Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN BENCANA

ANALISIS KASUS

OLEH

KELOMPOK 6

NI KADEK DWI NITA PURNAMAYANTI (17.321.2728)

NI KETUT NOPIA ANTARI (17.321.2731)

NI LUH JULIANTARI (17.321.2740)

NI PUTU HEPINA TRESNAYANTI (17.321.2749)

A11-B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI


2020

Kasus:

Anda ditugaskan sebagai tim relawan pada situasi bencana alam gempa bumi. Bencana tersebut
terjadi dimalam hari, lokasi bencana berda di daerah terpencil dan memiliki satu akses darat yang
sudah cukup rusak. Jumlah penduduk didaerah tersebut sekitar 500. 000 orang dengan presentase
50% usia produktif, 30% lansia, 15% anak-anak dan ibu hamil serta 5% penduduk dengan
penyakit penyerta serta disabilitas. Anda diugaskan berangkat keesok hari setelah bencana terjadi

A. Membentuk Tim Perencana:


Bentuk organisasi latihan kesiapsiagaan agar pelaksaaan evakuasi berjalan dengan
baik dan teratur. Jumlah anggota tergantung tingkat kompleksitas latihan yang dirancang.
Anggota organisasi bertanggung jawab pada perencanaan, pelaksanaan, hingga akhir
latihan.Tugas dari tim perencana ini meliputi: Tim Perencana terdiri dari pengarah,
penanggung jawab, bidang perencanaan yang ketika pelaksanaan tim perencana berperan
sebagai tim pengendali. Fungsi masing-masing, yakni: Pengarah, bertanggung jawab
memberi masukan yang bersifat kebijakan untuk penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan,
dan dapat memberikan masukan yang bersifat teknis dan operasional, mengadakan
koordinasi, serta menunjuk penanggung jawab organisasi latihan kesiapsiagaan.
Penanggung Jawab, membantu pengarah dengan memberikan masukan-masukan yang
bersifat kebijakan, teknis, dan operasional dalam penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan.
Bidang Perencanaan/Pengendali, merencanakan latihan kesiapsiagaan secara menyeluruh,
sekaligus menjadi pengendali ketika latihan dilaksanakan. Bidang Opersional Latihan
menjalankan perannya saat latihan. Yang terdiri dari Peringatan Dini, Pertolongan
Pertama, Evakuasi dan Penyelamatan, Logistik serta Keamanan turut diuji dalam setiap
latihan.Bidang Evaluasi, mengevaluasi latihan kesiapsiagaan yang digunakan untuk
perbaikan latihan ke depannya. Menentukan risiko/ancaman yang akan disimulasikan.
Menentukan skenario bencana yang akan disimulasikan. Merumuskan strategi
pelaksanaan latihan kesiapsiagaan. Menyiapkan kerangka kegiatan simulasi
kesiapsiagaan (tipe simulasi, maksud, tujuan dan ruang lingkup latihan). Mendukung
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi latihan. Menyiapkan Rencana Tindak Lanjut
setelah pelaksanaan kegiatan latihan kesiapsiagaan.

