Anda di halaman 1dari 5

MATERI

Mengkaji Perintah Menunaikan Zakat Fitrah Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh limpahan pahala. Kesempatan untuk mendapatkan
berkali lipat pahala ini digunakan dengan melakukan banyak amal shalih. Diantaranya
adalah baca qur’an, shalat sunnah dan berinfaq.
Meskipun ada banyak peluang untuk mengerjakan amal shalih, tetaplah yang wajib
untuk dikerjakan di bulan tersebut jangan sampai lalai untuk dikerjakan. Apa saja yang
wajib tersebut? Dua amalan yang pada bulan tersebut menjadi wajib untuk dikerjakan
adalah puasa dan zakat fitrah.

Pengertian Zakat Fitrah


Bila ditelisik dari segi bahasa, zakat berasal dari kata az-zakaah yang artinya suci,
tumbuh, berkah dan terpuji. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy dalam bukunya Pedoman
Zakat menjelaskan bahwa zakat memiliki beberapa pengertian
diantaranya, nama’(kesuburan), thaharah(kesucian), barakah (keberkahan),
dan tazkiyahtathhir (mensucikan).

Makna Thaharah
Thahara atau at-thahuru bermakna membersihkan atau mensucikan. Landasan dari
makna ini terdapat pada QS. At-Taubah[9] ayat 103 yang artinya, “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnnya do’a kamu itu ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lahi Maha Mengetahui”.
Makna thaharah juga menandakan bahwa orang-orang yang berzakat dengan
ikhlas lillahi ta’ala maka Allah akan mensucikan dirinya baik terhadap harta maupun
jiwanya sehingga ia bisa menjadi insan yang senantiasa terus merasa damai dalam
hidupnya.

Makna Al-Barakatu
Secara sederhana makna al-barakatu adalah berkah. Keberkahan tersebut hadir
dikarenakan harta yang telah dizakatkan telah menjadi bersih dan suci dari kotoran.
Sehingga orang yang berzakat pada akhirnya akan dilimpahi keberkahan oleh Allah
SWT.

Makna Nama’
Makna Nama’ atau Numuw adalah bertumbuh. Artinya bahwa seseorang yang berzakat
nyatanya hartanya akan terus bertambah dan bertumbuh. Mungkin terdengar tidak
logis, karena kalau menggunakan hitung-hitungan matematika dunia maka seharusnya
harta yang dizakatkan menjadi berkurang. Pada kenyataannya kalau menggunakan
matematika Allah maka harta zakat sebenarnya menjadi bertambah dan terus
bertambah. Hal tersebut dikarenakan ada faktor kesucian dan keberkahan atas harta
yang telah dizakatkan.
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan persyaratan
tertentu.
Imam Taqi al-Din dalam bukunya Kifayah al-akhyar juga memberikan definisi tentang
zakat yaitu nama dari sejumlah harta tertentu yang diberikan kepada golongan orang
tertentu dan dengan syarat tertentu.
Lalu, apa pengertian dari zakat fitrah?
Fitrah diambil dari kata fitri yang artinya berbuka puasa.
Apabila dua kata ini yaitu zakat dan fitrah digabungkan maka maknanya mengandung
unsur sebab akibat. Bila diuraikan, artinya zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan
karena muslim telah selesai menunaikan puasanya di bulan ramadhan.
Adapun pengertian lain yang umum diketahui, yaitu zakat fitrah adalah zakat yang wajib
dikeluarkan oleh muslim setahun sekali pada saat menuju hari raya idul fitri.

Dalil Zakat Fitrah


Landasan atas diterapkannya zakat tercantum dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Terdapat pada QS. Al-Baqarah[2] ayat 110 yang artinya,
“Dan dirikanlah sholat, dan tunaikanlah zakat, dan kebaikan apapun yang kalian
kerjakan bagi diri kalian, tentu kalian akan mendapat pahalanya di sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kalian kerjakan”
Kemudian pada QS. At-Taubah[9] ayat 103 yang artinya,
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”
Selain mengambil dari Al-Qur’an, dalil tentang zakat juga termaktub dalam hadist Nabi
SAW, “Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka
bersaksi bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah,
menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu maka darah dan
harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada
pada Allah Subhanahu wata’ala.” (HR. Bukhari no. 25; Muslim no. 22)
Ketentuan Orang yang Wajib Berzakat Fitrah (Muzakki)
Dari beberapa keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hukum zakat fitrah
adalah wajib. Tapi siapa saja yang memang wajib untuk berzakat fitrah?
Orang-orang yang wajib berzakat disebut sebagai muzakki. Ada beberapa ketentuan
seseorang yang wajib untuk berzakat. Apa saja?

1. Beragama Islam, karena zakat fitrah diwajibkan bagi mereka yang muslim.
Sebagaimana dalam hadist Nabi SAW, “Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berkata, inilah
sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh Rasulullah kepada kaum Muslim” (HR.
Bukhari). Adapun orang yang beragama Islam setelah matahari terbenam di
akhir Ramadhan tidak diwajibkan untuk berzakat fitrah.
2. Merdeka, sehingga golongan yang termasuk hamba sahaya tidak wajib membayar
zakat.
3. Lahir sebelum idul fitri, sehingga bila seorang anak lahir pas bulan ramadhan dan
sebelum hari raya idul fitri maka ia dikenakan wajib zakat.
4. Mempunyai harta yang lebih dari pada kebutuhannya sehari-hari untuk dirinya dan
orang-orang di bawah tanggungan pada hari raya dan malamnya.

