Anda di halaman 1dari 24

 

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang

limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik

dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk

masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, November 2017

Penyusun

                  
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ...................................................................................................................................3

2.2 Anatomi dan Fisiologi.............................................................................................................3

2.2.1 Tonsil Palatine ...............................................................................................................5

2.2.2 Ruang Peritonsiler..........................................................................................................8

2.3 Etiologi .................................................................................................................................10

2.4 Jenis fraktur...........................................................................................................................10

2.5 Patofisiologi..........................................................................................................................11

2.6 Manifestasi Klinis ................................................................................................................12

2.7 penatalaksanaan....................................................................................................................13

2.7.1 Pemeriksaan Fisik........................................................................................................13

2.7.2 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................14

2.8 Komplikasi......................................................................................................................15
BAB III KESIMPULAN

Daftar Pustaka................................................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 2.2 Anatomi ektremitas inferior............................................................................................4

Gambar 2.2 Anatomi pelvis................................................................................................................4

Gambar 2.2.1 Anatomi femur.............................................................................................................5

Gambar 2.2.1 Anatomi tibia dan fibula..............................................................................................7

Gambar 2.6 anatomi pedis................................................................................................................13

Gambar 2.6 Abses Peritonsil.............................................................................................................13

Gambar2.9 Tonsilektomi..................................................................................................................17
BAB I

PENDHAULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Rusaknya kontinuitas tulang ini dapat disebabkan oleh

trauma langsung, kelelahan otot, atau karenakondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/

osteoporosis.

Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada  perempuan dengan umur di bawah 45 tahun

dan sering berhubungan dengan olahraga,  pekerjaan dan kecelakaan. Sedangkan pada usia lanjut

(usila) prevalensi cenderung lebih  banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya

osteoporosis yang terkait dengan  perubahan hormon. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan

angka kejadian atau insidensi fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering terjadi

adalah pada bagian paha (tulang  paha).

Fraktur pada tulang paha termasuk dalam kelompok tiga besar kasus fraktur yang disebabkan

karena benturan dengan tenaga yang tinggi (kuat) seperti kecelakaan sepeda motor atau mobil.

WHO (BadanKesehatan Dunia) mencatat, terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal karena

insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik. Chandra (2011)

menyebutkan bahwa kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta tahun setiap tahun dengan

jumlah penduduk 238 juta. Angka tersebut merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Fraktur

ekstremitas bawah memilik prevalensi sekitar 46,2% dari insiden kecelakan. Menurut Depkes RI

didapatakn 25 % penderita fraktur mengalami kematian, 45 % mengalami cacat fisik, 15 %

mengalami stress psikologis dan bahkan depresi, serta 10 % mengalami kesembuhan dengan

baik. Menurut Depkes RI (2007), kebanyakan kasus fraktur yang terjadi disebabkan oleh cedera.

Cedera tersebut berdasarkan berbagai hal yaitu karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
tajam/ tumpul. Pada 45.987 peristiwa terjatuh, terjadi fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari

20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, terjadi fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %). Sedangkan

pada 14.127 kasus trauma benda tajam / tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang

(1,7 %)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Suzanne

C. Sachter and Brendt G. Bare, 2001).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan,

deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitas.

Fraktur adalah rusaknya kontuinitas tulang, yang diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih

besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur mengubah posisi tulang, struktur yang ada

disekitarnya (otot, tendon, saraf, dan pembuluh darah) mengalami kerusakan, cidera traumatik

paling banyak menyebabkan fraktur. Fraktur patologis terjadi tanpa trauma pada tulang yang

lemah karena demineralisasi yang berlebihan. (Carpenito, 1999).

Berdasarkan beberapa definisi seperti diatas, maka

dapat disimpulkan data fraktur adalah terputusnya jaringan tulang. yang diakibatkan oleh tekanan

eksternal yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi pada area

fraktur .

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Gambar Anatomi Ekstremitas Inferior

1.Anatomi

Tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan

perantara gelang panggul

terdiri dari 31 pasang.

a.Os Kosta (tulang pangkal paha) Terdiri dari 3 buah tulang ikat yang masing-masing

banyaknya 2 buah kiri dan

kanan yang satu sama lainnya berhubungan sangat rapat sekali sehingga persendian tersebut

tidak dapat digerakkan. Tulang tulang tersebut terdiri dari Os illium (tulang rawan), Os iski

(tulang duduk) dan Os pubis (tulang kemaluan).

