Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN STRATEGIS DITJEN BIMAS ISLAM

PEMBINAAN
KELUARGA SAKINAH
 Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam
 Kementerian Agama RI
Tujuan Perkawinan
Pasal 1 UU Perkawinan:
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

 Dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal demikain rupa, UU
Perkawinan menganut asas antara lain: pendewasaan usia kawin agar memiliki
kematangan untuk mengelola rumah tangga dan memenuhi kebutuhannya
dengan baik; mengatur keseimbangan hak dan kewajiban suami istri secara
selaras, saling membantu dan mendukung satu sama lain; serta mempersulit
perceraian.
Ketahanan Keluarga
 UU 10/1992: Definisi Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan
keluarganyauntuk mencapai keadaan harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahr dan batin.

KELUARGA SAKINAH
Keluarga yang Bahagia lahir batin, penuh kasih sayang dan
membahagiakan seluruh anggota keluarga, yang dibangun dari
perkawinan yang sah dan dicatatkan, di atas prinsip-prinsip
kesetaraan, keadilan, kesalingan, non-diskriminasi dan non-
kekerasan, yang berkontribusi pada kemaslahatan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. (Hasil FGD bersama ormas tahun
2018)
Permasalahan dan Tantangan dalam
Perkawinan dan Keluarga

 Perkawinan tak tercatat  Pendidikan rendah


 Perkawinan di bawah  Kesehatan dan sanitasi
umur buruk
 Gizi buruk, Kematian ibu
 Kekerasan dalam rumah melahirkan dan anak
tangga  Premarital seks dan
 Perdagangan manusia kehamilan tak diinginkan
 Eksklusivisme dan  Penyalahgunaan obat-
ekstrimisme beragama obatan
 Pendidikan anak dan  Kenakalan remaja
generasi rentan  dsb
Kegagalan membangun
Perkawinan
Angka Perceraian Perceraian di Indonesia telah meningkat dengan tajam.
2013 - 2017 Dibandingkan dengan angka perceraian tahun 2007
sebesar 150.000 kasus, perceraian tahun 2017 telah
meningkat sebesar hampir 250 %.
2013: 319.066
Perhatian Kementerian Agama adalah pada upaya
2014: 334.553
pemeliharaan perkawinan serta upaya pencegahan
2015: 348.920
perceraian.
2016: 375.505
2017: 364.163 Upaya mencegah perceraian tersebut dilakukan dengan
mengacu pada faktor penyebabnya.
Faktor Penyebab Perceraian
PENYEBAB JUMLAH Secara umum, penyebab perceraian dilihat dari 3 faktor utama
ZINA 1.896 tadi,adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dalam
MABUK 4.246 mengelola dinamika kehidupan perkawinan serta kegagalan
MADAT 1.189
memenuhi dan mengelola kebutuhan keluarga. Ketidakmampuan
tsb menyebabkan suami istri gagal mengatasi permasalahan yang
JUDI 2.179
muncul di dalam rumah tangga mereka sehingga menciptakan
MENINGGALKAN SALAH SATU
70.958 konflik yang lebih besar. Pada satu titik ketika konflik tidak dapat
PIHAK
dikendalikan lagi, perceraian adalah solusi konkrit yang tidak
DIPENJARA 4.898
terelakkan.
POLIGAMI 1.697
KDRT 8.453 Pada kenyataannya, konflik yang terjadi antara suami istri telah
CACAT BADAN 432 banyak menimbulkan korban kekerasan baik secara fisik maupun
PERTENGKARAN 152.574 mental. Di banyak kasus, dampak kekerasan tersebut justru
KAWIN PAKSA 1.976 berlangsung jauh lebih lama dari pada proses perceraian mereka.
MURTAD 600 Begitu pula, dampak perceraian telah menciptakan problem sosial
EKONOMI 105.266
baru bagi keluarga dan masyarakat.
LAINNYA 7.799
JUMLAH 364.163
Faktor Penyebab Perceraian tertinggi adalah Pertengkaran tiada
henti ≤ 50%, ekonomi ≤ 30%, dan meninggalkan salah satu pihak ≤
*Sumber BADILAG 2017 20%.
Kementerian Agama memfokuskan pada pencegahan
melalui program bimbingan pranikah dan bimbingan
masa nikah. Program strategis ini dilaksanakan oleh unit
pelaksana teknis Ditjen Bimas Islam, yaitu Kantor Urusan
Agama Kecamatan.
Oleh sebab itu, kemenag juga mengkhususkan penguatan
peran dan fungsi KUA dlm membangun ketahanan
keluarga dg secara sungguh2 melalui transformasi KUA
sebagai pusat layanan keluarga sakinah
Bimbingan Perkawinan
2017 2018 2019 2020 2021

