Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.

2, Juli 2017, hal 118-127


pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI: 10.7454/jki.v20i2.478

PILIHAN PENGOBATAN PASIEN KANKER PAYUDARA MASA


KEMOTERAPI: STUDI KASUS

Laili Rahayuwati*, Kusman Ibrahim, Maria Komariah

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran, Sumedang 45363, Indonesia

*Email: lailira2002@yahoo.com

Abstrak

Kanker payudara memberi pengaruh pada status emosional perempuan, terutama pada usia reproduksi. Selama
pengobatan, mereka mendapatkan pengalaman individu yang unik. Studi kasus ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman hidup pasien kanker payudara pada pemilihan terapi dan situasi lingkungan yang mendorong promosi
kesehatan. Studi ini melibatkan 17 partisipan yang dipilih dengan purposive sampling. Pengumpulan data melalui
wawancara mendalam dan penelusuran catatan arsip. Terdapat empat tema dominan, yaitu (1) Kanker merupakan konsep
dan bagian dari legalitas sosial budaya yang berifat subjektif; 2) Pemilihan jenis terapi harus diterima/disepakati oleh
keluarga dan sistem dukungan sosial; 3) Kondisi sakit kanker memberikan arti dalam kehidupan pasien; dan (4) Harapan
untuk sembuh. Pasien seharusnya dipahami sebagai sebuah hubungan antara tubuh sebagai entitas fisik dan aspek-aspek
lain seperti psikologis, sosial dan spiritual. Oleh karena itu, pembangunan semua aspek (fisik, psikologis, sosial, spiritual)
sudah menjadi bagian dari pengalaman hidup perempuan dengan kanker payudara.

Kata Kunci: fase kemoterapi, kanker payudara, pemilihan pengobatan

Abstract

Choice of Treatments among Breast Cancer Patients during Chemotherapy: Case Study. Breast cancer has an t
influence on emotional status of women, especially in reproductive age women. During cancer treatments, the women
have uniquely individual experienced. The purpose of this case study was (1) to explore life experienced by breast cancer
patients, including the choice of treatments and surrounding situation which encourage for health promoting. The study
involved 17 women selecting with purposive sampling. The data were collected through in-depth interviews and
documents or archive records reviewing. Based on the thematic analysis, we found four predominant themes which
emerged as regards to patients’ experienced. It was namely (1) Cancer is concept and part of socio-cultural legality; (2)
Choosing the therapies should be accepted by family and social support system; 3) Valuing cancer as the disease in life;
4) Hoping for recovery. We should understand the breast cancer patients as a connection between the body as a physical
entity and other aspects such as psychological, social and spiritual. Therefore, the development of all aspects (physical,
psychological, social, spiritual) has become part of the life experience of women with breast cancer.

Keywords: breast cancer patients, choice of treatments, the life of experience of illness

Pendahuluan sebanyak 60–70% pasien yang datang ke RS


sudah berada pada kondisi stadium lanjut. Kan-
WHO (2013) menyatakan secara spesifik bahwa ker payudara, umumnya terjadi pada kelompok
sekitar 508.000 perempuan meninggal karena perempuan pasca menoupause, tetapi saat ini
kanker payudara pada tahun 2011. Di Indonesia, banyak ditemukan pada usia yang muda, seperti
khususnya di RS Kanker Dharmais Jakarta, kurang dari 25 tahun (Kementerian Kesehatan,
kasus kanker payudara juga terus meningkat, 2015).
dari 221 kasus pada tahun 2003 menjadi 657
kasus pada tahun 2008 (Rumah Sakit Kanker Kanker payudara pada perempuan akan meme-
Dharmais, 2014). Kondisi ini diperparah karena ngaruhi eksistensi dan kesejahteraannya, baik
Rahayuwati, et al., Pilihan Pengobatan Pasien Kanker Payudara Masa Kemoterapi 119

secara fisik, emosional, psikologis, sosial, mau- menter dalam hal ini adalah terapi yang di-
pun spiritual. Dampak akan terasa lebih berat gunakan bersama-sama dengan terapi medis
bila terjadi pada usia reproduksi karena ber- konvensional (Wang, 2017). Terapi komple-
kaitan dengan seksualitas dan posisi perempuan menter, diantaranya adalah pengobatan herbal.
sebagai istri dan ibu (Brousselle, et al., 2017; Beberapa tahun terakhir di Indonesia, peng-
Murtiwi, Nurachmah, & Nuraini, 2005). gunaan obat herbal yang berasal dari fitokimia
ditujukan tidak sekedar untuk suplemen gizi
Masalah yang dihadapi pasien kanker payudara maupun kosmetik, namun juga untuk kepen-
baik dalam menentukan diagnosis maupun tingan pengobatan. Namun demikian, masya-
pemilihan terapi bersifat multidimensi, dengan rakat lebih memilih kombinasi antara terapi
banyak pertimbangan seperti masalah fisik, kimia, seperti kemoterapi dengan pengobatan
sosial, psikologis dan spiritual, tentunya finan- dengan herbal (Universitas Gajah Mada, 2012).
sial. Terlebih lagi, pasien dan keluarga sering-
kali tida memahami pentingnya deteksi dini Penerapan kesehatan integratif, yaitu terapi
kanker payudara atau jika penyakit sudah ber- konvensional dan komplementer di Indonesia
ada pada kondisi lanjut. Mereka juga meng- sudah merambah ke institusi pelayanan kese-
alami kesulitan untuk memutuskan terapi, apa- hatan sesuai dengan amanat UU No 36 tahun
kah menggunakan terapi modern atau terapi 2009 tentang kesehatan, dan dalam PP 72 tahun
komplementer (Anggraeni, Ngatimin, & Arsin, 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional juga
2012; WHO, 2017; Wang, 2017). diatur pelayanan kesehatan tradisional alterna-
tif dan komplementer yang dilaksanakan secara
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang di- sinergi dan integrasi dengan pelayanan kese-
pilih pasien, hampir 70% pasien kanker payudara hatan ("Siapkan Pengobatan Tradisonal di RS",
mengalami putus kemoterapi dan banyak yang 2014). Namun demikian, masih banyak me-
tidak melakukan kemoterapi pra-bedah setelah nimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan
didiagnosis kanker payudara stadium awal dan profesional kesehatan.
lebih memilih perawatan alternatif (Aprianti,
2012). Selanjutnya, Hikmanti dan Ardian (2014) Meninjau permasalahan yang berkaitan dengan
mengungkapkan bahwa motivasi pasien dalam kebutuhan pasien kanker payudara terhadap
menggunakan terapi komplementer atau alter- jenis terapi yang dipilih, perlu suatu kajian yang
natif adalah membantu tubuh dalam proses pe- berbasis ilmu kesehatan yang bermanfaat untuk
nyembuhan (75%), meningkatkan sistem keke- memahami proses menentukan pilihan terapi
balan tubuh (56%), dan merasa berbuat sesuatu pasien kanker payudara dalam meningkatkan
dalam terapinya (56%). Selain itu, sebanyak kualitas hidupnya, dan bagi profesional kese-
88% responden menyatakan menggunakan terapi hatan penting untuk mengembangkan kemam-
komplementer atau alternatif dengan melaku- puan dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan
kan terapi medis dalam waktu yang sama. pasien dan masyarakat.

Masyarakat menggunakan terapi komplementer Metode


dengan alasan keyakinan, keuangan, menghin-
dari kandungan kimia dan dampak terhadap Penelitian ini dirancang dengan menggunakan
kesembuhan (Widyatuti, 2008). Terapi komple- metoda kualitatif studi kasus, yaitu memfokus-
menter menjadi salah satu cara bagi tenaga kan pada pasien yang datang ke rumah sakit
kesehatan, dalam hal ini adalah perawat untuk rujukan, untuk menganalisis situasi dan kebu-
menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan tuhan yang diperlukan pasien kanker payudara
menggunakan diri sendiri sebagai alat atau di wilayah Provinsi Jawa Barat mulai pada
media penyembuh pasien dari masalah kese- tahap menduga atau merasakan gejala, pilihan,
hatan (WHO, 2017). Pengertian terapi komple- sampai memutuskan berobat. Penelitian sudah
120 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 118-127

