Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pengaruh Gaya Kepemimpian


Transformasional Terhadap Kinerja Pegawai
TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Bodro Irianto

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030559698

Email : bodroirianto@uny.ac.id

Kode/ Nama Mata Kuliah : ADPU4334/ KEPEMIMPINAN

Kode/ Nama UPBJJ : 45/ Yogyakarta

Masa Ujian : 2020/21.1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap lembaga atau instansi memerlukan pegawai yang memiliki kepribadian
tinggi dan memiliki kemampuan serta kecakapan dalam mengambil keputusan, sumber
daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, pengetahuan dan dorongan.
Keberhasilan pengendalian dalam suatu perusahaan tidak terlepas dari peran pimpinan
perusahaan dan dukungan dari bawahan yang memiliki komitmen untuk menjaga
kestabilan kerja demi kemajuan bersama dalam suatu perusahaan. Menurut Nawawi,
pimpinan adalah seseorang yang mengarahkan suatu aktivitas yang berjalan diperusahaan
dan mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya perusahaan yang lainnya
untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, pimpinan suatu perusahaan didalam menjalankan
fungsi dan tugasnya, haruslah memahami peranan dan fungsinya serta tujuan yang hendak
dicapai guna memajukan perusahaan yang dipimpinnya. Peran pemimpin dapat
mempengaruhi moral, kepuasan kerja, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih
bergantung pada kepemimpinan, yaitu apakah kepemimpinan tersebut dapat
menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana, dan waktu
secara efisien-efisien serta terpadu dalam prosese manajemen. Karena itu kepemimpinan
merupakan inti dari organisasi, manajemen, dan administrasi.
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam
suatu perusahaan, dan sering disebut sebagai ujung tombak untuk mencapai tujuan
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan sumber daya manusia atau karyawan
yang berkinerja tinggi sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Salah satu unsur yang penting dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai adalah
pemimpin yang mampu mempengaruhi bawahannya dan mengikutsertakan bawahan
secara aktif dalam mencapai tujuan tersebut melalui gaya kepemimpinan yang sesuai.
Adanya keterkaitan atasan dan bawahan tersebut diharapkan dapat melahirkan suatu
situasi yang harmonis sehingga menimbulkan kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan
perusahaan. Untuk itu organisasi memerlukan pemimpin yang reformis yang mampu
menjadi motor penggerak perubahan (transformation) sehingga tercipta kerjasama yang
baik anara pimpinan dan bawahan.
Salah satu gaya kepemimpinan yang menekankan pada pentingnya seorang
pemimpin menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para bawahan untuk
berprestasi melampaui harapannya (Burns dalam Dewi, 2012:15) adalah gaya
kepemimpinan transformasional. Dalam perubahan organisasi baik yang terencana
maupun tidak terencana, aspek yang terpenting adalah perubahan individu. Perubahan
pada individu ini tidak mudah, tetapi harus melalui proses. Pemimpin sebagai panutan
dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas
(pemimpin). Pentingnya gaya transformasional juga dikemukakan Bass dalam Yukl
(2010:305) bahwa kepemimpinan transformasional lebih meningkatkan motivasi dan
kinerja pengikut dibandingkan transaksional. Dengan kepemimpinan ini, menurut Bass
dalam Yukl (2010:305) menyebutkan bahwa para pengikut merasakan kepercayaan,
kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin dan mereka termotivasi
untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan dari mereka.
Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya untuk mencapai
target kerja. Karyawan dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi
sehingga produktifitasnya maksimal. Kinerja karyawan merupakan satu faktor penentu
keberhasilan suatu perusahaan. Untuk itu kinerja dari para karyawan harus mendapat
perhatian dari para pimpinan perusahaan, sebab menurunnya kinerja dari karyawan dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pemimpin yang baik harus mampu
mempengaruhi karyawan agar dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan konsep yang
telah ditentukan.

B. PERMASALAHAN
Bagaimana pengaruh gaya kepemimpian transformasional terhadap kinerja pegawai?
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI
1. Kinerja Pegawai/ Karyawan
Mangkunegara (2009:67) berpendapat bahwa,”Kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”.
Kinerja berasal dari job performance yaitu sebagai suatu tingkatan
dimana karyawan memenuhi atau mencapai persyaratan kerja yang ditentukan.
Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari suatu pekerjaan atau
kegiatan tertentu dalam waktu periode tertentu. Istilah kinerja tidak dapat
dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja
Kinerja karyawan (job performance) dapat diartikan sebagai sejauh
mana seseorang melaksanakan tanggung jawab dan tugas kerjanya, Singh et.al,
(dalam Maulizar, Musnadi dan Yunus, 2012:60). Searah dengan pendapat tersebut
(Maulizar, 2012:61) menyimpulkan kinerja karyawan adalah hasil kerja yang
dicapai oleh karyawan dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya mencapai visi, misi, dan
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Menurut Rivai dan Sagala (2011:177), kinerja merupakan perilaku nyata
yang ditampilkan oleh setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan
merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dalam upaya mencapai
tujuannya. Sedangkan menurut Prawirosentono (1999:2), kinerja atau
performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Tercapainya tujuan lembaga atau perusahaan hanya dimungkinkan karena upaya
para pelaku yang terdapat dalam organisasi lembaga atau perusahaan tersebut
Tidak semua kriteria pengukuran kinerja dipakai dalam penilaian kinerja
karyawan, tentu hal ini harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang akan
dinilai. Faustino Gomes (dalam Nugroho, 2006:20) lebih lanjut menjelaskan
terdapat dua kriteria pengukuran performansi atau kinerja karyawan, yaitu:
a. Pengukuran berdasarkan hasil akhir (result-based performance evaluation).
Dalam kriteria pengukuran ini, tujuan organisasi ditetapkan oleh pihak
manajemen atau kelompok kerja, kemudian karyawan dipacu dan dinilai
performanya berdasarkan seberapa jauh karyawan mencapai tujuan-tujuan
yang sudah ditetapkan.
b. Pengukuran berdasarkan perilaku (behaviour-based performance evaluation).
Pengukuran berdasarkan perilaku condong pada aspek kualitatif daripada
kuantitatif yang terukur. Pengukuran berdasarkan perilaku umumnya bersifat
subyektif dimana diasumsikan karyawan dapat menguraikan dengan tepat
kinerja yang efektif untuk dirinya sendiri maupun untuk rekan kerjanya.
Menurut Simamora (dalam Dharmawan 2011:37), kinerja dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Faktor individual yang terdiri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang
dan demografi.
b. Faktor psikologis yang terdiri dari; persepsi, attitude, personality,
pembelajaran, dan motivasi.
c. Faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,
struktur, job design.

2. Kepemimpinan Transformasional
Menurut Rivai (2009:42) “Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku
atau tindakan seorang pemimpin dalam mengarahkan dan mempengaruhi
bawahannya agar melaksanakan tindakan demi tercapainya tujuan tertentu”.
Ranupandojo dan Husnan (2002:224), menyatakan bahwa, “Gaya kepemimpinan
adalah suatu pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan
organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan
menurut Thoha (2003:303), “Gaya kepemimpinan adalah suatu norma perilaku
yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
orang lain seperti yang ia lihat”.
Pemimpin mempunyai tanggung jawab menciptakan kondisi-kondisi dan
perangsang yang memotivasi anggota mencapai tujuan yang ditentukan. Motivasi
atau dorongan dapat berdampak pada perilaku positif yaitu memberikan semangat
kerja ataupun berdampak negatif yaitu tekanan. Gaya kepemimpinan seseorang
berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mempengaruhi individu atau
kelompok, agar perilaku bawahan sesuai dengan tujuab organisasi, maka harus
ada perpaduan antara motivasi akan pemenuhan kebutuhan mereka sendiri dan
permintaan organisasi. pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mengakui
kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam kepemimpinan suatu
kelompok dan fkelsibel dalam pendekatan yang mereka gunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan tersebut yang dapat menyebabkan
timbulnya motivasi yang dapat meningkatkan kinerja bawahannya.
Robbins (2010:472) menyatakan bahwa, “Kepemimpinan
transformasional sebagai pemimpin yang menginspirasi para pengikut untuk
melampaui kepentingan pribadi mereka yang mampu membawa dampak
mendalam dan luar biasa pada para pengikut”. Bass dan Avolio dalam Yukl
(2010:305) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai
empat dimensi, yaitu:
a. Karismatik (Charismatic) digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang
membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati, dan sekaligus
mempercayainya.
b. Motivasi yang Menginspirasi (Inspirational Motivation) digambarkan sebagai
pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap
prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan
organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui
penumbuhan antusiasme dan optimisme.
c. Stimulasi Intelektual (Intellectual stimulation) digambarkan sebagai perilaku
pemimpin yang mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang
kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan
memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan- pendekatan
yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
d. Perhatian secara Individual (Individualized consideration) digambarkan
sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian
masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.
Hasil dari tipe kepemimpinan transformasional adalah tindakannya
independen dan kinerjanya dituntun oleh internalisasi nilai-nilai bersama.
Pemimpin transformasional mengetahui bagaimana membantu orang lain untuk
mengembangkan dan mengerahkan motif-motif kekuasaan. Pemimpin
transformasional tahu bagaimana memberdayakan orang lain. Aspek penting dari
pekerjaan pemimpin transfomasional adalah mentransformasi para pengikutnya
menjadi para pemimpin yang efektif (Marshall dan Molly, 2011:76-77).

B. ANALISIS PERMASALAHAN
Pada dasarnya karyawan yang merasa mendapat perhatian dari pemimpin,
mereka akan bekerja lebih giat. Sebaliknya jika pemimpin tidak memiliki rasa
perhatian kepada karyawan, maka kinerja karyawan akan seenaknya sendiri.
Pemimpin yang mau memberi contoh baik, mengkritik, memberi pujian, memberi
dukungan dan dapat memandu dengan cara yang lebih jelas dalam pekerjaan mereka
akan menumbuhkan loyalitas karyawannya.
Sutikno (2005:27) mengatakan problem yang sering timbul di perusahaan-
perusahaan hampir semuanya bersumber pada ketidakpiawaian para direktur dan
manajer dalam mengoptimalkan performa karyawan. hasil penelitiannya menyatakan
bahwa sebagian manajer Indonesia tidak berempati kepada dirinya sehingga dia tidak
mungkin mampu berempati kepada anak buahnya. Dalam kurun waktu 30 tahun
Sutikno (2005:28) telah mengamati bahwa dari segi kemampuan teknis di tempat
kerja, para manajer Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan para expatriates. Dari
segi IQ (Intelligent Quotien) sebenarnya manajer Indonesia berimbang dengan
expatriates, tetapi dari segi EQ (Emotional Quotient) kelihatannya expatriates lebih
mature/dewasa/matang. Hal ini dapat dilihat pada kelemahan manajer Indonesia
menerapkan empati dalam manajemen interaksi. Baik itu karena tidak memiliki
kemampuan/keterampilan maupun karena kurang keberaniannya
Faktor dari keberhasilan suatu organisasi terletak pada gaya kepemimpinan
yang digunakan dalam organisasi tersebut yang akan menjadi model yang ditiru oleh
bawahannya untuk keberhasilan dalam menjalankan visi dan misi dalam
meningkatkan pembentukan kualitas sumber daya manusia. Salah satu gaya
kepemimpinan yang sesuai dalam menghadapi perubahan dan menyikapi sifat
karyawan yang proaktif adalah daya kepemimpinan transformasional. Bass
menjelaskan bahwa “pemimpin transformasional menciptakan perubahan signifikan
baik terhadap pengikutnya maupun organisasi.
Faktor kepemimpinan transformasional dapat menjadi acuan/ indikator
utama ketidaksesuain kinerja pegawai yang diharapkan, seperti telah dijelaskan
sebelumnya bahwa gaya kepemipinan transformasional merupakan salah satu alasan
yang dapat mengakibatkan kinerja pegawai turun. Oleh sebab itu, pengelolaan atau
pelaksanaan gaya kepemimpinan yang baik dan tepat akan secara langsung juga dapat
mengsugesti pegawai untuk melaksanakan tugas sesuai dengan tugas yang telah
ditetapkan masing-masing.
Suatu organisasi akan selalu membutuhkan seorang pemimpin
transformasional untuk menjunjung keberhasilan organisasi atau perusahaan. Sistem
manajemen sebaik dan secanggih apapun tidak akan dapat berjalan jika tidak ada
orang yang berani menggerakkan dan memimpin proses manajemen tersebut.
Kebutuhan akan pemimpin transformasional semakin mendesak manakala muncul
tuntutan-tuntutan yang baru akibat dari perkembangan. Seorang pemimpin harus
mempunyai kapasitas untuk menciptakan suatu misi yang dapat membawa organisasi
atau perusahaan mewujudkan visinya. Menurut (Sutikno, 2005:27) pada umumnya
semua karyawan ingin melakukan yang terbaik dalam bekerja, maka peran atasan
mereka sangat menentukan apakah mereka akan menjadi karyawan yang produktif
dan berdisiplin tinggi ataukah hanya akan menjadi pecundang.
Gaya Kepemimpinan Transformasional memiliki hubungan positif
signifikan dengan Motivasi Kerja. Semakin efektif gaya kepemimpinan
transformasional diterapkan dalam perusahaan maka motivasi kerja karyawan akan
semakin meningkat. Terdapat pengaruh signifikan dan positif antara kepemimpinan
transformasional dengan motivasi karyawan. Hasil analisis ini memberikan informasi
bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan dan positif secara
langsung terhadap motivasi karyawan. Artinya, semakin kuat pemahaman dan
pelaksanaan kepemimpinan transformasional maka semakin kuat motivasi kerja
karyawan. Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan/ pegawai.
BAB III
KESIMPULAN

Pemimpin mempunyai tanggung jawab menciptakan kondisi-kondisi dan


perangsang yang memotivasi anggota mencapai tujuan yang ditentukan. Motivasi atau
dorongan dapat berdampak pada perilaku positif yaitu memberikan semangat kerja ataupun
berdampak negatif yaitu tekanan. Gaya kepemimpinan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi individu atau kelompok, agar perilaku bawahan
sesuai dengan tujuab organisasi, maka harus ada perpaduan antara motivasi akan pemenuhan
kebutuhan mereka sendiri dan permintaan organisasi. pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang mengakui kekuatan-kekuatan penting yang terkandung dalam kepemimpinan
suatu kelompok dan fkelsibel dalam pendekatan yang mereka gunakan untuk melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinan tersebut yang dapat menyebabkan timbulnya motivasi yang dapat
meningkatkan kinerja bawahannya.
Kepemimpinan transformasional pada dasarnya mendorong bawahan untuk
berbuat lebih baik dari pada apa yang biasa dilakukan, dengan kata lain dapat memotivasi
karyawan untuk meningkatkan keyakinan atau kepercayaan diri karyawan. Kepemimpinan
transformasional pada prinsipnya memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari pada
apa yang biasa dilakukan, dengan kata lain dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan
diri bawahan yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kerja.
Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai dimensi kharismatik, stimulus
intelektual, konsiderasi individual, serta motivasi inspirasional. Jika pemimpin berhasil
memengaruhi bawahan dengan visinya, menanamkan karismanya memotivasi dan menjadi
inspirator, menstimulasi intelektual, kreatifitas dan menghargai karyawannya maka dapat
dipastikan karyawan akan bekerja dengan baik, sungguh-sungguh dan loyal pada perusahaan
sehingga kinerjanya meningkat. Kesimpulan yang dapat diambil adalah gaya kepemimpinan
transformasional berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan/ pegawai.
DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richard L. 2006. Manegement (manajemen). Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat.

Danim, Sudarwan, 2003, Kepemimpinan Transformasional dalam Komunitas Organisasi


Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Fahmi, 2012. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi, Bandung: Alfabeta.

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi, Penerjemah Vivin Andhika Yuwono, Shekar
Purwanti, Th. Arie Prabawati dan Winong Rosari. Edisi 10. Yogyakarta: ANDI.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan,
Bandung: Rosda.
Rivai, dkk. 2013. pemimpin dan kepemimpinan dalam organisasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Robbins, S. Dan Timothy A,J. 2010. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Edisi
ke16.

Thoha, Miftah, 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, cetakan kesembilan, Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada
Yukl, Gary. 2010. Leadership in Organization. Alih Bahasa oleh Udaya Jusuf:
Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Prehallindo.

Anda mungkin juga menyukai