B. Menyusun Rencana Latihan Kesiapsiagaan


Menyusun rencana latihan kesiapsiagaan (aktivasi sirine dan evakuasi mandiri)
yang melibatkan populasi di lingkungan tempat tinggal, kantor, sekolah, area publik, dan
lain-lain. Rencana latihan tersebut berisi: Tujuan, sasaran, dan waktu pelaksanaan latihan
kesiapsiagaan. Membuat skenario latihan kesiapsiagaan. Skenario adalah acuan jalan
cerita kejadian yang dipakai untuk keperluan latihan. Skenario dibuat berdasarkan
kejadian yang paling mungkin terjadi di desa. Skenario perlu dipahami oleh pelaksana
dan peserta yang terlibat dalam latihan Menyiapkan atau mengkaji ulang SOP/Protap
yang sudah ada yaitu memastikan kembali: Memastikan beberapa area/tempat alternatif
yang akan dijadikan sebagai pusat evakuasi, tempat pengungsian maupun tempat
perlindungan sementara. Tempat tersebut bisa memanfaatkan bangunan, seperti kantor,
sekolah, tempat ibadah, gedung, dan area terbuka lainnya berdasarkan keamanan,
aksesibilitas, juga lingkungan lokasi. Menentukan tempat pengungsian yang dipilih
setelah mempertimbangkan kapasitas ketersediaan logistik (seperti makanan atau
minuman, pakaian, obat-obatan dan peralatan medis, keperluan tidur, peralatan
kebersihan, bahan bakar, dan lain-lain), serta ketersediaan fasilitas umum.
Jenis ancaman yang dipilih atau disepakati untuk latihan kesiapsiagaan. Sebaiknya,
latihan disesuaikan dengan ancaman di wilayah masing-masing. Informasi ancaman bisa
dilihat di inarisk.bnpb.go.id Menetapkan jadwal kegiatan latihan kesiapsiagaan.
Mengintegrasikan kegiatan simulasi kesiapsiagaan menjadi kegiatan rutin dalam jangka
panjang. Menetapkan dan menyiapkan jalur evakuasi, dengan memperhatikan beberapa
hal penting sebagai berikut: Orientasi sebelum Latihan Dalam melaksanakan latihan,
yang akan melakukan simulasi juga dapat mengundang pengamat atau observer untuk
membantu memberikan masukan dan umpan balik proses latihan, untuk perbaikan
kedepan Jalur evakuasi yang merupakan rute tercepat dan teraman bagi pengungsi
menunju tempat pengungsian. Sosialisasi untuk mendapat pembelajaran terbaik, seluruh
peserta latih dan pelaksana yang terlibat perlu memahami tujuan dari latihan. Tidak
dianjurkan membuat latihan tanpa kesiapan yang baik dari peserta latih maupun
pelaksana. Perkenalkan kembali pemahaman risiko bencana di lingkungan, lsebelum dan
sesudah latihan dilakukan
Sampaikan tujuan latihan, waktu pelaksanaan dan hal-hal yang perlu dipersiapkan
Himbau pentingnya keterlibatan aktif dan keseriusan semua pihak dalam mengikuti
latihan Sampaikan tanda bunyi yang akan digunakan dalam latihan tanda latihan dimulai,
tanda evakuasi, tanda latihan berakhir). Pastikan seluruh peserta latih memahami tanda
ini. Rute alternatif selain rute utama. Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tempat pengungsian. Kelengkapan sumber daya termasuk ketersediaan kendaraan yang
dapat digunakan dalam proses evakuasi. Penting juga mempertimbangkan posisi
kendaraan dan jumlah minimum muatan jika dibutuhkan. Peta evakuasi berdasarkan hasil
survei dan desain yang menginformasikan jalur evakuasi, tempat pengungsian dan waktu
untuk mencapainya, jalur alternatif, lokasi-lokasi aman bencana, serta posisi posko siaga
tim evakuasi.
Perencanaan Dokumentasi Bagian penting lainnya dari kegiatan latihan
kesiapsiagaan adalah dokumentasi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai macam
dokumentasi sebagai salah satu alat untuk pelaporan maupun monitoring dan evaluasi.
Kegiatan pendokumentasian ini dilakukan pada keseluruhan tahap kegiatan
penyelenggaraan, mulai dari perencanaan, persiapan dan pelaksanaan hingga selesainya
pelaksanaan simulasi bencana. Dokumentasi kegiatan tidak hanya berupa foto dan video
saja, tetapi juga mencakup laporan, dokumen-dokumen output termasuk peta-peta, surat
edaran, manual latihan/SOP, dokumen skenario dan SOP simulasi, formulir evaluasi
(atau panduannya jika ada), kumpulan catatan masukan, rencana perbaikan dan tindak
lanjut, ringkasan laporan dan rekomendasi.