Ketentuan Orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah (Mustahik)


Dalam hal ini, Allah sudah menegaskan kriterianya sebagaimana firman Allah dalam QS.
At-Taubah ayat 60 yang artinya,
“Sesungguhnya, zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah”
Dari keterangan ayat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mustahik/penerima zakat
yang sah dikategorikan ke dalam 8 golongan.

Ketentuan Objek Zakat Fitrah


Sudah termasuk orang yang wajib berzakat? Artinya sudah waktunya kamu untuk
mengeluarkan zakat fitrah. Mudah kok, kamu tinggal datang saja ke masjid terdekat
dan salurkan zakat fitrahnya baik berupa uang maupun beras. Loh kok bisa beras dan
uang? Yang benar yang mana? Mana yang lebih afdhal?
Dalam hal objek untuk zakat fitrah memang ada dua pandangan. Tiga ulama mazhab
yaitu Maliki, Syafi’I dan Hambali menyatakan bahwa zakat fitrah harus diserahkan dalam
bentuk makanan pokok. Hal ini merujuk pada hadist Nabi SAW, “Rasulullah SAW
mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.” (Shahih
Bukhari, No.1503 dan Shahih Muslim, No.984).
Lain halnya dengan Mazhab Hanafi yang memperbolehkan perubahan zakat fitrah dalam
bentuk uang. Pendapat tersebut karena Hanafi tidak melihat hadist hanya sebatas
tekstual. Hadist tersebut dilihat secara kontekstual dan harus dikondisikan
sesuai maqashid syariah. Esensi zakat fitrah adalah tercukupinya kebutuhan seluruh
umat Islam khususnya pada hari raya idul fitri.
Ulama kontemporer, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi juga memperbolehkan zakat fitrah dengan
menggunakan uang. Hal ini didasarkan karena melihat sejarah bahwa pada zaman Nabi
makanan banyak terdapat di lingkungan sekitar sehingga mudah mendapatkannya
sedangkan perak dan emas masih menjadi barang yang sangat berharga sehingga
hanya sedikit orang yang memilikinya.
Dengan demikian, baik menggunakan komoditas berupa beras ataupun uang kedua-
duanya tetap sah.
Beras tersebut harus diukur dengan beras yang biasa dikonsumsi sehari-hari dengan
ukuran 3,5 liter atau 2,5 kg. Apabila ingin dikonversikan dalam bentuk uang, maka uang
tersebut harus senilai dengan 3,5 liter atau 2,5 kg beras yang biasa dibeli untuk satu
jiwa.

Zakat Lewat Amil atau Langsung?


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa amil adalah pihak yang
menerima dan menyalurkan zakat. Setiap seorang muslim hendak menunaikan zakat ia
harus menemui amil untuk menyalurkan zakatnya yang kemudian akan disalurkan
kembali oleh amil kepada mustahik yang memang berhak untuk mendapatkannya.
Jikalau zakat yang diberikan ke amil akan diberikan kepada mustahik, bolehkah zakat
diserahkan langsung kepada mustahik tanpa melalui amil?
Bila merujuk pada QS. At-Taubah ayat 60 tadi terdapat kalimat “Ambillah Zakat”. Ini
menegaskan bahwa perlu adanya peran suatu pihak yang bertugas untuk mengambil
zakat. Dalam sejarah juga dijelaskan bahwa pelaksanaan zakat pada masa Rasulullah
SAW selalu melalui perantaraan amil.
Pemberian zakat melalui amil dilakukan agar zakat yang diberikan dapat disalurkan
secara profesional dan tepat sasaran. Dikhawatirkan apabila zakat secara langsung
maka penyerahan zakat belum tentu tepat sasaran.
Pemberian zakat secara langsung diperbolehkan apabila di lingkungan tersebut tidak ada
amil ataupun amilnya tidak memadai. Meskipun begitu, berzakat sudah dimudahkan
dengan hadirnya teknologi. Saat ini seseorang tidak perlu repot-repot datang ke masjid
untuk menyerahkan dana zakat kepada amil masjid. Cukup melalui layar gawainya,
seorang muslim sudah bisa langsung berzakat.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan informasi di atas!
1) Jelaskan 8 golongan orang yang berhak menerima zakat fitrah berdasarkan firman
Allah dalam QS. At-Taubah ayat 60 ?
2) Pernahkah anda menunaikan zakat fitrah? Ceritakan perasaan anda saat
menunaikan zakat fitrah!
3) Objek zakat fitrah yang paling banyak digunakan di daerah anda apa? Apa
sebabnya!
4) Jika anda diberikan harta melimpah, selain anda menunaikan zakat fitrah setiap
tahunnya apa yang akan anda lakukan sebagai tanda syukur atas nikmat dari
Allah SWT tersebut?

Catatan :
1. tugas diberi identitas dengan jelas (nama,kelas dan jurusan)
2. hasil pengerjaan langsung dikirim ke WhatsApp : 0822 9516 0207

Anda mungkin juga menyukai