Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN PERILAKU

PROSOSIAL ATAS KEJADIAN KECELAKAAN


DI JALAN RAYA PADA MAHASISW UMSIDA

Danang Kurniawan, Nur Habibah


Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

ABSTRACT
This study aimed to determine the relationship of self-concept and prosocial
behavior tendency for accidents on the highway of the Sidoarjo Muhammadiyah
University (Umsida) Students. The samples used sampling techniques incidental to the
students at the Umsida who were still being active in the 2012-2013 with 254 students
as research subjects. Based on the results of the analysis techniques of Pearson
Product Moment correlation obtained rxy value of 0.743 with a significance value =
0.000, p <0.05. This means that the more positive self-concept, the higher the
tendency of prosocial behavior on the highway accidents on the Umsida Students.
Conversely the more negative self-concept, the lower the tendency of prosocial
behavior on highway accidents on the Umsida Students.

Keywords: Self-concept, The tendency of prosocial behavior, Students.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan
kecenderungan perilaku prososial atas kecelakaan di jalan raya pada mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Penentuan sampel menggunakan
tehnik Sampling Insidental pada mahasiswa Umsida yang masih aktif pada tahun
ajaran 2012-2013 dengan subjek penelitian sebanyak 254 mahasiswa. Berdasarkan
hasil tehnik analisis korelasi Product Moment dari Pearson diperoleh nilai rxy sebesar
0,743 dengan nilai signifikansi = 0,000, p < 0,05. Hal ini berarti bahwa semakin
positif konsep diri maka semakin tinggi kecenderungan perilaku prososial atas
kecelakaan di jalan raya pada mahasiswa Umsida. Sebaliknya semakin negatif konsep
diri maka semakin rendah kecenderungan perilaku prososial atas kecelakaan di jalan
raya pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Kata Kunci: Konsep diri, Kecenderungan perilaku prososial, Mahasiswa

berusia 18-24 tahun dikategorikan


PENDAHULUAN
pada pendidikan tinggi (Universitas).
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 60 tahun 1999, Mahasiswa berada pada akhir
mahasiswa adalah peserta didik yang masa remaja atau transisi pada masa
terdaftar dan belajar di Perguruan dewasa awal (Santrock, 2003). Pada
Tinggi. Mahasiswa sebagai civitas usia tersebut mahasiswa mengalami
akademika memiliki kebebasan masa peralihan dari remaja akhir ke
akademika artinya bahwa mereka dewasa awal. Masa peralihan yang
bebas untuk melaksanakan kegiatan dialami oleh mahasiswa, mendorong
yang terkait dengan pendidikan dan mahasiswa untuk menghadapi
pengembangan ilmu pengetahuan dan berbagai tuntutan dan tugas
teknologi secara bertanggung jawab perkembangan yang baru. Tuntutan
dan mandiri. Mahasiswa menurut dan tugas perkembangan mahasiswa
Camenius (dalam Sarwono, 2002) tersebut muncul dikarenakan adanya
perubahan yang terjadi pada beberapa
PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |67
aspek fungsional individu, yaitu fisik, sekitarnya. Penyesuaian diri itu
psikologis dan sosial. Perubahan sendiri adalah keberhasilan sesorang
tersebut menuntut mahasiswa untuk dalam berinteraksi dengan orang lain
melakukan penyesuaian diri. dan dengan lingkungan kelompok
Menurut Hurlock (1997) pada mereka bersosialisasi. Mahasiswa
masa remaja akhir, seorang remaja sadar bahwa mencari bekal untuk
dituntut untuk melakukan beberapa menjadi kaum intelektual di
hal. Pertama, harus mampu kemudian hari tidak hanya dengan
menentukan pemahaman yang mengejar ilmu dan kepandaian, tetapi
realistik dan dapat dicapainya, bila juga melalui interaksi sosial dan
tidak akan menimbulkan perasaan melakukan sesuatu bagi kehidupan
rendah diri. Kedua, harus mampu kemanusiaan (Juriana, 2000).
membuat penilaian yang realistik Banyak mahasiswa yang pergi
mengenai kelebihan dan ke kampus dengan berkendara sepeda
kekurangannya. Ketiga, harus motor. Sepeda motor merupakan
mempunyai konsep diri yang stabil, salah satu kendaraan yang paling
sehingga dapat meningkatkan harga banyak diminati oleh masyarakat
diri dan memperkecil perasaan tidak khususnya mahasiswa. Motor lebih
mampu. Keempat, harus merasa dipilih karena lebih terjangkau
cukup puas dengan apa yang mereka harganya bagi masyarakat menengah
capai dan bersedia memperbaiki ke bawah, efisien dan fleksibel dalam
prestasi di bidang yang mereka penggunaannya, sehingga peminat
anggap kurang. Selain itu remaja sepeda motor tiap tahun meningkat.
akhir sudah mampu mengalami Meningkatnya pengguna sepeda
perubahan kognitif yang membuat motor tetapi masih kurang didukung
remaja mulai berpikir abstrak dan oleh fasilitas jalan raya yang
adanya pandangan untuk masa memadai, sehingga sering dijumpai
depannya. kejadian kecelakaan lalu lintas. Hal
Hurlock (2000) mengemuka- ini disebabkan oleh ruang gerak yang
kan bahwa mahasiswa yang sangat sempit bagi pengendara sepeda
mempunyai penyesuaian diri yang motor dan juga kondisi jalan yang
baik adalah mahasiswa yang mampu sangat memprihatinkan misalnya
dan bersedia menerima tanggung jalanan rusak dan berlubang sehingga
jawab yang sesuai dengan usianya kadang kala trotoar dan taman di
dan dapat menangani masalah yang sebelah jalan rayapun dijadikan
menuntut penyelesaian dan sebagai jalan oleh pengguna sepeda
mengambil keputusan dengan senang motor yang tidak sabar dalam antrian
tanpa konflik, serta tanpa banyak ketika ada kemacetan yang sangat
meminta nasihat, belajar dari panjang. Berkendara di jalan kini
kegagalan dan tidak mencari-cari semakin membuat masyarakat
alasan untuk menjelaskan pengguna kendaraan sepeda motor
kegagalannya. sangat khawatir, ketika segala
Masyarakat menghendaki peralatan pengamanan diri sudah
mahasiswa dalam berperilaku dapat dipergunakan, peraturan lalu lintas
menyesuaikan diri di lingkungan sudah dipatuhi dan juga rasa simpati

PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |68


dan empati terhadap sesama jalan, serta ada juga penyebab
pengguna jalan sudah dimiliki tiba- kecelakaan yang lain yaitu
tiba hanya karena arogansi lingkungan dan cuaca. Kejadian
pengendara lain menyebabkan kecelakaan lalu lintas menyebabkan
seseorang celaka. Jumlah kejadian jalan raya menjadi sangat macet.
kecelakaan lalu lintas terus Keadaan seperti ini ada beberapa
mengalami peningkatan setiap orang yang hanya melihatnya begitu
tahunnya. saja tanpa berbuat apa-apa lalu pergi,
Berdasarkan data dari ada juga yang berhenti sejenak tetapi
Sindonews (Rabu,19-12-2012): hanya melihat korban dan ada pula
Angka kecelakaan lalu lintas di orang yang langsung tergerak hatinya
wilayah hukum Polres Sidoarjo tahun melihat orang yang sedang dalam
ini dinyatakan meningkat dua kali kesusahan di jalan raya dan langsung
lipat. Berdasarkan data, salah satu menolongnya tanpa mempertimbang-
penyebab meningkatnya angka kan kerugian yang akan dialaminya
kecelakaan tersebut dikarenakan (Kutsiyah, 2011).
membludaknya kepemilikan Fenomena kurangnya pedulian
kendaraan bermotor (ranmor). terhadap kesulitan orang lain dewasa
Menurut data yang diperoleh dari ini sangat kelihatan terutama di
Satuan Lantas (Satlantas) Polres kalangan mahasiswa. Hal ini meng-
Sidoarjo, selama tahun 2012 ada akibatkan seseorang akan mem-
sebanyak 1.280 kasus Kecelakaan pertimbangkan untung dan rugi dari
Lalu Lintas (Lakalantas). Dari data setiap kegiatan yang dilakukannya.
tersebut, disebutkan 287 korban Ini juga akan memungkinkan orang
meninggal dunia, 74 korban luka tidak lagi mempedulikan orang lain,
berat dan 1.483 luka ringan dengan sehingga orangpun enggan untuk
kerugian material sekira Rp1,3 miliar. melakukan tindakan prososial, maka
Sedangkan untuk kasus kecelakaan dari itu peneliti melakukan
selama tahun 2011 lebih sedikit atau wawancara kepada beberapa
sebanyak 539 kasus lakalantas. mahasiswa Universitas
Rinciannya, sebanyak 172 korban Muhammadiyah Sidoarjo dari
meninggal dunia, 102 luka berat, 539 berbagai fakultas sebagai berikut:
luka ringan dan kerugian material Rp. Subjek A: “Kalau saya melihat
687.470.000. Pertumbuhan kendaraan kecelakaan saya akan menolong
di Sidoarjo. Bahkan, setiap bulannya Mas…karena saya dulu waktu
ada sekitar 7.000 kendaraan baru, kecelakaan pernah ditolong sama
baik roda dua maupun roda empat. orang lain jadi saya merasakan
Jika dikalkulasikan dalam setahun, di bagaimana ketika terjadi kecelakaan
Sidoarjo penambahan kendaraan tidak ada yang menolong, mungkin
mencapai 100 ribu unit. Melihat korban akan sedih.”
jumlah kendaraan begitu banyak, jadi
tingkat kecelakaan juga meningkat. Subjek B: “Saya lihat sikon
dulu Mas…kalau korban sudah ada
Tiga faktor penyebab utama yang menolong saya langsung pergi
terjadinya kecelakaan lalu lintas, saja.”
yaitu manusia, kendaraan dan kondisi

PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |69


Subjek C: “Saya pergi sajalah emosi serta konsep diri seseorang.
Mas…karena saya takut melihat Konsep diri merupakan hal yang
kecelakaan, apalagi korban sampai penting dalam kehidupan, karena
berdarah gitu… konsep diri menentukan seseorang
dalam berperilaku.
Hasil wawancara awal terhadap
mahasiswa Umsida, diketahui bahwa Menurut Hurlock (dalam
ada kecenderungan melakukan Wahyuni dan Zaam, 2012) konsep
tindakan prososial ketika ada diri merupakan gambaran yang
kecelakaan di jalan raya, mereka dimiliki oleh seorang individu tentang
melakukan pertolongan karena saat dirinya sendiri, yang merupakan
kejadian kecelakaan tidak ada yang gabungan dari keyakinan terhadap
menolong korban dan ada juga yang fisik, psikologis, sosial, emosional,
kecenderungan melakukan aspirasi dan prestasi yang mereka
pertolongan dikarenakan rasa empati capai. Semua konsep diri itu meliputi
mereka. citra diri secara fisik dan citra diri
secara psikologis.
Selain itu, penulis juga
mendapatkan hasil lain yaitu bahwa Beberapa pembahasan di atas,
beberapa mahasiswa juga kurang dapat dikatakan bahwasannya dengan
peduli terhadap terjadinya kecelakaan konsep diri yang positif menunjang
di jalan raya yang karena mereka seseorang untuk melakukan perilaku
takut melihat kecelakaan dan ada juga prososial jika dibandingkan dengan
yang tidak menolong karena sudah individu yang memiliki konsep diri
ada yang menolong jadi mereka negatif. Dalam penelitian Asih dan
meninggalkan tempat terjadinya Pratiwi (2010) dengan judul “
kecelakaan. Perilaku Prososial Ditinjau dari
Empati dan Kematangan Emosi “
Dewi (dalam Azwar, 2007) hasil yang diperoleh yaitu ada
memberi gambaran tentang perilaku hubungan yang sangat signifikan
prososial, yaitu: menolong, berbagi, antara empati, kematangan emosi dan
bekerjasama, bertindak jujur, jenis kelamin terhadap perilaku
menyumbang, dermawan, memper- prososial. Penelitian Pujiyanti (2010)
hatikan hak serta kesejahteraan orang yang berjudul “Kontribusi Empati
lain dan mempunyai kepedulian Terhadap Perilaku Altruisme Pada
terhadap orang lain. Selain itu Siswa-siswi SMA Negeri 1 Setu –
perilaku ini bisa terjadi di manapun Bekasi“ menunjukkan bahwa terdapat
individu berada dan selalu diterapkan, kontribusi empati terhadap perilaku
diajarkan, serta dilatih sejak dini altruisme pada siswa-siswi SMA
terutama saat anak mulai memasuki Negeri 1 Setu – Bekasi.
masa remaja.
Fenomena di atas menjadi
Hal-hal yang mempengaruhi memotivasi penulis untuk meneliti
terbentuknya kecenderungan perilaku tentang “Hubungan Antara Konsep
prososial antara lain mencakup Diri Dengan Kecenderungan Perilaku
kemampuan mengerti perasaan, Prososial Atas Kejadian Kecelakaan
suasana, keinginan, kebutuhan orang Di Jalan Raya Pada Mahasiswa
lain, pembentukan moral, kematangan Umsida“.

PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |70


METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil validasi maka
Subjek yang dijadikan dapat ditentukan jumlah aitem yang
responden penelitian ini yaitu lolos seleksi aitem yaitu : a) Skala
mahasiswa yang masih aktif kuliah di konsep diri terdiri dari 40 aitem, dan
Umsida semester 2, semester 4, 40 aitem tersebut layak untuk
semester 6 dan semester 8 pada tahun digunakan dalam penelitian. b) Skala
pelajaran 2012-2013. kecenderungan perilaku prososial
terdiri dari 24 aitem, dan 24 aitem
Teknik sampling yang tersebut layak untuk digunakan dalam
digunakan menggunakan “sampling penelitian.
insidental” yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu Hasil penghitungan reliabilitas
siapa saja yang secara pada skala konsep diri diperoleh
kebetulan/insidental bertemu dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar
peneliti dapat digunakan sebagai 0.969 dengan α = 10% dan n = 50.
sampel, bila dipandang orang yang Sedangkan pada skala kecenderungan
kebetulan ditemui cocok sebagai perilaku prososial diperoleh koefisien
sumber data (Sugiyono, 2008). reliabilitas Alpha Cronbach sebesar
Peneliti mencari sampel dengan 0,955 dengan α = 10% dan n = 50.
menemui mahasiswa yang kebetulan Hal ini menunjukkan bahwa kedua
dijumpai dan cocok sebagai sumber skala ini handal.
data. Berdasarkan tehnik tersebut,
HASIL DAN PEMBAHASAN
maka penelitian ini menggunakan
sampel sebanyak 254 mahasiswa. Korelasi product moment
diperoleh rxy = 0,743 dengan p <
Penelitian ini menggunakan dua 0,05 (p= 0,000). Ini berarti ada
skala, yaitu skala konsep diri dan hubungan yang positif antara konsep
skala kecenderungan perilaku diri dengan kecenderungan perilaku
prososial yang dikonstruksikan oleh prososial atas kejadian kecelakaan di
peneliti sendiri. jalan raya pada mahasiswa UMSIDA.
Skala konsep diri Jadi dapat disimpulkan bahwa
dikonstruksikan berdasarkan indikator semakin positif konsep diri, semakin
konsep diri yakni mau menerima tinggi kecenderungan perilaku
kritik, yakin pada kemampuan prososial atas kejadian kecelakaan di
sendiri, mampu mengatasi masalah jalan raya pada mahasiswa Umsida.
yang ada, merasa dirinya setara Sebaliknya semakin negatif konsep
dengan orang lain dan sensitif diri, maka akan diikuti dengan
terhadap kebutuhan orang lain. semakin rendah kecenderungan
Sedangkan skala kecenderungan perilaku prososial atas kejadian
perilaku prososial dikonstruksikan kecelakaan di jalan raya pada
berdasarkan indikator berbagi, mahasiswa di Universitas tersebut.
bekerja sama, bertindak jujur,
menyumbang, dermawan, mempunyai Ciri-ciri individu yang memiliki
kepedulian terhadap orang lain, dan konsep diri positif yaitu mau
memperhatikan hak, kesejahteraan menerima kritik, yakin akan
orang lain. kemampuanya sendiri, mampu
mengatasi masalah yang ada, merasa
PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |71
dirinya setara dengan orang lain, Motivasi juga penting dalam
sensitif terhadap kebutuhan orang pemodelan Bandura karena ia adalah
lain. Sedangkan ciri-ciri individu penggerak individu untuk terus
yang memiliki konsep diri negatif melakukan sesuatu. Ada beberapa
yaitu merasa dirinya inferior, sangat faktor personal maupun situasional
peka terhadap kritik, sikap yang yang menentukan tindakan prososial.
hiperkritis, sulit mengakui kelemahan Menurut Piliavin (dalam Dayakisni &
dan kegagalan sendiri, responsif Hudaniah, 2006) ada tiga faktor yang
terhadap pujian, dan pesimis terhadap mempengaruhi kemungkinan
kompetisi. Individu yang memiliki terjadinya perilaku prososial, yaitu:
konsep diri yang positif, maka 1. Karakteristik situasional, seperti:
individu tersebut cenderung memiliki situasi yang samar-samar dan
perilaku prososial sesama manusia. jumlah orang yang melihat
Dalam Taylor, dkk. (2009) para kejadian.
psikolog menggunakan teori belajar 2. Karakteristik orang yang melihat
sosial dalam mempelajari perilaku kejadian, seperti: usia, gender, ras,
prososial yaitu melalui prinsip-prinsip kemampuan untuk menolong.
reinforcement (pengukuhan) dan
modeling. Penelitian yang dilakukan 3. Karakteristik korban, seperti: jenis
oleh Moss dan Page ( dalam Taylor, kelamin, ras, daya tarik.
dkk; 2009) menemukan bahwa Penelitian yang dilakukan oleh
seseorang yang mendapatkan Barley dan Latene (dalam Dayakisni
pengukuhan positif pada saat & Hudaniah, 2006) menunjukkan
melakukan suatu perilaku prososial bahwa orang yang melihat kejadian
maka ia akan cenderung akan darurat akan lebih suka memberi
melakukan perilaku itu lagi pada saat pertolongan apabila mereka sendirian
yang lain. Sedangkan seseorang yang daripada bersama orang lain. Sebab
mendapatkan pengukuhan negatif dalam situasi kebersamaan, seseorang
pada saat melakukan suatu perilaku akan mengalami kekaburan tanggung
prososial, maka ia akan cenderung jawab.
menghindari perilaku tersebut pada
saat yang lain. Teori modelling Penelitian yang dilakukan oleh
menyatakan bahwa anak belajar Staub (1979) kemudian oleh Wilson
tingkah laku, khususnya perilaku dan Petruska (1984) menunjukkan
prososial dengan mengamati dan bahwa individu yang memiliki tingkat
meniru orang lain. Peniruan dapat kecenderungan yang tinggi untuk
berlaku hanya melalui pengamatan melakukan tindakan prososial
terhadap perilaku model (orang yang biasanya memiliki karakteristik
ditiru) meskipun tanpa peneguhan. kepribadian, yaitu memiliki harga diri
Setelah mengetahui atau mempelajari yang tinggi, rendahnya kebutuhan
suatu tingkah laku, individu memiliki akan persetujuan orang lain,
kemampuan untuk menghasilkan apa rendahnya menghindari tanggung
yang disimpan dalam bentuk tingkah jawab, dan lokus kendali yang
laku (Taylor, dkk; 2009) internal (dalam Dayakisni &
Hudaniah, 2006).

PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |72


KESIMPULAN Juriana. 2000. Kesesuaian Antara
Berdasarkan hasil penelitian Konsep Diri Nyata dan Ideal
dan pembahasan yang telah dengan Kemampuan
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Diri pada
terdapat hubungan signifikan antara Mahasiswa Pelaku Organisasi
konsep diri dengan kecenderungan Universitas Gajah Mada dalam
perilaku prososial atas kejadian PSIKOLOGIA. V, 9:65-75.
kecelakaan di jalan raya pada 254 Yogyakarta.
mahasiswa Universitas Kutsiyah, Nurul. 2011. Pengaruh
Muhammadiyah Sidoarjo. Mengemudi Sepeda Motor dan
Lingkungan Kejadian
DAFTAR PUSTAKA Kecelakaan lalu Lintas Di
Asih dan Pratiwi. 2010. Perilaku Kabupaten Sidoarjo Tahun
Prososial Ditinjau dari Empati 2010. Tidak diterbitkan.
dan Kematangan Emosi. Jurnal Pujiyanti, Agustin. 2010. Kontribusi
Psikologi. Vol.1 No. Desember Empati Terhadap Perilaku
2010 Universitas Muria Kudus. Altruisme Pada Siswa-siswi
Azwar, Saifuddin. 2007. Penyusunan SMA Negeri 1 Setu – Bekasi.
Skala Psikologi. Yogyakarta: Posting Jurnal.
Pustaka Pelajar. Santrock, J.W. 2003. Adolescence
Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2006. Perkembangan Remaja. Jakarta.
Psikologi Sosial. Cet:2. Malang: Penerbit: Erlangga.
UMM Press. Sarwono, S. W. 2002. Psikologi
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja
Perkembangan (Suatu Grafindo Persada.
Pengantar Sepanjang Rentang Sugiyono. 2008. Statistik Untuk
Kehidupan). Edisi kelima. Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Erlangga.
Taylor; S.E. dkk. 2009. Psikologi
Hurlock, EB. 2000. Development Sosial Edisi Kedua Belas.
Psychology: A Life Span Jakarta: Kencana.
Approach. 5th Edition. New
York: Mcgraw – Hill Wahyuni dan Saam. 2012. Psikologi
Kogakusha Ltd. Keperawatan. Jakarta: Rajawali
Pers.

PSIKOLOGIA / Vol. : 3 No. 1 , Januari 2015 |73

Anda mungkin juga menyukai