• Target • Target • Target • Target • Target


Bimbingan Bimbingan bimbingan Bimbingan Bimbingan
149.646 149.646 151.470 84.000 150.000
pasang pasang pasang pasang pasang
catin di 15 catin catin • Alokasi • Alokasi
Prov • Alokasi • Alokasi anggaran anggaran
• Realisasi anggaran anggaran 30.240 (jt) 54.000 (jt)
95.501 49.765 (jt) 53.771 (jt)
pasang • Realisasi • Realisasi
catin (64%) 125.132 123.109
pasang pasang
catin catin
(83,6%) (81,2%)

Rata-rata perkawinan dalam satu tahun sebanyak 2.000.000 peristiwa,


pola Bimbingan yang ada saat ini baru mencakup 7,68 %
Strategi Kebijakan

Revitalisasi dan Transformasi KUA


Revitalisasi layanan keluarga Sakinah
Peningkatan kapasitas petugas layanan
Desain bimbingan yang tepat
Pelibatan stakeholder dan masyarakat
Revitalisasi dan Transformasi KUA
 Pada 2016, terbit PMA 34/2016 yang menegaskan KUA sebagai Unit Pelaksana
Teknis Ditjen Bimas Islam. Dengan PMA tsb, KUA menjadi pelaksana layanan
bimbingan langsung kepada masyarakat.
 Melalui PMA 42/2016, pembinaan KUA langsung ditangani oleh sebuah unit
eselon 2, yaitu Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah. Dengan demikian,
perbaikan sarana dan prasarana KUA dapat dilaksanakan secara optimal.
 Selain itu, mentransformasi KUA agar menjadi bagian penting dalam
pembangunan masyarakat di kecamatan (tidak sekadar kantor administratif):
 Proaktif-responsif (tidak pasif) terhadap persoalan masyarakat,
 Menyediakan layanan yang menjawab kebutuhan masyarakat,
 Tidak berjarak tetapi berada di tengah masyarakat, serta
 Perannya tidak periferal tetapi menjadi poros Gerakan Keluarga Sakinah
Revitalisasi Layanan Keluarga Sakinah
Pencatatan nikah hanyalah sebagian dari upaya
membangun keluarga Sakinah. KUA perlu menyediakan
layanan “lanjutan” untuk membantu masyarakat agar
mampu mewujudkan tujuan perkawinan sekaligus
membangun keluarga serta menghasilkan generasi yang
berkualitas.
KUA harus mampu menjadi “pusat layanan keluarga
Sakinah” bagi masyarakat di kecamatan, yang menydiakan
layanan sejak pranikah sampai masa nikah.
Layanan Keluarga Sakinah
Implementasi konsep Keluarga Sakinah dalam bentuk program dan kegiatan:
 Remaja
 Bimbingan remaja usia sekolah (14-19)
 Bimbingan remaja usia nikah (19-24)
 Calon pengantin
 Bimbingan perkawinan bagi Catin
 Keluarga muda
 Bimbingan membangun relasi harmonis
 Bimbingan mengelola keuangan keluarga
 Konsultasi dan pendampingan perkawinan dan keluarga
 Penguatan perspektif moderasi beragama berbasis keluarga
Peningkatan Kapasitas
Petugas Layanan
 Agar KUA dapat menyelenggarakan seperangkat layanan bimbingan keluarga Sakinah,
para petugas layanan perlu dipersiapkan secara sungguh-sungguh, menambah jumlah
petugas (fasilitator) dan memperlengkapi dengan keterampilan yang memadai agar
mampu menerapkan modul dengan benar
 Capacity Building meliputi:
 Paradigma pelayanan yang benar agar petugas menyadari bahwa dirinya menjadi “wakil
negara” yang hadir di tengah-tengah masyarakat
 Perspektif yang benar dalam bimbingan keluarga Sakinah dan pembangunan masyarakat
madani
 Pembekalan substansi keluarga Sakinah yang memadai agar masyarakat dapat membangun
perkawinan dan keluarganya dengan baik, serta
 Metode dan pendekatan bimbingan yang tepat agar proses transfer keilmuan dan
keterampilan dapat menghasilkan output, outcome, bahkan impact yang diinginkan.
Tentang Capacity Building Petugas Layanan KUA

