signifikan.

Anda mungkin juga menyukai