1) Os ilium (tulang usus)

Banyak 2 buah kiri dan kanan, bentuknya lebar dan gepeng serta melengkung menghadap ke

perut pada Os ilium ini terdapat sebuah tulang mangkok, sendi tempat letaknya kepala
sendiri dari paha tulang paha di sebut asetabulum.

2) Os iski (tulang duduk)

Bentuknya setengah lingkar menghadap ke atas mempunyai tonjolan bertemu pada tempat duduk

yang disebut tuber iskiadikum.

3) Os pubis (tulang kemaluan)

Tulang bercabang 2 yang satu menuju kesamping atas dan satunya lagi menuju ke samping

bawah. Banyak 2 buah kiri dan kanan yang satu sama lain dihubungkan oleh tulang rawan

yang disebut simpasis pubis.

Gambaran Anatomi Pelvis

b. Os Femur

Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar di dalam tulang kerangka pada bagian pangkal

yang berhubungan dengan asetubulum membentuk kepala senat yang disebut kaput femoris. Di

sebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat trankenter mayor dan trankonter minor. Di
bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat2 buah tonjolan yang disebut kondilus

lateralis, di anatara kedua kondilus ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung lutut

(patella) yang disebut fosa kondilus.

Gambaran anatomi femur

c.Os Tibialis dan fibularis

Merupakan tulang yang terbesar sesudah tulang paha, yang membentuk persendian lutut dengan

Os femur, pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut Os Maleolus lateralis atau mata

kaki luar.

d.Os Tibia

Bentuk lebih kecil pada bagian pangkal melekat pada Os fibula pada bagian ujung membentuk

persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat laju yang disebut Os maleolus medialis.
Gambaran anatomi tibia dan fibula

e.Os Tarsilio (tulang medialis)

Dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi pergelangan kaki, terdiri dari tulang-tulang kecil

yang banyaknya 5 yaitu sendi :

1)Fakus (tulang loncat)

2)Kalkansus (tulang tuma)

3)Nevikkular (tulang bentuk kapal)

4)Os Kakoideum (tulang bentuk dadu)

5)Kunai formi, terdiri dari 3 : kunaiformi lateralis, kunai formi intermedialis, kunai formi

medialis.

f.Meta Torsilia (tulang telapak kaki)

Terdiri dari tulang-tulang pendek yang banyaknya 5 buah. Yang masing-masing berhubungan

dengan falagus dengan perantara persendian.


g.Falagus (ruas jari kaki)

Merupakan tulang-tulang yang pendek masing-masing terdiri atas 3 ruas kecuali ibu jari,

banyaknya 2 ruas pada me

ta torsilia bagian ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut bijian

(Os sesarnoid).

Gambaran anatomi pedis

2.Fisiologi

Sistem muskuskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan berperan dalam pergerakan. Sistem

terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligament, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang

menghubungkan struktur tersebut.

2.3 Etiologi / Predisposisi

Etiologi dari fraktur menurut Barbara C. Long (1998) yaitu :


1.Benturan dan cidera (jatuh pada kecelakaan)

2.Fraktur patologik yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker / osteoporosis

3.Patah karena keletihan, patah tulang karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi, seperti

karena berjalan kaki terlalu jauh. Fraktur juga dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas. Jatuh

dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orang tua. Penganiayaan, tertimpa bendaberat,

kecelakaan pada kerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga (Rosjad, 1999)

2.4 Jenis fraktur

Menurut Smeltzer (2005), jenis fraktur dapat dibagi menjadi:

a.Fraktur komplit

Patah pada seluruh garis tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisinormal.

b.Fraktur tidak komplit

Patah tulang yang terjadi pada sebagian garis tengah tulang.

c.Fraktur tertutup

Patah tulang yang tidak menyebabkan robekan pada kulit. Patah tulang tertutup adalah patah

tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulangdengan dunia luar.

d.Fraktur terbuka/fraktur komplikata

Patah tulang dengan luka pada pada kulit dan atau membran mukosa sampai patahan tulang.

Fraktur terbuka di gradasi menjadi:

1)Grade I: fraktur terbuka dengan luka bersih kurang dari 1 cm9

2)Grade II: fraktur dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan extensive sekitarnya.

3)Grade III: fraktur dengan kondisi luka mengalami kerusakan jaringanlunak ekstensif dan

sangat terkontaminasi.
Menurut Feldman (1999),fraktur terbuka grade III dibagi lagi menjadi:

a)Grade IIIA: terjadi kerusakan soft tissuepada bagian tulang yang terbuka

b)Grade IIIB: trauma yang menyebabkan kerusakan periosteum ekstensif dan membutuhkan

teknik bedah plastik untuk menutupnya

c)Grade IIIC: fraktur terbuka termasuk rusaknya pembuluh darah besar

e.Jenis fraktur khususMenurut Smeltzer (2005),jenis fraktur

yang khusus lain seperti:

1)Greenstick: salah satu sisi tulang patah dan sisi lainnya membengkok.

2)Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

3)Oblik: garis patahan membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

4)Spiral: fraktur yang memuntir seputar batang tulang

5)Kominutif: tulang pecah menjadi beberapa bagian

6)Kompresif: tulang mengalami kompresi/penekanan pada bagian tulang lainnya seperti (pada

tulang belakang)

7)Depresif: fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (pada tulangtengkorak)

8)Patologik:fraktur pada tulang yang berpenyakit seperti penyakit Paget,Osteosarcoma.

9)Epifiseal: fraktur pada bagian epifisea

F. Tipe fraktur ekstremitas bawah

1)Fraktur collum femur

2)Fraktur femur

3)Fraktur supra kondiler femur


4)Fraktur patella

5)Fraktur plateu tibia

6)Fraktur cruris

7)Frakturankle

8)Fraktur metatarsal

9)Fraktur phalang proksimal, medial dan distal

2.5 Patofisiolagi

Fraktur gangguan patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam

tubuh. yaitu stress fisik gangguan metabolik, patologik, kemampuan otot mendukung tulang

turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan

perdarahan, maka volume darah menurun, COP menurun maka terjadi perubahan perfusi

jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan proliferasi menjadi odema lokal maka

penumpukan didalam tubuh. fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabutsaraf yang dapat

menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.

Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neural vaskular yang menimbulkan nyeri

gerak sehingga mobilitas

fisik terganggu, di samping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan

dapat terjadi infeksi, dan


kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Pada umumnya pasien

fraktur baik terbuka ataupun tertutup akan dilakukan immobilisasi yang bertujuan untuk

mempertahankan program yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

Imobilitas dapat dilaksanakan

dengan cara :

1.Fraktur tertutup / eksternal

a)Gips

b)Bidai

c)Traksi

d)Penggandengan dengan gips

e)Penggandengan

2.Fraktur terbuka / internal

a) Pemasangan plate logam

b) Pencangkokan tulang dan plat

3.Eksternal dan internal dengan kombinasi di atas membantu kenyamanan dan aktivitas

sehari-hari (Sylvia A. Price, 1995)

2.6 Manifestasi Klinik

1.Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah saat fragmen tulang diimobilisasi.


2.Deformitas (kelainan bentuk)

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digerakkan dan cenderung bergerak secara

alamiah. Perseruan fragmen pada fraktur lengan / tungkai menyebabkan deformitas ekstrimitas

yang dapat diketahui dengan membandingkan ekstremitas yang dapat diketahui dengan

membandingkan

ekstrimitas normal.

3.Krepitasi (suara berderik)

Saat ekstremitas diraba dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitas yang

teraba akibat gesekan an

tara fragmen satu dengan yang lain.

4.Edema / bengkak setempat / lokal

Bengkak dan perubahan warna total pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang

mengikuti fraktur. Tanda

ini baru bisa terjadi setelah beberapa jam / hari setelah cidera.

5.Peningkatan temperatur lokal

6.Daerah cidera kurang kuat pada daerah yang bengkak

7.Pergerakan abnormal

8.Echymasis (perdarahan subkutan yang lebar)

9.Kehilangan fungsi pada daerah yang cidera

10.Shock terutama bila terjadi perdarahan

hebat dari daerah area luka terbuka.

(Barbara C. Long, 1996).


2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah se

bagai berikut :

1.Terapi konservatif, terdiri dari :

a.Proteksi saja, untuk fraktur dengan kedudukan baik

Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemsanganan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur

tanpa kedudukan baik.

b.Reposisi tertutup dan fikasasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anastesi umum atau lokal.

c.Traksi untuk reposisi secara berlebihan.

