Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN

Referat ini di buat untuk melengkapi persyaratan mengikuti


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU. Haji Medan

Pembimbing:
dr. Beatrix Siregar Sp.A, M.Ked (ped)

Disusun Oleh:
Reza Rahadian Yusuf Daen
20360104

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan referat ini dengan
judul “Seribu Hari Pertama Kehidupan”. Penyelesaian referat ini banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sangat tulus kepada dr. Beatrix Siregar Sp.A, M.Ked (ped) selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, petunjuk, nasehat dan memberi
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini tentu tentu tidak lepas dari kekurangan karena
kebatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan
saran yang membangun. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat.

Purwakarta, Agustus 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan dasar dan pondasi dalam berbagai aspek yang memberi
konstribusi pembangunan suatu bangsa yang berhubungan dengan kualitas
sumber daya manusia (SDM). 1000 HPK atau the first thousand days
merupakan suatu periode didalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
di mulai sejak konsepsi sampai anak berusia 2 tahun. Asupan makanan selama
1000 HPK memberi konsekuensi kesehatan untuk masa depan agar anak
tumbuh sehat dan cerdas maka gizi sejak anak dini harus terpenuhi dengan tepat
dan optimal. (Husnah, 2017)
Janin memiliki sifat plastisitas atau fleksibilitas selama dalam
periode perkembangan. Janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang
terjadi pada ibunya, termasuk apa yang diasup oleh ibunya selama
mengandung. Jika nutrisi kurang, perkembangan sel-sel tubuh bayi akan
terhambat. (Meliala, 2015)
Nutrisi yang diterima anak pada periode 1.000 hari pertama
kehidupan berpengaruh pada kemampuan anak untuk belajar dan
bekerja. Pengaruh nutirsi baik terhadap masyarakat ialah terbentuk
masyarakat yang sehat dan sejahtera dalam jangka panjang. (Meliala,
2015)
Kekurangan gizi masih menjadi penyebab nomor satu kematian
anak. Kekurangan gizi pada anak di bawah usia dua tahun akan
menimbulkan dampak buruk yang sulit dikembalikan ke kondisi semula
dan cenderung berpengaruh sampai dewasa. (Meliala, 2015)
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal
yang berkaitan tentang seribu hari pertama kelahiran, dan sebagai salah satu
pemenuhan tugas kepanitraan anak Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai seribu hari pertama kelahiran
2. Menambah pengetahuan tentang hal yang harus dilakukan pada seribu
hari pertama

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Periode 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) sering disebut window of
opportunities atau sering juga disebut periode emas (golden period) didasarkan
pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi
proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia
lain. Pemenuhan asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting. Jika pada
rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang optimal maka
penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak awal. (Parida, 2018)
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan, dalam
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua. Kesemuanya itu akan menurunkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa (BAPPENAS,
2012).
Status gizi pada 1000 HPK akan berpengaruh terhadap kualitas kesehatan,
intelektual, dan produktivitas pada masa yang akan datang. Ibu dan bayi
memerlukan gizi yang cukup dan berkualitas untuk menjamin status gizi
dan status kesehatan; kemampuan motorik, sosial, dan kognitif; kemampuan
belajar dan produktivitasnya pada masa yang akan datang. Anak yang
mengalami kekurangan gizi pada masa 1000 HPK akan mengalami masalah
neurologis, penurunan kemampuan belajar, peningkatan risiko drop out dari
sekolah, penurunan produktivitas dan kemampuan bekerja, penurunan
pendapatan, penurunan kemampuan menyediakan makananan yang bergizi
dan penurunan kemampuan mengasuh anak. Selanjutnya akan menghasilkan
penularan kurang gizi dan kemiskinan pada generasi selanjutnya.
Mempertimbangkan pentingnya gizi bagi 1000 HPK, maka intervensi gizi pada
1000 HPK merupakan prioritas utama untuk meningkatkan kualitas
kehidupan generasi yang akan datang (BAPPENAS, 2012)
B. Periode Seribu Hari Pertama Kehidupan
Adapun titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000 HPK
adalah sebagai berikut:
1. Periode dalam kandungan (280 hari)

Wanita hamil merupakan kelompok yang rawan gizi. Oleh sebab itu
penting untuk menyediakan kebutuhan gizi yang baik selama kehamilan
agar ibu hamil dapat memperoleh dan mempertahankan status gizi yang
optimal sehingga dapat menjalani kehamilan dengan aman dan
melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik, serta
memperoleh energi yang cukup untuk menyusui kelak (Parida, 2018).
Ibu hamil dengan status gizi kurang akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin, penyebab utama terjadinya bayi pendek (stunting) dan
meningkatkan risiko obesitas dan penyakit degeneratif pada masa dewasa
(Parida, 2018).
Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam
tubuh ibunya. Selama hamil atau menyusui seorang ibu harus
menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi
kebutuhan pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung
bayinya serta untuk memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari
tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin atau bayi
akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel
lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari simpanan di dalam tubuh ibu
sebagai sumber zat besi janin/bayi. Demikian juga beberapa zat gizi
tertentu tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B
yang banyak terdapat di dalam sayuran dan buahbuahan. Sehubungan
dengan hal itu, ibu harus mempunyai status gizi yang baik sebelum
hamil dan mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi
maupun jumlahnya (Kemenkes RI, 2014).
Teori Thrifty Phenotype (Barker dan Hales) menyatakan bahwa, bayi
yang mengalami kekurangan gizi di dalam kandungan dan telah melakukan
adaptasi metabolik dan endokrin secara permanen, akan mengalami
kesulitan untuk beradaptasi pada lingkungan kaya gizi pasca lahir, sehingga
menyebabkan obesitas dan mengalami gangguan toleransi terhadap
glukosa. Sebaliknya, risiko obesitas lebih kecil apabila pasca lahir bayi
tetap mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak berlebihan.
(Meliala, 2015)
Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang saat hamil
mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita anemia.
Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanannyaselama kehamilan
tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu
kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang
biasanya sama atau lebih berat dibandingakan dengan saat sebelum
hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya (Kemenkes
RI, 2014).
2. Periode 0 – 6 bulan (180 hari)

Ada dua hal penting dalam periode ini yaitu melakukan inisiasi
menyusu dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
Inisiasi menyusu dini adalah memberikan kesempatan kepada bayi baru
lahir untuk menyusu sendiri pada ibunya dalam satu jam pertama
kelahirannya. (Parida, 2018)
Dalam 1 jam kehidupan pertamanya setelah dilahirkan ke dunia,
pastikan mendapatkan kesempatan untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD). IMD adalah proses meletakkan bayi baru lahir pada dada atau
perut sang ibu agar bayi secara alami dapat mencari sendiri sumber Air
Susu Ibu (ASI) dan menyusu. Sangat bermanfaat karena bayi akan
mendapatkan kolostrum yang terdapat pada tetes ASI pertama ibu yang
kaya akan zat kekebalan tubuh. Tidak hanya bagi bayi, IMD juga
sangat bermanfaat bagi Ibu karena membantu mempercepat proses
pemulihan pasca persalinan. Meskipun manfaatnya begitu besar,
banyak ibu yang tidak berhasil mendapatkan kesempatan IMD, karena
kurangnya pengetahuan dan dukungan dari lingkungan (Kemenkes RI,
2017).
Dengan dilakukannya IMD maka kesempatan bayi untuk mendapat
kolostrum semakin besar. Kolustrum merupakan ASI terbaik yang keluar
pada hari ke 0-5 setelah bayi lahir yang mengandung antibodi (zat
kekebalan) yang melindungi bayi dari zat yang dapat menimbulkan
alergi atau infeksi (Parida, 2018)
3. Periode 6 – 24 bulan (540 hari)
Mulai usia 6 bulan ke atas, anak mulai diberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) karena sejak usia ini, ASI saja tidak mencukupi kebutuhan
anak. Pengetahuan dalam pemberian MP ASI menjadi sangat penting
mengingat banyak terjadi kesalahan dalam praktek pemberiannya,
seperti pemberian MP ASI yang terlalu dini pada bayi yang usianya
kurang dari 6 bulan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau
diare. Sebaliknya, penundaan pemberian MP ASI akan menghambat
pertumbuhan bayi karena alergi dan zat-zat gizi yang dihasilkan dari ASI
tidak mencukupi kebutuhan lagi sehingga akan menyebabkan kurang
gizi (Pudjiadi, 2005).
Asupan gizi yang tidak kuat merupakan salah satu penyebab kegagalan
tumbuh kembang anak. Ini berarti solusi untuk kekurangan gizi harus
memenuhi penyediaan nutrisi tertentu untuk anak (UKAID, 2011).
Menurut Ali Khomsan usaha positif yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi masalah ini adalah dengan menyelenggarakan program
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) secara gratis,
disamping itu perlu ditingkatkan pengetahuan ibu tentang makanan yang
bergizi. PMT-P dapat berupa makanan lokal atau makanan pabrik seperti
susu dan biscuit (Persagi, 2009).
Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan
perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik
mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan
memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai
gizi seimbang maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI), sementara ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
Pada usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-
mula dalam bentuk lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke
makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun (Kemenkes RI, 2014).

C. Nutrisi
Early life Nutrition (ELN) adalah saat yang penting dalam kehidupan
seseorang karena asupan nutrisi selama hamil akan mempengaruhi fungsi
organ tubuh anak antara lain intelektual, psikologis, memori, mood dan
pengambilan keputusan seseorang anak di masa depan. (Husnah, 2017).
Anjuran Nutrisi pada 1000 HKP
1. Makan beragam jenis bahan makanan selama hamil
2. Kebutuhan zat-zat gizi bertambah seiring penambahan usia kehamilan
3. Asupan nitrisi seimbang
4. Ante Natal Care (ANC) minimal 4x selama hamil
5. Minum tablet Fe untuk pertumbuhan plasenta dan hemoglobin
6. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
7. ASI Ekslusif sampai usia 6 bulan
8. Pantau BB ibu dan bayi secara rutin
9. Imunisasi dasar
10. ASI sampai anak usia 2 tahun
11. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) setelah usia 6 bulan dan teruskan ASI
sampai 2 tahun
12. Hindari rokok, alkohol dan kafein
13. Olah raga teratur dan jaga berat badan ideal

Janin memiliki sifat fleksibilitas di dalam periode perkembangannya yaitu


janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang di alami oleh ibunya termasuk
asupan nutrisi selama kehamilan, apabila intake gizi kurang maka bayi akan
mengurangi sel-el perkembangan organ tubuhnya, dan akan bersifat permanen
yang akan menimbulkan masalah jangka panjang. (Husnah, 2017)
Kebutuhan Gizi Selama Kehamilan
1. Karbohidrat, protein dan lemak, penambahan sesuai dengan trisemester usia
kehamilan sebagai sumber penghasil kalori dan energi
2. Asam folat(sumber biji-bijian, sayuran hijau, daging, jeruk)
3. Kalsium (susu, keju, sayuran hijau tua)
4. Zat besi sumber (ayam, hati, ikan, daun singkong, kacang-kacangan)
5. Vitamin D (susu, mentega, kuning telur)
6. Yodium untuk mencegah kreatinisme (udang, kerang, ikan, garam yodium)
7. Sumber zink (seafood, kepiting) protein sebagai zat pembangun harus lebih
banyak dari sumber protein hewani (ikan, telur, daging, ayam),dibandingkan
sumber protein nabati (tahu, tempedan kacang-kacangan)
Efek Defisiensi Gizi pada 1000 HPK
1. Bayi lahir dengan Berat Badan Rendah (BBLR), kurus, kecil, imunitas kurang
2. Hambatan pertumbuhan kognitif dan IQ yang rendah yang menurunkan
produktifitas sewaktu dewasa
BAB III
KESIMPULAN

1. Nutrisi pada seribu hari pertama kehidupan memberi peluang untuk upaya
perbaikan sumber daya manusia,sehingga menjadi prioritas bagi seluruh lintas
sektor terkait
2. Malnutrisi pada periode seribu hari kehidupan akan bersifat permanen dan
berdampak jangka panjang (trans-generasi)
3. Investasi pada seribu hari kehidupan merupakan cost effective untuk investasi
SDM di masa depan
4. Status gizi ibu hamil dan ibu menyusui sangat menentukan masa depan anak
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS RI. 2012. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi


dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta.

Husnah. 2017. Nutrisi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala. Vol. 17 (3), Desember 2017.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kualitas manusia ditentukan pada


1000 hari pertama kehidupannya. Artikel publikasi, 2017. www.kemenkes.go.id

Kementerian Kesehatan, RI. 2014. Pedoman gizi seimbang, Jakarta.

Meliala P. 2015. Seribu Hari Pertama. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Parida R. 2018. Buku Ajar 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta: Program
Studi Kesehatan Masyarakat. CV Mine.

Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Edisi Keempat FKUI.

PERSAGI. 2009. Kamus gizi pelengkap kesehatan keluarga.


Jakarta : Kompas.

Anda mungkin juga menyukai