Hal Yang Perlu Dipersiapkan Sebagai Relawan Terdapat enam hal yang perlu untuk
diperhatikan dan dipersiapkan oleh relawan ketika memutuskan untuk terjun ke lokasi
bencana:

1. Waktu atau di fase apa relawan akan ke lokasi.


Apakah relawan datang ke lokasi pada fase tanggap darurat atau ketika recovery.
Pada kasus di atas relawan datang keesokan hari dimana masuk pada fase terjadinya
bencana, fase ini biasanya terjadi pada minggu pertama
2. KompetensiSebagai relawan hendaknya sudah memiliki kompetensi dasar dalam
menanggulangi bencana. Agar dapat melalukan penyelamatan pasien dengan tepat
dan efisien
3. Relawan juga perlu untuk mengetahui penyakit endemis yang ada di lokasi
Sebagai contoh bencana gempa di Lombok pada 29 Juli lalu, ditemukan beberapa
wilayah yang terdampak malaria. Sehingga, orang dari luar daerah yang datang ke
lokasi tersebut harus meminum obat profilaksis (pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit) terlebih dahulu.
4. Persiapan logistik obat dan alat kesehatan
Perisapan logistik obat dan alat kesehatan yang akan dilakukan dilokasi bencana
guna mengaktifkan pos bencana dengan tim ahli yang terdiri dari dokter, perawat,
bidan, ahli gizi, surveilan, petugas komunikasi
5. Mengenali karakter atau budaya setempat
Hal tersebut berguna untuk merancang program dengan pendekatan yang sesuai
dengan masyarakat setempat. Dengan begitu, program dapat berjalan dengan baik
dan memperbesar kemungkinan untuk sukses.
6. Menjaga tubuh tetap sehat
Relawan datang ke lokasi untuk membantu korban bencana dan relawan lainnya.
Karena itu, relawan harus tetap sehat sehingga tidak menjadi beban untuk relawan
lainnya.

Peran mahasiswa keperawatan Untuk itu, ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan
oleh mahasiswa keperawatan dalam menunjukkan perannya sebagai kaum yang berjiwa care
terhadap sesama dalam pelaksanaan tanggap bencana. antara lain:

a. Optimalisasi jaringan
Sesaat diterimanya informasi terjadinya bencana dari media maupun sebuah daerah,
jaringan mahasiswa antar institusi dapat digunakan untuk menimbulkan rasa
solidaritas. Jaringan yang ada antar institusi keperawatan maupun intern sangat
bermanfaat. Terlebih jika informasi dapat dikirim kepada institusi terdekat yang
memiliki komunitas relawan siaga bencana.
b. Trauma Healing
Tindakan keperawatan dapat diterapkan di lokasi pengungsian. Sebagai contohnya
praktik komunikasi terapeutik yang diajarkan kepasda setiap mahasiswa keperawatan
kepada klien. Komunikasi terapeutik juga bisa diterapkan di lokasi bencana.
Mengingat banyaknya beban yang dipendam oleh para korban, maka sentuhan
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik dapat dilakukan sekaligus menerapkan ilmu
yang telah ditimba di kampus. Explore feeling dapat dilakukan supaya Tindakan
kreatif lain seperti personal coaching, grup therapy, SEFT (spiritual and emotional
freedom technique), dan jenis terapi lainnya.
c. Mitigasi dan sharing kebencanaan.
Mahasiswa perawat dapat membuat komunitas untuk sharing dan berbagi informasi
baik formal maupun informal. Tujuannya adalah supaya informasi kebencanaan yang
dimiliki dapat merata ke seluruh mahasiswa keperawatan. Berbagi pengalaman antar
mahasiswa keperawatan tentang teknik dan segala hal mengenai pelaksanaan tanggap
bencana dapat dibagikan kepada rekan-rekannya.

Anda mungkin juga menyukai