2.Terapi operatif

a.Reposisi terbuka, fiksasi eksternal

b.Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial Tetapi operatif dengan reposisi anatomis

diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin,

penundaan waktu, dapat mengakibatkan komplikasi, waktu yang optimal untuk bertindak

sebelum 6-7jam berikan toksoid, antitetatnus serum(ATS) atau tetanus humaglobidin. Berikan

antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi, lakukan pemeriksaan kultur

dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka.

2.8 Komlikasi

Komplikasi ada dua jenis :


1.Komplikasi awal

a.Syok

b.Emboli lemak

c.Sindroma komportement

d.Infeksi

e.Trombo emboli

f.Emboli paru

g.Kagulasi intra vaskuler diseminatsi

2.Komlikasi lambat

a.Penyatuan terlambat / tidak ada penyatuan.

b.Nekrosis terlambat / tidak ada penyatuan.

c.Reakasi terhadap alat fiksasi internal (Engram,


BAB III

KESIMPULAN

Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada  perempuan dengan umur di bawah 45 tahun

dan sering berhubungan dengan olahraga,  pekerjaan dan kecelakaan. Sedangkan pada usia lanjut

(usila) prevalensi cenderung lebih  banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya

osteoporosis yang terkait dengan  perubahan hormon. Tingginya angka kecelakaan menyebabkan

angka kejadian atau insidensi fraktur tinggi, dan salah satu fraktur yang paling sering terjadi

adalah pada bagian paha (tulang  paha).


DAFTAR PUSTAKA

1. Corso P, Finkelstein E, Miller T, Fiebelkorn I, Zaloshnja E. Incidence and

lifetimecosts of injuries in the United States.Inj Prev. Aug 2006;12(4):212-8.

2. Canale ST.Campbell's Operative Orthopaedics. 10thed.St Louis, Mo: Mosby-

YearBook; 2003.

3. Court-Brown CM, Rimmer S, Prakash U, McQueen MM. The epidemiology of

openlong bone fractures.Injury. Sep 1998;29(7):529-34.

4. Norvell J G, Kulkarni R. Tibial and Fibular Fracture.Diakses

dihttp://emedicine.medscape.com/article/826304-overview. tanggal akses 11

Februari2012. UpdateTerakhir 16 Maret 2011

5. .Moran DS, Israeli E, Evans RK, Yanovich R,ConstantiniN, Shabshin N, et

al.Prediction model forstress fracture in young female recruits during

basictraining.Med Sci Sports Exerc. Nov 2008;40(11 Suppl):S636-44.

6. Gustilo RB, Merkow RL, Templeman D. Themanagement of open fractures.J

BoneJoint Surg Am.Feb 1990;72(2):299-304.

7. .Buckley R dkk. General Principle of Fracture

Workup.Diaksesdihttp://emedicine.medscape.com/articl/1270717-workup.

Diakses tanggal 11 Februari2012. Updateterakhir 15anuari 2010.

8. Patel M dkk. Open Tibial Fracture. Diakses

dihttp://emedicine.medscape.com/article/1249761-overview. Tanggal akses 11

Februari2012. Update Terakhir 23 Mei 2011.


9. .American College of Surgeons.Advanced Trauma Life Support for Doctors

(ATLS):Student Course Manual. 7thed. Chicago, Ill: American College of

Surgeons; 2004.

10. Wang AM, Yin X, Sun HZ, DU QY, Wang ZM.Damage control orthopaedics in

53cases of severe polytrauma who have mainly sustained orthopaedictrauma.Chin

JTraumatol. Oct 2008;11(5):283-7.

11. .Lee C, Porter KM. Prehospital Management of Lower Limb Fracture. Emerg

Med J2005;22:660–663

12. .American College of Surgeons Comittee on Trauma.Advanced Trauma Life

Supportfor Doctors (ATLS)Student Course Manual. 8th ed. Chicago, IL

:American College ofSurgeons ; 2008

13. .Mangku G, Senapathi T.G.A. eds Wiryana I.M.W, Sinardja K, Sujana I.B.G,

BudiartaI.G. Penatalaksanaan Nyeri.Dalam :Buku Ajar Ilmu Anestesia dan

Reanimasi.JakartaBarat : Indeks. 2010

14. .Khan F.Y.Rhabdomyolysis : A Review of theLiterature.The Netherlands Journal

ofMedicine.Oct2009; 67(9); 272–283

Anda mungkin juga menyukai