mendapatkan persetujuan etik dari Fakultas Hasil


Kedokteran Universitas Padjadjaran dengan
No. 277/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2015. Latar belakang partisipan mencakup suku, pen-
didikan, dan social ekonomi. Semua bersuku
Populasi penelitian ini adalah pasien yang Sunda, tetapi satu Jawa dan satu Sumatera.
sedang menjalani rawat inap maupun rawat Mayoritas SMP dan SMA, satu D3 dan satu
jalan di RS yang telah didiagnosis kanker Sarjana. Mayoritas menegah ke bawah, tiga
payudara. Sejumlah 17 pasien dipilih secara orang tinggi. Melalui kajian tematik, terdapat
purposeful untuk mengetahui pandangan dan tema utama yang didapatkan berkenaan dengan
pengalaman dalam terapi kanker payudara. persepsi pasien kanker terhadap penyakitnya
Adapun kriteria partisipan adalah yang sudah serta pemilihan terapi pada saat mendapatkan
didiagnosis kanker payudara berdasar catatan gejala penyakit.
medis; berasal dari wilayah Jawa Barat yang
datang ke RS rujukan; dan pernah atau sedang Lima tema utama yang didapatkan, yaitu: (1)
menjalani kemoterapi. Konsep penyakit berdasarkan kategori subyek-
tif dan sosial budaya (illness, sickness); (2)
Pengumpulan data dilakukan dengan wawan- Pilihan pengobatan yang diterima oleh keluar-
cara mendalam, studi dokumentasi, dan data ga; (3) Persepsi kesembuhan pada setiap jenis
arsip. Adapun tahap wawancara mendalam pengobatan; (4) Konsep sakit dalam kehidupan
yang akan dilakukan adalah: (1) Thematizing, mempunyai makna positif; dan (5) Tingginya
mengapa dan apa yang sudah dan akan diteliti; harapan sembuh. Adapun beberapa penjelasan
(2) Designing, merencanakan wawancara dalam tema yang muncul adalah sebagai berikut:
penelitian; (3) Interviewing, melakukan wawan-
cara berdasarkan pedoman yang sudah disusun; Penyakit adalah faktor subyektif (yang
(4) Transcribing, menyiapkan hasil wawancara dirasakan) dan dilegalisasi oleh budaya.
untuk dianalisis; (5) Analyzing, memutuskan Hampir semua partisipan mengungkapkan se-
tujuan, topik proses alamiah dari wawancara benarnya mereka merasakan gejala kanker rela-
serta metode analisis yang sesuai; (6) Verifying, tif sudah lama, bahkan 8–10 tahun yang lalu.
melakukan validasi dari hasil wawancara; (7) Umumnya yang dirasakan pada awalnya adalah
Reporting, membuat laporan sesuai dengan kri- benjolan yang kecil saja di sekitar payudara.
teria studi yang sudah dilakukan. Hanya sedikit pasien sudah menduga menyam-
paikan kemungkinan kanker payudara. Namun,
Validitas dan reliabilitas data dipertahankan umumnya semua gejala dan tanda yang dirasa-
dengan empat pengukuran, yaitu: (1) kredibi- kan tadi akan diabaikan atau tidak diperiksakan
litas yang dipastikan melalui wawancara ber- ke dokter. Hal ini disebabkan oleh beberapa
ulang untuk menyesuaikan yang disampaikan kemungkinan: 1) kekawatiran akan mengetahui
partisipan dengan situasi yang ada, (2) transfer- kejadian sebenarnya bahwa pasien menderita
abilitas, data yang dikumpulkan memungkin- penyakit yang parah; 2) tidak mau menambah
kan untuk menggambarkan situasi pasien kanker atau mengakibatkan rasa was-was pada diri
di Jawa Barat, (3) dependabilitas, setiap tahap pasien sendiri maupun keluarga ika mengetahui
kualitatif dikuti, dari pendekatan ke pasien, pe- apa yang dideritanya; 3) keterbatasan biaya,
ngumpulan data, sampai pengambilan kesim- jika benar didiagnosis penyakit parah belum
pulan, (4) konfirmabilitas, dilakukan triangulasi atau tidak mempunyai biaya untuk berobat.
data dengan memperoleh informasi dari petugas
tentang kondisi pasien. Adapun proses analisis Secara umum, partisipan menilai benjolan yang
data dari hasil transkrip dan observasi serta ada adalah hal yang belum perlu untuk diperiksa-
catatan medis dilakukan dengan menggunakan kan karena dalam kehidupan sehari-hari mereka
analisis tema. masih mampu untuk beraktifitas seperti biasa.
Rahayuwati, et al., Pilihan Pengobatan Pasien Kanker Payudara Masa Kemoterapi 121

Baik aktifitas bekerja mencari penghasilan di bahwa mereka tidak menentukan pilihan peng-
luar rumah maupun aktifitas sehari-hari yang obatan sendiri atau mandiri. Setiap pilihan jenis
berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga. Ber- pengobatan merupakan hasil diskusi dan kese-
dasarkan hal tersebut, sepanjang tidak meng- pakatan dengan keluarga atau orang terdekat.
ganggu aktifitas, maka sesuatu gejala atau tanda Mayoritas pasien menyatakan bahwa orang
bukanlah suatu penyakit. Hampir seluruh pasien yang paling berperan dalam pilihan pengobatan
menyatakan tidak memeriksakan gejala benjolan adalah suami, disusul keluarga seperti kakak
tersebut ke dokter atau RS. dan adik perempuan. Dalam hal pilihan peng-
obatan, anak jarang sekali dilibatkan sekalipun
Terlebih lagi, pengetahuan pasien tentang kan- beberapa diantara mereka sudah dewasa. Namun
ker sangat terbatas, umumnya mereka hanya ada sedikit pasien yang menyatakan bahwa du-
mendapatkan sedikit informasi melalui televisi, kungan pilihan pengobatan mereka terima juga
selain itu hampir tidak pernah pasien menge- dari anak yang sudah dewasa. Yang berperan
tahui seluk beluk kanker dengan lebih detail. dalam menentukan pilihan pengobatan selan-
Informasi lain tentang kanker mereka dapatkan jutnya adalah pemimpin informal, yaitu orang
juga dari sumber yang dianggap dipercaya se- yang dianggap tahu lebih baik dalam persoalan
perti, suami, saudara, teman maupun tetangga. agama maupun dalam kehidupan sehari-hari,
Seringkali pula setiap gejala yang dirasakan seperti ustadz, maupun keluarga yang berpen-
oleh pasien dikonsultasi ke pemimpin informal, didikan apakah dokter maupun non dokter.
seperti orang yang tahu tentang agama, misal
ustadz untuk memutuskan pertolongan atau Situasi menunjukkan bahwa sulit bahkan tidak
mencari jenis pengobatan yang tepat. mungkin bagi pasien untuk menentukan pilihan
pengobatan sendiri tanpa pertinmbangan orang
Secara umum pasien tidak bermasalah dalam lain. Hal ini disebabkan karena: 1) Karakter
biaya pengobatan karena ditanggung melalui sosial dan budaya di masyarakat umumnya ber-
Gakinda dan BPJS. Bagi pasien yang sudah sifat kolektif, sehingga setiap keputusan yang
sakit sebelum periode BPJS atau asuransi lain dianggap penting harus dihasilkan oleh kese-
(sebelum tahun 2011) mereka menyiapkan biaya pakatan bersama; 2) Pada tahap pasien menda-
pengobatan tersendiri, contohnya untuk sekali patkan diagnosis sakit dan mendapatkan peng-
operasi menyiapkan dana 25–35 juta rupiah. obatan kemoterapi, akan terjadi penurunan fisik.
Saat ini kehadiran dan support keluarga sangat
“Sebelum ikut BPJS untuk satu kali kemo- dibutuhkan untuk menopang aktifitas fisik
terapi mencapai 2.5–3 juta, total operasi 23 pasien. Bahkan ada pasien saat awal didiagno-
–35 juta. Terus apa yang harus saya laku- sis kanker, maka oleh suami yang menilai
kan? Uangnya tidak ada, sudah habis. Ada bahwa kanker adalah penyakit berat maka serta
beberapa orang yang mengatakan untuk merta tidak diperbolehkan untuk melakukan
tidak melakukan operasi, lebih baik meng- pekerjaan rumah tangga. Lebih banyak disaran-
gunakan pengobatan herbal. Kemudian ibu kan untuk istirahat dan melakukan pekerjaan
mencoba mencari pengobatan herbal, ada- ringan saja. Sumber informansi menyatakan:
nya yang mahal dan ibu tidak sanggup
karena memang tidak ada biayanya. Ber- “Informasi yang saya tahu bahwa penyakit nya
hubung sudah ikut ada program BPJS dan adalah penyakit mematikan. Setelah tahu itu ibu
ibu sudah tidak kuat karena selalu ada per- sangat drop, yang menjadi penyemangat ibu
darahan, akhirnya ibu memutuskan untuk di adalah jangan terlalu dipikirkan, yang ter-
kemoterapi di RS.” (I-1) penting adalah saya berusaha untuk berobat
semampu kita, allhamdulillah badan ibu tidak
drop, badan tidak mengecil. Suami tidak mem-
Pilihan pengobatan yang diterima oleh perbolehkan mengerjakan yang berat, banyak
keluarga. Hampir seluruh pasien menyatakan istirahat.” (I-4)
122 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 118-127

Sumber informasi untuk pengobatan umumnya Dalam menentukan pilihan untuk menjalani pe-
dilakukan melalui proses pencarian secara man- ngobatan medis konvensional mempertimbang-
diri oleh keluarga. Baik melalui televisi, media kan kerugian antara lain adalah: 1) Yang paling
maupun pencarian di internet. Ada juga parti- ‘menakutkan’ untuk tidak dipilih adalah ope-
sipan yang menanyakan masalah penyakitnya rasi, karena secara fisik payudara merupakan
dan proses pengobatan kepada dokter, namun salah satu citra perempuan sehingga jika harus
sedikit pasien yang puas dengan jawaban yang diambil dengan operasi ada kekhawatiran besar
diberikan. Selanjutnya, untuk jenis obat dan bahwa pasien akan kehilangan ciri fisik sebagai
penggunaannya, umumnya mereka mendapat- perempuan secara utuh; 2) Menjalani kemote-
kan informasi dari perawat kemoterapi. Contoh rapi, paling dirasakan besar dari segi efeknya,
ungkapan: bukan sekedar mual dan muntah namun yang
sangat dirasakan adalah kerontokan dan kebo-
“Iya dia (suami) mah nyari nya di google di takan rambut, penurunan badan secara drastis,
internet. Kata suami saya ini mungkin kanker penurunan fisik dan kehitaman warna kulit.
lah gitu. Dia langsung bikinlah BPJS gitu. Takut
sih sebelum saya dapet persiapan dulu, hmmh., Meskipun, sebagian kecil partisipan mampu
dia langsung lah bikin BPJS gitu.” (I-6) bertahan menjalani efek kemoterapi dengan
melakukan pilihan diet dengan disiplin tinggi
“iya nyari di internet, ibu juga dapet informasi namun sebagian besar pasien merasakan peng-
dari temen. Eh bukan temen tapi saudaranya
alaman paling ‘drop’ secara fisik setelah men-
teman. Terus ibu juga sebelum di operasi sama
di kemo teh ke perwat dan dokter dulu nyari jalani kemoterapi. Beberapa pernyataan yang
informasi.” (I-16) disampaikan oleh sebagian besar pasien berikut:

“Rasanya mual, ga bisa makan, ga bisa minum,


Persepsi kesembuhan pada setiap jenis
saya ngedrop pertama kali dikemo. Jadwal
pengobatan. Setiap pilihan pengobatan yang
berikut sudah datang lagi, saya ga kuat, ngedrop
dilakukan oleh pasien, selalu bertujuan untuk harus dirawat dulu. Harus makan bergizi dulu
kesembuhan. Berdasarkan pernyataan pasien, baru bisa dikemo lagi.”
yang melakukan pilihan pengobatan Complemen-
tary Alternative Medicine (CAM) sebagian “Buat saya, di kemo paling berat (dibandingkan
menyatakan bahwa bisa mengecilkan benjolan radiasi, operasi_red), banyak keluhannya setiap
kanker, meskipun belum sembuh sepenuhnya. di kemo: meriang, sariawan, bahkan sakit kena
Namun sebagian pasien lain menyatakan bahwa mata.”
pilihan pengobatan CAM belum mampu me-
Selain itu: “Efek kemo lebih berat dari radiasi
nyembuhkan penyakitnya. Adapun setiap pilih- dan operasi, sampe makan lidah juga ga ada
an pengobatan CAM umumnya dilandasi oleh: rasa. Dan yang tidak bisa dilupakan kerontokan
1) Ketakutan terhadap konsep operasi peng- rambut sampe botak”.
obatan konvensional serta efek kemoterapi yang
dinilai mempunyai dampak besar dari penurun- Dalam memandang efek kemoterapi, tiap parti-
an fisik; 2) Bebebara pasien menyatakan bahwa sipan mempunyai konsep yang variatif. Namun
pilihan CAM juga didasarkan pada ketersedia- dalam melihat proses kesembuhan yang akan
an biaya. Meskipun jika dihitung secara total mereka terima setelah kemoterapi hampir se-
jumlah yang dikeluarkan untuk membiayai pe- luruh subyek menyatakan secara positif mereka
ngobatan melalui CAM (termasuk transportasi) mempunyai harapan untuk sembuh setelah
maupun melalui medis konvensional adalah sama ‘berjuang’ dengan cara menjalani kemoterapi.
besar, namun dengan pilihan CAM mereka mem-
bayarkan sedikit demi sedikit sesuai dengan ke- Biasanya pasien mulai menerima episode setiap
tersediaan dana yang ada pada saat itu sehingga perjalanan penyakit kanker payudara setelah
tidak dirasakan sangat memberatkan. pasien saling bertemu muka, bertukar pikiran
Rahayuwati, et al., Pilihan Pengobatan Pasien Kanker Payudara Masa Kemoterapi 123

dengan sesama pasien kanker baik dalam ruang kesembuhan juga dinilai bervariasi menurut pa-
kemoterapi maupun di luar ruang kemoterapi. sien, namun sebagian dari pasien menyatakan:
Seperti contohnya, beberapa pasien rujukan ke
RSHS dari beberapa tempat di luar kota Bandung “Soal sembuh tergantung, ada keinginan sembuh
seperti Purwakarta, Cianjur, Pengalengan, Tasik- ga, jika ada keinginan sembuh pasti bisa. Kaya
malaya dan lainnya akan menyewa sebuah kata dokter mah latihan tenang, enjoy aja. Masa
rumah ‘kost’ di sekitar lingkungan RS. Rumah mau jerit-jerit ke Allah, da tetep ga bisa sembuh.
tersebut memang kebanyakan dihuni oleh pasien Jadi terima aja dengan ikhlas, mudah-mudahan
bisa jadi obat.”
yang menjalani kemoterapi di RSHS. Bahkan
ibu kost sudah biasa menyiapkan bubur kacang “Kemo pertama juga awalnya sedikit down, tapi
hajau maupun bubur makanan untuk pasien sekarang ngga, ya kalau pusing mual mudah-
yang datang. Jika biasanya kemoterapi dilak- mudahan dikuatkan saja sama Allah, sekarang ah
sanakan mulai jam 9–12 siang, makasebagian jalani aja, enjoy-enjoy aja. Lebih deket sama
besar pasien akan datang ke tempat kost ter- Allah yang utama. Lihat pasien lain juga bisa,
sebut sehari sebelumnya untuk melakukan proses insya Allah.”
administrasi. Setelah proses administrasi sele-
sai, maka esoknya mereka akan menjalani ke- Beberapa hal yang dirasakan oleh partispan s-
moterapi. Beberapa pasien langsung pulang ke ebagai kekurangan bahwa selama sakit, mereka
luar kota setelah kemoterapi dengan memesan tidak bisa menjalankan peranan pekerjaan di
travel. Namun, ada sedikit pasien yang baru rumah tangga bahkan bisa jadi memberatkan
pulang keesokan harinya setelah menjalani ke- menambah beban pekerjaan anggota keluarga
moterapi. Di tempat kost inilah juga merupa- lain. Ada partisipan yang sangat menerima ke-
kan tempat untuk saling bertukar pikiran dan adaan sakitnya mencoba untuk melakukan eva-
berdiskusi oleh sesama pasien kanker payudara luasi sebab sakit yang dialaminya:
yang umumnya datang ditemani suami atau
kerabat lain. “... mungkin pengaruh dari makanan terus
karena saya kerja dan kepengaruh KB.”
Konsep sakit dalam kehidupan mempunyai
makna positif. Meskipun pada awalnya, ke- Namun, sedikit pasien yang masih sulit mene-
beradaan sakit dianggap sebgai musibah oleh rima sakitnya, sehingga tidak mau melakukan
seluruh pasien. Bahkan sebagian dari mereka evaluasi, sebagaimana pernyataan berikut:
masih sering menyangkal. Namun, sebagian “... ada beberapa teman kerja yang meng-ajak
lain menilai bahwa sakit adalah suatu hal yang mengikuti seminar kanker. Tapi ibu sudah me-
merupakan ujian Allah untuk setiap umatnya. nutup telinga. Ibu suka disuruh ikut seminar,
Hal yang menunjukkan bahwa sakit memunyai tapi ibu merasa sudah tidak mau mendengarkan
nilai dalam kehidupan antara lain beberapa per- lagi, sudah cukup drop.”
nyataan yang menyebutkan: 1) Bisa jadi seorang
pasien mempunyai beberapa kesalahan dan Hal positif lain adalah keberadaan teman ber-
dosa yang harus ditebus dengan sakit mereka; bagi, umumnya partisipan merasa mempunyai
2) Dengan sakit mereka harus mengambil hik- harapan besar dan merasa lebih baik saat me-
mah bahwa pasien diminta untuk belajar ihlas lihat keberadaan sesama pasien kanker lain
dan sabar dalam menerima semua takdir dan yang kurang beruntung secara fisik, bahkan
ketentuan Allah; 3) Dengan sakit, diharapkan seringkali lebih buruk kondisinya. Terlebih
mereka termotivasi dan berusaha untuk sembuh lagi, secara psikologis, sebagian besar partispan
sebagai bentuk usaha dan ihtiar kepada Allah. menyatakan bahwa diri mereka semakin kuat
Dengan sakit pula, pasien akan menjadi se- karena ada banyak orang yang menghibur dan
makin dekat ke Allah karena selalu memohon memberikan dukungan positif. Sebagaimana
unuk riringankan sakitnya. Keadaan sakit dan pernyataan berikut:
124 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 118-127

“Penyakit mah ga usah dipikirin yang penting takan jika sembuh ingin membuka usaha untuk
mah dibawa enjoy. Kan disini mah banyak yang membantu perekonomian keluarga di masa
seumuran, kan kalau kontrol bareng, bekel depan.
timbel, makan-makan.”

Salah satu partisipan yang berumur 81 tahun Pembahasan


sekarang, merupakan penyintas kanker yang
Secara umum, partisipan menentukan pilihan
pernah dialami sepuluh tahun yang lalu menya-
berobat tidak sekedar pada medis modern,
takan, bahwa untuk sembuh dimulai dari pola
namun banyak memanfaatkan terapi yang ber-
pikir, dimana pikiran harus berubah yang ada
sifat alternatif maupun komplementer. Menurut
hanyalah motivasi untuk sembuh saja. Dan
WHO (2017), pengobatan komplementer ada-
selalu mednekatkan diri pada Allah sepanjang
lah pengobatan non konvensional yang bukan
waktu dengan cara meningkatkan ibadah mulai
berasal dari negara yang bersangkutan, namun
dari pagi hari sampai malam. Partisipan ini juga
kriteria ini juga perlu dirumuskan kembali
menyatakan, meskipun dalam kondisi yang di-
karena terapi herbal di Indonesia justru se-
nyatakan sakit, karena profesinya sebagai guru,
bagian besar merupakan terapi komplementer.
beliau tetap mengajar ke sekolah yang jaraknya
Tambahan definisi tentang terapi komplemen-
60 km pp ditempuh menggunakan bis kota.
ter adalah semua terapi yang digunakan sebagai
tambahan untuk terapi konvensional yang di-
Tingginya harapan sembuh. Meskipun soal
rekomendasikan oleh penyelenggaraan pelaya-
kesembuhan terletak di tangan Allah, namun
nan kesehatan individu (Potter & Perry, 2009).
semua partisipan menyatakan mereka punya
Selain itu, CAM diartikan sebagai suatu bentuk
harapan besar untuk sembuh. Mereka selalu
penyembuhan yang bersumber dari berbagai
mohon doa untuk disembuhkan. Sekalipun se-
sistem, modalitas dan praktek kesehatan, baik
cara usaha yang dibuktikan oleh masing-masing
yang didukung secara teori maupun dari ke-
partisipan sangat bervariasi. Contohnya, sedikit
percayaan (WHO, 2017; Wang, 2017).
pasien yang berusaha untuk memenuhi kebu-
tuhan nutrisi dengan tepat dan jumlah yang
cukup dengan ‘melawan’ nafsu makan yang Berdasarkan pandangan partisipan, mereka sulit
sudah berkurang drastis. Di sisi lain, kebanyak- membedakan apakah pilihan berobat mereka
an partisipan mengatakan kerena nafsu makan bersifat alternatif ataupun komplementer. Ideal-
semakin menurun maka sulit bagi mereka unutk nya, partisipan perlu memahami perbedaan
memenuhi kecukupan gizi yang seharusnya. antara terapi komplementer dan terapi alterna-
tif. Jika terapi komplementer (komplemen=
Hanya sedikit partisipan yang tahu bahwa ke- pelengkap), diartikan sebagai terapi pelengkap
sembuhan penyakit kanker membutuhkan waktu dari terapi konvensional yang telah dibuktikan
yang sangat lama, bahkan selang lima tahun manfaatnya. Maka terapi alternatif adalah peng-
berlaku masih juga membutuhkan obat. Seperti gunaan terapi diluar sistem konvensional. Mes-
halnya yang disampaikan partisipan berikut: kipun terapi alternatif meliputi intervensi yang
sama dengan terapi komplementer, tetapi sering
“... banyak gitu ya orang lain juga udah pada kali yang dilakukan pasien saat pemilihan peng-
sehat cuman kalau sembuh total mah ee susah obatan awal adalah terapi alternatif menjadi
gitu yak arena masih harus terus berobat kan. pengobatan primer yang mengganti pelayanan
Kan kanker mah yang udah 5 tahun juga harus medis (Wang, 2017).
terus berobat.”
Keperawatan komlementer adalah cabang ilmu
Tentang harapan sembuh, salah seorang parti- keperawatan yang menerapkan pengobatan non
sipan yang mempunyai harapan untuk menuai- konvensional yang ditujukan untuk mening-
kan ibadah lebih baik. Partisipan lain menya- katkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
Rahayuwati, et al., Pilihan Pengobatan Pasien Kanker Payudara Masa Kemoterapi 125

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabi- kapkan bahwa selain dukungan keluarga, ada
litatif. Upaya yang dilakukan tersebut bertujuan hubungan antara jaringan sosial dan mekanisme
untuk mengontrol gejala, meningkatkan kuali- dukungan sosial terhadap kualitas hidup pen-
tas hidup, dan berkontribusi terhadap penata- derita kanker setelah didignosa. Dukungan sosial
laksanaan pasien secara keseluruhan. Sehingga bisa berasal dari teman, tetangga dan komu-
diperlukan adanya pendidikan terstruktur dengan nitas. Kebutuhan spiritual juga ditunjukkan oleh
kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi pasien, sehingga dukungan spiritual harus dikuat-
berlandas ilmu pengetahuan biomedik (Frisch, kan terutama untuk mendukung sistem fisik dan
2001; Irawan, Rahayuwati, & Yani, 2017). psikologis melalui bantuan kesembuhan pasien
dengan selalu mengajak berpikir positif, men-
Masalah fisik yang muncul antara lain hilang- jalani hidup penuh arti dan mampu bertahan
nya nafsu makan setelah mendapat kemoterapi terhadap penyakitnya (Witdiawati, Rahayuwati,
atau terapi radiasi. Hal tersebut sejalan dengan & Sari, 2017).
kesimpulan penelitian Yabroff, et al., (2004)
bahwa meskipun klien kanker payudara hidup Mengingat, tingginya kebutuhan pasien kanker
lebih lama, mereka belum tentu sehat seperti payudara terhadap terapi komplementer, diha-
masyarakat umum lainya. Berbagai upaya in- rapkan perawat mampu melakukan pendekat-
forman lakukan untuk memenuhi kebutuhan an secara holistik (bio, psiko, sosio, kultural,
nutrisi agar kondisi fisiknya tetap stabil, baik spiritual) kepada pasien dalam penanganan peng-
melalui upaya pemenuhan sesuai anjuran medis gunaan terapi. Secara khusus, perawat bekerja
maupun pencarian ke terapi alternatif dan kom- sangat dekat dengan klien mereka dan berada
plementer. dalam posisi mengenali titik pandang klien.
Oleh karena itu, diharapkan perawat mampu
Selain kebutuhan pengobata yang bersifat fisik, menentukan terapi medis alternatif atau komple-
secara umum pasien sangat membutuhkan ke- menter mana yang lebih sesuai dengan keper-
butuhan psikologis dan sosial. Gangguan psiko- cayaan dan menawarkan rekomendasi yang se-
logis termasuk kecemasan dan depresi, umum- suai dengan kebutuhan pasien kanker payudara
nya terjadi pada pasien kanker dengan berbagai (Potter & Perry, 2009).
diagnosa dan mereka mencoba bertahan dari
waktu ke waktu (Kim, et al., 2015). Hasil se- Kesimpulan
buah penelitian memperkirakan bahwa depresi
telah terjadi pada 20–25% dari pasien kanker Pasien kanker payudara selalu dipahami se-
dan tampaknya lebih tinggi pada pasien dengan bagai kondisi bahwa manusia adalah kompleks,
kanker stadium lanjut (Redeker, Lev, & Ruggiero, terdisiri dari keterikatan tubuh secara fisik,
2000). Diagnosis kanker payudara juga me- serta aspek lain seperti psikologi, sosial budaya
ningkatkan distres psikososial bagi penderita- dan spiritual. Oleh karena itu, perjalanan hidup
nya (Mahon, 2011). Kebutuhan emosional dan dalam sebagai pasien kanker payudara sebagai
sosial pasien bisa dilakukan dan diperoleh me- pengalaman sakit selalu melibatkan unsur fisik,
lalui interaksi dan semua dukungan, terutama psikologis, social budaya dan spiritual.
oleh keluarga dalam bentuk dukungan emosio-
nal (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan Perjalanan hidup pasien kanker dalam mencari
penghargaan (menghargai kondisi pasien yang pilihan terapi harus dimaknai dalam pemaham-
masih dalam perawatan, memberikan umpan an sudut pandang pasien dan keluarga itu sen-
balik sesuatu yang dibutuhkan atau lainnya), diri. Sehingga para petugas kesehatan harusnya
dukungan informasi (saran, nasehat) maupun mampu memberikan perawatan dan terapi lebih
dukungan instrumental (melalui ketersediaan spesifik sesuai kebutuhan pasien (SS, YA, INR).
tenaga, dana dan waktu). Penelitian yang di-
lakukan oleh Kroenke, et al. (2013) mengung-
126 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2, Juli 2017, hal 118-127

Referensi Kroenke, C.H., Kwan, M. L., Neugut, A.I., Ergas,


I.J., Wright, J.D., Caan, B.J., . . . Kushi, L.H.
Anggraeni, R., Ngatimin, R., & Arsin, A. (2012). (2013). Social networks, social support
Deteksi dini pada penderita kanker payudara mechanisms, and quality of life after breast
stadium lanjut di RSUD Labuang Baji cancer diagnosis. Breast Cancer Research
Makassar. Diperoleh dari http://pasca.unhas. and Treatment, 139 (2), 515–527. doi:
ac.id/jurnal/files/7599e1c4c12fbfbb9d41626 10.1007/s10549-013-2477-2.
7405f4c63.pdf
Mahon, S.M. (Ed.) (2011). Breast cancer. Pittsburgh,
Aprianti, D. (2012). Faktor-faktor yang berhubung- US: Oncology Nursing Society. Diperoleh
an dengan pencarian pelayanan kesehatan from http://www.ebrary.com.
pada pasien kanker payudara di RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung (Skripsi, tidak Murtiwi, M., Nurachmah, E., & Nuraini, T. (2005).
dipublikasikan). Program Sarjana Universitas kualitas hidup klien kanker yang menerima
Pendidikan Indonesia, Bandung. pelayanan hospis atau homecare: Suatu
analisis kuantitatif. Jurnal Keperawatan
Brousselle, A., Breton, M., Benhadj, L., Tremblay, Indonesia, 9 (1), 13–18. doi: http://dx.doi.
D., Provost, S., Roberge, D., . . . Tousignant, org/10.7454/jki.v9i1.154
P. (2017). Explaining time elapsed prior to
cancer diagnosis: Patients perspectives. BMC Potter, P., & Perry, A. (2009). Fundamental of
Health Services Research, 17 (1), 448. doi: nursing (3rd Ed.). Toronto, ON: Elsevier
10.1186/s12913-017-2390-1. Canada.

Frisch, N. (2001). Nursing as a context for Redeker, N.S., Lev, E.L., & Ruggiero, J. (2000).
alternative/ complementary modalities. Online Insomnia, fatigue, anxiety, depression, and
Journal of Issues in Nursing, 6 (2), 2. quality of life of cancer patients undergoing
chemotherapy. Scholarly Inquiry for Nursing
Hikmanti, & Adrian, F.H.N. (2014). Analisis Practice, 14 (4), 275–284, 286–290.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlam-
batan pengobatan pada wanita penderita Rumah Sakit Kanker Dharmais. (2014). Statistik
kanker payudara. Prosiding Seminar Nasional kanker: 10 besar kanker tersering RSKD
Hasil-Hasil Penelitian & Pengabdian. rawat jalan (kasus baru) tahun 2007.
Diperoleh dari http://jurnal.unimus.ac.id/ Diperoleh dari http://www.dharmais.co.id/
index.php/psn12012010/article/view/1253/1 index.php/cancer-statistic.html.
306.
Siapkan Pengobatan Tradisonal di RS. (2014).
Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. (2017). Diperoleh 17 April 2017, dari http://kebijak
Hubungan penggunaan terapi modern dan ankesehatanindonesia.net/25-berita/berita/19
komplementer terhadap kualitas hidup pasien 8-siapkan-pengobatan-tradisonal-di-rs.
kanker payudara. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 5 (1), 19–28. Universitas Gajah Mada (2012, July 3). Terapi
herbal kurang diminati untuk pengobatan
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data dan kanker. Diperoleh 10 April 2017, dari
Informasi Kementerian Kesehaan RI. Jakarta: https://www.ugm.ac.id/id/newsPdf/4353-tera
Kementerian Kesehatan RI. pi.herbal.kurang.diminati.untuk.pengobatan.
kanker.
Kim, M.K., Kim, T., Moon, H.G., Jin, U.S., Kim,
K., Kim, J., … Han, W. (2015). Effect of Wang, L. (2017). Early diagnosis of breast cancer.
cosmetic outcome on quality of life after Sensors, 17 (7), 1572. MDPI AG. doi: http://
breast cancer surgery. European Journal of dx.doi.org/10.3390/s17071572.
Surgical Oncology, 41 (3), 426–432, https://
doi.org/10.1016/j.ejso.2014.12.002.
Rahayuwati, et al., Pilihan Pengobatan Pasien Kanker Payudara Masa Kemoterapi 127

Widyatuti, W. (2008). Terapi komplementer dalam World Health Organization. (2017). Cancer.
keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, Diperoleh dari http://www.who.int/media
12 (1), 53–57. doi: http://dx.doi.org/10.7454 centre/factsheets/fs297/en/
/jki.v12i1.200.
Yabroff, K.R., Lamont, E.B., Mariotto, A., Warren,
Witdiawati, W., Rahayuwati, L., & Sari, S. (2017). J.L., Topor, M., Meekins, A., & Brown, M.L.
Enculturation in the life pattern of breast (2008). Cost of care for elderly cancer
cancer patients: An ethno-nursing study on patients in the United States. Journal
sundanese women. Jurnal Ners, 12 (1), 99– National Cancer Institute, 100 (9), 630-641.
107. doi: http://dx.doi.org/10.20473/jn.v12i1 doi: 10.1093/jnci/djn103.
.4143.

World Health Organization. (2013). Breast cancer


data. Diperoleh dari http://www.who.intl.
org.

Anda mungkin juga menyukai