Problema Penyakit Budaya Stereotip
Problema Penyakit Budaya Stereotip
A. Pengertian Stereotip
Kata stereotip ini bagi sebagian orang mungkin terdengar asing. Namun,
secara tidak disadari stereotip telah banyak melekat di kehidupan masyarakat
Indonesia dan seringkali dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Menurut
Schneider (2004), stereotip berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu stereos
yang berarti padat atau kaku dan typos yang bermakna model. Stereotip masuk
kedalam kehidupan publik sebagai istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan
bagaimana kualitas atau karakter negatif pada kelompok tertentu, dengan cara
direpresentasikan dalam beberapa media. Stereotip didasarkan pada penafsiran
yang dihasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya. Stereotip
dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain yang bukan dari
sumbernya langsung. Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang
bisa diidentifikasi. Masalah-masalah yang kita identifikasi sering kali kita seleksi
tanpa alasan apapun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu
masalah tertentu dan mengabaikan kebenaran dari masalah yang lain. Stereotip
merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok
tersebut.
1) Stereotip Positif
2) Stereotip Negatif
C. Fungsi Stereotip
D. Dimensi Stereotip
2) Dimensi intensitas, yaitu seberapa jauh seseorang percaya pada stereotip yang
dipercayai.
E. Macam-Macam Stereotip
Banyak macam stereotip yang berada di kehidupan masyarakat Indonesia
dan telah melekat erat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia,
diantaranya adalah :
1) Stereotip berdasarkan jenis kelamin, misalnya: laki-laki kuat sedangkan
perempuan lemah, dan lain sebagainya.
2) Stereotip berdasarkan etnis, misalnya: Jawa halus, Batak kasar, dan lain
sebagainya.
3) Stereotip berdasarkan negara, Jerman orangnya kaku, Indonesia ramah, dan
lain sebagainya.
4) Stereotip berdasarkan usia, misalnya orang lanjut usia jika berbicara biasanya
menggurui, suatu pekerjaan memberi masa pensiun kepada lansia karena lansia
sudah tidak dapat bekerja secara maksimal, dan lain sebagainya.
5) Stereotip berdasarkan ekonomi, misalkan orang yang secara ekonomi berlebih
biasanya berpenampilan mewah sedangkan orang dari ekonomi rendah
biasanya berpenampilan sederhana, dan lain sebagainya.
6) Stereotip berdasarkan pekerjaan, misalkan banyak pekerjaan perempuan yang
dianggap tidak bermoral seperti sebagai pelayan di tempat-tempat minum,
tukang pijat, atau pekerjaan yang berkaitan dengan industri perhotelan dan
turisme serta pekerjaan yang dilakukan pada malam hari, selain itu banyak
anggapan orang tua bahwa dengan menjadi seorang PNS anaknya akan
memiliki kehidupan yang layak atau sukses, dan anggapan-anggapan yang
lainnya.
F. Dampak Stereotip
1) Stereotip dapat mempengaruhi apa yang kita rasakan dan kita ingat yang
berhubungan dengan tindakan orang-orang dari sekelompok lain.
5) Stereotip membuat seseorang melihat orang lain dengan cara yang berbeda
karena gambaran atau label yang telah diberikan.
6) Stereotip ini membuat seseorang memberi label dan mencap sama rata suatu
kelompok.
12) Stereotip membuat seseorang tidak memiliki rasa saling menghargai antar
sesama manusia karena melihat dunia dengan pandangan-pandangan stereotip
tersebut.
Hanurawan, dkk. 2010. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mufid. M. 2010. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Dzikriyya, V. W. 2017. Stereotip Islam teroris dalam film “3 : Alif Lam Mim”.
Skripsi. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri
Walisongo. Semarang. https://bit.ly/3o7PLKg [Diakses pada 20 Oktober
2020]