Anda di halaman 1dari 6

Studi Kasus

Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral pada


Pasien Hipertensi Emergency

Kristiana Sari Prasetya Dewi1, Chanif2


1,2 Program Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Hipertensi emergensi adalah situasi dimana diperlukan penurunan tekanan
• Submit 27 Februari 2020 darah yang segera dengan obat anti hipertensi parenteral karena adanya
• Diterima 9 Juli 2020 kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif. Salah
satu masalah keperawatan darurat yang muncul pada pasien hipertensi
Kata kunci: emergensi adalah risiko penurunan perfusi jaringan otak. Penelitian
Hipertensi; Resiko gangguan melibatkan 2 Pasien di Instalasi Gawat Darurat dengan diagnosis medis
perfusi jaringan serebral hipertensi emergensi. Dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
risiko Penurunan Perfusi Jaringan Serebral melalui manajemen perfusi
jaringan. Hasil intervensi keperawatan menunjukkan terjadi peningkatan
perfusi serebral pada kedua pasien.

PENDAHULUAN Krisis Hipertensi adalah suatu keadaan


peningkatan tekanan darah yang mendadak
Hipertensi emergensi adalah situasi dimana (systole > 180 mmHg dan / atau diastole >
diperlukan penurunan tekanan darah yang 120 mmHg) pada penderita hipertensi, yang
segera dengan obat anti hipertensi membutuhkan penanggulangan segera
parenteral karena adanya kerusakan organ yang ditandai oleh tekanan darah yang
target akut atau progresif target akut atau sangat tinggi dengan kemungkinan
progresif. Kenaikan tensi darah mendadak timbulnya atau telah terjadi kelainan organ
yg disertai kerusakan organ target yang target (otak, mata (retina), ginjal, jantung,
progresif dan di perlukan tindakan dan pembuluh darah). (Anggraeny, 2013).
penurunan TD yg segera dalam kurun Penyebab hipertensi pada orang dengan
waktu menit/jam. (Soeparman & Slamet, lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
2017). Pengertian hipertensi yaitu perubahan pada elastisitas dinding aorta
peningkatan tekanan darah secara terus menurun, katub jantung menebal dan
menerus hingga melebihi batas normal. menjadi kaku, kemampuan jantung
Tekanan darah normal adalah 140/90 memompa darah menurun 1% setiap tahun
mmHg. Adalah tekanan sistolik lebih tinggi sesudah berumur 20 tahun kemampuan
dari 140 mmHg menetap atau tekanan jantung memompa darah menurun
sistolik lebih tinggi dari 90 mmHg (E. K., menyebabkan menurunnya kontraksi dan
2014). Dari definisi diatas dapat volumenya, kehilangan elastisitas
disimpulkan hipertensi adalah keadaan pembuluh darah. (Johnson, M., 2013)
dimana tekanan darah sistolik maupun
diastolic meningkat atau lebih dari diatas World Health Organitation (WHO) Tahun
normal. 2015 Hipertensi adalah kondisi abnormal
Corresponding author:
Kritiana Sari Prasetya Dewi
kristinandhika@gmail.com
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020
e-ISSN:
DOI: 10.26714/nm.v1i1.5484
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 34-39 35

hemodinamik, tekanan sistolik ≥ 140 mmHg Hipertensi dapat didefinisikan sebagai


dan atau tekanan diastolic ≥ 90 mmHg ( tekanan darah persisten dimana tekanan
untuk usia kurang 60 tahun) dan tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik
sistolic ≥ 160 mmHg dan atau tekanan di atas 90 mmHg.Pada populasi lansia,
diastolic > 95 mmHg (untuk usia > 60 hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
tahun). (Irwanda, 2012). Hipertensi sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
menjadi penyebab hipertensi merupakan mmHg (Suzanne, 2011).Manifestasi Klinis
masalah kesehatan public utama dseluruh pada klien dengan hipertensi adalah
dunia dan merupakan faktor resiko peningkatan tekanan darah > 140 / 90
penyakit kardiovaskuler tersering dan serta mmHg, sakit kepala, pusing / migraine, rasa
belum terkontrol optimal diseluruh dunia. berat ditengkuk, penyempitan pembuluh
Namun hipertensi dapat dicegah dan darah, sukar tidur, lemah dan lelah,
penanganan dengan efektif dapat nocturia, azotemia, dan sulit bernafas saat
menurunkan resiko stroke dan serangan beraktifitas.
jantung. Hipertensi berdasarkan kriteria
JNC 2, didefinisikan sebagai kondisi dimana Hipertensi dikategorikan ringan apabila
tekanan darah sistolik lebih dari atau tekanan diastoliknya antara 95 – 104
sama140 mmHg atau tekanan darah mmHg, hipertensi sedang jika tekanan
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
mmHg. Banyak masalah penyakit hipertensi berat bila tekanan diastoliknya
kardiovaskular sekarang terjadi di negara 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berpendapatan rendah sampai menengah. berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
Negara-negara ini berjuang menghadapi karena dianggap lebih serius dari
penyakit kardiovaskuler terkait kemiskinan peningkatan sistolik (Tom, 2014).
dan infeksi seperti penyakit jantung Hipertensi dimana tekanan darah sama
rematik, infeksi human imundeficiency dengan atau diatas 160/95 mmHg
virus (HIV), perikarditis tuberkulosis. dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi
Kombinasi dan keterbatasan ekonomi, atau tekanan darah tinggi adalah suatu
sumber daya, dan beberapa penyakit gangguan pada sistem peredaran darah
membebani kemampuan untuk menangani yang sering terdapat pada usia
faktor resiko tidak menular dan penyakit pertengahan atau lebih, yang ditandai
terkait. Delapan puluh persen kematian dengan tekanan darah lebih dari normal.
kardiovaskuler seluruh dunia terjadi di Hipertensi menyebabkan perubahan pada
negara penghasilan rendah sampai pembuluh darah yang mengakibatkan
menengah dan dalam perbandingan dengan makin meningkatnya tekanan darah
negara penghasilan tinggi, kematian ini menurut WHO (Organization, 2010).
(stroke dan infark miokard akut) terjadi
diusia lebih muda, berdampak pada Berdasarkan tingginya angka kejadian dan
keluarga dan tenaga kerja. (Rachmawati, dampak yang ditimbulkan oleh penyakit
2013) Hipertensi, maka penulis tertarik
berkeinginan memberikan Asuhan
Penyakit hipertensi dimana penyakit yang Keperawatan Resiko Penurunan Perfusi
tidak menular dari penyakit kardiovaskular Jaringan Cerebral.
akan menjadi penyebab utama kematian
dan disabilitas seluruh dunia pada tahun METODE
2020. Secara signifikan hipertensi sebagai
keadaan yang mendahului penyakit Penulisan karya ilmiah akhir ners ini di
kardiovaskular yang bisa dimodifikasi lakukan dengan pengambilan dua pasien
menyebab kematian lebih banyak pada diagnosa medis yang sama.
dibandingkan yang lain, termasuk merokok, Pengambilan kasus di ruang Instalasi Gawat
obesitas, dan gangguan lipid. (Aini, 2012). Darurat (IGD) Rumah Sakit Roemani

Kritiana Sari Prasetya Dewi - Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral pada Pasien
Hipertensi Emergency
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 34-39 36

Muhammadiyah Semarang pada 2 pasien Pada kasus 2 dari pengkajian yang


dengan diagnosa medis hipertensi dilakukan didapatkan data : klien
emergency, pasien dikelola selama 2 jam. mengatakan kaki sebelah kanan terasa
nyeri untuk berjalan dan bengkak, nyeri
HASIL karena adanya pembengkakan, nyeri
dirasakan seperti tertusuk – tusuk dan
Studi kasus ini di mulai dari tanggal 23 kemeng, nyeri dibagian kaki sebelah kanan,
desember 2019 sampai dengan tanggal 25 skala 7, dan nyeri hilang timbul. Tampak
desember 2019 di Ruang Instalasi Gawat lemah, wajah meringis menahan kesakitan,
Darurat (IGD) Rumah Sakit Roemani TD 180/100 mmHg, Nadi 100x/mnt,
Muhammadiyah Semarang. Rr20x/mnt, S 37,2°C,Sp02 99%. Airway
kesadaran composmentis, jalan nafas
Pengkajian keperawatan klien pada kasus 1 bersih, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak
dilakukan pada tanggal 23 Desember 2019 ada sekret. Breathing rr 20 x/menit, irama
dan kasus 2 pada tanggal 25 desember 2019 teratur, dalam, suara nafas vesikuler, tidak
di IGD RS Roemani Muhammadiyah ada tarikan otot intercosta, tidak ada nafas
Semarang. Pada saat pengkajian didapat cuping hidung, tidak ada whezing maupun
data sebagai berikut pada kasus 1. Dari ronkhi, reflek batuk ada, terpasang O2 3
pengkajian yang dilakukan didapatkan data Liter/menit dengan nasal kanul. Cirulation
: nyeri pada kepala sampai ke tengkuk leher, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100
nyeri disebabkan karena peningkatan x/menit, teratur, kuat, suhu 37,8 C, akral
afterload vasokonstriksi nyeri yang hangat, tidak gelisah, tidak ada sianosis,
dirasakan seperti tertusuk – tusuk, kulit tidak pucat, capillary refill < 3 detik,
dirasakan bagian kepala menjalar ke terdapat nyeri di kaki sebelah kanan, nyeri
tengkuk leher, skala 7, nyeri hilang timbul. menetap, seperti ditusuk tusuk. Disabelity :
Tanda – tanda vital TD 193/86 mmHg, N tampak lemah, Kesadaran : CM, GCS : 15 E4
117x/menit, RR 22/menit, S 37,5ºC, SpO2 : M6 V5. Eksposure/Environtment terpasang
99%. Airway Kesadaran composmentis, infus RL 20 tpm, tidak terdapat luka
jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan jalan dekubitus, suhu: 37,2 °c. Folley cateter tidak
nafas, tidak ada sekret. Breathing rr 22 terpasang cateter, Gaster tube tidak
x/menit, irama teratur, dalam, suara nafas terpasang sonde. Hate rate klien dengan
vesikuler, tidak ada tarikan otot intercosta, Sinus Tachicardia. Imagen EKG: sinus
tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada bradikardia.
whezing maupun ronkhi, reflek batuk ada,
terpasang O2 3L/menit, Circulation tekanan Dari hasil pengkajian diatas dapat
darah 193/86 mmHg, nadi 117 x/menit, dirumuskan diagnose keperawatan
teratur, kuat, suhu 37,5 C, akral hangat, diantaranya adala resiko penurunan perfusi
tidak gelisah, tidak ada sianosis, kulit tidak jarinagan cerebral dari data tersebut dapat
pucat, capillary refill < 3 detik, terdapat diprioritaskan pada kasus ini yaitu resiko
nyeri di kepala, nyeri menetap, seperti penurunan perfusi jarinagan cerebral telah
ditusuk tusuk. Disabelity tampak lemah, sesuai dengan karakteristik faktor resiko
Kesadaran : CM, GCS : 15 E4 M6 V5, dan kondisi klinis terkait. Dari buku SDKI
Eksposure/environment terpasang infus RL 2017.
20 tpm, tidak terdapat luka dekubitus, suhu:
37,5 °c, Folley cateter pasien tidak PEMBAHASAN
terpasang cateter, Gaster tube pasien tidak
terpasang NGT, Hate rate dengan sinus Diagnosis keperawatan merupakan
tachycardia. Imagen foto thorax: penilaian klinis terhadap pengalaman atau
didapatkan tidak adanya pembesaran respon individu, keluarga, atau komunitas
jantung, tidak tampak adanya kelainan pada masalah kesehatan, resiko kesehatan
paru. CT Scan atropi cerebri. maupun proses kehidupan dalam

Kritiana Sari Prasetya Dewi - Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral pada Pasien
Hipertensi Emergency
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 34-39 37

menentukan asuhan keperawatan sesuai elastisitas pembuluh darah.(Kurniasih dan


untuk membantu klien mencapai sehat yang Setiawan, 2013)
optimal (PPNI, 2017). Dari data yang
didapatkan pada kasus - kasus tersebut Intervensi keperawatan yang dilakukan
nyeri akut penyebab agen pencedera oleh perawat membantu dalam
fisiologis gejala dan tanda mayor dari memecahkan masalah keperawatan yaitu
subjektif mengeluh nyeri. Objektifnya dengan mencatat keberadaan kualitas
dengan gejala tampak meringis, bersikap denyutan sentral dan perifer auskultasi
protektif (waspada, posisi menghindari tonus jantung dan bunyi napas, mencatat
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, edema, dan memberikan pembatasan
sulit tidur. Gejala dan tanda minor tekanan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu Pengkajian dilakukan mulai dari
makan berubah, proses berpikir terganggu, pemeriksaan fisik, data penunjang.
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, Penurunan curah jantung disebabkan tidak
diaphoresis (PPNI, 2017). Hipertensi adanya kemampuan jantung memompa
emergensi adalah Situasi dimana darah menurun 1% setiap tahun sesudah
diperlukan penurunan tekanan darah yang berumur 20 tahun kemampuan jantung
segera dengan obat anti hipertensi memompa darah menurun menyebabkan
parenteral karena adanya kerusakan organ menurunnya kontraksi dan volumenya.
target akut atau progresif target akut atau (Organization, 2013).
progresif. Kenaikan tensi darah mendadak
yg disertai kerusakan organ target yang Melakukan pengkajian resiko penurunan
progresif dan di perlukan tindakan perfusi jaringan cerebral secara
penurunan TD yg segera dalam kurun komprehensif termasuk lokasi,
waktu menit/jam. (Soeparman & Slamet, karakteristik, durasi, frekuensi,, kualitas
2017). Hipertensi adalah kondisi abnormal dan faktor presipitasi, memberikan edukasi
hemodinamik, dimana menurut WHO pasien dan keluarga tentang aktifitas yang
tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau mengurangi nyeri, melakukan tindakan
tekanan diastolic ≥ 90 mmHg (untuk usia rekam jantung / EKG dan mengkolaborasi
kurang 60 tahun) dan tekanan sistolic ≥ 160 pemberian analgetik, serta mengajarkan
mmHg dan atau tekanan diastolic > 95 teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Irwanda, rasa nyeri dengan teknik rileksasi benson
2012). Pengertian hipertensi yaitu (Warsono, Fahmi, & Iriantono, 2019). Selain
peningkatan tekanan darah secara terus diberikan terapi farmakologi terhadap klien
menerus hingga melebihi batas normal. mampu memberikan perubahan yang
Tekanan darah normal adalah 140/90 terjadi selama perawatan di rumah sakit,
mmHg. Adalah tekanan sistolik lebih tinggi terjadinya perubahan terhadap keadaan
dari 140 mmHg menetap atau tekanan sebelum masuk rumah sakit dan setelah
sistolik lebih tinggi dari 90 mmHg (Ridwan, kluar dari rumah sakit.
2012). Dari definisi diatas dapat
disimpulkan hipertensi adalah keadaan Hasil evaluasi keperawatan pada kedua
dimana tekanan darah sistolik maupun klien setelah dilakukan implementasi
diastolic meningkat atau lebih dari diatas keperawatan diperoleh hasil yaitu klien Tn.
normal. Penyebab hipertensi adalah D dilakukan pada jam 09.00 Tn. D
elastisitas dinding aorta menurun,Katub mengatakan nyeri pada kepala sudah mulai
jantung menebal dan menjadi kaku, berkurang, keadaan umum composmentis
kemampuan jantung memompa darah TD 173/76 mmHg, N 100x/menit, RR
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 21/menit, S 36,2ºC, SpO2 : 99%, masalah
20 tahun kemampuan jantung memompa teratasi sebagian. Klien Ny. R kaki sebelah
darah menurun menyebabkan menurunnya kanan terasa nyeri untuk berjalan dan
kontraksi dan volumenya, kehilangan bengkak, dilakukan implementasi

Kritiana Sari Prasetya Dewi - Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral pada Pasien
Hipertensi Emergency
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 34-39 38

keperawatan TD 150/66 mmHg, N 90 penurunan perfusi jaringan cerebral.


x/menit, RR 20 x/menit, S:37ºC, SpO2: 99%, Penegakan resiko penurunan perfusi
Masalah nyeri teratasi sebagian dan jaringan cerebral pada pasien Hipertensi
berkolaborasi mempertahankan tirah Emergency sesuai dengan faktor risiko dan
baring dan memberikan edukasi pasien dan kondisi klinis terkait dalam buku Standar
keluarga tentang aktifitas yang mengurangi Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
nyeri, Mengajarkan cara mencuci tangan yaitu adanya hipertensi, infark miokard
dengan benar. Mengkaji adanya faktor yang akut Resiko Penurunan Perfusi Jaringan
menyebabkan kelelahan, memonitor pola Cerebral ini disebabkan karena adanya
tidur dan lamanya tidur atau istirahat, hipertensi.
memonitoring klien akan adanya kelelahan
fisik. Implementasi keperawatan pada diagnosa
resiko penurunan perfusi jaringan cerebral
Implementasi yang dilakukan dalam berfokus pada terapi medik dan monitor
mendiagnosa keperawatan pada resiko tanda-tanda vital. Perawat juga
perfusi cerebral tidak efektif yaitu yang memberikan tindakan nonfarmakologi
dilakukan selam 2 jam diharapkan tidak untuk mengatasi masalah keperawatan
adanya sakit kepala dan pasien tampak tersebut yaitu pemberian relaksasi nafas
nyaman, mampu mengontrol nyeri. Evaluasi dalam.
yang akan dilakukan pada pasien dengan
melanjutkan intervensi keperawatan Evaluasi keperawatan merupakan hasil dari
seperti pengkajian nyeri secara rencana keperawatan dan implementasi
komprehensif lokasi, karakteristik, durasi, yang sudah dilakukan. Evaluasi
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, keperawatan terdapat rencana tindak lanjut
memberikan edukasi pasien dan keluarga yang bisa dilakukan apabila masalah belum
tentang aktifitas yang mengurangi nyeri, teratasi ataupun sudah teratasi. Evaluasi
ajarkan tentang manajemen nyeri, yang diperoleh dari kedua pasien selama di
melakukan tindakan rekam jantung / EKG ruang IGD adalah masalah keperawatan
dengan tim medis dalam pemberian obat. resiko penurunan perfusi jaringan cerebral.

SIMPULAN UCAPAN TERIMAKASIH

Gambaran Pengkajian pada pasien Penulis mengucapkan terimakasih kepada


Hipertensi Emergency dengan masalah semua pasien yang telah bersedia terlibat
keperawatan resiko penurunan perfusi dalam asuhan keperawatan yang dilakukan.
jaringan cerebral di ruang Instalasi Gawat Penulis juga mengucapkan terimakasih
Darurat (IGD) Rumah Sakit Roemani kepada semua pihak yang telah mendukung
Muhammadiyah Semarang diangkat dalam penyusunan karya tulis ini.
berdasarkan hasil pengkajian secara medis.
Kedua pasien Tn. D dan Ny. R dirawat REFERENSI
dengan diagnosa medis Hipertensi
Emergency yang didukung dari hasil Abdi, Z., Dhanu, R., Handayani, S., Gatot, D., Ilmu, D.,
pengkajian dan data objektif serta dari hasil Dalam, P., Neurologi, D., Kedokteran, F., Utara,
U. S., & Malik, R. H. A. (2017). Perbandingan
pemeriksaan penunjang dari kedua pasien status koagulasi penderita stroke iskemik
yaitu keduanya mengalami masalah dengan non stroke. Majalah Kedokteran
tekanan darah tinggi, pernafasan, adanya Nusantara The Journal Of Medical School,
nyeri kepala hebat dan memiliki riwayat 45(2), 96–99.
hipertensi. Cahyati, Y., Nurachmah, E., & Hastono, S. P. (2015).
Perbandingan Peningkatan Kekuatan Otot
Diagnosa keperawatan utama yang Pasien Hemiparese Melalui Latihan ROM
Unilateral dan Bilateral. Jurnal Keperawatan
diangkat pada kasus ini adalah resiko

Kritiana Sari Prasetya Dewi - Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral pada Pasien
Hipertensi Emergency
Ners Muda, Vol 1 No 1, April 2020/ page 34-39 39

Indonesia, 16(1), 40–46. Sains, J., Hidayanto, E., Sutanto, H., & Arifin, Z. (2015).
https://doi.org/10.7454/jki.v16i1.18 Design of Non-Invasive Glucometer Using
Microcontroller ATMega-8535. Jurnal Sains
Dinas Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset
Dan Matematika, 23(3), 78-83–83.
Kesehatan Dasar. Diabetes Mellitus, 87–90.
https://doi.org/1 Desember 2013 Silva, D.A.D., Narayanaswamy V., Artemio A.R., Jr.,
Loh P.K., & Yair L. (2015). Understanding
Ghifari, M., & Andina, M. (2017). Gambaran Tekanan
Stroke A Guide for Stroke Survivors and Their
Darah pada Pasien Stroke Akut di Rumah Sakit
Families. Website:
Umum Haji Medan Tahun 2015. Buletin
https://www.neuroaid.com/
Farmatera, 2(1).
Skorpion. (2015). Let ’ s Talk About Let ’ s Talk About.
Hartiti, T., & Zainova, M. (2018). Nilai Profesional
Stroke, skorpion e(3), 1–6.
Perawat Pada Mahasiswa Profesi Ners
https://skorpionengineering.com/it/blog/ite
Universitas Muhammadiyah Semarang.
m/463-let-s-start-producing-with-additive-
Prosiding Seminar Nasional Unimus, 1(0).
technologies
Retrieved from http://prosiding.unimus.ac.id
Soedirman, J. K., & Journal, T. S. (2015). Jurnal
Mayasari, D., Imanto, M., Larasati, T. A., Ningtiyas, F.,
Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Ilmu, B., Komunitas, K., Kedokteran, F.,
Journal of Nursing), Volume 9, No.3, Juli 2014.
Lampung, U., Ilmu, B., Telinga, K., Kepala, H. T.,
9(3), 173–189.
Lampung, U., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran,
F., & Lampung, U. (n.d.). Hubungan Dukungan Sukraeny, N. (2019). Symptom and Disability One
Keluarga dengan Tingkat Kemandirian dalam Year After Traumatic Brain Injury. SEANR
Activity Daily Living pada Pasien Pasca Stroke South East Asia Nursing Research, 1(1), 43.
di Poliklinik Syaraf RSUD Dr . H . Abdul
Wenqing, H., Zhen, L., Enke, L., Qin, L., Dongbao, S., &
Moeloek Bandar Lampung Correlation of
Changrong, Y. (2017). Karakteristik Fungsi
Family Support with The Independence of
Motorik Dan Status Fungsional Pada Pasien
Activity Daily Living in Post. 6, 277–282.
Pasca Stroke Yang Mengikuti Program
Meyer, S., Verheyden, G., Brinkmann, N., Dejaeger, E., Rehabilitasi Di Rumah Sakit Dr Wahidin
De Weerdt, W., Feys, H., Gantenbein, A. R., Sudirohusodo Makassar
Jenni, W., Laenen, A., Lincoln, N., Putman, K., https://doi.org/10.1038/132817a0
Schuback, B., Schupp, W., Thijs, V., & De Wit, L.
Yanto, A., & Setyawati, D. (2017). Dukungan Keluarga
(2015). Functional and Motor Outcome 5
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota
Years after Stroke Is Equivalent to Outcome at
Semarang. Seminar Nasional Universitas
2 Months: Follow-Up of the Collaborative
Muhammadiyah Semarang, 1(1). Retrieved
Evaluation of Rehabilitation in Stroke Across
from
Europe. Stroke, 46(6), 1613–1619.
http://eriset.unimus.ac.id/index.php/psn120
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.115.0
12010/index
09421
Zalussy, D. S., Nurkhasanah, Y., & Hidayanti, E.
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan pada
(2016). Bimbingan Rohani Islam Dalam
Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Menumbuhkan Respon Spiritual Adaptif Bagi
Jakarta : Salemba Medika
Pasien Stroke Di Rumah Sakit Islam Jakarta
Pudjiastuti, Ratna D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Cempaka Putih Zalussy Debby Styana , Yuli
Yogyakarta: Nuha Medika. Nurkhasanah , Ema Hidayanti Angka kejadian
stroke meningkat dengan tajam di Indonesia .
Putri, M. N., Mutiawati, E., & Mahdani, W. (2017).
Saat ini As. Jurnal Ilmu Dakwah, 36(1), 45–69.
Hubungan Derajat Stroke Terhadap Status
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21580/
Kognitif Pada Pasien Stroke Iskemik Di
jid.36.1.1625
Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Medisia, 2(1), 61–67.

Kritiana Sari Prasetya Dewi - Penatalaksanaan Resiko Penurunan Perfusi Jaringan Cerebral pada Pasien
Hipertensi Emergency

Anda mungkin juga menyukai