 Capacity building petugas layanan KUA dilaksanakan melalui pemberian


bimbingan teknis penerapan modul, baik mengenai konten modul,
metode serta pendekatan yang digunakan dalam pemberian layanan.
 Bimtek diberikan oleh instruktur yang sudah sangat terlatih di bidang
social movement dan berpengalaman dalam dunia kepelatihan yang
menggunakan proses pembelajaran orang dewasa.
 Selain itu, bimtek juga menerapkan empat pilar pembelajaran yang
diterapkan oleh Unesco: learning to know, learning to do, learning to be,
learning ro live together.
 Hasil atau target pembelajaran yang ingin dicaoai adalah para petugas
benar2 dapat menguasai dan mempraktekkan modul sesuai dengan
dikehendaki.
Desain Bimbingan
Bimbingan keluarga Sakinah bertujuan untuk membekali
masyarakat tentang perspektif, pengetahuan dan
keterampilan membangun perkawinan dan keluarga.
dengan bekal tersebut, masyarakat diharapkan mampu
mencegah berbagai gangguan sekaligus mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
Desain bimbingan dibangun demikian rupa agar proses
pembelajaran berlangsung menyenangkan, dekat dengan
realitas peserta, sehingga benar-benar memberi manfaat
optimal.
Perspektif dan Metode Bimbingan
 Perspektif yang harus dimiliki petugas:
 perspektif beragama yang moderat, wakil negara yang melayani, adil gender, dsb.
 Penguatan perspektif keluarga sakinah
 Intervensi yang dilaksanakan tidak hanya memberi keterampilan praktis kepada
masyarakat, juga agar mereka memiliki perspektif keadilan, kesalingan, dan berimbang
yang dibutuhkan untuk membangun ketahanan bangsa
 Metode Pendidikan Orang Dewasa (POD):
 Ceramah, disampaikan secukupnya
 Diskusi, membahas problematika yang sering dihadapi
 Role play/simulasi/game, proses “mengalami sendiri”
 Tanya jawab menggali pengalaman/reflektif
 Pre test dan post test
 Metode pelaksanaan
 Clasical tatap muka
 Virtual / online meeting
Modul Bimbingan
 Penyempurnaan kurikulum (modul/panduan)
 Materi modul/panduan didesain untuk memberi keterampilan kepada peserta melalui metode
dan pendekatan yang sesuai, menggunakan 4 pilar pembelajaran Unesco: learning to know, to
do, to be dan to live together

1. Modul Bimbingan Perkawinan bagi Catin


2. Modul Berkah Membangun Hubungan Harmonis
3. Modul Berkah Mengelola Keuangan Keluarga
4. Modul Layanan Konsultasi dan Pendampingan Perkawunan dan Keluarga
5. Modul Mengelola Jejaring Lokal KUA
6. Modul Bimbingan Persiapan Nikah bagi Remaja
7. Modul Cegah Seks Pranikah bagi Remaja/Pelajar
8. Buku Mandiri bagi Catin: Pondasi Keluarga Sakinah
Pelibatan Stakeholder
 Membangun jaringan
 Membangun “mitra strategis” dengan gerakan masyarakat sipil (ormas/LSM) lain agar dapat
memperkuat peranan masyarakat serta memperluas cakupan program intervensi untuk
mewujudkan ketahanan bangsa
 Peran strategis stakeholder
 Melakukan kerja-kerja yang tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah
 Tulang punggung transformasi masyarakat
 Dapat mewakili kepentingan masyarakat
 Jembatan antara pemerintah dan masyarakat
 Ditjen Bimas Islam membangun website bimbingan perkawinan yg dapat diakses oleh
masyarakat
 Di level kecamatan, KUA membangun jejaring lokal penanganan isu2 keluarga antara KUA
dan stakeholder di kecamatan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai