Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN/KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


KOLELITIASIS

NAMA: SISKA AMALIA


NIM : 1614201055
CP : NS.YENNY SAFITRI,M.KEP

PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PAHLWAN TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2020
A.Konsep Dasar Kolelitiasis

1. Definisi

Kolelitiatis (kalkulus/kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kantung


empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu,batu empedu
memilki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak
lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering
pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah itu, insidens kolelitiasis semakin
meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari
3 orang akan memiliki batu empedu (Brunner, 2003).

Kolelitiasis adalah batu empedu yang terletak pada saluran empedu yang
disebabkan oleh faktor metabolik antara lain terdapat garam-garam empedu, pigmen
empedu dan kolestrol, serta timbulnya peradangan pada kandung empedu ( Barbara C.
Long, 1996 )

2. Etiologi / penyebab

Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun faktor
predisposisi terpenting, yaitu: gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya
perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu,
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting
Dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol
mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan
ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui
sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut.
Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingteroddi, atau keduanya dapat
menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin)
dapat
dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan
batu.Mukus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat
berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari
terbentuknya batu, dibanding panyebab terbentuknya batu

3.Manifestasi klinis

Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya gangguan
pada
epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa penuh diperut,
distensi
abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas.
a. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier

Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami


distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada kuadran I
yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan bahu kanan
sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan posisi yang nyaman.
Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan
makanan berlemak yang disertai rasa mual dan ingin mual muntah pada pagi hari
karena metabolisme di kandung empedu akan meningkat.
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu
sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin,garam
empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses peradangan disekitar
hepatobiliar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT, menyebabkan
peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga
merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis
sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung,
menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang
mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis
ke wajah,kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot
abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah.
Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas usus di
sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka terjadilah
kembung.

b. Ikterik dan BAK berwarna kuning

Akibat adanya obstuksi saluran empedu menyebabkan eksresi cairan empedu ke


duodenum (saluran cerna) menurun sehingga feses tidak diwarnai oleh pigmen
empedu dan feses akan berwarna pucat kelabu dan lengket seperti dempul yang
disebut Clay Colored. Selain mengakibatkan peningkatan alkali fosfat serum,
eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga mengakibatkan
peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah dan masuk ke sirkulasi
sistem sehingga terjadi filtrasi oleh ginjal yang menyebabkan bilirubin
dieksresikan oleh ginjal sehingga urin berwarna kuning bahkan kecoklatan.
c.Defisiensi Vitamin.

Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D, E, dan K yang


larut lemak.Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang
normal.
4. Patofisiologi

a. Batu pigmen

Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini
adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada
kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna
adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan
karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi
yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.

Mekanisme batu pigmen

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu



Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu


Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.

b. Batu kolesterol

Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam


pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan
kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid).
5.WOC
6. Komplikasi
a. Asimtomatik
b. Obstruksi duktus sistikus
c. Kolik bilier
d. Kolesistitis akut
e. Perikolesistitis
f. Peradangan pankreas (pankreatitis)
g. Perforasi
h. Kolesistitis kronis
i. Hidrop kandung empedu
j. Empiema kandung empedu
k. Fistel kolesistoenterik
l. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu
empedu muncul lagi)
m. Ileus batu empedu (gallstone ileus)
7.Penatalaksanaan

a.Non Bedah, yaitu :

1) Therapi Konservatif

a) Pendukung diit : Cairan rendah lemak


b) Cairan Infus : menjaga kestabilan asupan cairan
c) Analgetik : meringankan rasa nyeri yang timbul akibat gejala penyakit
d) Antibiotik : mencegah adanya infeksi pada saluran kemih
e) Istirahat

2) Farmako Therapi

Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk


melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari
kolesterol.

Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada
pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk
karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh
garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia
Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan
penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu
berkurang dan batu dapat melarut lagi.
Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3
bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam
hal ini pengobatan perlu dilanjutkan.

3) Penatalaksanaan Pendukung dan Diet

Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk kedalam


susu skim. Makanan berikut ini ditambahkan jika pasien dapat menerimanya:
buah yang dimasak, nasi atau ketela, daging tanpa lemak, kentang yang
dilumatkan, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi atau teh. Makanan
seperti telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bumbu-bumb yang
berlemak, sayuran yang membentuk gasserta alkohol harus dihindari.
Penatalaksanaan diet merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang hanya
mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan mengeluarkan gejala
gastrointestinal ringan.

4) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)

Prosedur nononvasif ini menggunakan gelombang kejut berulang


(repeated shock wafes) yang diarahkan kepada batu empedu di dalam kandung
empedu atau doktus koledokus dengan maksud untuk mencegah batu tersebut
menjadi sejumlah fragmen. Gelombang kejut dihasilkan dalam media cairan
oleh percikan listrik, yaitu piezoelelektrik, atau oleh muatan elektromagnetik.
Energy ini di salurkan ke dalam tubuh lewat redaman air atau kantong yang
berisi cairan. Gelombang kejut yang dikonvergensikan tersebut diarahkan
kepada batu empedu yang akan dipecah.Setelah batu dipecah secara bertahap,
pecahannya akan bergeraj spontan dikandung empedu atau doktus koledokus
dan dikeluarkan melalui endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam
empedu yang diberikan peroral.

5) Litotripsi Intrakorporeal.

Pada litotripsi intrakorporeal, batu yang ada dalam kandung empedu atau
doktus koledokus dapat dipecah dengan menggunakan grlombang ultrasound,
laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada endoskop, dan
diarahkan langsung pada batu. Kemudian fragmen batu atau derbis
dikeluarkan dengan cara irigasi dan aspirasi. Prosedur tersebut dapat diikuti
dengan pengangkatan kandung empedu melalui luka insisi atau laparoskopi.
Jika kandung empedu tidak di angkat, sebuah drain dapat dipasang selama 7
Hari

c. Pembedahan

1) Cholesistektomy

Merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis


atau pada cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan
konservatif .

Tujuan perawatan pre operasi pada bedah cholesistectomy :


a) Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi.
b) Meningkatkan kesehatan klien baik fisik maupun psikologis
c) Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal-hal yang akan
dilakukan pada post operasi.

Tindakan Keperawatan Pada Cholecystotomy


a) Posisi semi Fowler
b) Menjelaskan tujuan penggunaan tube atau drain dan lamanya
c) Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri

2) Kolesistektomi

Dalam prosedur ini kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus
sistikus diligasi. Kolesistektomi dilakukan pada sebagian besar kasus
kolesistis akut dan kronis. Sebuah drain (Penrose) ditempatkan dalam kandung
empedu dan dibiarkan menjulur keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan
darah, cairan serosanguinus dan getah empedu ke dalam kasa absorben.
3) Minikolesistektomi

Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka


insisi selebar 4cm. kolesistektomi Laparoskopik (atau endoskopik), dilakukan
lewat luka insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada
umbilicus. Pada prosedur kolesistektomi endoskopik, rongga abdomen ditiup
dengan gas karbon dioksida (pneumoperitoneum) umtuk membantu
pemasangan endoskop dan menolong dokter bedah melihat struktur abdomen.
Sebuah endoskop serat optic dipasang melalui luka insisi umbilicus yang
kecil. Beberapa luka tusukan atau insisi kecil tambahan dibuat pada dinding
abdomen untuk memasukkan instrumen bedah lainnya ke dalam bidang
operasi

4) Koledokostomi

Dalam koledokostomi, insisi dilakukan pada duktus koledokus untuk


mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan, biasanya dipasang sebuah
kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai edema
mereda. Keteter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas. Kandung
empedu biasanya juga mengandung batu, dan umumnya koledokostomi
dilakukan bersama-sama kolesistektom

B.Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

1.Pengkajian

Pengkajian adalah fase pertama proses keperawatan .


Data yang dikumpulkan meliputi :

a. Identitas

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,


pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa
medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk
menentukan tindakan selanjutnya.

2) Identitas penanggung jawab

Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,


paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R)
yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana
yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T)
yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.

3) Riwayat kesehatan yang lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di
riwayat sebelumnya.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita


penyakitKolelitiasis

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS)

2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada
penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.

d. Pola aktivitas

1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran
bedrest
3) Aspek Psikologis
Kaji tentang emosi, Pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati
4) Aspek penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin,amylase serum meningkat)
b) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan (Doenges, 2001)


a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis: obstruksi/spasme duktus, proses
inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis

Intervensi Rasional
1.Observasi dan catat 1. Membantu membedakan
lokasi, penyebab nyeri
beratnya (skala 0-10) dan memberikan
dan karakter informasi tentang
nyeri (menetap, hilang kemajuan/perbaikan
timbul, kolik) penyakit, terjadinya
komplikasi, dan
keefektifan intervensi

2. Dorong menggunakan 2. Meningkatkan istirahat,


teknik memusatkan
relaksasi, contoh kembali perhatian, dapat
bimbingan imajinasi, meningkatkan
visualisasi, latihan napas koping.
dalam. 3. Tirah baring pada
3. Tingkatkan tirah baring, posisi fowler rendah
biarkan menurunkan tekanan
pasien melakukan posisi intraabdomen.
yang nyaman. Kolaborasi
Kolaborasi 1. Membuang secret
1. Pertahankan status gaster yang
puasa, merangsang pengeluaran
masukan/pertahankan kolesistokinin
penghisapan NG dan kontraksi kandung
sesuai indikasi. empedu.
2. Berikan obat sesuai 2. Menghilangkan reflex
indikasi; spasme/kontraksi
antikolinergik. otot halus dan
membantu dalam
manajemen nyeri.

b. Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap berhubungan dengan muntah,


distensi, dan hipermortilitas gaster.

Itervensi rasional
1. Pertahankan masukan dan 1. Memberikan informasi tentang
haluaran akurat, perhatikan haluaran status
kurang dari masukan, peningkatan cairan/volume sirkulasi dan
berat jenis urine.Kaji membrane kebutuhan
mukosa/kulit, nadi perifer, dan penggantian.
pengisian kapiler. 2. Muntah berkepanjangn, aspirasi
gaster,
dan pembatasan pemasukan oral
2. Awasi tanda/gejala dapat
peningkatan/berlanjutnya mual/muntah, menimbulkan deficit natrium, kalium dan
kram abdomen, kelemahan, kejang, klorida
kejang ringan, kecepatan jantung tak
teratur, parestesia, hipoaktif atau tak
adanya bising usus, depresi pernapasan

Kolaborasi Kolaborasi
1. Pertahankan pasien puasa sesuai 1. Menurunkan sekresi dan motilitas
keperluan. gaster.
2. Berikan antimetik. 2. Menurunkan mual dan mencegah
3. Berikan cairan IV, elektrolit, dan muntah.
vitamin K 3. Mempertahankan volume sirkulasi dan
memperbaiki ketidakseimbangan

c. Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap


berhubungan dengan memaksa diri atau pembatasan berat badan sesuai aturan;
mual/muntah

Itervensi rasional
1. Tanda non-verbal ketidaknyamanan
1. Kaji distensi abdomen, berhubungan dengan gangguan
sering bertahak, berhati-hati, pencernaan, nyeri gas.
menolak bergerak. 2. Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
2. Perkirakan/hitung nutrisi. Berfokus pada masalah membuat
pemasukan kalori juga komentar suasana negative dan mempengaruhi
tentang napsu makan sampai masukan.
minimal. 3. Untuk meningkatkan napsu
3. Berikan suasana makan/menurunkan mual.
menyenangkan pada saat makan, Kolaborasi
hilangkan rangsangan berbau. 1. Berguna dalam membuat
Kolaborasi kebutuhan nutrisi individual
1. Konsul dengan ahli diet/tim melalui rute yang paling tepat.
pendukung nutrisi sesuai indikasi. 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan
2. Tambahkan diet sesuai toleransi, meminimalkan rangsangan pada
biasanya rendah lemak, tinggi serat, kandungan empedu
batasi makanan penghasil gas dan
makanan/makanan tinggi lemak.

Diagnosa dan intervensi keperawatan menurut nic&noc

No Diagnosa Keperawatan Tujuan intervensi


1 Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
injuri fisik Asuhan keperawatan 3.a. Kaji tingkat
jam tingkat nyeri secara
kenyamanan klien komprehensif
meningkat dengan termasuk
kriteria hasil: lokasi, karakteristik,
2.a. Klien durasi, frekuensi,
melaporkan nyeri kualitas dan faktor
berkurang dg scala presipitasi.
2-3 3.b. Observasi re
2.b. Ekspresi wajah aksi nonverbal dari
tenang ketidak nyamanan.
2.c. Klien dapat 3.c. Gunakan
istirahat dan teknik komunikasi
tidu terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
klien
sebelumnya.
3.d. Kontrol
Factor lingkungan
yang
mempengaruhi
nyeri
seperti suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan.
3.e. Kurangi
faktor presipitasi
nyeri.
3.f. Pilih dan
lakukan
penanganan
ksasi, distraksi dll)
untuk mengetasi
nyeri..
3.h. Berikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri.
3.i. Evaluasi
tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
3.j. Kolaborasi
dengan dokter bila
ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
Administrasi
analgetik :.
a. Cek program
pemberian
analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
b. Cek riwayat alergi
c.Tentukan
analgetik
pilihan, rute
pemberian dan dosis
optimal.
d. Monitor TTV
e. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
f. Evaluasi
efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


nutrisi kurang dari asuhan keperawatan a. Kaji adanya
kebutuhan tubuh jam klien alergi
menunjukan status makanan.
nutrisi b. Kaji makanan
adekuat dengan KH: yang
a. BB stabil, disukai oleh klien.
b. Nilai c. Kolaborasi team
laboratorium terkait gizi
normal, untuk penyediaan
c. Tingkat energi nutrisi terpilih sesuai
adekuat, masukan dengan kebutuhan
nutrisi adekua klien.
d. Anjurkan klien
untuk meningkatkan
asupan nutrisinya.
e. Yakinkan diet
yang
dikonsumsi
mengandung cukup
serat untuk
mencegah
konstipasi.
f. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori.
g. Berikan
informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
Monitor Nutris

a. Monitor BB
jika memungkinkan
b. Monitor respon
klien
terhadap situasi yang
mengharuskan klien
makan.
c. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
bersamaan dengan
waktu klien makan.
d. Monitor adanya
mual muntah.
e. Monitor adanya
gangguan dalam
input makanan
misalnya
perdarahan, bengkak
dsb.
f. Monitor intake
nutrisi dan kalori.
g. Monitor kadar
energi, kelemahan
dan kelelahan

3 Risiko infeksi b/d Setelah dilakukan Kontrol infeksi :


imunitas tubuh asuhan keperawatan a. Bersihkan
menurun, prosedur … jam tidak lingkungan setelah
invasive terdapat faktor dipakai pasien lain.
risiko b. Batasi
infeksi dan dg KH: pengunjung
Tdk ada tanda-tanda bila perlu.
infeksi c. Intruksikan
AL normal kepada
V/S dbn pengunjung untuk

mencuci tangan saat


berkunjung dan
sesudahnya.
d. Gunakan sabun
anti
miroba untuk
mencuci tangan.
e. Lakukan cuci
tangan
sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan.
f. Gunakan baju
dan
sarung tangan
sebagai alat
pelindung.
g. Pertahankan
lingkungan yang
aseptik selama
pemasangan alat.
h. Lakukan dresing
infus dan dan kateter
setiap hari Sesuai
indikasi
i. Tingkatkan intake
nutrisi dan cairan
j. Berikan antibiotik
sesuai program.
Proteksi terhadap
infeksi
a. Monitor tanda
dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal.
b. Monitor hitung

granulosit dan WBC.


c. Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
d. Pertahankan
teknik
aseptik untuk setiap
tindakan.
e. Inspeksi kulit dan
mebran mukosa
terhadap kemerahan,
panas.
f. Ambil kultur, dan
laporkan bila hasil
positip jika perlu
g. Dorong istirahat
yang cukup.
h. Dorong
peningkatan
mobilitas dan
latihan.
i. Instruksikan klien
untuk minum
antibiotik sesuai
program.
j. Ajarkan
keluarga/klien
tentang tanda dan
gejala infeksi.
k. Laporkan
kecurigaan
infeksi.

4 Sindrom defisit self Setelah dilakukan Self Care Assistence


care b.d kelemahan askep jam ADLs a. Bantu ADL
terpenuhi dg KH: klien
1. Klien bersih, tidak selagi klien belum
bau mampu mandir
2. Kebutuhan sehari-
hari terpenuhi b. Pahami semua
kebutuhan ADL
klien
c. Pahami bahasa-
bahasa atau
pengungkapan non
verbal klien akan
kebutuhan ADL
d. Libatkan klien
dalam pemenuhan
ADLnya
e. Libatkan orang
yang
berarti dan layanan
pendukung bila
dibutuhkan
f. Gunakan sumber-
sumber atau fasilitas
yang ada untuk
mendukung self care
g. Ajari klien
untuk
melakukan self care
secara bertahap
h.Ajarkan
penggunaan
modalitas terapi dan
bantuan mobilisasi
secara aman
(lakukan supervisi
agar keamnanannya
terjamin)
i. Evaluasi
kemampuan klien
untuk melakukan
elf care di RS
j. Beri
reinforcement
atas upaya dan
keberhasilan dalam
melakukan self care

5 Kurang setelah dilakukan Mengajarkan


pengetahuan askep jam proses
keluarga pengetahuan penyakit
berhubungan keluarga klien a. Kaji pengetahuan
dengan kurang meningkat keluarga tentang
paparan dan dg KH: proses penyakit
keterbatasan 1. Keluarga b. Jelaskan tentang
kognitif keluarga menjelaskan patofisiologi
tentang penyakit, penyakit dan tanda
perlunya pen gejala penyakit
gobatan dan c. Beri gambaran
memahami tentaang tanda gejala
perawatan penyakit kalau
2. Keluarga memungkinkan
kooperative dan d. Identifikasi
mau penyebab penyakit
kerjasama saat e. Berikan informasi
dilakukan pada keluarga
tindakan tentang keadaan
pasien, komplikasi
penyakit.
f. Diskusikan
tentang
pilihan therapy pada
keluarga dan
rasional therapy
yang diberikan.
g. Berikan dukungan
pada keluarga untuk

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Sudarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Guyton, H., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (9 ed.). Jakarta,EGC.
Price, S, Lorraine, M., 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Volume 1.
Edisi 6. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Muttaqin, A., 2010. Pengkajian Keperawatan. Penerbit Salemba Medika.
Jakarta
Nurman, A., 2011. Penatalaksanaan Batu Empedu. http://www.univmed.org.
Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tengadi, K, dkk., 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. Bagian III.
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai