PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PAHLWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2020
A.Konsep Dasar Kolelitiasis
1. Definisi
Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu yang
disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam empedu, pigmen
empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada kandung empedu ( Barbara C.
Long, 1996 )
2. Etiologi / penyebab
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor
predisposisi terpenting, yaitu: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu,
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting
Dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol
mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan
ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui
sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut.
Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingteroddi, atau keduanya dapat
menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin)
dapat
dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan
batu.Mukus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat
berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari
terbentuknya batu, dibanding panyebab terbentuknya batu
3.Manifestasi klinis
Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya gangguan
pada
epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa penuh diperut,
distensi
abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas.
a. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier
a. Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini
adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada
kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna
adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan
karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi
yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
↓
Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase
↓
Presipitasi / pengendapan
↓
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
b. Batu kolesterol
1) Therapi Konservatif
2) Farmako Therapi
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada
pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk
karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh
garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia
Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan
penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu
berkurang dan batu dapat melarut lagi.
Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3
bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam
hal ini pengobatan perlu dilanjutkan.
5) Litotripsi Intrakorporeal.
Pada litotripsi intrakorporeal, batu yang ada dalam kandung empedu atau
doktus koledokus dapat dipecah dengan menggunakan grlombang ultrasound,
laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoskop, dan
diarahkan langsung pada batu. Kemudian fragmen batu atau derbis
dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi. Prosedur tersebut dapat diikuti
dengan pengangkatan kandung empedu melalui luka insisi atau laparoskopi.
Jika kandung empedu tidak di angkat, sebuah drain dapat dipasang selama 7
Hari
c. Pembedahan
1) Cholesistektomy
2) Kolesistektomi
Dalam prosedur ini kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus
sistikus diligasi. Kolesistektomi dilakukan pada sebagian besar kasus
kolesistis akut dan kronis. Sebuah drain (Penrose) ditempatkan dalam kandung
empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan
darah, cairan serosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa absorben.
3) Minikolesistektomi
4) Koledokostomi
1.Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas klien
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas.
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS)
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada
penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.
d. Pola aktivitas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
3) Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati
4) Aspek penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat)
b) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter
2. Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
1.Observasi dan catat 1. Membantu membedakan
lokasi, penyebab nyeri
beratnya (skala 0-10) dan memberikan
dan karakter informasi tentang
nyeri (menetap, hilang kemajuan/perbaikan
timbul, kolik) penyakit, terjadinya
komplikasi, dan
keefektifan intervensi
Itervensi rasional
1. Pertahankan masukan dan 1. Memberikan informasi tentang
haluaran akurat, perhatikan haluaran status
kurang dari masukan, peningkatan cairan/volume sirkulasi dan
berat jenis urine.Kaji membrane kebutuhan
mukosa/kulit, nadi perifer, dan penggantian.
pengisian kapiler. 2. Muntah berkepanjangn, aspirasi
gaster,
dan pembatasan pemasukan oral
2. Awasi tanda/gejala dapat
peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, menimbulkan deficit natrium, kalium dan
kram abdomen, kelemahan, kejang, klorida
kejang ringan, kecepatan jantung tak
teratur, parestesia, hipoaktif atau tak
adanya bising usus, depresi pernapasan
Kolaborasi Kolaborasi
1. Pertahankan pasien puasa sesuai 1. Menurunkan sekresi dan motilitas
keperluan. gaster.
2. Berikan antimetik. 2. Menurunkan mual dan mencegah
3. Berikan cairan IV, elektrolit, dan muntah.
vitamin K 3. Mempertahankan volume sirkulasi dan
memperbaiki ketidakseimbangan
Itervensi rasional
1. Tanda non-verbal ketidaknyamanan
1. Kaji distensi abdomen, berhubungan dengan gangguan
sering bertahak, berhati-hati, pencernaan, nyeri gas.
menolak bergerak. 2. Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
2. Perkirakan/hitung nutrisi. Berfokus pada masalah membuat
pemasukan kalori juga komentar suasana negative dan mempengaruhi
tentang napsu makan sampai masukan.
minimal. 3. Untuk meningkatkan napsu
3. Berikan suasana makan/menurunkan mual.
menyenangkan pada saat makan, Kolaborasi
hilangkan rangsangan berbau. 1. Berguna dalam membuat
Kolaborasi kebutuhan nutrisi individual
1. Konsul dengan ahli diet/tim melalui rute yang paling tepat.
pendukung nutrisi sesuai indikasi. 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
2. Tambahkan diet sesuai toleransi, meminimalkan rangsangan pada
biasanya rendah lemak, tinggi serat, kandungan empedu
batasi makanan penghasil gas dan
makanan/makanan tinggi lemak.
a. Monitor BB
jika memungkinkan
b. Monitor respon
klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien
makan.
c. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
bersamaan dengan
waktu klien makan.
d. Monitor adanya
mual muntah.
e. Monitor adanya
gangguan dalam
input makanan
misalnya
perdarahan, bengkak
dsb.
f. Monitor intake
nutrisi dan kalori.
g. Monitor kadar
energi, kelemahan
dan kelelahan
DAFTAR PUSTAKA